Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

ABORTUS INKOMPLIT

HALAMAN JUDUL

Oleh :

Pande Ayu Kirana Dewi (177008044)


Nyoman Tarita Dewi (177008068)

Pembimbing :

dr. I Ketut Ardhana, Sp.OG

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
BRSUD TABANAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya
sehingga laporan kasus yang berjudul “Abortus Inkomplit” ini dapat tersusun
hingga selesai. Laporan kasus ini telah ditulis dengan penyertaanNya.
Terselesaikannya penulisan laporan kasus ini tidak terlepas dari
penyertaanNya dan bantuan dari pihak-pihak terkait. Maka dari itu, penulis
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini.
Laporan kasus ini tentu saja tidak luput dari kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan
tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermafaat bagi
pembaca.

Tabanan, 30 Agustus 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ v
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1 Abortus Inkomplit ............................................................................................. 7
2.2.1 Definisi .................................................................................................... 7
2.2.2 Epidemiologi ........................................................................................... 7
2.2.3 Etiologi .................................................................................................... 8
2.2.4 Patofisiologi .......................................................................................... 11
2.2.5 Manifestasi Klinis ................................................................................. 15
2.2.6 Diagnosis ............................................................................................... 16
2.2.7 Penatalaksanaan .................................................................................... 18
2.2.8 Komplikasi ............................................................................................ 23
2.2.9 Pencegahan ............................................................................................ 24
2.2.10 Prognosis ............................................................................................. 25
BAB III LAPORAN KASUS .............................................................................. 26
3.1 Identitas Pasien................................................................................................ 26
3.2 Anamnesis ....................................................................................................... 26
3.3 Pemeriksaan Fisik dan Penunjang .................................................................. 29
3.4 Diagnosis ......................................................................................................... 31
3.5 Penatalaksanaan .............................................................................................. 31
3.6 Catatan Perkembangan Pasien ........................................................................ 32
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................... 40
BAB V KESIMPULAN ...................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 4

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perdarahan selama kehamilan dianggap sebagai suatu keadaan akut yang dapat
membahayakan ibu dan anak sehingga menimbulkan kematian. Wanita hamil
yang mengalami perdarahan pada umur kehamilan <20 minggu biasanya berakhir
dengan abortus yaitu keluarnya hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan dengan berat janin <500 gram. Hingga kini kejadian abortus masih
dianggap sebagai masalah kesehatan yang sangat serius dalam masyarakat
terutama abortus inkomplit yang termasuk penyebab langsung kematian ibu yang
apabila tidak mendapat penanganan segera dapat meningkatkan morbiditas dan
mortalitas. Menurut World Health Organization (WHO) kejadian abortus berkisar
46 juta kehamilan dan sekitar 30%-50% diantarnya meninggal akibat komplikasi
abortus yang tidak aman.Angka Kematian Ibu (AKI) masih tergolong tinggi di
negara berkembang dibandingkan di negara maju.1,2,3
Pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yang paling
tinggi yaitu Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup, yang menduduki
peringkat kedua Filipina berkisar 170/100.000 kelahiran hidup,Vietnam berkisar
30/100,000 kelahiran hidup, dan Malaysia berkisar 30/100.000 kelahiran hidup
Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2015
angka kematian ibu berkisar 290,8/100.000 kelahiran hidup berarti menurun
5,27%. Tingginya angka kematian ibu secara langsung disebabkan oleh
perdarahan (28%), eklamsia (13%), dan sepsis (10%). Data Rumah sakit umum
daerah Syekh Yusuf Gowa pada tahun 2010 kejadian abortus berkisar 148 orang
(10,55%) dari 1.402 kehamilan, diantaranya abortus provakatus 10 orang (0,67%),
abortus imminens 46 orang (31,08%), abortus habitualis 1 orang (0,67%), abortus
komplit 2 orang (1,35%) dan abortus inkomplit 89 orang (60,13%). Adapun faktor
yang menyebabkan terjadinya abortus pada umumnya adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, plasenta,infeksi, kelainan uterus, dan faktor eksternal

1
2

seperti radiasi dan obat-obatan, sedangkan komplikasi yang dapat mengancam


jiwa ibu akibat abortus adalah perdarahan, infeksi, perforasi, dan syok.4.5 Upaya
yang bisa dilakukan untuk mencegah sekaligus menekan kejadian abortus
dengan menganjurkan ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC)
secara teratur. Abortus inkomplit adalah salah satu abortus yang sering terjadi pada
wanita hamil, apabila dilakukan penanganan yang cepat dan tepat maka komplikasi
yang timbul dapat diminimalkan. Namun, apabila abortus ini tidak ditangani
dengan baik maka dapat menimbulkan kematian ibu. Oleh karena itu, abortus
inkomplit adalah topik yang penting dan menarik yang harus dikuasai oleh dokter
ataupun pekerja medis lainnya.6,7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010 kematian maternal ialah
kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam 42 hari sesudah berakhirnya
kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya kehamilan dan tindakan yang
dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Menurut Prawirohardjo (2010) Abortus
adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan. Sebagian batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat
janin kurang dari 500 gram.7.8.9

2.2 Klasifikasi Abortus


Klasifikasi abortus adalah sebagain berikut2.3.4:
a. Abortus imminens adalah abortus ini baru mengancam dan masih ada
harapan untuk mempertahankannya, ostium uteri tertutup dan uterus sesuai
umur kehamilan.
b. Abortus insipiens adalah abortus yang sedang berlangsung dan tidak dapat
dicegah lagi, ostium uteri terbuka, teraba ketuban, dan berlangsung hanya
beberapa jam saja.
c. Abortus inkomplit adalah apabila sebagian hasil konsepsi telah lahir atau
teraba pada vagina, tetapi sebagian masih tertinggal di dalam Rahim.
d. Abortus komplit adalah seluruh janin telah dilahirkan dengan lengkap, uterus
lebih kecil dari umur kehamilan dan kavum uteri kosong.
e. Missed abortion adalah keadaan dimana janin telah mati sebelum minggu
ke-20, tetapi tertanam di dalam Rahim selama beberapa minggu setelah janin
mati.
f. Abortus habitualis adalah abortus yang berulang dan berturut-turut terjadi,
sekurang-kurangnya 3 kali berturut-turut.

3
4

2.3 Epidemiologi
Pada tahun 2003 Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yang paling tinggi
yaitu Indonesia berkisar 307/100.000 kelahiran hidup, yang menduduki
peringkat kedua Filipina berkisar 170/100.000 kelahiran hidup, Vietnam
berkisar 30/100,000 kelahiran hidup, dan Malaysia berkisar 30/100.000
kelahiran hidup Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
pada tahun 2015 angka kematian ibu berkisar 290,8/100.000 kelahiran hidup
berarti menurun 5,27%. Tingginya angka kematian ibu secara langsung
disebabkan oleh perdarahan (28%), eklamsia (13%), dan sepsis (10%). Data Rumah
sakit umum daerah Syekh Yusuf Gowa pada tahun 2010 kejadian abortus berkisar
148 orang (10,55%) dari 1.402 kehamilan, diantaranya abortus provakatus 10 orang
(0,67%), abortus imminens 46 orang(31,08%), abortus habitualis 1 orang (0,67%),
abortus komplit 2 orang (1,35%) dan abortus inkomplit 89 orang (60,13%).7,8

2.4 Etiologi
a. Umur
Risiko abortus semakin tinggi dengan semakin bertambahnya usia ibu. Insiden
abortus dengan trisomi meningkat dengan bertambahnya usia ibu. Resiko ibu
mengalami aneuploidi yaitu diatas 35 tahun karena kelainan kromosom akan
meningkat pada usia diatas 35 tahun.3,5,7

b. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi


Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan
cacat bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi seperti4,5:

1. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom,


termasuk kromosomseks.
2. Faktor lingkungan endometrium
3. Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil konsepsi.
4. Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek
5

c. Pengaruh luar
1. Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi.
2. Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan pertumbuhan
hasil konsepsi terganggu.

d. Kelainan Pada Plasenta


1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
2. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus
3. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
e. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis,
anemia dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati,
dan penyakit diabetes meilitus. Kelainan yang terdapat dalam rahim. Rahim
merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal dalam
bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan
serviks postpartum.

f. Riwayat Abortus
Riwayat abortus pada penderitaabortus merupakan predisposisi terjadinya
abortus berulang. Kejadian ini sekitar 3-5% jumlah kejadian abortus. Data
menunjukan bahwa setelah 1 kali abortus pasangan akan beresiko mengalami
abortus sebesar 15% (Soeparda,2010).

g. Faktor Anatomi
Faktor anatomi dapat memicu terjadinya abortus pada 10-15% kejadian yang
ditemukan. Kejaian abortus dapat diesabkan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah sebgai berikut:

1 Lesi anatomi kongenital yaitu kelainan duktus mullerian (uterus bersepta)


kelainan pada duktus ini biasanya terjadi abortus pada kehamilan trimester
kedua
6

2 Kelianan kongenital arteri uterina yang membahayakan aliran


darahendometrium
3 Kelainan yang didapat misalnya adhesi intrauterin (synechia), leimioma
danendometritis.
h. Faktor Infeksi
Infeksi termasuk yang diakibatkan oleh TORC (toksoplasma, rubella,
cytomegalovirus) dan malaria. Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan
abortus.5,6

i. Obat-obatan rekreasional dan toksinlingkungan


Peranaan penggunaan obat-obatan rekreasional tertentu yang dianggap teratogenik
harus dicari dari anamnesa seperti tembakau dan alkohol, yang berperan karena jika
ada mungkin hal ini merupakan salah satu yang berperan terjadinya abortus.5,6

2.5 Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam
uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi khorialis belum
menembus desidua serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya.
Apabila kehamilan 8-14 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam hingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari
pada plasenta. Apabila mudigah yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat,
maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin yang telah meninggal
dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena
cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap dan menjadi agak gepeng. Dalam
tingkat lebih lanjut menjadi tipis. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek,
perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin bewarna kemerah-
merahan.5,5,8
7

2.6 Manifestasi Klinis

Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari


uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut (Soepardan,
2010)4,5,7:

a. Amenore
b. Perdarahan dapat dalam jumlah sedikit atau banyak, perdarahan biasanya
dalam darah beku
c. Sakit perut dan mulas-mulas dan sudah keluar jarinan atau bagian janin
d. Pemeriksaan dalam didapatkan servik terbuka, pada palpasi teraba sisa-sisa
jaringan dalam kantung servikalis atau kavumuteri.
Gejala lain dari abortus inkomplit yang dapat muncul adalah sebagai berikut:
a. Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah.
b. Rasa mules (kontraksi) tambahhebat.
c. Ostium uteri eksternum atau serviksterbuka.
d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian
jaringankeluar.
e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok.

2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
Menurut Manjoer (2006), manifestasi klinik pada abortus antara lain adalah
sebagai berikut5,8:

a. Terlambat haid atau aminore kurang dari 20minggu.


b. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil. Suhu tubuh normal ataumeningkat.
c. Pendarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi.
d. Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simpisis sering disertai nyeri
8

pinggang akibat kontraksi uterus.


2.7.2 Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidaknya hasil konsepsi, tercium
atau tidaknya bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup. Ada/tidak jaringan keluar dari ostium. Ada/tidak cairan atau jaringan
berbau busuk dari ostium.
c. Colok vagina: porsio masih terbuka atau tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum
douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.4,6
2.7.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Tes kehamilan: positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah
abortus.
b. Pemeriksaan doopler dan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missedabortus.

2.8 Komplikasi
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi
dan syok, sebagai berikut7,8 :

a. Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfuse darah. Kematian karena
perdarahan dapat terjadi apabila petolongan tidak diberikan pada waktunya.

b. Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi
hiperrentrofleksi.
9

c. Infeksi
Infeksi dalam uterus dan adneksa dapat terjadi dalam setiap abortus tetapi
biasanya didapatkan pada abortus inkomplit yang berkaitan erat dengan suatu
abortus yang tidak aman.

d. Syok
Syok pada abortus bias terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan
karena infeksi berat.

2.9 Penatalaksanaan
Penanganan Abortus Inkomplit8 :
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tandavital.
b. Pengawasan pernafasan (jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan seperti
adanya takipnea, sianosis) bebaskan saluran nafas dari sumbatan kemudian
berikan bantuanoksigen.
c. Berikan cairan infus (D5% dan atau NaCl0,9%).
d. Lakukan pemeriksaan laboratorium
e. Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90 mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
f. Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsidengan:
1. Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM
tidaktersedia.
2. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg
perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam
jika perlu).
3. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam fisiologis
arau RL) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi
ekspulsikonsepsi.
4. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam sampai
terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 80mg)
5. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
10

6. Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.


g. Terapi abortus dengan kuretase
Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi dengan alat kuretase
(sendok kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan
pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan
besarnya uterus:

1. Lakukanlah pemeriksan tekanan darah, nadi, keadaan jantung dan paru-


paru kemudian pasang infus
2. Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia dalam bak alat dalam
keadaan aseptik.
3. Penderita ditidurkan dalam posisi litotomi kemudian Persiapan untuk
anastesi regional.
4. Tentukan letak rahim yaitu dengan melakukan pemeriksaan dalam alat-
alat yang umumnya dipakai biasanya terbuat dari alat-alat metal. Alat
yang akan dimasukan harus disesuaikan dengan letak rahim sehingga
tidak terjadi salaharah.
5. Masukanlah sondage sesuai dengan letak rahim dan tentukan panjang
atau sondage.
6. Pakaila sendok kuretase yang agak besar. Memasukannya bukan
dengan kekuatan dan melakukan kerokan biasanya mulailah dibagian
tengah. Pakailah sendok kuretase yang tajam karena pada dinding rahim
dalam.
7. Cunan abortus, pada abortus inkomplit dimana sudah kelihatan jaringan,
pakailah cunam abortus untuk mengeluarkannya yang biasanya diikuti
oleh jaringan lain. Dengan demikian sendok kuretase dapat dipakai
untuk membersihkan sisa-sisa ketinggalan saja.
8. Periksa kembali tanda vital pasien, segara lakukan tindakan dan beri
instruksi apabila terjadi kelainan dan komplikasi, catat kondisi dan buat
laporan serta berikan instruksi pengobatan dan KIE .
11

2.10 Diagnosis Banding


12

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas
Nama : SUR
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 32 tahun
Alamat : Br.Anyar Perean Kangin Baturiti, Tabanan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Agama : Hindu
Suku : Bali
MRS : 24 Agustus 2018 (17.00 WITA)
Tanggal Pemeriksaan : 24 Agustus 2018

1.2. Anamnesis
Keluhan Utama
Keluar darah pervaginam
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke UGD BRSU Tabanan diantar oleh suami dalam kondisi
hamil dengan keluhan keluar darah pervaginam sejak 1 hari yang lalu SMRS.
Awalnya dikatakan keluar air dari vagina pada pukul 03.00 WITA
(23/08/2018), kemudian muncul perdarahan berupa flek-flek yang warnanya
merah kecokelatan, namun sejak 5 jam SMRS perdarahan semakin banyak
disertai gumpalan-gumpalan darah berwarna merah tua, perdarahan dikatakan
sekitar 60 ml Tidak ada faktor yang memperberat dan memperingan keluhan
pasien. Keluhan lain yang diderita pasien adalah rasa kram pada bagian perut.
Keluhan ini disertai lemas. Riwayat melakukan pekerjaan berat (-), Riwayat
merokok (-) dan minum-minuman beralkohol (-) Riwayat mengalami trauma
disangkal oleh pasien, begitu juga riwayat minum jamu dan obat-obatan
13

2. Riwayat Menstruasi
 Menarche umur ± 15 tahun, siklus teratur 28 hari dengan lama 5hari.
Pasien mengganti pembalut sebanyak 2 kali dalam sehari saat menstruasi.
Tidak ada keluhan saat menstruasi.
 Hari pertama haid terakhir : 15 Mei 2018
 Taksiran persalinan : 19 Februari 2019

3. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah satu kali dengan suami sekarang. Umur pertama menikah 25
tahun, pernikahan tersebut sudah berlangsung selama 7 tahun.

4. Riwayat Kehamilan
 Laki-laki/ 2013/ 3000 gr/ Normal/Aterm
 Hamil ini

5. Riwayat Kontrasepsi
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi

6. Riwayat Antenatal Care (ANC)


Pada kehamilan ini pasien memeriksakan kehamilannya di puskesmas sebanyak
1 kali sejak usia 1 kali di Puskesmas. Pasien sudah pernah melakukan
pemeriksaan USG selama kehamilan di dokter spesialis kandungan ketika pasien
dirujuk oleh puskesmas dengan keluhan keluar perdarahan pervaginam
kemudian didiagnosis oleh dokter spesialis dengan abortus inkomplit. Berikut
merupakan hasil kunjungan ANC di puskesmas selama kehamilan pasien

TD UK
BB
Tgl. Keluhan (mmHg (mingg TFU DJJ Letak Tindakan
(kg)
) u)
14

Kontrol
1 jari
23/9/ kehamilan,
100/70 59 9-10 diatas - - Rujuk
2017 perdarahan
simfisis
pervaginam

7. Riwayat Penyakit Terdahulu


Pasien menyangkal adanya riwayat penyakit hipertensi, kencing manis, penyakit
jantung, maupun asma yang berhubungan dengan kehamilan ini. Riwayat alergi
makanan maupun obat serta riwayat operasi juga disangkal oleh pasien.

8. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki riwayat hipertensi, kencing
manis, penyakit jantung, maupun asma.

9. Riwayat Sosial
Pasien sehari-hari sebagai wiraswasta . Suami pasien bekerja sebagai pedagang
sayur. Pasien makan teratur 3 kali sehari berupa nasi, sayur, lauk dan sesekali
ditambah buah. Kebiasaan mengonsumsi jamu, obat-obat diluar resep dokter,
rokok, alkohol disangkal oleh pasien. Hubungan pasien dengan tetangga terjalin
baik. Pasien sering berkumpul dan saling membantu dengan tetangganya ketika
membutuhkan.

3.3. Pemeriksaan Fisik


Status Present
KeadaanUmum: Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda Vital : Tekanan darah 110/70 mmHg
Nadi 84x / menit
Respirasi 18x / menit
Suhu Axilla 36,6oC
Berat badan :72 kg
Tinggi badan : 164 cm
15

Status General
Mata : Anemis -/-, ikterus -/-
THT : Kesan normal
Toraks :
Cor : S1S2 normal, regular, murmur (-)
Pulmo : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing -/-
Mammae : Hiperpigmentasi areola mammae, mammae tampak tegang
Abdomen : Sesuai status obstetri
Extremitas : Edema - - , akral hangat + +
- - + +
Status Ginekologi
Pemeriksaan luar (Saat Pasien Masuk)
Mammae
Inspeksi:
• Tampak hiperpigmentasi areola mammae,
• Payudara tampak menggantung dengan puttingsusu menonjol
• Penonjolan glandula Montgomery (-)

Abdomen
Inspeksi :
 Striae gravidarum alba (-), linea nigra (-),
 Tidak tampak luka bekas operasi
Auskultasi :
 Denyut jantung janin belum dapat dievaluasi
Palpasi :
 TFU tidak teraba, kontraksi tidak ada, nyeri tekan regio simphisis
pubis, massa tidak teraba
Vagina
Inspekulo : Flx (+), Flx (+), Fl (-), P O (-), tampak jaringan
16

Pemeriksaan Penunjang
Hematologi Rutin (24 Agustus 2018)
WBC : 12,9x103/µL
RBC : 4,44 x106/µ
HGB : 13,0 g/dL
HCT : 37,9 %
PLT : 290 103/L
BT/CT : 1’00”/7’00”

3.4. Assesment
G2P1001 UK 14 minggu 3 hari +Abortus Inkomplit

3.5. Penatalaksanaan
Rencana Terapi:
MRS
IVFD RL 500 cc + Oksitosin 20 IU~ 20 tpm
Bed rest
Pro Kuretase

Rencana Monitoring:
Observasi keluhan dan tanda-tanda vital

Rencana Edukasi
KIE keluarga dan pasien tentang keadaan janin, kondisi pasien, janin, rencana
tindakan, dan resiko yang dapat terjadi pada pasien dan janin akibat kondisi
pasien saat ini.
17

3.6. Catatan Perkembangan Pasien


TGL TEMPAT/ CATATAN
/JAM PROFESI
24/8/18 Sp.OG S:keluar darah pervaginam (+),
(20.00) O:
Status Present
KU: Baik
TD: 110/70 mmHg RR: 20 x/menit
Nadi: 84 x/menit Tax : 36,5oC
Status General
Mata: anemis (-/-)
Thoraks : Cor S1S2 tunggal regular murmur (-)
Pulmo ves +/+, rh -/-, wh-/-
Status Ginekologi
Abdomen
Inspeksi : Luka bekas operasi (+)
Palpasi : TFU tidak teraba, kontraksi tidak ada, nyeri
tekan regio simphisis pubis, massa tidak
teraba
Auskultasi : Djj (-), BU (+)normal
Vagina :
Inspeksi : Perdarahan (+), Keluar cairan (+)
A: P1011 post kuretase ec Abortus Inkomplit
P:
- Amoxicilin 3 x 500 mg
- Asam Traneksamat 3 x1
- Metergin 3 x 1
- Observasi 2 jam apabila KU baik BPL
18

BAB IV
PEMBAHASAN

Masalah yang dibahas pada kasus ini adalah:


1. masalah diagnosis
2. masalah penatalaksanaan
4.1 Masalah Diagnosis
Diagnosis Abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Gejala klinis abortus inkomplit
yang digunakan sebagai dasar diagnosis, yaitu:
1. Anamnesis: terlambat haid atau menore kurang dari 20 minggu, rasa
mulas atau kram perut di daerah atas simphisis disertai nyeri pinggang
akibat kontraksi uterus.
2. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun. Tekanan darah menurun, denyut nadi normal atau cepat dan
kecil. Suhu tubuh normal ataumeningkat.
3. Inspeksi vulva: perdarahan pervaginam, ada/tidaknya hasil konsepsi,
tercium atau tidaknya bau busuk darivulva.
4. Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup. Ada/tidak jaringan keluar dari ostium. Ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dari ostium.
5. Colok vagina: porsio masih terbuka atau tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum douglasi tidak menonjol dan tidaknyeri.
6. Pemeriksaan penunjang wajib dilakukan tes kehamilan: positif bila janin
masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
7. Pemeriksaan penunjang doopler dan USG untuk menentukan apakah
janin masih hidup.

Berdasarkan anamnesis didapatkan bahwa pasien datang dengan keluhan keluar


darah pervaginam sekitar 60 ml disertai ras kram pada perut bagian bawah dan
19

keluar jaringan disangkal. Berdasarkan anamnesis diketahui ini merupakan


kehamilan kedua. HPHT pasien adalah 15 mei 2018 dan tafsiran persalinannya
19 Februari 2019. Pasien datang pada tanggal 24 Agustus 2018, dengan
demikian dapat dihitung umur kehamilan saat ini adalah 14 minggu 3 hari.
Tanda vital pasien dalam batas normal. Kemudian pada pemeriksaan fisik
Inspekulo vagina didapatkan adanya perdarahan dan jaringan. Selanjutnya
untuk pemeriksaan penunjang darah lengkap dalam batas normal. Berdasarkan
penjabaran kasus dan teori didapatkan ketidaksesuaian yaitu tidak adanya
pemeriksaan kehamilan dan USG kehamilan untuk menegakkan diagnosis
abortus inkomplit
4.2 Masalah Penatalaksanaan
Penatalaksanaan utama pada abortus inkomplit adalah kuretase. Sangat
penting dilakukan pematauan tanda vital sebelum dan sessudah di lakukan
kuretase.
Pada kasus ini penatalaksaan sudah sesuai dengan teori dimana pasien
didiagnosis dengan abortus inkomplit dan sudah dilakukan kuretase sesuai
prosedur.
20

BAB V
SIMPULAN

Pasien SUR, 32 tahun, datang dengan keluhan keluar darah pervaginam


sejak 1 hari SMRS. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan lain
seperti rasa kram pada perut bagian bawah. Kehamilan ini merupakan kehamilan
kedua bagi pasien dengan usia kehamilan 14 minggu 3 hari kemudian pada
pemeriksaan inspekulo didapatkan adanya perdarahan dan jaringan. Pasien
didiagnosis G1P0000 UK 14 minggu 3 hari pro kuretase ec Abortus Inkomplit.
Penatalaksanaan dalam kasus ini adalah kuretase sebelum kuretase
dilakukan persiapan pasien dengan evaluasi tanda vital, persiapan alat, anestesi dan
operator. Setelah kuretase diinstrusikan pemberian antibiotik, metergin dan asam
traneksamat. Setelah pemberian obat dilakukan observasi selama dua jam,
pengukuran tanda-tanda vital kembali dan pasien dapat di pulangkan.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Soewarto, S. 2010. Abortus Inkomplit : Winkjosastro H., Saifuddin A.B., dan


Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-682.
2. Saifudin A.B. 2006. Abortus. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal : 218-220.
3. Saifudin A.B. 2002. Abortus. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal : 112-115.
4. Cunningham F, Gary et al, 2006, Obstetri Williams, Edisi 21, Buku
Kedokteran EGC,Jakarta.
5. Sarwono Prawirohardjo, 2009. “Ilmu Kebidanan”. Bina Pustaka
Prawirohardjo. Jakarta.
6. Yulaikhah, Lily, 2009. “Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan”. Buku
Kedokteran EGC,Jakarta.
7. Mansjoer, Arif dkk. 2001. Abortus. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta :
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal : 310-
313.
8. Royal College of Obstetricians and Gynecologist. 2011. Green Top Guidlines
No 17 The Investigation and Treatment of couples with Reccurent First
Trimester and second Trimester Miscrriage. 3 rd ed. London

Anda mungkin juga menyukai