Anda di halaman 1dari 86

LAPORAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. A G1P0A0 HAMIL

41⁺⁴ MINGGU UMUR 26 TAHUN DENGAN INDUKSI ATAS

INDIKASI SEROTINUS

DI RS HABIBULLAH GABUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktik Stase Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin

Oleh :
Ira Endrieningsih
NIM: 2209022

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADA SEMARANG

TAHUN 2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Komprehensif Persalinan serotinus dengan induksi

Oleh :

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Durrotun Munafiah, S.Si.T, M.Keb Pipit Indah Wahyu Utami, Amd. Keb

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Ibu Lestari Puji Astuti, S.Si.T, M.Kes

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Komprehensif.

Penulisan Laporan Pendahuluan ini dilakukan dalam rangka memenuhi tugas Praktik

Asuhan Kebidanan Pada Ibu bersalin. Laporan ini dapat diselesaikan atas bimbingan,

pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Lestari Puji Astuti, S.Si.T, M.Kes selaku Ketua Program Studi Profesi Bidan

Universitas Karya Husada Semarang

2. Durrotun Munafiah, M.Keb selaku pembimbing akademik Universitas Karya

Husada Semarang

3. Pipit Indah Wahyu Utami, Amd. Keb Selaku Pembimbing Lahan Praktek di

RS Habibullah Gabus .

Akhir kata penulis sebagai penyusun berharap, agar laporan ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan Ilmu Kebidanan. Amin.

Semarang, Nopember 2022

Penulis

Ira Endrieningsih

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................4

C. Manfaat Studi Kasus..................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis...............................................................................................7

BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASANASUHAN KEBIDANAN

IBU BERSALIN PATOLOGI PADA NY.A G1P0A0 UMUR 26 TAHUN

HAMIL 41⁺⁴ MINGGU DENGAN INDUKSI ATAS INDIKASI


SEROTINUS

DI RS HABIBULLAH GABUS

A. Pengkajian..................................................................................................27

B. Intepretasi Data............................................................................................39

C. Diagnosa Potensial.....................................................................................41

D. Tindakan Segera........................................................................................41

iii
E. Perencanaan...............................................................................................42

F. Pelaksanaan................................................................................................42

G. Evaluasi......................................................................................................44

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................68

B. Saran..........................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................73

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Derajat kesehatan suatu negara ditentukan oleh beberapa indikator,

salah satu indikator tersebut adalah Angka Kematian Ibu (AKI). Angka

kematian ibu (AKI) di Indonesia masih jauh dari target yang di capai 2016

sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millenium. Hasil Survey

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2014 angka kematian ibu

di Indonesia masih pada angka 395 per 100.000 kelahiran hidup

(Depkes RI, 2014).

Angka kematian ibu (AKI) Provinsi Jawa Tengah tahun 2015

berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 111,16/100.000 kelahiran

hidup. Penyebab Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu keadaan kesehatan yang

kurang baik menjelang kehamilan, komplikasi pada kehamilan dan kelahiran

(Dinkes, 2015).

Kematian maternal ibu paling banyak pada saat bersalin 60,90%,

kematian waktu hamil 26,33%, pada waktu nifas 12,76% (Dinkes, 2015).

Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10%, bervariasi antara 3.5-

15%. Penyebab perbedaan adalah dalam menentukan usia kehamilan, perlu

di ingat bahwa ibu sebanyak 10% lupa akan tanggal haid terakhir, sehingga

sulit untuk menentukan saat ovulasi. Kekhawatiran dalam menghadapi

kehamilan lewat waktu adalah meningkatkan resiko angka kematian dan

kesakitan parinteral. Resiko kesakitan parinteral bisa menjadi 3 kali

1
2

lipat

dibandingkan kehamilan aterm. Sehingga komplikasi yang akan sering

terjadi distosia bahu, incoordinat uterin action, perdarahan post partum

(Prawirohardjo, 2014).

Kematian ibu dikelompokkan menjadi dua kematian obstertik

langsung dan kematian obstetrik tidak langsung. Kematian obstetrik

langsung adalah komplikasi kebidanan yang terkait dengan kehamilan

(kehamilan, persalinan, masa nifas dan infeksi puerporium), akibat

intervensi, kelalaian, terapi yang tidak tepat, misalnya pada kasus KPD,

Serotinus, PEB, Anemia, Kelainan Letak, dan lain sebagainya. Kematian

obstetrik tidaklangsung merupakan akibat penyakit terdahulu atau penyakit

yang berkembang semasa kehamilan, dan tidak berkaitan dengan penyebab

langsung, tetapi diperparah dengan dampak fisiologis kehamilan, misalnya

malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler (Varney dkk,

2007).

Serotinus adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42

minggu (294 hari) atau lebih pada siklus haid teratur rata-rata 28 hari dan

hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti. Diagnosa usia kehamilan

lebih dari 42 minggu didapatkan dari perhitungan rumus niagle atau dengan

tinggi fundus uteri serial (Nugroho, 2012).

Dampak yang terjadi pada ibu akibat hamil lewat bulan yaitu

mordibitas /mortalitas ibu dapat meningkat sebagai akibat dari mikrosomia

janin dan tulang tengkorak menjadi lebih keras yang menyebabkan terjadi
3

distosia persalinan, incoordinate uterin action, partus lama, angka

kejadian seksio sesarea meningkat karena gawat janin, disproporsi

sefalopelvik, meningkatkannya perdarahan pasca persalinan. Dampak yang

terjadi pada pada janin yaitu kelainan pertumbuhan janin (berat janin

menurun), sindroma postmaturitas (gangguan pertumbuhan, dehidrasi, kulit

kering, keriput seperti kertas, kuku tangan dan kaki panjang, tulang

tengkorak lebih keras, hilangnya verniks kasesosa dan lanugo, maserasi kulit

terutama daerah lipat paha dan genital luar, warna coklat kehijauan atau

kekuningan padakulit dan tali pusat, muka tampak menderita, rambut kepala

banyak atau tebal), oligohidramnion, gawat janin atau kematian perinatal

disebabkan oleh makrososmia, insufiensi plasenta, cacat bawaan

(Prawirohardjo, 2014).

Pengelolaan kehamilan lewat waktu dibagi menjadi dua yaitu

pengelolaan aktif dan pengelolaan pasif. Pengelolaan aktif yaitu dengan

melakukan persalinan anjuran pada usia kehamilan 41 atau 42 minggu untuk

memperkecil resiko terhadap janin. Pengelolaan pasif/menunggu/espektatif,

didasarkan pada pandangan bahwa persalinan anjuran yang dilakukan atas

dasar kehamilan serotinus mempunyai resiko/komplikasi cukup besar

terutama resiko persalinan operatif sehingga menganjurkan untuk dilakukan

pengawasan terus-menurus terhadap kesejahteraan janin,baik secara biofisik

maupun biokimia sampai persalinan berlangsung dengan sendirinya atau

timbul indikasi untuk mengakhiri kehamilan (Fadlun dan Achmad, 2014)


4

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk melakukan Asuhan

Kebidanan pada Ibu Bersalin dengan Induksi atas Indikasi Serotinus di

RS Habibullah Gabus dengan 7 langkah Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu:

1) Melakukan pengkajian data (subjektif dan objektif) pada Ny.A

G1P0A0 umur 26 tahun umur kehamilan 41⁺⁴ minggu dengan

induksi atas indikasi serotinus di RS Habibullah.

2) Menginterpretasikan data (diagnosa kebidanan, masalah, dan

kebutuhan) pada Ny.A G1P0A0 umur 26 tahun umur kehamilan

41⁺⁴ minggu dengan induksi atas indikasi serotinus di RS

Habibullah Gabus.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ny.A G1P0A0 umur 26

tahun umur kehamilan 41⁺⁴ minggu dengan induksi atas

indikasi serotinus di RS Habibullah Gabus.

4) Mengantisipasi tindakan segera pada Ny.A G1P0A0 umur 26

tahun umur kehamilan 41⁺⁴ minggu dengan induksi atas

indikasi serotinus di RS Habibullah Gabus.


5

5) Menyusun rencana tindakan pada Ny.A G1P0A0 umur 26 tahun

umur kehamilan 41⁺⁴ minggu dengan induksi atas indikasi

serotinus di RS Habibullah Gabus.

6) Melaksanakan rencana tindakan pada Ny.A G1P0A0 umur 26

tahun umur kehamilan 41⁺⁴ minggu dengan induksi atas

indikasi serotinus di RS Habibullah.

7) Mengevaluasi tindakan pada Ny.A G1P0A0 umur 26 tahun umur

kehamilan 41⁺⁴ minggu dengan induksi atas indikasi serotinus

di RS Habibullah Gabus.

b. Penulis mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan

praktek dilapangan dalam asuhan kebidanan pada ibu bersalin

dengan induksi atas indikasi serotinus serta mampu memberi

alternatif pemecahan masalah jika terjadi kesenjangan pada

kasus ibu bersalin dengan kehamilan serotinus.

C. Manfaat

1. Bagi Penulis

Penulis memperoleh wawasan dan dapat mengaplikasikan asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.

2. Bagi Profesi

Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan untuk

meningkatkan mutu layanan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

induksi atas indikasi serotinus.

3. Bagi Instansi dan Institusi


6

a. Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai sumber referensi untuk institusi

pendidikan, terutama pengetahuan asuhan kebidanan pada ibu

bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.

b. Rumah Sakit

Dapat menjadi masukan pada Rumah Sakit dalam rangka

meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya pada asuhan

kebidanan ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.


7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Persalinan

a. Definisi Persalinan Normal

1) Menurut Nurasiah,dkk (2012) persalinan normal adalah proses

pengeluaran janin yang cukup bulan ( lebih dari 37 minggu )

lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala, disusul

dengan pengeluaran plasenta dan selaput ketuban dari rahim ibu,

tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

2) Menurut Prawirohardjo (2009) persalinan normal adalah

membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam

jalan lahir.

b. Jenis-jenis Persalinan

Menurut Nurasiah, dkk (2012), ada 2 jenis-jenis persalinan,

yaitu berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan.

1) Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan

a) Persalinan Spontan

b) Persalinan spontan adalah Proses persalinan seluruhnya

berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. Persalinan Buatan

Persalinan buatan adalah proses persalinan tenaga bantuan

dari luar.

8
9

c) Persalinan Anjuran

Persalinan anjuran adalah bila kekuatan yang diperlukan

untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan.

2) Jenis persalinan menurut usiakehamilan

a) Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20

minggu atau berat badan janin kurang dari 500 gram.

b) Partus Matur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20

minggu dan 28 minggu atau berat badan janin antara 500

gram dan kurang dari 1000 gram.

c) Partus Prematur

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan

28minggu dan <37 minggu atau berat badan janin antara

1000 gram dan kurang dari 2500 gram.

d) Partus Matur atau Aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37

minggu dan 42 minggu atau berat badan janin lebih dari

2500 gram.

e) Partus Serotinus atau partus postmatur

Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42

minggu.
10

c. Sebab-sebab Mulainya Persalinan

Sebab-sebab mulainya persalinan menurut Nurasiah, dkk

(2012) :

1) Penurunan Hormon Progesteron

Pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun menjadikan

otot rahim sensitif sehingga menimbulkan his.

2) Kerenggangan Otot-otot

Otot rahim akan merenggang dengan kemajuan kehamilan,

oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

mengeluarkan isinya atau mulai persalinan.

3) Peningkatan Hormon Oksitosin

Pada akhir kehamilan hormon oksitosin bertambah sehingga

dapat menimbulkan his.

4) Pengaruh Janin

Hipofis dan kelenjar suprarenal padajanin memegang peranan

dalam proses persalinan, oleh karena itu pada anensepalus

kehamilan lebih lama dari biasanya.

5) Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan dari desi dua meningkat saat

umur kehamilan 15 minggu.Hasil percobaan menunjukkan

bahwa prostaglandin menimbulkan kontraksi miometrium

pada setiap umur kehamilan.

6) Plasenta menjadi tua


11

Dengan tuanya kehamilan plasenta menjadi tua, villi corealis

mengalami perubahan sehingga kadar progesteron dan

estrogen menurun.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan :

Faktor persalinan menurut Nurasiah, dkk (2012) dibagi

menjadi 5 faktor, antara lain :

1) Power (Tenaga/Kekuatan) adalah kekuatan atau tenaga yang

mendorong janin keluar. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan

his (kontraksi) dan tenaga mengedan.

2) Passage (Jalan Lahir) adalah kekuatan pada jalan lahir.

3) Passager(Janin dan Plasenta) adalah pergerakan janin

sepanjang jalan lahir merupakan interaksi beberapa faktor

yauitu, kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin.

4) Psikologis adalah keadaan psikis yang mempengaruhi ibu saat

proses persalinan.

5) Pysician (Penolong) adalah manfaat kompetensi yang dimiliki

penolong untuk memperlancar proses persalinan dan

mencegah kematian maternal dan neonatal.

e. Tahapan Persalinan

Pada tahapan persalinan menurut Nursiah,dkk (2012) dibagi

menjadi 4 kala, antara lain :

1) Kala I Persalinan

Dimulai sejak adanya his yang teratur dan meningkat


12

(frekuensi dan kekuatannya) yang menyebabkan pembukaan

sampai pembukaan lengkap (10 cm).

a) Kala 1 terdiri dari 2 fase, yaitu :

(1) Fase Laten :

(a) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan

pembukaan sampai pembukaan 3cm.

(b) Berlangsung selama 8 jam.

(2) Fase aktif di bagi menjadi 3 fase, yaitu :

(a) Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm

menjadi 4 cm.

(b) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam

pembukaan serviks berlangsung dengan cepat dari 4cm

menjadi 9 cm.

(c) Fase deselerasi : Pembukan serviks menjadi lambat,

dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm menjadi 10 cm.

2) Kala II Persalinan

Dimulai pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya janin.

Tanda gejala kala II Persalinan :

a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada

rectum/vagina.

c) Perineum menonjol.
13

d) Vulva vagina, spinter ani membuka.

e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah.

3) Kala III Persalinan

Kala perslinan plasenta (kala uri), tanda-tanda pelepasan

plasenta :

a) Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus

uteri.

b) Tali pusat memanjang atau menjulur keluar melalui

vagina/vulva.

c) Adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III.

d) Berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

4) Kala IV Persalinan

Kala IV persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 2

jam post partum, hal ini dimaksudkan agar dokter atau bidan

tetap mendampingi ibu setelah 2 jam persalinan (2 jam post

partum). Untuk menghindari perdarahan yang terjadi pada

ibu.

f. Mekanisme Persalinan

Tahap-tahap mekanisme persalinan Nursiah,dkk (2012), yaitu :

1) Engagement

Masuknya kepala melintasi pintu atas panggul dalam kuadran

syinclitismus, yaitu arah sumbu kepala janin tegak lurus

dengan bidang pintu atas panggul atau sutura sagitalis terdapat


14

ditengah-tengah jalan lahir/tepat di antara simfisis dan

promotorium, sehingga dari pariental depan dan belakang sama

tingginya.

Majunya kepala bersamaan dengan gerakan fleksi, putaran

faksi dalam dan exstensi.

2) Fleksi

Majunya kepala biasanya fleksi bertambah dengan ubun-ubun

kecil lebih rendah dari ubun-ubun besar. Keuntungan dari

bertambahnya fleksi ialah bahwa ukuran kepala yang lebih

kecil melalui jalan lahir : diameter subocipto bregmatika

(9,5 cm) menggantikan suboccipto frontalis (11 cm).

3) Putaran paksi dalam

Pada letak fleksi, bagian belakang kepala merupakan bagian

terendah dari kepala. Bagian terendah dari kepala ini mencari

tahanan yang paling sedikit terdapat sebelah depan atas dimana

terdapat hiatus genitalis, m. Levator ani kiri dan kanan. Ukuran

terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior.

4) Ekstensi

Setelah putaran paksi selesai dan kepala sampai dasar pangul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke

depan dan atas, sehingga kepala mengadakan ekstensi untuk


15

melaluinya. Maka lahirlah berturut-turut pada pinggir atas

perineum ubun-ubun besar, dahi, hidung, mulut, dan dagu

dengan gerakan ekstensi.

5) Putaran paksi luar

Setelah kepala lahir, maka kepala janin akan memutar kembali

ke arah punggung janin untuk menghilangkan torsi pada leher

yang terjadi karena putaran paksi dalam. Putaran dilanjutkan

hingga belakang kepala berhadapan dengan tuber ischiadicum

sepihak ( disisi kiri ). Gerakan terakhir putaran paksi luar

disebabkan karena ukuran bahu menempatkan diri dalam

diameter anteroposterior dari pintu bawah panggul.

6) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai dibawah

sympysis dan menjadi hypomochlion untuk kelahiran bahu

belakang. Bahu depan menyusul dan selanjutnya seluruh badan

bayi lahir searah dengan paksi luar.

g. Penatalaksanaan Persalinan

a) Persalinan menurut Depkes RI tahun ( 2008 ), antara lain :


Kala I

(1) Persiapan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi

: mempersiapkan ruang yang hangat, bersih, sirkulasi

udara yang baik, terlindung dari tiupan angin, sumber

air bersih dan mengalir untuk memandikan ibu.

(2) Pastikan perlengkapan dari bahan-bahan sudah


16

bersih/steril siap pakai.

(3) Persiapan rujukan apa bila terjadi penyulit dalam

persalinan.

(4) Berikan asuhan sayang ibu.

(5) Pengurangan rasa sakit dengan menghadirkan

keluarga, suami, maupun teman terdekat ibu.

(6) Dukungan emosional.

(7) Mengatur posisi.


(8) Evaluasi his setiap 10 menit sekali, pembukaan setiap

4 jam sekali.

(9) Pemberian cairan dan nutrisi.

(10) Kamar mandi.

(11) Pencegah infeksi.

(12) Persiapan persalinan.

b) Kala II

(1) Anjurkan agar ibu didampingi oleh keluarganya

selama proses persalinan dan kelahiran bayinya.

(2) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan,

diantaranya membantu ibu untuk berganti posisi,

melakukan rangsangan taktil, memberikan makanan

dan minuman, teman bicara, dan memberikan

dukungan semangat selama persalinan dan melahirkan

bayinya.

(3) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan


17

semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan

menjelaskan tahan kemajuan proses persalinan atau

kelahiran bayi kepada mereka.

(4) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani

kala II persalinan.

(5) Bantu ibu untuk memilih posisi yang nyaman saat

meneran.

(6) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu ha nya

meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk

meneran jangan anjurkan untuk meneran

berkepanjangan dan menahan nafas.

(7) Menganjurkan ibu untuk minum dalam persalinan kala

II.

c) Kala III

(1) Melakukan management aktif kala III.

(2) Pemberian suntikan oksitosin.

(3) Melakukan peregangan tali pusat terkendali.

d) Kala IV

(1) Memperkirakan kehilangan darah.

(2) Memeriksa perdarahan dari perineum.

(3) Mencegah infeksi.

(4) Pemantauan keadaan umum ibu selama 2 jam post

partum.
18

2. Kehamilan Serotinus

a. Pengertian

1) Serotinus adalah kehamilan yang telah berlangsung selama 42

minggu (294 hari) atau lebih, pada siklus haid teratur rata-rata

28 hari dan hari pertama haid terakhir diketahui dengan pasti

(Nugroho, 2012).

2) Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang umur

kehamilannya lebih dari 42 minggu (Prawirohardjo, 2014).

b. Etiologi

Menurut Nugroho (2012), penyebab terjadinya kehamilan

serotinus pada umumnya tidak diketahui secara pasti, beberapa

faktor yang diduga sebagai penyebab, antara lain :

1) Cacat bawaan : anencefalus.

2) Defisiensi sulfatase plasenta.

3) Pemakaian obat-obatan yang berpengaruh pula sebagai tokolitik

anti prostaglandin : albutamol, progestin, asam mefenamat, dan

sebagainya.

4) Tidak diketahui penyebabnya.

Hal ini juga bisa disebabkan karena :

1) Penurunan kadar estrogen, pada kehamilan normal

umumnya tinggi.

2) Pada kasus insufisensi plasenta/adrenal janin, hormon

prokusor yaitu isoandrosteron sulfat diekskresikan dalam


19

cukup tinggi konversi menjadi estradioldan cara langsung

estriol di dalam plasenta, contoh klinik mengenai defisiensi

prekusor estrogen adalah anensefalus.

3) Faktor hormonal yaitu kadar progesteron tidak cepat turun

walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan

uterus terhadap oksitosin berkurang.

4) Faktor lain adalah hereditas, karena post matur / serotinus,

sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu.

c. Diagnosis

Menurut Nugroho ( 2012 ), diagnosis serotinus tidak seberapa

sulit apabila siklushaid teratur dari haid pertama haid terakhir

diketahui pasti. Dalam menilai apakah kehamilan matur atau tidak,

beberapa pemeriksaan dapat dilakukan :

1) Berat badan ibu turun dan lingkaran perut mengecil dan air

ketuban berkurang.

2) Pemeriksaan rongenologik : dengan pemeriksaan ini pada janin

matur dapat ditemukan pusat osifikasi pada os cuboid, bagian

distal dan femur dan bagian proksimal tibia, diameter bipariental

kepala 9.8 cm lebih. Keberatan pemeriksaan ini adalah

kemungkinan pengaruh tidak baik sinar rongen terhadap janin.

3) Pemeriksaan dengan USG : dengan pemeriksaan ini diameter

bipariental kepala janin dapat di ukur dengan teliti tanpa bahaya.

4) Pemeriksaan sitologi liquor amnion. Amnioskopi dan periksa


20

pH-nya dibawah 7,20 dianggap sebagai tanda gawat janin.

5) Pemeriksaan sitologik vagina untuk menentukan infusiesi

plasenta dinilai berbeda-beda.

6) Rasio lesitin-sfingomielin dengan Thin layer chromatography

atau dengan shake foam test, aktifitas tromboplastin dengan

cairan amnion.

d. Manifestasi klinis dalam serotinus

1) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang

jarang, yaitu secara subyektif dengan kardiotokografi kurang dari

10 kali / 20 menit.

2) Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi

menjadi :

a) Stadium I : kulit kehilangan ferniks kaseosa dan

terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah

mengelupas.

b) StadiumII : seperti stadium I disertai pewarnaan

mekonium (kehijauan) dikulit.

c) Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan

kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat.

e. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan serotinus menurut Nugroho ( 2012 ) :

1) Setelah usia kehamilan >40 minggu yang penting adalah

monitoring janin sebaik-baiknya.


21

2) Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan

spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat.

3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks,

kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan

atau tanpa amniotomi.

4) Bila (a) riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam

rahim (b) terdapat hipertensi, pre eklamsi dan (c) kehamilan ini

adalah anak pertama karena infertilitas, atau (d) pada kehamilan

lebih dari 40 – 42 minggu, maka ibu dirawat dirumah sakit.

5) Tindakan operasi sectio cesarea dapat dipertimbangkan pada

a) Insufiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang.

b) Pembukaan yang belum lengkap.

c) Persalinan lama.

d) Terjadi tanda gawat janin.

e) Primigravida tua.

f) Kematian janin dalam kandungan,

g) Pre eklamsia.

h) Hipertensi menahun,

i) Infertilitas.

j) Kesalahan letak janin.

f. Induksi Persalinan

1) Pengertian induksi Persalinan :

a) Induksi persalinan adalah persalinan yang dimulai dengan


22

cara-cara artifial (Oxorn, 2010).

b) Induksi adalah tindakan/langkah untuk memulai persalinan

yang sebelumnya terjadi, bisa secara mekanik maupun

kimiawi (farmakologik ) (Nugroho, 2012).

c) antisipasi persalinan dengan induksi atas indikasi serotinus,

antara lain:

(1) Menurut Saifudin (2010), melakukan kolaborasi

dengan dokter SpOG untuk penanganan induksi

persalinan dengan oxytosin drip, mulai 8 tetes dalam

15 menit di naikkan dengan interval 15 menit

sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi

maksimal. Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan

seluruhnya 500 cc.

(2) Menurut Rohani dkk (2011), melakukan kolaborasi

dengan laboratorium untuk melakukan pemeriksaan

urine guna mengetahui kadar protein dan glukosanya,

dan pemeriksaan darah untuk mengetahui faktor

rhesus, golongan darah, Hb, HbSAg dan penyakit

rubella untuk mengetahui kadar protein dan

glukosanya.

2) Indikasi

Indikasi untuk induksi menurut Nugroho ( 2012 ), yaitu :

a) Penyakit hipertensi pada kehamilan.


23

b) Diabetes mellitus.

c) Ketuban pecah dini, janin viabel.

d) Chorioamnionitis merupakan infeksi jaringan membran

fetalis beserta cairan amnion yang terjadi sebelum partus

sampai 24 jam post partum.

e) Gangguan pertumbuhan intrauterine.

f) Isoimonisasi merupakan pengembangan anti bodi yang

spesifik diarahkan pada sel darah merah dari individu lain,

seperti bayi dalam rahim.

g) Kematian janin dalam kandungan.

h) Usia kehamilan >41 minggu.

g. Kontra Indikasi

Kontraindikasi absolute menurut Nugroho (2012), yaitu :

1) Insisi uterus klasik sebelumnya.

2) Infeksi herpes genitalis aktif plasenta atau vasa previa.

3) Prolaps tali pusat.

4) Malpresentasi fetus, misalnya melintang.

5) Riwayat operasi myomektomi intramural.

h. Komplikasi

Komplikasi menurut Nugroho (2012), yaitu :

1) Kontraksi yang hipertonik (hiperstimulasi) dan gawat janin : His

dengan interfal kurang dari 2 menit, lama lebih dari 60 detik,

kuat dengan denyut jantung janin kurang dari 120/menit atau


24

lebih dari 160/menit.

2) Intoksikasi air, yang ditandai dengan :

Sakit kepala,mual,muntah,konfulsi dan kematian.

i. Metode Induksi

Metode induksi yang digunakan untuk induksi persalinan menurut

Nugroho (2012), yaitu :

1) Metode induksi secara farmakologis meliputi prostaglandin

(PGE1 : misoprostol) dan oxytosin. Misoprostol dapat diberikan

secara vaginal, oral (buccal), atau sublingual. Misoprostol tidak

dapat digunakan untuk stimulasi, dan tidak boleh digunakan

untuk induksi persalinan dengan riwayat operasi sesar (SC).

2) Titrasi/drip oxytosin dosis rendah

Titrasi oxytosin 2,5 – 5 IU dalam dextros 5% 500 mL, diberikan

secara drip sampai maksimal 2 botol (1000 mL). Bila setelah 3

botol belum terjadi kontraksi atau belum tercapai skor bishop

<5, maka pasien diistirahatkan selama 24 jam kemudian di

ulangi lagi.Bila 2 seri induksi ternyata tidak ada kontraksi atau

tidak tercapai skor bishop kurang dari 5, maka induksi dapat di

sebut gagal.

Antisipasi pada ibu bersalin dengan induksi pada kehamilan

serotinus adalah melakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

untuk penanganan induksi persalinan dengan oxytosin drip,

mulai 8 tetes dalam 15 menit di naikkan dengan interval 15


25

menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc

(Saefudin, 2009).

3) Insersi foley catheter intrauterine

Bahan dan alat :

1) Sarung tangan steril

2) Speculum

3) Foley catheter

4) Spuit injeksi dengan aquades Prosedur tindakan :

a) Asepsis dan antisepsis lapangan kerja (vulva, urethra,

vagina, portio vaginalis).

b) Masukkan foley catheter no. 14F – 16F melewati canalis

servikalis, ditempatkan di atas ostiom uteri internus, bila

terus dilatasi, maka balon akan ekspulsi. Kemudian balon

di isi air sebanyak 25 – 50 cc, lalu dibiarkan 12 – 24 jam.

Tujuannya : agar dilatasi serviks. Setelah itu, jika scor

bishop >5 dapat dilanjutkan dengan drip oksitosin seperti

di atas. Teknik ini dapat dilakukan untuk mengakhiri

kehamilan yang mengalami komplikasi seperti preeklamsia

berat atau eklamsia, tetapi kemudian popularitasnya kalah

dibandingkan dengan insersi tablet misoprostol/cytotec

yang lebih nyaman bagi pasien, namun hasilnya sangat

bagus.
26

4) Penggunaan laminaria Bahan dan alat :

a) Sarung tangan steril

b) Speculum

c) Laminaria 2 – 4 batang Prosedure tindakan :

a) Asepsis dan anti asepsis lapangan kerja (vulva, uretra,

vagina, portio vaginalis).

b) Masukkan 2–4 batang laminaria melalui kanalis servikalis

dan di biarkan 6–12 jam, selanjutnya bisa dilanjutkan

dengan drip oksitosin seperti diatas.

c) Penggunaan laminaria stift ini sudah jarang dilakukan

dalam obstetri modern, kecuali untuk persiapan evakuasi

mola hidatidosa atau pada missed abortion.

5) Stimulasi dengan amniotomi dan striping

a) Amniotomi/ARM (artificial rupture of the membranes)

Dikerjakan apabila penderita benar-benar sudah dalam

persalinan, kepala janin telah masuk dalam panggul dan

pembukaan sekurang-kurangnya 2-3 cm.

b) Strepping/sweppingyaitu melepaskan/memisahkan selaput

kantong ketuban dari segmen bawah uterus dapat dengan

cara :

(1) Manual : dengan jari tengah/telunjuk dimasukkan ke

dalam kanalis servikalis. Hingga di atas os. Uteri

internum dan bergerak melingkar untk melpaskan


27

selaput ketuban dari segmen bawah rahim. Teknik ini

diharapkan dapat menstimulasi keluarnya prostaglandin

endogen.

(2) Dengan balon catheter foley yang dipasang di dalam

segmen bawah uterus melalui kanalis servikalis, diisi

cairan (dapat sampai 100 cc pada foley no. 24)

diharapkan akan mendorong selaput ketuban didaerah

segmen bawah uterus sampai terlepas (bukan untuk

dilatasi serviks)
28
BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PATOLOGI PADANY.A

G1P0A0 UMUR 26 TAHUN HAMIL 41⁺⁴ MINGGU DENGAN

INDUKSI ATAS INDIKASI SEROTINUS DENGAN BRITHING

BALL DI RS HABIBULLAH GABUS

Ruang: VK

Tanggal masuk: 30 Nopember 2022

A. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS IBU IDENTITAS SUAMI

1. Nama : Ny.A Nama : Tn.S

2. Umur : 26 tahun Umur : 26 tahun

3. Agama : Islam Agama : Islam

4. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia Suku Bangsa : Jawa

5. Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA


6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Gabus rt 1/11

B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)

Tanggal : 30-11-2022 Pukul : 07.00 WIB

1. Alasan utama pada waktu masuk : Ibu mengatakan datang

di rumah sakit pukul 06.00 WIB, rujukan dari bidan.

2. Alasan datang : ibu merasakan kenceng-kenceng pada perut bagian bawah,

29
30

akhir- akhir ini pergerakan janin berkurang dan kehamilannya sudah

melewati hari perkiraan lahir. Tanda-tanda persalinan

a. Kontraksi

Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng makin lama

makin sering menjalar sampai kepinggang sejak tanggal 29

Nopember 2022 pukul 23.00 WIB.

b. PPV

Ibu mengatakan mengeluarkan lendir bercampur darah.

3. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama pada umur 13 tahun

b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haidnya 28 hari

c. Lama : Ibu mengatakan lama haidnya 7-8 hari

d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 3-4 x/hari

e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur

f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah haidnya encer dan

berwarna merah segar

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah merasakan

nyeri perut pada saat haid.

4. Riwayat perkawinan

a. Status perkawinan : sah, kawin : 1 kali

b. Kawin/menikah : umur 23 tahun, dengan suami umur 25

tahun Lamanya 1 tahun


31

5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

No Tgl/Thn Tem UK Jenis Peno Anak Nifas Keadaan


pat long Anak

Partus Par Par JK BB PB Kead Laktasi Sekarang


tus tus

Hamil Sekarang

6. Riwayat Hamil Ini

a. HPHT : 11 Pebruari 2022

b. HPL : 18 Nopember 2022

c. Keluhan pada :

Trimester I : Ibu mengatakan mengeluh mual dan muntah

Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan

Trimester III : Ibu mengatakan gerakan janin berkurang

d. ANC : Ibu mengatakan selama hamil memeriksakan

kehamilannya 6 kali ke bidan yaitu pada saat umur kehamilan 8

minggu, 16 minggu, 24 minggu, 32 minggu, 36 minggu, 42

minggu.

e. Penyuluhan yang pernah di dapat : Ibu mengatakan pernah

mendapat penyuluhan tentang gizi ibu hamil, tanda bahaya

persalinan dan persiapan persalinan.

f. Imunisasi TT : Ibu mengatakan mendapatkan imunisasi TT 2 kali

yaitu pada saat akan menikah dan pada saat umur kehamilan 4

bulan.

7. Riwayat Keluarga Berencana : Ibu mengatakan belum pernah


32

menggunakan alat kontrasepsi apapun

8. Riwayat Penyakit :

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan saat ini tidak sedang menderita penyakit

apapun.

b. Riwayat penyakit sistemik :

1) Jantung

Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri dada sebelah

kiri, dan tidak mudah lelah saat beraktivitas

2) Ginjal

Ibu mengatakan tidak pernah nyeri tekan pada perut

bagian bawah.

3) Asma

Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.

4) TBC

Ibu mengatakan tidak pernah batuk berkepanjangan lebih dari

2 minggu

5) Hepatitis

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami warna kuning pada

mata, kulit dan kuku.

6) Diabetes Militus

Ibu mengatakan tidak pernah lapar, haus serta BAK lebih

dari 4 kali dimalam hari.


33

7) Hipertensi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah

lebih dari 140/90 mmHg

8) Epilepsi

Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang-kejang

sampai mengeluarkan busa dari mulutnya.

9) Lain-lain

Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit lain

seperti HIV/AIDS.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu mengatakan dari keluarganya maupun suaminya tidak ada

yang menderita penyakit menurun seperti asma, hipertensi, DM

(diabetes militus), dan tidak menderita penyakit menular seperti

TBC, hepatitis, dan HIV/AIDS.

d. Riwayat Keturunan Kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga

suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah operasi atau tindakan bedah apapun.

9. Pola Kebiasaan sehari-hari :

a. Nutrisi

Selama hamil : Ibu mengatakan makan 3 kali porsi sedang,

jenisnya nasi, sayur, dan lauk. Minum air putih 6-8 gelas/hari.
34

Makan/minum terakhir: Ibu mengatakan makan dan minum

terakhir pukul 07.00 WIB dirumah sakit, jenisnya nasi porsi

sedikit, sayur soap, daging, tahu, dan minum teh ± 1 gelas

b. Personal Hygiene

Selama hamil: Ibu mengatakan mandi 2 kali/sehari, gosok gigi

2kali/hari, dan keramas 2 kali dalam seminggu.

Saat ini: Ibu mengatakan belum mandi, hanya cuci muka dan gosok

gigi

c. Eliminasi

Selama Hamil: Ibu mengatakan BAB 1kali/hari, konsistensi

lunak, BAK 5-6 kali/hari, warna kuning jernih.

BAB dan BAK terakhir pukul : Ibu mengatakan BAK terakhir

pukul 07.00 WIB dan BAB terakhir tanggal 29 Nopember

2022

pukul 08,00 WIB, konsistensi BAB lunak, bau khas fases,

konsistensi BAK warna kuning jernih bau khas urin

d. Aktifitas

Selama hamil : Ibu mengatakan dirumah saja, melakukan

pekerjaan rumah seperti memasak,

menyapu, mengepel lantai, mencuci.

Saat Ini : Ibu mengatakan hanya tiduran di bad

e. Istirahat/tidur

Selama hamil: Ibu mengatakan jarang tidur siang siang ± 1


35

dan tidur malam ± 8 jam.

Saat ini: Ibu mengatakan tidur hanya 2 jam.

f. Pola Seksual

Sebelum hamil: Ibu mengatakan melakukan hubungan 2 kali

seminggu.

Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan 1 kali

dalam seminggu.

g. Psikososial budaya

1) Perasaan menghadapi persalinan ini

Ibu merasa cemas menghadapi persalinan ini karena

kehamilannya melewati hari perkiraan lahir dan gerakan

bayinya berkurang.

2) Kehamilan ini direncanakan/tidak

Ibu mengatakan kehamilan ini direncanakan.

3) Jenis kelamin yang diharapkan

Ibu mengatakan baik laki-laki ataupun perempuan sama saja

yang penting sehat.

4) Dukungan keluarga terhadap persalinan ini

Ibu mengatakan keluarganya sangat mendukung

kehamilannya dan persalinan ini.

5) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan hanya tinggal serumah dengan suaminya.

6) Pantangan makanan
36

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan apapun.

7) Kebiasaan adat-istiadat

Ibu mengatakan ada adat istiadat dalam keluarganya yaitu

mitoni atau 7 bulanan.

h. Penggunaan obat-obatan, jamu / rokok

Ibu mengatakan tidak pernah mengonsumsi jamu, ataupun

obat-obatan lainnya kecuali ibu hanya mengonsumsi obat dari

bidan. Ibu dan suami tidak merokok.

C. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif)

1. Status generalis

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV TD : 120/70 mmHg R : 24x/menit

N : 82x/menit S : 36,5 º C

d. TB : 160 cm

e. BB sebelum hamil : 60 kg

f. BB sekarang : 76 kg

g. LILA : 25, 5 cm

2. Pemeriksaan Sistematik

a. Kepala

1) Rambut : bersih,hitam, tidak berketombe

2) Muka : bersih, tidak odema, tidak ada

cloasma gravidarum
37

3) Mata

a) Oedeme : tidak odema.

b) Conjungtiva: merah muda

c) Sklera : putih

4) Hidung : simetris, bersih, tidak ada

benjolan, tidak ada secret

5) Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen

6) Mulut/gigi/gusi: sersih, tidak stomatitis, tidak ada caries,

gusi tidak berdarah

1) Kelenjar Gondok : tidak ada

pembesaran

2) Tumor : tidak ada benjolan

3) Pembesaran kelenjar limfe : tidak ada

pembesaran

b. Dada dan axilla

1) Mammae

a) Membesar : Normal

b) Tumor : tidak ada benjolan

c) Simetris :simetris kanan dan kiri

d) Areola :hiperpigmentasi

e) Puting Susu :menonjol

f) Kolostrum :belum keluar

2) Axilla
38

a) Benjolan :tidak ada benjolan

b) Nyeri :tidak ada nyeri tekan

c. Ekstremitas

1) Atas : jari-jari lengkap, tidak ada oedema, terpasang

infus RL + drip Oxy 5 IU dengan tetesan 15 menit

pertasma 12 tpm pada tangan kiri.

2) Bawah

a) Varises : tidak ada varices

b) Oedeme : tidak oedema

c) Reflek patella : tidak dilakukan

d) Kuku : bersih

3. Pemeriksaan Khusus Obstetri

a. Abdomen

1) Inspeksi

a) Pembesaran perut : normal, sesuai umur kehamilan

b) Bentuk perut : memanjang

c) Linea alba/nigra : Linea nigra

d) Strie albican/livide : Strie albican

e) Kelainan : tidak ada

f) Pergerakan janin : Ada saat dilakukan pemeriksaan

2) Palpasi

a) Pergerakan janin : teraba pergerakan janin

b) Kontraksi : 3x dalam 10 menit lamanya 30detik


39

c) Leopold I : TFU 3jari di bawah proxecus

xifoideus. Bagian fundus uteri

teraba bulat, lunak, tidak

melenting (bokong).

d) Leopold II

Kanan : teraba bagian-bagian terkecil janin

(ekstremitas)

Kiri : teraba panjang, keras, seperti papan

(punggung)

e) Leopold III : bagian bawah teraba bulat, keras,

melenting (kepala)

Leopold IV : bagian terbawah janin

sudah masukPAP 3/5 bagian.

f) TFU Mc Donald : 31 cm

g) TBJ : (TFU-11)x155 = (31-11)x155 = 3100 gram

3) Auskultasi

DJJ punctum maximum: (+) kiri bawah pusat

Frekuensi : 136x/menit

Teratur/tidak : teratur

b. Pemeriksaan panggul

1) Kesan Panggul : Normal

2) Distantia Spinarum : tidak dilakukan

3) Distantia Cristarum : tidak dilakukan


40

4) Conjugata Eksterna : tidak dilakukan

5) Lingkar Panggul : tidak dilakukan

c. Anogenital

1) Vulva vagina

a) Varises : tidak ada varices

b) Luka : tidak ada bekas luka

c) Kemerahan : tidak ada kemerahan

d) Nyeri : tidak ada nyeri tekan

e) PPV : lendir darah

2) Perinium

a) Bekas Luka : tidak ada bekas luka

b) Lain-lain : tidak ada

3) Anus

a) Haemorhoid : tidak ada haemoroid

b) Lain-lain : tidak ada

4) Inspekulo

a) Vagina : tidak dilakukan

b) Portio : tebal

5) Vagina Toucher

a) Pembukaan : 3 cm

b) Portio : tebal

c) Ketuban : utuh
41

d) Presentasi : belakang kepala

e) Posisi : UUK jam 12.00 WIB

f) Penurunan : Hodge III

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium di rumah sakit pada tanggal

14 September 2022:

HB : 11,8 gr %

Golongan darah : B

HbSAg : negatif

VST : negatif

b. Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan

B. INTERPRETASI DATA

1. DIAGNOSA KEBIDANAN

NY. A G1P0A0 umur 26 tahun, hamil 41⁺⁴ minggu, janin Tunggal,

Hidup, Intrauteri, Letak Memanjang, Punggung kiri, Presentasi

Kepala, inpartu kala I fase laten.

Data Dasar :

DS : 1) Ibu mengatakan bernama Ny. F umur 24 tahun.

2) Ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama belum

pernah keguguran.

3) Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 11

Pebruari 2022.

4) Ibu mengatakan perut bagian bawah terasa kenceng-


42

kenceng.

5) Ibu mengatakan gerakan janinnya berkurang.

6) Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal 11

Nopember 2022.

DO :
1) Keadaan Umum : Baik
a)
2) Kesadaran : Composmentis

3) TTV TD : 120/70 mmH R: 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5 º C

4) Palpasi
Pergerakan janin : teraba pergerakan janin

b) Kontraksi : 3x dalam 10 menit

lamanya 30 detik

c) Leopold I : TFU 3 jari di bawah

proxecus xifoideus. Bagian

fundus uteri teraba bulat,

lunak, tidak melenting

(bokong).

d) Leopold II

Kanan : teraba bagian-bagian

terkecil janin

(ekstremitas)

Kiri : teraba panjang,

keras, seperti papan

(punggung)
43

e) Leopold III : Bagian bawah teraba

bulat, keras melenting

(kepala)

f) Leopold IV : bagian terbawah janin

sudah

masuk PAP 3/5 bagian.

g) Tfu mc donald : 31 cm

h) TBJ :

(TFU-11)x155 = (31-11)x155 = 3100 gram

5) Pembukaan : 3 cm

6) Frekuensi : 136 x/menit/teratur

2. MASALAH

Ibu merasa cemas menghadapi persalinan ini karena kehamilannya

melewati hari perkiraan lahir dan perut bagian bawah kenceng mejalar ke

pinggang.

3. KEBUTUHAN

Memberikan suport mental kepada ibu agar ibu tetap tenang dan tidak

merasakan cemas, memberikan therapi briting ball untuk mengurangi nyeri

akibat induksi persalinan.

C. DIAGNOSA POTENSIAL

1. Pada ibu : partus lama

a. Partus Lama

b. Rupture Uteri

2. Pada bayi :
44

a. IUFD

b. Gawat Janin (Fetaldistress

D. TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan dr.SpOG, yaitu :

1. Pemberian infus RL 20 tpm

2. Induksi dengan oxy drip 5 IU tetesan 15 menit pertama 12 tpm, dan

naikkan tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali sampai tetesan maksimal 20

tpm

E. PERENCANAAN

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul :07.10 WIB

1 Beritahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu dan hasil

pemeriksaannya.

2 Observasi kemajuan persalinan yaitu : nadi, respirasi, suhu, tekanan

darah, pembukaan servik setiap 30 menit.

3 Observasi kontraksi dan DJJ setiap 30 menit.

4 Mengganti cairan infus kedua apabila cairan infus sudah habis sesuai

advis dokter.

5 Anjurkan Pada ibu untuk teknik relaksasi

6 Jelaskan Pengertian dari birthing ball untuk ibu bersalin

7 Jelaskan tujuan dan manfaat dari birthing ball

8 Berikan terapi birthing ball pada ibu bersalin


45

9 Anjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dan menganjurkan ibu

untuk makan dan minum

10 Anjurkan ibu untuk tarik nafas panjang saat ada kontraksi dan

menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap.

11 Siapan partus set, heating set, baju ibu, baju bayi.

12 Catat hasil pemeriksaan dan pemantauan kemajuan persalinan dalam

lembar observasi

F. PELAKSANAAN

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 07.15 WIB

1 Memberitahu ibu dan keluarga tentang keadaan ibu.

Keadaan ibu saat ini baik, pembukaan 3 cm dan sudah ada tanda-tanda

persalinan yaitu ibu merasakan kenceng-kenceng semakin sering,

sudah ada pengeluaran PPV.

2 Mengobservasi kemajuan persalinan yaitu : nadi, respirasi,suhu,

tekanan darah, pembukaan servik setiap 30 menit.

TD : 120/70 mmHg R : 82x/menit

Nadi : 24x/menit S : 36,5ºC

Pembukaan : 3 cm

3 Mengobservasi kontraksi dan DJJ setiap 30 menit.

4 Mengganti cairan infus kedua apabila cairan infus sudah habis

sesuai advis dokter, cairan infus kedua diganti pada pukul 09.15 WIB.

Infus RL + drip oxy5 IU tetesan 15 menit pertama 12 tpm, dan naikkan

tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali sampai tetesan maksimal 20 tpm.


46

5 Menganjurkan keluarga untuk mendampingi ibu dan menganjurkan ibu

untuk makan dan minum saat tidak ada his agar tenaga ibu bertambah

kuat saat mengejan pada proses persalinan.

6 Menganjurkan ibu untuk tarik nafas panjang saat ada kontraksi dan

menganjurkan ibu utuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap

karena jika ibu meneran sebelum pembukaan lengkap dapat

menyebabkan genetalia ibu membengkak dan ibu kehabisan tenaga

untuk mengejan saat persalinan.

7 Menjelaskan Pengertian dari Birthing ball yaitu Birthing balll

merupakan salah satu tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri

persalinan, dengan menambahkan alat berupa bola.

8 Menjelaskan tujuan dan manfaat Birthing ball pada ibu bersalin yaitu:

 Melakukan latihan Birthing balll exercises pada ibu hamil

sebagai persiapan dan melenturkan otot-otot panggul dalam

menghadapi persalinan guna memperpendek lama waktu

persalinan kala I dan kala II.

 Mengatasi rasa sakit dan nyeri selama kehamilan

 Menjaga ligamen dan otot tetap santai dan kencang sehingga

akan membantu tubuh Anda untuk beradaptasi dengan

perubahan dramatis terjadi dalam diri Anda saat persalinan

nanti

 Membantu Menyelaraskan bayi selama kehamilan dan

persalinan
47

 Membuka panggul dalam persalinan.

9 Memberikan Birthing ball pada ibu bersalin dengan langkah- langkah :

a. Tahap Pra interaksi


 Memperkenalkan diri
 Menyiapkan kondisi lingkungan yang nyaman untuk
melakukan perlakuan.
 Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
kepada responden. Peneliti akan melakukan latihan Birthing
ball bersama ibu hamil yang sebelumnya akan dilakukan
pemeriksaan TTV dan Denyut Jantung Janin terlebih
dahulu.
b. Tahap Orientasi
 Menjelaskan tahapan yang akan dilakukan saat melakukan
latihan Birthing ball mencakup tahap awal, tahap inti dan
tahap akhir.
 Menjelaskan lama waktu melaksanakan latihan selama 30
menit.
 Meminta kepada pasien untuk menggunakan pakaian yang
nyaman untuk mempermudah latihan Birthing ball
 Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya jika ada
yang kurang jelas
c. Tahap Kerja
 Pastikan ibu dan bayi dalam keadaan sehat periksa TTV ibu
dan denyut jantung janin sebelum melakukan tindakan.
 Duduklah dengan mencari posisi ternyaman, pantulkan bola
dengan posisi duduk, minimal 10 x
 Lakukan putaran dengan posisi duduk, 10 x ke kanan dan 10 x
ke kiri
 Lakukan gerakan maju mundur , masing – masing 10x
 Lakukan gerakan goyang ke samping minimal 10 x
48

 Lakukan gerakan, posisikan kaki setengah maju, gerakan


badan maju mundur , kekanan 10 x, kekiri 10 x
 Rentangkan tangan keatas kanan dan kiri, masing – masing 10
x
 Atur posisi menungging, dengan posisi kepala bersandar ke
bola, lakukan tarik napas tarik punggung ke atas dan buang ke
bawah dengan teratur
 Atur posisi menungging, dengan posisi kepala bersandar ke
bola, lakukan tarik napas tarik bokong, putaran ke kanan dan
kekiri
 Atur posisi menungging, dengan posisi kepala bersandar ke
bola, lakukan tarik napas tarik bokong, putaran ke kanan dan
kekiri
 Posisikan tangan diangkat keatas, sambil bernafas dengan
hidung, dan keluarkan udara melalui mulut
 Setelah itu gantian tangan di satukan di bagaian bawahbawa,
sambil bernafas dengan hidung, dan keluarkan udara melalui
mulut
 Rilex dengan gaya menungging, jangan sampai menekan
bagian perut ke depan dan belakang
d. Tahap Terminasi
 Evaluasi pemahaman ibu adakah yang merasa kesulitan atau
merasa terlalu lelah dengan latihan yang dilakukan
 Setelah ibu merasa rileks 5-10 menit pasca melakukan latihan
lakukan pemeriksaan TTV ulang dan pemeriksaan Denyut
Jantung Janin.
10 Menyiapan partus set, heating set, baju ibu, baju bayi

Partus set : 2 buah klem tali pusat, gunting tali pusat, gunting

episiotomi, 2 buah sarung tangan DTT kanan-kiri, 2 sarung tagan


49

panjang DTT, pengikat tali pusat DTT, ½ kocker, kassa steril, spuit 3

cc, lidocain, oxytosin 10 IU, bak instrumen, cairan infus RL,

penghisap lendir deelle, Heacting set :jarum steril, kom dan betadine,

nefulder, benang cat gut, Pakaian ganti bayi :2 baju bayi, 2 popok

bayi, 2 bedong bayi, 1 penutup kepala, 1 pasang saruung tangan dan

kaki, 1 Handuk bayi, Pakaian ganti ibu :1 baju ibu, 1 celana dalam

ibu, Pembalut, 2 kain jari.

11 Mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauan kemajuan persalinan

dalam lembar observasi (terlampir).

G. EVALUASI

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 11.00 WIB

1 Ibu dan keluarga sudah mengetahui keadaan ibu.

2 Sudah dilakukan observasi kemajuan persalinan yaitu nadi,

respirasi,suhu, tekanan darah, pembukaan servik setiap 30 menit.

Hasil : (terlampir).

3 Sudah dilakukan observasi kontraksi dan DJJ setiap 30 menit.

Hasil : (terlampir).

4 Sudah mengganti cairan infus kedua sesuai advis dokter pada pukul

09.15 WIB.

Infus RL + drip oxy5 IU tetesan 15 menit pertama 12 tpm, dan naikkan

tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali sampai tetesan maksimal 20 tpm.

5 Ibu mengerti tentang brithing ball

6 Ibu mengerti tujuan dan manfaat Birthing Ball


50

7 Ibu bersedia untuk dilakukan Birthing Ball

8 Keluarga bersedia untuk mendampingi ibu dan menganjurkan ibu untuk

makan dan minum saat tidak ada his agar tenaga ibu bertambah kuat

saat menegjan pada proses persalinan.

9 Ibu bersedia untuk tarik nafas panjang saat ada kontraksi dan

menganjurkan ibu untuk tidak meneran sebelum pembukaan lengkap

karena jika ibu meneran sebelum pembukaan lengkap dapat

menyebabkan genetalia ibu membengkak dan ibu kehabisan tenaga

untuk mengejan saat persalinan.

10 Sudah dilakukan persiapan partus set, heating set, baju ibu, baju bayi.

11 Mencatat hasil pemeriksaan dan pemantauan kemajuan persalinan

dalam lembar observasi yaitu :

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. TTV TD : 120/70 mmHg R : 24x/menit

N : 82x/menit S : 36,5 º C

d. DJJ : 140x/menit

e. Kontraksi : 5 x 10 menit, lamanya 50 detik

f. Vulva : membuka

g. Anus : ada tekanan

h. Perineum : Menonjol

i. VT : Pembukaan : 7 cm

Presentasi : belakang kepala


51

Posisi : UUK tidak ada molase

Penurunan : H-II

Ketuban : (+)

Portio : lunak

j. PPV : PPV ± 70cc

k. Ekstremitas kiri terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU tetesan 15 menit

pertama 12 tpm, dan naikkan tetesan 4 tetes setiap 15 menit sekali

sampai tetesan maksimal 20 tpm.

DATA PERKEMBANGAN I

Kala II

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 13.00 WIB

S : SUBYEK

1. Ibu mengatakan merasakan kenceng-kenceng semakin sering

dan semakin kuat.

2. Ibu mengtakan merasakan ingin BAB.

3. Ibu mengatakan merasakan ingin mengejan.

4.Ibu mengatakan mengeluarkan lendir darah dan cairan dari jalan

lahir.

5. Ibu mengatakan sudah merasakan ingin melahirkan.

O : OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis
52

3. TTV TD : 120/70 mmH R: 24x/menit

N : 82x/menit S: 36,5 º C

4. DJJ : 140x/menit

5. Kontraksi : 5 x 10 menit, lamanya 50 detik

6. Vulva : membuka

7. Anus : ada tekanan

8. Perineum : menonjol

9. VT : Pembukaan : 10 cm

Presentasi : belakang kepala

Posisi : UK jam 12.00 WIB

Penurunan : H-III

Ketuban : (-) Jernih

Portio : tidak teraba

10. PPV : lendir darah dan cairan ketuban, PPV ± 70cc

11. Ekstremitas kiri terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU dengan

tetesan maksimal 20 tpm.

A : ASSESMENT

Ny. F G1P0A0 umur 24 tahun umur kehamilan 41⁺⁴ minggu

inpartu kala II.

P : PLANNING

1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah

lengkap.

2. Memeriksa kembali kelengkapan partus set.


53

3. Meminta ibu untuk berada pada posisi litotomi yaitu

menekuk kaki ibu sampai arah dada dengan tangan ibu

sampai siku berada pada lipatan paha.

4. Meminta keluarga untuk memberikan minum air putih atau

teh hangat kepada ibu disela-sela his.

5. Mengobservasi DJJ setiap tidak ada kontraksi.

6. Mengajarkan ibu cara meneran yang benar yaitu dagu di

angkat sampai menempel dada kemudian ibu mengejan dan

tanpa bersuara mata tetap terbuka, meneran dilakukan saat

ada kontraksi.

7. Menolong persalinan setelah kepala bayi tampak 5-6 cm

didepan vulva dengan cara :

a. Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu.

b. Meletakkan kain bersih 1/3 bagian dibawah bokong ibu.

c. Membuka partus set dan perhatikan kelengkapannya.

d. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

e. Tangan kanan stenen dan tangan kiri menahan verteks

untuk mencegah terjadinya defleksi maximal dan anjurkan

ibu untuk meneran saat ada kontraksi.

f. Setelah kepala lahir periksa adanya lilitan tali pusat.

g. Tunggu putaran paksi luar pegang kepala bayi secara

biparetal lahirkan bahu depan dan bahu belakang.

h. Melakukan sangga susur dan menyusur sampai mata kaki.


54

i. Lakukan penilaian sepintas bayi baru lahir

j. Keringkan bayi di atas perut ibu dengan anduk bersih.

k. Jepit tali pusat dengan umbilicus klem kira-kira 3 cm dari

pangkal kemudian urut tali pusat kira-kira 2 cm dari klem

pertama lalu jepit dengan klem.

l. Potong tali pusat diantara kedua klem dengan satu kali

guntingan dengan hati-hati.

m. Letakkan bayi di tempat penghangat untuk dilakukan

penghisapan lendir, pengukuran panjang bayi, LK/LD,

menimbang BB bayi, keringkan bayi, pakaikan baju, sarung

tangan, dan topi bayi, bedong bayi.

n. Mengobservasi perdarahan kala II, kontraksi, TFU.

EVALUASI

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 13.15 WIB

Sudah dilakukan pertolong persalinan, hasilnya bayi lahir spontan

pukul

13.10 WIB, jenis kelamin perempuan, menangis kuat, gerakan

aktif, warna kulit kemerahan dan keriput, tidak ada cacat, BB :

3100 gram, PB : 50 cm, LK/LD : 34cm/33cm, apgarscore : 7-8-9,

kontraksi : baik , TFU : setinggi pusat, PPV : ± 70 cc.

DATA PERKEMBANGAN II
55

KALA III

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 13.16 WIB

S : SUBYEKTIF

1. Ibu mengatakan perutnya terasa mules.

2. Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya.

O : OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV TD : 110/80 mmHg N : 84x/menit

R : 24x/menit S : 36ºC

4. TFU : setinggi pusat

5. Kontraksi : keras, baik

6. Tanda-tanda pelepasan plasenta:

a. Tali pusat semakin panjang

b. Uterus globuler

c. Adanya semburan darah secara tiba-tiba dari jalan lahir dan


singkat

7. PPV kala II : ± 70 cc

8. PPV kala III : ± 100 cc

9. Ekstremitas kiri masih terpasang infus RL + drip Oxy 5 IU

dengan tetesan 20 tpm, infus akan di klem pada saat pemberian

ijeksi Oxytocin 10 IU setelah bayi lahir pada 1/3 paha luar bagian

atas secara IM, setalah itu cairan RL drip Oxytocin di ganti


56

dengan cairan RL.

A : ASESSMENT

Ny. F P1A0 umur 24 tahun dengan inpartu kala III.

P : PLANNING

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 13.18


WIB

1 Memastikan janin tunggal dengan melakukan palpasi pada perut


ibu.

2 Mengeklem infus drip Oxytosin dan cairan infus di ganti

dengan cairan infus RL pada saat akan dilakukan penyuntikan

Oxytocin 10 IU.

3 Menyuntikkan Oxytosin 10 IU secara IM di 1/3 paha luar

bagian atas, kemudian alirkan cairan infus RL setelah

dilakukan penyuntikan.

4 Memastikan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu tali

pusat semakin panjang, uterus globuler, adanya semburan

darah secara tiba- tiba dari jalan lahir dan singkat

5 Melakukan pertolongan manajemen aktif kala III :

a) Memindahkan klem hingga jarak 5-10 cm dari depan vulva.

b) Meletakkan tangan kiri berada pada sympisis untuk

mendorong uterus ke belakang (dorso kranial) kemudian

tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar dengan


57

lantai.

c) Lakukan peregangan tali pusat saat uterus berkontraksi,

pindahkan klem 5-10 cm didepan vulva apa bila tali

pusat memanjang.

d) Melahirkan plasenta : melakukan peregangan tali pusat

saat adanya kontraksi dan melakukan dorsokranial

hingga plasenta

lahir, menangkap plasenta dengan kedua tangan dan

memutar searah jarum jam apa bila plasenta sudah

terlihat 2/3 bagian didepan vulva.

e) Melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta untuk

memastikan tidak ada sisa plasenta yang tertinggal.

6 Melakukan masase pada perut ibu dan mengajarkan pada ibu

cara memasase.

7 Memberikan injeksi Metyl Ergometrin1 cc secara IV.

8 Mengevaluasi laserasi jalan lahir,

EVALUASI

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul :13. 30 WIB

Sudah dilakukan tindakan pertolongan manajemen aktif kala III pada


pukul

13.25 WIB plasenta lahir lengkap, insersi sentralis, kotiledon

lengkap,selaput plasenta utuh, berat ± 500 gram, diameter 17 cm, tebal 3

cm, panjang tali pusat ± 60 cm, perdarahan ± 100 cc, kontraksi keras,
58

TFU 2 jari dibawah pusat, terdaoat laserasi jalan lahir derajat 2.

DATA PERKEMBANGAN III

KALA IV

Tanggal : 30 Nopember 2022 Pukul : 13.45 WIB

S : SUBYEK

1. Ibu mengatakan senang ari-ari dan bayinya sudah lahir.

2. Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan lemas.

O : OBYEKTIF

1. Keadaan Umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis

3. TTV TD :110/80mmHg R: 24x/menit

N :84x/menit S: 36,7ºC

4. TFU : 2 jari di bawah pusat

5. Perineum : Rupture derajat 2

6. Kontraksi : Keras

7. Lokhea : Rubra

8. Perdarahan kala IV : ± 50 cc
59

9. Placenta : Sudah lahir lengkap

A : ASSESMENT

Ny. A P1A0 umur 26 tahun dengan kala IV

P : PLANNING

1. Mengobservasi KU ibu.

2. Melakukan penjahitan pada perineum ibu dengan teknik jelujur.

3. Melakukan pemantauan kala IV yaitu memantau tekanan darah,

nadi TFU, kontraksi uterus setiap 15 menit pada 1 jam pertama

dan setiap 30 menit pada jam ke dua. Memantau perdarahan dan

suhu setiap 30 menit 1 jam pertama dan 1 jam ke dua.

4. Membersihkan ibu dengan air DTT menggunakan washlap dan

dikeringkan, memakaiakan softex dan mengganti baju ibu

dengan baju bersih.

5. Menekontaminasi tempat tidur menggunakan larutan klorin.

6. Membersihkan alat dan merendam dalam larutan clorine 0,5 %.

7. Memposisikan ibu dengan kaki lurus dan menyelimuti ibu.

8. Melakukan IMD pada bayi dengan melepaskan bedong dan baju

bayi kemudian meletakkan bayi di antara dada dan perut ibu,

posisikan bayi seperti merangkak kepala tepat berada di atas

dada ibu di miringkan ke kanan atau kiri, selimuti bayi dan ibu
60

agar tidak terjadi hipotermi, minta ibu untuk mengawasi

pernafasan bayi. Tujuannya dilakukan IMD untuk menjalin

kasih sayang ibu dan bayi melalui kontak kulit, IMD dilakukan

± 1jam.
9. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk memulihkan

dan menjaga kondisi ibu agar tetap baik.

10. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini yaitu miring kanan dan

kiri, saat ini ibu sudah bisa miring kanan dan kiri.

11. Memberikan terapi obat sesuai advis dokter :

Asam mefenamat 500 mg 2x1 10 tablet

Tablet FE 250 mg 1x1 10 tablet

Amoxillin 500 mg 3x1 10 tablet

12. Memindahkan ibu dikamar perawat atau kamar nifas .

EVALUASI

Tanggal : 30 Nopember 2022

Hasil pemantauan kala IV, yaitu :

1. Pukul 14.00 WIB : TD : 110/80 mmHg, N : 84x/menit, S : 36,5ºC,

TFU : 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih

kosong, PPV ± 50 cc.

2. Pukul 14.15 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 86x/menit, TFU : 2 jari

di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV

± 20 cc.

3. Pukul 14.30 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, TFU : 2 jari


61

di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV

± 10 cc.

4. Pukul 14.45 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, TFU : 2 jari

di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV

± 10 cc.

5. Pukul 15.20 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, S : 36 ºC,

TFU : 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih

kosong, PPV ± 10 cc.

6. Pukul 15.50 WIB : TD : 110/70 mmHg, N : 82x/menit, TFU : 2 jari

di bawah pusat, kontraksi uterus keras, kandung kemih kosong, PPV

± 10 cc.
62
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan membandingkan kesenjangan

antara tindakan dilahan dengan teori yang ada. Pembahasan ini

dimaksudkan agar dapat di ambil kesimpulan dan pemecahan

masalah dari kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan

sebagai tindak lanjut dan penerapan asuhan kebidanan yang efektif

dan efisien khusunya pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi

serotinus.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

pasien. Untuk memperoleh data, dilakukan melalui anamnesis

(Sulistyawati, 2009). Dari pengkajian didapatkan data subyektif

dengan keluhan utama pada ibu bersalin dengan induksi atas

indikasi serotinus adalah ibu mengatakan belum meraskan

tanda-tanda peersalinan setelah kehamilan umur 41⁺⁴ minggu

dan gerakan janin mulai berkurang (Sulistyawati, 2009). Data

Objektif didapatkan keadaan umum baik, kesadaran

komposmentis. Pemeriksaan fisik tanda-tanda vital (meliputi

tekanan darah, suhu, nadi, respirasi), palpasi (meliputi,

kontraksi, tinggi fundus uteri, letak, presentasi, penurunan

kepala), auskultasi (DJJ).

63
64

Pada kasus bersalin Ny. A dengan induksi atas indikasi

serotinus didapatkan data subyektif dengan keluhan utama yaitu

rujukan dari bidan karena ibu merasakan kenceng-kenceng pada

pinggang dan perut bagian bawah sejak tanggal 29 Nopember

2022 pukul 11.00 WIB, akhir-akhir ini pergerakan janin

berkurang dan kehamilannya sudah melewati hari

perkiraan lahir. Sedangkan data objektif didapatkan keadaan

umum : baik, kesadaran : composmentis, TD: 120/70 mmH, R:

24x/menit, N: 82x/menit, S: 36,5 º C, TB: 160 cm, BB sebelum

hamil: 60 kg, BB sekarang : 76 kg, LILA : 25, 5 cm, hari

pertama haid terakhir tanggal 11 Pebruari 2022, palpasi :

pergerakan janin : pergerakan masih teraba, Kontraksi: 3x dalam

10 menit lamanya 30 detik, leopold I: TFU 3 jari di bawah

proxecus xifoideus, bagian fundus uteri teraba bokong, leopold

II: kanan (ekstremitas), Kiri (punggung), leopold III: kepala,

leopold IV: sudah masuk PAP 3/5 bagian, DJJ : 140x/menit,

Vagina Toucher : pembukaan10 cm, Portio tidak teraba, ketuban

sudah pecah dengan warna jernih, presentasi belakang kepala,

posisi UUK jam 12, penurunan hodge III. Pada langkah

pengkajian ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.

2. Interpretasi Data
Menurut Eatiwidani dkk (2008), diagnosa yang
65

ditegakkan dalam lingkup praktek kebidanan. Diagnosa : Ny.X

GxPxAx Umur X Tahun Umur Kehamilan X minggu, janin

tunggal/ganda, hidup/mati, intra/ekstra uterin, letak

memanjang/melintang, puka/puki, preskep/presbo, kepala turun

di hodge ... dengan serotinus inpartu kala I, fase laten/aktif.

Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin dengan serotinus

yaitu ibu merasa cemas dan ketakutan menghadapi

persalinannya. Masalah yang sering timbul pada ibu bersalin

dengan serotinus yaitu ibu merasa cemas dan ketakutan

menghadapi persalinannya (Prawirohardjo, 2014).

Dari data yang diperoleh dari pengkajian dapat ditegakkan

diagnosa kebidanan yaitu Ny.F G1P0A0 Umur 24 Tahun Umur

Kehamilan 41⁺⁴ minggu, janin tunggal, hidup, intra uterin, letak

memanjang, punggung kiri, presentasi belakang kepala, kepala

turun di hodge III, inpartu kala I fase aktif, dengan kehamilan

serotinus. Sedangkan masalah yang terjadi yaitu ibu merasa

cemas karena kehamilannya sudah melewati hari perkiraan lahir

dan gerakan janin berkurang. Dari masalah tersebut didapatkan

kebutuhan yang diperlukan ibu yaitu memberikan suport mental

kepada ibu agar ibu tetap tenang dan tidak merasakan cemas.

Pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek

dilahan.

3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasikan masalah
66

atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah

yang ada. Langkah ini membutuhkan antisipasi bila

memungkinkan dilakukan pencegahan (Sulistyawati, 2010).

Diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu bersalin

dengan serotinus (Prawirohardjo, 2014), pengaruh pada ibu

dapat menyebabkan distosia persalinan, partus lama, perdarahan

post partum, incoordinate uterine action, pengaruh pada janin

dapat menyebabkan penurunan berat badan, sindrom maturitas,

gawat janin atau kematian parinteral, fetal disstres.

Pada kasus ini diagnosa potensial yang di alami ibu dan

janin tidak ada karena dilakukan tindakan segera yaitu

kolaborasi dengan dokter SpOG dan dilakukan induksi drip

Oxytosin per drip. Jadi kasus ini tidak ada kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.

4. Tindakan Segera
Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnosa

potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang

mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialaminya

(Sulistyawi, 2009). Pada kasus ibu bersalin dengan kehamilan

serotinus dilakukan kolaborasi dengan dokter SpOG

untukpenanganan induksi persalinan dengan oxytosin drip,

mulai 8 tetes dalam 15 menit di naikkan dengan interval 15

menit sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal.


67

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc

(Nugroho, 2012).

Pada kasus ini dilakukan tindakan segera untuk

mencegah terjadinya komplikasi yaitu dilakukan pemantauan

keadaan ibu setiap 4 jam. Melakukan kolaborasi dengan dokter

SpOG untuk pemberian induksi drip RL 500 cc + 5 IU Oxytocin

per drip 12 tetes awal setiap 15 menit kemudian dinaikkan 4

tetes sampai tetesan menjadi 20 tpm.

Pada teori dan kasus terdapat kesenjangan, dalam teori

induksi persalinan diberikan mulai 8 tetes dalam 15 menit di

naikkan dengan interval 15 menit sebanyak 4 tetes, sampai

mencapai kontraksi maksimal. Tetesan maksimal 40 tetes,

jumlah cairan seluruhnya 500 cc. Pada kasus di lahan induksi

yang diberikan yaitu drip RL 500 cc + 5 IU Oxytocin per drip 12

tetes awal setiap 15 menit kemudian dinaikkan 4 tetes sampai

tetesan menjadi 20 tpm.

5. Rencana Tindakan
Perencanaan tindakan dibuat berdasarkan asuhan yang

menyeluruh dari langkah sebelumnya (Sulistyawati, 2009).

Menururut Depkes RI (2008), perencanaan asuhan

kebidanan pada ibu bersalin serotinus kala I antara lain :

Persiapan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi :

mempersiapkan ruang yang hangat, bersih, sirkulasi udara yang


68

baik, terlindung dari tiupan angin, sumber air bersih dan

mengalir untuk memandikan ibu, memastikan perlengkapan dari

bahan-bahan sudah bersih/steril siap pakai, mempersiapkan

rujukan apa bila terjadi penyulit dalam persalinan,

memberikan asuhan saying ibu, memberikan dukungan untuk

mengurangi rasa sakit dengan menghadirkan keluarga, suami,

maupun teman terdekat ibu, dukungan emosional, mengatur

posisi yang nyaman sesuai keinginan ibu, mengevaluasi his

setiap 10 menit sekali, pembukaan setiap 4 jam sekali,

memberikan cairan dan nutrisi, menyiapkan kamar mandiuntuk

ibu BAB dan BAK, mencegah infeksi, melakukan persiapan

persalinan, memasang infus dengan drip oxytosin, mulai dari 8

tetes dalam 15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit

sebanyak 4 tetes, sampai mencapai kontraksi maksimal. Tetesan

maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc,

mengobservasi HIS dan DJJ setiap 15 menit, pembukaan setiap

4 jam sekali. Kala II : bantu ibu untuk memilih posisi yang

nyaman saat meneran, setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu

hanya meneran apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk

meneran jangan anjurkan untuk meneran berkepanjangan dan

menahan nafas, menganjurkan ibu

untuk minum apa bila tidak ada his. kala III : Memberikan

suntikan oksitosin, melakukan peregangan tali pusat terkendali,


69

lahirkan plasenta. Kala IV : memperkirakan kehilangan darah,

memeriksa perdarahan dari perineum, mencegah infeksi,

memantauan keadaan umum ibu selama 2 jam post partum.

Pada perencanaan tindakan kasus ini dilakukan

kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian induksi, kala I

yaitu : mengobservasi KU, Kesadaran, TTV. Mengobservasi

DJJ, melakukan pemberian induksi drip RL 500 cc + 5 IU

Oxytocin per drip 12 tetes awal setiap 15 menit kemudian

dinaikkan 4 tetes sampai tetesan menjadi 20 tpm, mengajarkan

ibu teknik relaksasi yang benar yaitu dengan cara menarik nafas

panjang apa bila ada kontraksi, memberi dukungan pada ibu agar

tidak cemas, memberitahu ibu untuk mengejan apabila

pembukaan sudah lengkap, menyiapkan perlengkapan partus set,

heacthing set, perlengkapan baju bayi dan perlengkapan ibu.

Kala II : melakukan pertolongan persalinan. Kala III :

melakukan manajemen aktif kala III. Kala IV : mengobservasi

TD, N, R, TFU, kontraksi, perdarahan, kandung kemih,

dilakukan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama, 30 menit

pada 1 jam pertama, dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam

pertama.

Didalam kasus ini terdapat kesenjangan antara teori dan

praktek di lahan yaitu pada pemberian induksi, pada teori

diberikan infus dengan drip oxytosin, mulai dari 8 tetes dalam


70

15 menit dinaikkan dengan interval 15 menit sebanyak 4 tetes,

sampai mencapai kontraksi maksimal.

Tetesan maksimal 40 tetes, jumlah cairan seluruhnya 500 cc.

Sedangkan pada praktek di lahan pemberian induksi yaitu drip

RL 500 cc + 5 IU Oxytocin per drip 12 tetes awal setiap 15

menit kemudian dinaikkan 4 tetes sampai tetesan menjadi 20

tpm, alasannya karena tetesan infus maksimal 20 tpm sudah

mencukupi kekuatan his pada ibu sehingga tidak perlu di

maksimalkan menjadi 40 tpm seperti pada teori.

6. Pelaksanaan
Pada langkah ini direncanakan asuhan menyeluruh

seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan

secara efisien dan aman (Sulistyawati, 2009). Pelaksanaan

asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi

serotinus sesuai perencanaan yang sudah dibuat diatas. Penulis

tidak menemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan.

7. Evaluasi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan

yang kita berikan kepada pasien. Kita mengacu kepada beberapa

pertimbangan yaitu tujuan asuhan kebidanan, efektifitas

tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil asuhan

(Sulistyawati, 2009). Hasil yang diharapkan dari manajemen

kebidanan pada ibu bersalin dengan serotinus adalah dapat

dilakukan partus secara spontan, komplikasi akibat tindakan


71

medik dapat diatasi serta ibu dan janin dalam keadaan baik dan

sehat (Prawirohardjo, 2014).

Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi

serotinus didapatkan hasil dalam keadaan umum : baik,

kesadaran : composmentis,

TTV : TD : 120/80 mmHg, N : 86x/menit, R : 24x/menit, S :

36ºC, perdarahan ± 180,cc, bayi lahir dengan spontan tanggal 30

Nopember 2022 pukul 13.10 WIB, jenis kelamin perempuan,

BB : 3100 gram, PB : 50 cm, LK : 34 cm, LD : 33 cm, apgar

score 7-8-9. Plasenta lahir lengkap pukul 13.25 WIB, kotiledon

lengkap, berat ± 500 gram, diameter 17 cm, tebal 3 cm, panjang

tali pusat ± 60 cm, perdarahan ± 100 cc, insersi sentralis,

perineum rupture derajat II dan dilakukan heacthing, terpi obat

sudah diberikan, ibu sudah merasa tenang dan keadaan baik.

Pada langkah ini penulis tidak menemukan kesenjangan antara

teori dan praktek dilahan.


72
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Setelah penulis, melakukan asuhan kebidanan dengan

menggunakan manajemen 7 langkah varney pada ibu bersalin Ny. A

dengan induksi atas indikasi serotinus di RS Habibullah Gabus,

maka dari itu penulis dapat membuat kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengkajian didapatkan dari data subyektif yang diperoleh dari

Ny. A dan keluarga, data obyektif yang diperoleh dari

pemeriksaan fisik pasien. Data subyektif yang didapat yaitu ibu

mengatakan ini kehamilan yang pertama belum pernah

kegugugran. Ibu mengatakan kenceng-kenceng semenjak pukul

23.00 WIB, ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal

11 Pebruari 2022, hari perkiraan lahir tanggal 18 Nopember

2022 dan ibu merasa cemas karena gerakan janinnya berkurang

dan kehamilan ibu sudah melewati batas perkiraan lahir. Data

obyektif yang diperoleh dari pemeriksaan yaitu keadaan umum

baik, kesadaran composmentis, TD

:120/70 mmHg, R: 24x/menit, N: 82x/menit, S: 36,5 ºC, umur

kehamilan 42 minggu. Dilakukan pemeriksaan dalam pukul

07.15 WIB, pembukaan 3 cm, ketuban (+) ututh, presentasi

belakang kepala.

73
74

2. Dari data yang diperoleh saat melakukan pengkajian terdapat

diagnosa kebidanan yaitu Ny. A G1P0A0 umur 26 tahun, umur

kehamilan 41⁺⁴ minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine,

letak memanjang,

3. presentasi belakang kepala, punggung kiri, inpartu kala I, fase

laten dengan kehamilan serotinus, masalah yang terjadi yaitu ibu

merasa cemas gerakan janin berkurang dan kehamilannya sudah

melewati hari perkiraan lahir. Dari masalah tersebut terdapat

juga kebutuhan yang diperlukan ibu yaitu memberikan

dukungan mental kepada ibu agar ibu tenang dan tidak meraskan

cemas.

4. Diagnosa potensial pada kasus ini tidak ada komplikasi yang di

alami yaitu pada ibu partus lama, rupture uteri, gawat janin

(fetaldistress), IUFD.

5. Pada kasus ini tindakan segera yang dilakukan untuk

pencegahan komplikasi adalah memantau keadaan ibu dan janin

setiap 30 menit dan kemajuan persalinan setiap 4 jam.

Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk pemberian induksi

dengan cairan infus RL 500cc + drip Oxy 5 IU tetesan 15 menit

pertama 12 tpm, dan naikkan tetesan 4 tetes setiap 15 menit

sekali sampai tetesan maksimal 20 tpm.

6. Dalam perencanaan tindakan pada ibu bersalin dengan induksi

atas indikasi serotinus kala I : lakukan kolaborasi dengan dokter


75

SpOG, beritahu keluarga dan ibu hasil pemeriksaan, observasi

kemajuan persalinan meliputi : nadi, respirasi, suhu setiap 30

menit sekali, tekanan darah dan pembukaan serviks setiap 4 jam

sekali, observasi DJJ dan kontraksi setiap 15 menti sekali,

berikan terapi induksi sesuai advis dokter yaitu dengan

mengganti cairan infus drip oxy 5 IU apa bila infus sudah habis,

beritahu ibu cara relaksasi yang benar, anjurkan ibu untuk

tidak meneran sampai pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk minum

saat tidak ada kontraksi, menganjurkan ibu untuk miring kiri, siapkan

partus set, heacthing set, baju ibu, baju bayi. Kala II : melakukan

pertolongan persalinan. Kala III : melakukan manajemen aktif kala III.

Kala IV : mengobservasi TD, N, R, TFU, kontraksi, perdarahan,

kandung kemih, dilakukan setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama,

30 menit pada 1 jam pertama, dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam

pertama.

7. Pada langkah ini dilakukan tindakan sesuai rencana yang sudah

ditentukan yaitu pada kala I : melakukan kolaborasi dengan

dokter SpOG, memberitahu keluarga dan ibu hasil pemeriksaan,

mengobservasi kemajuan persalinan meliputi : nadi, respirasi,

suhu setiap 30 menit sekali, tekanan darah dan pembukaan

serviks setiap 4 jam sekali, observasi DJJ dan kontraksi setiap 15

menti sekali, memberikan terapi induksi sesuai advis dokter

yaitu dengan mengganti cairan infus drip oxy 5 IU apa bila infus

sudah habis, memberitahu ibu cara relaksasi yang benar,


76

menganjurkan ibu untuk tidak meneran sampai pembukaan

lengkap, menganjurkan ibu untuk minum saat tidak ada

kontraksi, menganjurkan ibu untuk miring kiri, menyiapkan

partus set, heacthing set, baju ibu, baju bayi. Kala II :

melakukan pertolongan persalinan. Kala III : melakukan

manajemen aktif kala III. Kala IV : mengobservasi TD, N, R,

TFU, kontraksi, perdarahan, kandung kemih, dilakukan setiap 15

menit sekali pada 1 jam pertama, 30 menit pada 1 jam pertama,

dan suhu setiap 1 jam sekali pada 2 jam pertama.

8. Evaluasi dilakukan secara sistematis untuk melihat hasil

keefektifan tindakan yang sudah diberikan, dan terdapat hasil

partus berjalan secara spontan dengan induksi oxytosin per drip,

bayi lahir spontan pada pukul

13.10 WIB, jenis kelamin perempuan, BB : 3100 gram, PB : 50

cm, LK : 34 cm, LD : 33 cm, anus berlubang, tidak ada cacat,

apgar score 7-8-9, plasenta lahir spontan pukul 13.25 WIB,

kotiledon lengkap, berat ± 500 gram, diameter 17 cm, tebal 3

cm, panjang tali pusat ± 60 cm, perdarahan

± 100 cc, kontraksi keras, TFU 2 jari dibawah pusat, terdapat

laserasi jalan lahir derajat II, keadaan bayi normal, keadaan

ibu baik, jumlah darah yang dikeluarkan dari kala I-IV yaitu ±

280 cc, kandung kemih kosong.

9. Pada kasus ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus


77

terdapat pemecahan masalah yaitu dalam pemberian induksi

Oxcytocin dilahan diberikan infus RL + drip Oxytocin 5 IU

dengan tetesan maksimal 20 tpm sudah mencukupi kekuatan his

sehingga pemberian induksi tidak perlu dimaksimalkan menjadi

40 tpm seperti pada teori.

B. SARAN

1 Bagi Pasien

Diharapkan ibu rutin untuk melakukan pemeriksaan

kehamilannya (ANC). Tujuannya apabila ditemukan masalah

agar segera mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat.

2 Bagi Profesi Bidan

Diharapkan untuk meningkatkan pelaksanaan dan

pelayan kesehatan lebih optimal lagi khususnya pada persalinan

dengan kehamilan serotinus.

3 Bagi Rumah Sakit

Diharapkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang

diberikan di rumah sakit, dan memberikan asuhan kebidanan

sesuai standart operasional prosedur. Khusunya pasien dengan

kehamilan serotinus dapat ditangani dengan baik.

4 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan untuk menambah sumber referensi untuk

institusi pendidikan, terutama pengetahuan asuhan kebidanan

pada ibu bersalin dengan induksi atas indikasi serotinus.


78
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. ProsedurPenelitian. Jakarta : Rineka Cipta..

Dinkes Prov. Jateng. 2015. BukuProfilKesehatanProvinsiJawa Tengah


Tahun 2015. Semarang : Penerbit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah.

Estiwidani, D., Meilani, N., Widyasih, H., Widyastuti, Y. 2010. Konsep


Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya.

Fadlun, Feriyanto, A.2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta :


Salemba Medika.

Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis


Data.
Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes. 2007. RI Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar


Profesi Bidan

Manuaba,et al. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB .


Jakarta : ECG.

Nugroho, T. 2010. Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Nuha

Medika. Nugroho, T. 2012. Obstetri dan Ginekologi.

Yogyakarta : Nuha Medika.

Nurasiah, A. 2014. AsuhanPersalinan Normal Bagi Bidan. Jakarta :


Refika Aditama.

Notoadmojo, S. 2012. MetodologiPenelitianKesehatan. Jakarta : Rineka

Cipta Oxorn, H., Forte, W. R. 2010. Kebidanan:

Patologi&FisiologiPersalinan.
Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.

79
Permenkes.2010. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1464/ MENKES/ PER/ X/ 2010.

Prawirhardjo, S. 2009. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal.
Jakarta : Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. 2014. IlmuKebidanan. Jakarta : P.T. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Rismalinda, P.H. 2010. Dokumentasi Kebidanan . Jakarta : In media.

Rohani, Saswita, A., Marisah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa


Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika.

Saifudin, A.B. 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Sulistyawati, 2009. AsuhanKebidananPadaIbu Hamil. Jakarta : Salemba

Medika. Supriyantoro, dkk. 2014. ProfilKesehatan Indonesia Tahun

2014. Jakarta :
Kementrian Kesehatan RI 2014.

Varney, H. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edsi 4. London : Jan M.


Kriebs.
Carolyn L. Gegor.

Walyani, E.S. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Jakarta : Bina


Pustaka.

80

Anda mungkin juga menyukai