Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

L UMUR 32 TAHUN
DENGAN LUKA JAHITAN PERINIUM DI PUSKESMAS
LANGSA KOTA KOTA LANGSA

DISUSUN OLEH :

RAHMAH KANA DINANTI

NIM : P00324219027

DOSEN PEMBIMBING :

LILI KARTIKA SARI HRP, SST. MKM

PRODI DIII KEBIDANAN LANGSA

POLTEKKES KEMENKES ACEH


TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah swt dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan pada
saya sehingga dapat menyusun laporan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada
Ny. L dengan luka perineum”. Selawat beriring salam kita ucapkan kehadiran nabi
besar Muhammad SAW bserta pada sahabatnya yang Agung.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas praktik, sebagai
bentuk pertanggung jawaban atas pelaksanaan praktek kebidanan di semester v.
Selanjutnya saya menyadari terselesainya laporan ini berkat bantuan semua pihak,
untuk itu saya mengucapkan terimakasih kepada CI saya yaitu ibu Mardhiah,
Amd.Keb selaku pembimbing di lahan praktek dan saya ucapkan terimakasih juga
kepada pembimbing saya di kampus yaitu ibu Meliani Sukma Dewi Hrp, S.Kep.,
M.Kes Selaku Dosen Pembimbing.
Akhirnya kepada semua pihak secara langsung ataupun tidak langsung yang
telah membantu dalam pembuatan laporan Asuhan Kebidanan Komunitas ini, saya
ucapkan terimakasih, hanya kepada Allah SWT saya serahkan semoga mendapatkan
imbalan yang setimpal.

Langsa, November 2020

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK KEBIDANAN

DISUSUN OLEH :

ZULFIANA SALSABILA

NIM : P00324218050

DOSEN PEMBIMBING :

MELIANI SUKMA DEWI HRP, S.KEP., M.KES

CI/PRESEPTOR :

MARDHIAH, Amd. Keb


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................. 2
B. Tujuan.............................................................................................. 3
C. Manfaat............................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS............................................................... 5
A. Pengertian......................................................................................... 5
B. Tinjauan tentang Rupture Perineum................................................ 5
C. Faktor Janin...................................................................................... 7
D. Faktor penolong persalinan.............................................................. 8
BAB III PEMBAHASAN.......................................................................... 10
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 17
A. Kesimpulan...................................................................................... 17
B. Saran................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas atau puerpurium adalah masa yang dimullai sejak atau setelah
plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu.
Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak
perubahan baik secara fisik maupun psikologis.
Salah satu penyebab terjadinya penyulit masa nifas sampai dengan pada
kematian puerperium adalah terjadinya infeksi pada luka perineum karena
kurangnya perawatan luka yang memadai sehingga dapat menimbulkan
perdarahan sekunder kala nifas, dan dapat memicu timbulnya infeksi yang
bersifat local maupun general. Metode : Desain penelitian kualitatif secara
deskriptif dengan Studi kasus. Besar sampel penelitian 2 ibu post partum
yang sama-sama mempunyai luka perineum derajat dua diruang nifas
puskesmas cukir diwek jombang. Teknik berupa paparan hasil penerapan
proses asuahan kebidanan kepada pasien secara ideal sesuai dengan teori dan
berisi pembahasan atau kesenjangan yang terjadi dilapangan. Untuk
menentukan hasil berhasil dengan hasil yang sesuai dengan tujuan asuhan.
Hasil : Hasil penelitian didapatkan hasil Ny.I P10001 post partum fisiologis
dan Ny.R P30003 post partum fisiologis dengan penatalaksanaan post partum
fisiologis, bahwa apa yang telah direncanakan telah terlaksana dan dievaluasi
dengan hasil yang baik yaitu luka perineum ibu dalam keadaan baik.
Pembahasan : penelitian asuhan kebidanan dengan perawatan luka perineum
dan obat sesuai advis dokter dan bidan selama 7 hari menunjukan adanya
pengaruh untuk penyembuhan luka perineum lebih cepat.

1
Rawannya derajat kesehatan ibu post partum memberi dampak yang
bukan untuk ibu saja, akan tetapi juga berpengaruh secara langsung terhadap
derajat kesehatan bayi pada minggu pertama kehidupannya (perinatal).
Dengan demikian, upaya peningkatan kesehatan perinatal tak dapat
dipisahkan dengan upaya kesehatan ibu. Salah satu penyebab terjadinya
penyulit masa nifas sampai dengan pada kematian puerperium adalah
terjadinya infeksi pada luka perineum karena kurangnya perawatan luka
yang memadai sehingga dapat menimbulkan perdarahan sekunder kala nifas,
dan dapat memicu timbulnya infeksi yang bersifat local maupun general.
Untuk menjaga agar tidak terjadi infeksi pada lukajahitan perineum maka
sangat dibutuhkan peranan aktif ibu dalam menjaga kebersihan dirinya
sendiri, sebab sebuah perlukaan karena persalinan merupakan tempat
masuknya kuman kedalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala
nifas.
Target MDG’s untuk penurunan AKI adalah sebesar 102 per 100.000 KH
pada tahun 2015. Pada tahun 2013 tercatat 18 kematian ibu melahirkan (yang
dilaporkan) di jombang, dengan AKI 89,7 per 100.000 KH.
Sedangkan pada tahun 2014 AKI dijombang 26 orang dengan 128,6per
100.000 KH. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk menekan AKI di
kabupaten jombang masih kurang menunjukkan hasil. Pada tahun 2013 di
Jawa Timur cakupan pelayanan nifas sebesar (88,31%) menurun
dibandingkan tahun 2012 (95,86%), hal ini perlu antisipasi dan perlu usaha
serta dukungan penuh dari beberapa pihak untu pemberian pelayanan ibu nifas
secara paripurnadan menyeluruh.Pada tahun 2013 menurut WHO Angka
Kematian Ibu ( AKI ) sebesar 109/100.000 kelahiran hidup. Namun pada
tahun 2014 AKI kembali naik menjadi 214/100.000 kelahiran hidup. Hal ini
disebabkan banyaknya kelompok kehamilan yang beresiko. Sedangkan AKI
di Jawa Timur pada tahun 2013 mengalami penurunan sedikit yaitu menjadi
97,39/100.000 kelahiran hidup. Tahun 2014 jumlah kematian ibu dipropinsi

2
Jawa Timur mengalami penurunan yang bermakna dari 642 kematian ibu
(tahun 2013) menjadi 291 kematian hingga Agustus 2014 (Kemenkes RI,
2014). Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia
(SDKI,2012), AKDi Indonesia mencapai 109/100.000 , Infeksi masih
menyumbangkan angka kematian pada ibu nifas jika tidak tertangani akan
menimbulkan komplikasi seperti infeksi pada kandung kemih maupun infeksi
dari jalan lahir, infeksi ini tidak bisa dibiarkan karena menyebabkan kematian
pada ibu nifas sebanyak 50%. Faktor penyebab tingginya AKI adalah
perdarahan (45%), terutama perdarahan post partum. Selain itu ada keracunan
kehamilan (24%), infeksi (11%).
Menurut penelitian Siswin di puskesmas cukir jombang pada tahun 2014
didapat hasil 10 orang ibu masa nifas 4 (40%) orang yang mengalami
keterlambatan penyembuhan luka perineum yang dalam waktu 6-7 hari luka
masih tampak oedem, kemerahan dan terdapat sedikit pus, serta 6 (60%)
orang ibu yang tidak mengalami keterlambatan penyembuhan luka
perineum,dalam waktu 6-7 hari luka sudah kering dan tidak ada tanda- tanda
infeksi.Kebanyakan robekan pada perineum terjadi sewaktu melahirkan dan
penanganannya merupakan masalah kebidanan. Robekan perineum dibagi atas
empat tingkatan atau derajat. Robekan terjadi bisa karena robekan spontan
atau karena tindakan episiotomi. Beberapa cidera jaringan penyokong, baik
cidera akut maupun nonakut, baik yang telah diperbaiki atau belum
diperbaiki, dapat menjadi masalah ginekologis dikemudian hari. Kerusakan
pada jalan lahir dapat segera diperbaiki setelah proses persalinan
(Bobak,2005).

B. Tujuan
Tujuan Umum
1. Melakukan dan melaporkan asuhan kebidanan Luka jahitan perenium.

3
2. Mendeskripsikan penerapan pendidikan kesehatan perawatan luka
perenium pada ibu post partum.

Tujuan Khusus
1. Mengidentiifikasi tingkat pengetahuan ibu post partum tentang perawatan
luka perenium
2. Teridentifikasinya hasil penerapan pendidikan kesehatan perawatan luka
perenium pada ibu post partum dengan pemenuhan kebutuhan belajar.

C. Manfaat
1. Bagi ibu Post Partum
Mendapatkan pendidikan kesehatan mengenai perawatan luka perenium
sehingga pengetahuan ibu tentang merawat luka tersebut menigkat.

2. Bagi institusi pendidikan


Menambah wawasan dibidang keperawatan dalam penerapan pendidikan
kesehatan perawatan luka perenium pada ibu post partum

3. Bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil penelitian
khususnya studi tentang perawatan luka perenium

4. Bagi BPM
Sebagai bahan ,asukan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan
pendidikan kesehatan luka perenium.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha 2009, 2)
Masa nifas adalah masa sesudah kelahiran bayi, plasenta, serta selaput
yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Muhaeminah 2003,
2). Periode Pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput
janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus
reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney 2007, 958).
Masa Nifas (puerperium) adalah masa nifas mulai setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital
baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Wiknjosastro 2006, 237).
Masa nifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, dan
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saifuddin 2006, 122).

B. Tinjauan Tentang Ruptur Perineum


1. Pengertian rupture perenium
Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada Perineum sewaktu
persalinan (Mochtar, 2004).
Ruptur perineum (robekan perineum) terjadi pada hampir semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila: kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari

5
pada biasanya, kepala janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran
yang lebih besar dari pada sirkum ferentia suboksiput bregmatika.Adapun
tingkatan Ruptur adalah :

a. Ruptur perineum tk. I


Ruptur perineum hanya pada selaput lender vagina tanpa mengenai
kulit Perineum.
b. Ruptur perineum tk. IIRuptur terjadi pada selaput lender vagina, otot
Perineum, kecuali sfingter ani.
c. Ruptur perineum tk. III
Ruptur terjadi pada Perineum sampai otot sfingter ani.
d. Ruptur perineum tk. IV
Ruptur terjadi pada Perineum sampai dengan otot sfingter ani dan
mukosa rectum (Wiknjosastro 2006, 165).

2. Faktor penyebab rupture Perineum


A. Faktor ibu
1) Partus presipitatus
Adalah persalinan yang terjadi terlalu cepat yakni kurang dari tiga
jam. Sehingga sering petugas belum siap untuk menolong
persalinan dan ibu mengedan kuat tidak terkontrol, kepala janin
terjadi defleksi terlalu cepat. Keadaan ini akan memperbesar
kemungkinan rupture perineum.
2) Primigravida
Pada primigravida, pemeriksaan ditemukan tanda- tanda perineum
utuh, vulva tertutup, hymen pervoratus, vagina sempit dengan
rugae. Pada persalinan akan terjadi penekanan pada jalan lahir
lunak oleh kepala janin. Dengan perineum yang masih utuh pada
primi akan mudah terjadi robekan perineum.

6
3) Vrikosa pada pelvis maupun jaringan parut perineum dan vagina
Jaringan parut pada jalan lahir akan menghalangi atau
menghambat kemajuan persalinan, sehingga episiotomy pada
kasus ini akan dapat dipertimbangkan. (Depkes RI 2007, 153)
4) Persalinan operatif pervaginam (ekstrasi vakum, ekstraksi forceps,
versi dan ekstrasi, serta embriotomi) episiotomi tidak melindungi
perineum, akan tetapi dapat menyebabkan inkontinensia sfingter
anus dengan cara meningkatkan resiko robekan derajat tiga dan
empat.(Cunningham 2005, 467)

C. Faktor Janin
1. Kepala janin besar dan janin besar.
Kepala janin yang besar dan janin besar dapat menyebabkan terjadinya
rupture perinenum, kepala janin merupakan bagian yang terpenting
dalam persalinan. Kepala janin akan berpengaruh terhadap peregangan
perineum pada saat kepala didasar penggul membuka pintu dengan
diameter 5_6 cm akan terjadi penipisan perineum, sehingga pada
perineum yang kaku akan mudah terjadi ruptur perineum, bayi lahir
dengan badan <4000 gram.
2. Presentasi defleksi ( puncak kepala, dahi, muka )
Salah satu cara mencegah robekan perineum yaitu dengan
mengarahkan kepala agar perineum dilalui diameter terkecil saat- saat
ekspulsi.
3. Letak sungsang dan after coming head
Pada presentasi bokong atau letak sunsang kepala yang merupakan
bagian terbesar bayi akan lahir terakhir. Kepala tidak mengalami
mekanisme moulage karena sumsum tulang . kepala yang rapat dan
padat sehingga hanya mempunyai waktu 8 menit setelah badan lahir.

7
Dengan waktu yang singkat otomatis menimbulkan peregangan yang
besar pada perineum sehingga mudah terjadi ruptur perineum.
4. Distosia bahu
Distosia bahu merupakan salah satu penyulit persalinan pervaginam.
Penyulit persalinan pervaginam merupakan indikasi melakukan
episiotomi. (Cunningham 2005, 467)

D. Faktor penolong persalinan


Pimpinan persalinan yang salah merupakan salah satu penyebab
terjadinya ruptur perineum, kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat
manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah
terjadinya laserasi. Pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter
kepala saat melalui introitus vagina dan perineum dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya robekan. (Depkes RI 2007, 154)
1) Insiden
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama
dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
Perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus kubis lebih
kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah
dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia
(Wiknjosastro 2006, 165).
2) Patofisiologi
Klinik terjadinya jahitan perineum yaitu karena desakan tiba-tiba
dan terlalu cepat kepala janin lahir serta karena pergerakan pada
vulva membuat integritas menjadi rusak. Lebih jauh lagi
kontinuitas jaringan dan pembuluh darah terputus dalam keadaan
menimbulkan pendarahan (Wiknjosastro 2006,165).

8
3) Manifestasi klinik
a. Gelisah
b. Nadi menjadi cepat
c. Pernapasan cepat
d. Pucat dan keringat dingin
e. Segmen bawah uterus menegang
f. Pendarahan vagina

4) Penatalaksanaan medik
a. Penjahitan luka
b. Pemberian analgetic
c. Pemberian obat penambah darah
d. Vitamin
e. Pemberian anti biotic

5) Perawatan ruptur Perineum.


a. Persiapan alat
1) Satu pasang handschoen
2) Gas steril
3) Com berisi bethadine
4) Kapas savlon
5) Near bekken

9
BAB III

PEMBAHASAN

I. PENGKAJIAN

A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. L
Umur : 32 Tahun
Suku / kebangsaan : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Alamat rumah : Pb.Tunong
Telp :-
Alamat kantor :-

Nama suami : Tn.M


Umur : 35 Tahun
Suku / kebangsaan : Aceh
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat rumah : Pb.Tunong
Telp :-
Alamat kantor :-

B. ANAMNESE (DATA SUBJEKTIF)

10
1. Alasan masuk : Perut terasa sakit dan mulas

2. Keluhan utama : Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir

3. Riwayat persalinan : persalinan terakhir di tahun 2019


Tempat melahirkan : Polindes ditolong oleh : Bidan

IBU
 Jenis persalinan : Normal Spontan belakang kepala : iya
Lain-lain :-

 Komplikasi atau kelainan dalam persalinan


Partus lama : - Jam/menit

 Plasenta
Spontan : plasenta lahir spontan
Dilahirkan dengan tanpa indikasi :
Sisa plasenta : tidak terdapat sisa plasenta
Ukuran : ± 22 cm Berat : ± 500 gr
Kelainan : tidak terdapat kelainan

 Tali pusat panjang : ± 50 cm


Kelainan : tidak ada kelainan

 Perineum
Utuh : tidak
Robekan tingkat : II
Episiotomy : tidak dilakukan

11
Anestesi : tidak
Jahitan dengan : teknik jelujur

 Pendarahan
Kala I : 50 ml
Kala II : 100 ml
Kala III : 50 ml
Kala IV : 50 ml

 Tindakan lain
Infuse cairan : RL Tranfusi golongan darah : Tidak
ada

Catatan waktu
Kala I : Jam Menit
Kala II : - Jam 10 Menit
Dipimpin meneran : - Jam 5 Menit
Kala III : - Jam 3 Menit
Kala IV : 2 Jam - Menit
(spontan/amniotomi) spontan waktu PD

BAYI

 Lahir :Normal pukul : 08.40 WIB


 BB : 3000 gr

12
 PB : 50 cm
 Nilai Apgar : 10/10
 Cacat bawaan : Tidak ada
 Masa gestasi : 37 minggu
 Komplikasi
Kala I : tidak ada
Kala II : tidak ada
 Air ketuban
banyaknya : ±500 ml
Keadaan : jernih
4. Riwayat post partum
1. Keadaan umum : Baik
2. Keadaan emosional : Stabil
3. Tanda vital
Tekanan darah : 100/70mmHg
Respirasi : 21 x/menit
Denyut nadi : 87 x/menit
0
Suhu : 36,5 C

4. Payudara
Pengeluaran : Sedikit
Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol

5. Uterus
Tinggi fundus uteri : 2 Jari dibawah pusat
kontraksi uterus : ada
konsistensi uterus :Keras

13
posisi uterus : Antefleksi

6. Pengeluaran lokea : Ada


warna : Merah
Jumlah : ±50 cc
Bau : Tidak berbau
Konsistensi : Cair

7. Perineum : Robekan tingkat II

8. Kandung kemih : Kosong

9. Ekstremitas
Oedema : Tidak terdapat oedema
Refleks :+
Kemerahan : Tidak terdapat kemerahan pada kaki

14
SOAP

S: Ny.L usia 32 tahun keluarga binaan di desa paya bujok tunong melakukan
kunjungan nifas kepada pasien dengan keluhan nyeri bekas jahitan perenium.

O : Keadaan umum : Baik


Keadaan emosional : Stabil
TD : 100/70 mHg
P : 87 x/m
R : 21 x/m
T : 36,5 0C
Kontraksi : Ada
Mammae : Simetris
Putting susu : Menonjol

A : Ny. L umur 32 tahun P3 A0 Post partum hari ke 2 dengan Nyeri luka perenium.

P : -Menjalin hubungan baik dengan pasien dan keluarga


( Hubngan baik sudah terjalin)
-Memberitahu hasil pemeriksaan TTV
TD : 100/70 mmHg
P : 87x/m
R : 21 x/m
T : 36,5 0C
(Ibu sudah mengetahui hasilnya)

15
-Menjelaskan kepada ibu penyebab masih keluarnya darah dari jalan lahir yaitu
disebabkan oleh terjadinya involusio uteri(pengembalian uterus kembali seperti
keadaan sebelum hamil)
(Ibu mengerti penjelasan bidan)
-Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bagian vulva dan perenium agar
terhindar dari infeksi dan cepat kering
(Ibu sudah mengetahui untuk menjaga hygiene)
-Memberitahu ibu untuk tidak banyak beraktivitas terutama yang berat
(Ibu sudah mengerti dan bersedia )
-Memberitahu ibu untuk makan makanan yang tinggi protein seperti telur, ikan gabus,
ataupun bebek dan protein lainnya agar cepat pemulihan luka.
( Ibu sudah mengerti penjelasan bidan)
-KIE tentang makanan yang menambah ASI seperti sayur dari daun katuk
( Ibu sudah mengerti penjelasan bidan)
-Memberitahu ibu untuk tidak memberi apapun kepada bayi selain ASI
(Ibu sudah mengetahui)
-Memberikan pendidikan tentang istirahat ibu yaitu tidur disaat bayi juga tidur, agar
saat bayi sudah terbangun untuk menyusu ibunya tidak merasa kelelahan dan kurang
tidur.
( Ibu sudah mengerti dan paham tentang pola istirahat)

16
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Masa nifas atau puerpurium adalah masa yang dimullai sejak atau
setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil).Masa nifas berlangsung kira-kira 6
minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami
banyak perubahan baik secara fisik maupun psikologis. Salah satu penyebab
terjadinya penyulit masa nifas sampai dengan pada kematian puerperium
adalah terjadinya infeksi pada luka perineum karena kurangnya perawatan
luka yang memadai sehingga dapat menimbulkan perdarahan sekunder kala
nifas, dan dapat memicu timbulnya infeksi yang bersifat local maupun
general.

B. SARAN
Bagi pendidikan dapat menjadi sumber wawasan dan bahan
kepustakan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas pada Perawatan
Luka Perineum. Bagi peneliti dapat menjadi sumber informasi kepada
peneliti tentang asuhan kebidanan ibu nifas pada Perawatan Luka Perineum.
Bagi lahan praktek hasil penulisan ini dapat memberikan masukan pada
tenaga kesehatan untuk lebih mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan
praktek layanan asuhan kebidana khususnya ibu nifas pada Perawatan Luka
Perineum.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika

Anggraeni, Yetty. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama

Azwar,S. 2013. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bahiyatun. 2010. Buku
Ajar Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Damayanti, Ika Putri,dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Komprehensif Pada
Ibu Bersalin Dan Bayi Baru Lahir. yogyakarta: Deepublish

Dewi, vivian nani lea. 2013. Asuhan kebidanan ibu nifas. Jakarta: Salemba Medika
Hamilton, Mary Persis. 2010. Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta:
EGC

Anda mungkin juga menyukai