Anda di halaman 1dari 21

TUGAS INDIVIDU

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK


PASIEN DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER
( Dosen Pengampuh: Ns.Sulistiyani, M.Kep )

OLEH

Nama : Agustinus Elimelek Koyari


Nim : 2022082024013

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
TAHUN 2023
Seorang pasien lansia laki-laki usia 72 tahun datang ke poli perawatan lansia bersama dengan
anaknya. Pasien mengeluh nyeri dada kiri, nyeri sangat terasa saat beraktifitas. Nyeri biasanya
menjalar sampai leher, dan bahu kiri. Pada saat nyeri biasanya seperti ditusuk-tusuk terkadang
sampai keringat dingin dan mual. Pasien juga mengatakan terkadang nyeri juga dirasakan saat
istirahat. Hasil wawancara dengan keluarga mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat PJK
dan sulit berhenti merokok. Pasien juga masih menyukai makanan bersantan, setiap diajak
aktifitas pasien mengatakan tidak mampu dan sesak. Hasil pemeriksaan fisik TD: 180/110
mmHg, N:90 x/mt, RR: 26 x/mt, SB: 37,5. EKG: ST depresi > 0,05 detik dan ST elevasi >2
mm.

Pertanyaan:

1. Buatkanlah pengkajian terfokus pada kasus tersebut


2. Buatlah diagnosa keperawatan lansia
3. Buatlah intervensi keperawatan
4. Buatlah rencana pencegahan nyeri dan serangan jantung di rumah
Jawab:
1. PENGKAJIAN
A. Identitas
1. Nama :Tn. R.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 72 th
Pekerjaan : Wirasawata
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Alamat : Jln. Abepura Belakang Citra ( Blacit)
Status Perkawinan : Duda
Dx Medik : PJK
B. Status Kesehatan Sekarang
1. Keluhan Utama
Nyeri dada kiri, nyeri sangat terasa saat beraktifitas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri biasanya menjalar sampai leher, dan bahu kiri. Pada saat nyeri biasanya
seperti ditusuk-tusuk terkadang sampai keringat dingin dan mual. Pasien juga
mengatakan terkadang nyeri juga dirasakan saat istirahat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan mempunyai penyakit hipertensi. Pasien menderita hipertensi
sejak 26 tahun yang lalu, kontrol sebulan sekali namun minum obat ketika ada keluhan
saja.
4. Pengetahuan, usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan pasien mengatakan
hanya minum obat ketika ada keluhan saja. Pasien juga masih menyukai makanan
bersantan dan sulit berhenti merokok.
5. Obat-obatan
Terapi Obat

Obat Pemberian Dosis Indikasi


Micardis Oral 40mg Obat antihipertensi, dan
digunakan untuk
menurunkan tekanan
darah dan digunakan
untuk mencegah
komplikasi
kardiovaskuler
Spinolactone Oral 25mg Digunakan untuk
menurunkan tekanan
darah. Juga dapat
digunakan dalam
pengobatan gagal
jantung, hypokalemia,
sirosis, edema, atau
kondisi ketika tubuh
terlalu banyak
memproduksi hormone
aldesterone
Concor Oral 2,5mg Dapat mencegah
terjadinya komplikasi
hipertensi seperti
penyakit jantung, stroke,
hingga gagal ginjal
CPG Oral 75mg Menurunkan
(clopidogrel aterotrombosis yang
bisulfat) menyertai serangan
infark miokard, serangan
stroke, dan penyakit
pembuluh darah perifer
Atorvastatin Oral 20mg Menurunkan kolestrol
jahat (LDL) dan
trigliserida, serta
meningkatkan kadar
kolestrol baik (HDL)
dalah darah
Furosemide tab Oral 40mg Untuk mengurangi cairan
(k/p) berlebih dalam tubuh
(edema) yang disebabkan
oleh kondisi gagal
jantung, penyakit hati,
dan ginjal.

6. Riwayat alergi
Pasien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan.
C. Age Related Changes (Perubahan Terkait Proses Menua)
1. Keadaan Umum
Keadaan umum pasien cukup, pasien mengatakan nyeri dada kiri, nyeri sangat
terasa saat beraktifitas. Pasien juga mengatakan terkadang nyeri juga dirasakan saat
istirahat. Setiap diajak aktifitas pasien mengatakan tidak mampu dan sesak. TD:
180/110 mmHg, N:90 x/mt, RR: 26 x/mt, SB: 37,5. EKG: ST depresi > 0,05 detik dan
ST elevasi >2 mm.
2. Integument
Tn.R. selalu menjaga kebersihan kulit dengan baik, warna kulit sawo matang,
kelembaban kulit lembab, tidak ada lesi atau luka, dan tidak ada gangguan pada kulit.
3. Hematopoetic
Perdarahan abnormal tidak ada, pembengkakan kelenjar limfe tidak ada, anemia
tidak ada.
4. Kepala
Tn.R pada pemeriksaan kepala tidak ada benjolan, tidak ada lesi, tidak pusing dan
sakit kepala, kebersihan pada kulit kepala dan warna rambut hitam, tampak bersih
tidak ada ketombe.
5. Mata
Tn.R memiliki mata yang simetris antara mata kanan dan mata kiri, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak strabismus, nyeri dan gatal pada mata tidak
ada, pasien menggunakan kacamata dengan minus 2 mata kanan dan mata kiri,
riwayat katarak tidak ada.
6. Telinga
Telinga Tn.R tampak simetris antara kanan dan kiri, fungsi pendengaran kanan
dan kiri masih baik, tidak menggunakan alat bantu dengar, kebersihan kedua telinga
tampak bersih tidak ada serumen.
7. Hidung
Tn.R memiliki bentuk hidung yang simetris, letak sputum ditengah, tidak ada
polip, tidak ada peradangan pada hidung, tidak terjadi sinusitis, tidak ada gangguan
pada penciuman.
8. Mulut dan Tenggorokan
Mulut Tn.R tampak simetris, kebersihan mulut dan bibir bersih, dan tampak
lembab. Tn.R tidak nyeri tekan dan tidak ada kesulitan dalam menelan dan
mengunyah, tidak ada lesi, tidak ada perdarahan pada gusi, tidak memakai gigi palsu,
pola sikat gigi Tn.R mengatakan sikat gigi 2x dalam sehari pada saat mandi pagi dan
sore hari.
9. Leher
Pada pemeriksaan leher Tn.R tidak ditemukan pembesaran kelenjar thyroid, tidak
ada nyeri tekan, tidak ada lesi dan pasien tidak mengalami kaku kuduk.
10. Pernafasan
Pada saat dikaji Tn.R tidak batuk, tidak ada wheezing dan ronchi, tidak ada bunyi
napas tambahan, dan pasien tidak mempunyai riwayat asma.
11. Kardiovaskuler
Bentuk dada Tn.R normal chest pergerakan dada simetris, tidak terjadi retraksi
pada dada, Tn.R mengatakan nyeri dada kiri, nyeri sangat terasa saat beraktifitas.
Nyeri biasanya menjalar sampai leher, dan bahu kiri. Setiap diajak aktifitas pasien
mengatakan tidak mampu dan sesak.
12. Gastrointestinal
Pada saat dikaji Tn.R tidak dysphagia, tidak muntah dan pada saat nyeri biasanya
seperti ditusuk-tusuk terkadang sampai keringat dingin dan mual, nafsu makan hanya
sedikit. Tn.R tidak mengalami jaundice, melena dan hemorhoid. Pola BAB Tn.R
mengatakan BAB 1x/hari.
13. Perkemihan
Tn.R tidak dysuria, tidak ada masalah saat berkemih, tidak ada nyeri berkemih.
Pola BAK Tn.R mengatakan BAK kurang lebih ada 5x dalam sehari.
14. Reproduksi
Pada saat dikaji Tn.R Tidak ada masalah pada gangguan reproduksi.
15. Muskuloskeletal
Kekuatan otot pada Tn.R pada ekstermitas atas yaitu kanan dan kiri tidak
mengalami penurunan kekuatan otot skala 5. Sedangkan ekstermitas bawah kanan dan
kiri mengalami penurunan kekuatan otot skala 4. KeluargaTn.R mengatakan setiap
pasien diajak aktifitas pasien mengatakan tidak mampu dan sesak. Pada saat
pengkajian Tn.R tidak ada nyeri sendi, tidak deformitas dan tidak ada fraktur. Postur
tulang belakang normal, rentang gerak pasif.
16. Persyarafan
Tn.R tidak nyeri kepala, tidak kejang, tidak pernah pingsan, tidak ada tremor, dan
tidak ada masalah pada memori.
D. Potensi Pertumbuhan Psikososial dan Spiritual
1. Psikososial
Tn.R mampu berinteraksi dengan keluarga dan tetangga dengan baik. Tn.R
mengatakan sering mengobrol dengan anak dan menantunya, sering menonton tv dan
makan bersama keluarga. Jika ada masalah Tn.R selalu menceritakan kepada anak dan
menantunya.
2. Spiritual
Tn.R selalu melaksanakan ibadah sholat 5 waktu dan sholat sunah. Tidak ada
hambatan pada saat Tn.R melaksanakan ibadah sholat. Aktivitas interaksi Tn.R
mengobrol dengan tetangga pada saat duduk-duduk didepan rumah dengan tetangga,
dan pada saat sholat berjamaah di masjid dekat rumah.
3. Lingkungan
Tn.R tinggal di Perum Ceria Sentani bersama dengan 2 anaknya, 1 menantu, dan 2
cucunya. Dengan bangunan permanen menggunakan genting, dinding terbuat dari
bata (tembok) dengan lantai yang sudah dikramik, dengan kebersihan lantai bersih,
pencahayaan baik, penataan prabotan baik. Luar rumah terdapat sedikit lahan untuk
tanaman pot.
E. Negative Functional Consequences
1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari dinilai dengan
menggunakan Indeks Barhel yaitu dengan kriteria: pemeliharaan kesehatan diri,
mandi dapat dilakukan secara mandiri dengan masing-masing mempunyai nilai skor
5. Kemudian untuk aktivitas makan, toilet (BAB & BAK), naik atau turun tangga,
berpakaian, kontrol BAK dan kontrol BAB klien dapat melaksanakan secara mandiri
dengan masing-masing mendapat nilai skor 10. Untuk ambulasi dan transfer kursi/bed
klien juga dapat melaksanakan secara mandiri sehingga mendapat skor nilai 15.
Dalam kemampuan ADL secara mandiri klien mendapatkan total nilai skor 100 yaitu
dapat diartikan pemenuhan kemampuan ADL klien mandiri.
2. Aspek Kognitif
Aspek kognitif pada klien dinilai menggunakan MMSE (Mini Mental Status
Exam). Dalam aspek kognitif orientasi dengan kriteria klien mampu menyebutkan
tahun, hari, musim, bulan dan tanggal dengan benar mendapat nilai skor 5. Aspek
kognitif orientasi kedua klien mampu menyebutkan dimana sekarang berada, provinsi
tempat tinggal, dan kabupaten tempat tinggal dengan benar mendapat nilai skor 5.
Untuk aspek kognitif registrasi klien diminta untuk menyebutkan 3 nama obyek
kemudian ditanyakan kembali klien mampu menyebutkan dan mendapat skor nilai 3.
Pada aspek kognitif perhatian dan kalkulasi klien diminta untuk berhitung sampai
dengan 100 kemudian dikurangi 7 sampai dengan 5 tingkat, pada aspek ini klien
mampu menjawab 2 dan mendapat nilai skor 2. Aspek kognitif mengingat klien
diminta untuk mengulangi ketiga obyek pada point sebelumnya dan klien mampu
mengingat obyek tersebut dan mendapat skor nilai 2. Pada aspek kognitif bahasa klien
diminta untuk menunjuk benda yang ditanya, dan juga untuk mengulangi kata berikut:
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi”. Klien diminta untuk mengikuti perintah berikut
yang terdiri 3 langkah: mengambil kertas, melipat kertas menjadi dua, dan menaruh
kertas dilantai. Yang terakhir klien diminta untuk hal berikut : “Tutup mata anda”
Perintahkan kepada klien untuk menulis kalimat dan menyalin gambar 2 segi lima
yang saling bertumpuk pasa aspek ini klien mendapat skor nilai 9. Dari penilaian
menggunakan MMSE klien mendapat nilai keseluruhan 26 yang artinya tidak ada
gangguan kognitif.
3. Tingkat Kerusakan Intelektual
Penggunaan SPMSQ (short portable mental status quesioner) bertujuan untuk
mengukur tingkat kerusakan intelektual pada klien. Pada penggunaan SPMSQ klien
diberikan 10 pertanyaan meliputi: tanggal berapa hari ini?, hari apa sekarang?, apa
nama tempat ini?, dimana alamat anda?, berapa umur anda?, kapan anda lahir?, siapa
presiden Indonesia?, siapa presiden Indonesia sebelumnya?, siapa nama ibu anda?,
kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru secara menurun.
Dari 10 pertanyaan yang diberikan klien dapat menjawab benar 7 pertanyaan dan 3
pertanyaan salah yaitu klien tidak dapat menyebutkan umurnya saat ini, presiden
Indonesia sebelumnya dan pengurangan bilangan. Sehingga pada pengukuran SPMSQ
dapat disimpulkan bahwa fungsi intelektual utuh dengan nilai jumlah hanya salah 3.
4. Tes Keseimbangan
Tes keseimbangan klien menggunakan Time Up Go Test dan dilakukan pada 3
kali pertemuan. Pada pertemuan pertama menunjukkan hasil TUG 4 detik, pertemuan
kedua hasil TUG menunjukkan 5 detik, dan pada pertemuan ketiga hasil TUG 5 detik.
Maka rata-rata waktu TUG adalah 12 detik dapat disimpulkan > 13,5 detik risiko
tinggi jatuh.
5. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi yaitu digunakan untuk menentukan tingkat kecemasan dan
GDS, dalam hal ini klien diberikan 15 pertanyaan dengan jawaban “Ya” atau “Tidak”
jika jawaban mengarah pada kecemasaan klien diberikan nilai 1, dan nilai 0 pada
jawaban klien merasa puas. Pada pengkajian depresi ini jika didapatkan nilai
kecemasan klien 5 atau lebih maka diindikasi klien depresi. Tetapi pada saat
dilakukan pengkajian nilai kecemasan pada klien didapatkan 4 yang artinya klien
tidak diindikasi mengalami depresi.
6. Status Nutrisi
Pengkajian determinan nutrisi pada lansia pada pemeriksaan diberikan 10
indikator dan dilakukan penilaian score. Dengan interpretasi 0-2 : Good, 3-5 :
Moderat Nutritional Risk, dan 6 ≥ : High Nutritional Risk. Dalam pengkajian status
nutrisi didapatkan hasil 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa klien mengalami
moderat nutritional risk.
7. Fungsi Sosial Lansia
APGAR keluarga dengan lansia yaitu alat skrining yang dapat digunakan untuk
mengkaji fungsi sosial lansia. Fungsi sosial lansia yaitu: adaptation, partnership,
growth, affection, resolve. Dari masing-masing fungsi tersebut akan dinilai dengan
pernyataan selalu skore 2, kadang-kadang skor 1, dan tidak pernah skor 0. Karena
klien menunjukkan kepuasan terhadap apa yang dilakukan pada saat ini sehingga
klien mendapatkan jumlah skor 10. Dengan interpretasi < 3 = Disfungsi berat, 4 – 6 =
Disfungsi sedang, > 6 = Fungsi baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi sosial
lansia adalah baik.
8. Pengkajian perilaku terhadap kesehatan
Pada saat dikaji keluarga mengatakan bahwa pasien Tn.R sulit berhenti merokok
dan pasien juga masih menyukai makanan bersantan.
9. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi, frekuensi makan 2x sehari, jumlah makanan
yang dihabiskan ½ porsi. Pola menenuhan cairan, frekuensi minum >3 gelas sehari,
dengan jenis minuman air putih. Pola kebiasaan tidur, jumlah waktu tidur 4-6 jam,
gangguan tidur yaitu berupa sering terbangun, penggunaan waktu luang ketika tidak
tidur yaitu hanya bersantai. Pola eliminasi BAB, pasien mengatakan BAB 1x/hari
dengan konsistensi lembek, dan tidak ada gangguan dalam BAB. Pola BAK, frekuensi
BAK 4-6 kali sehari, warna kuning jernih dan tidak ada gangguan dalam BAK. Pola
aktivitas dalam kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan yaitu pekerjaan rumah
tangga. Pola pemenuhan kebersihan diri, pasien mandi 2 kali sehari, memakai sabun,
menyikat gigi serta menggunakan pasta gigi, pasien berganti baju 2 kali dalam sehari.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut (SDKI,2016) :
1. Nyeri Akut (D. 0077)
2. Penurunan Curah Jantung (D. 0008)
3. Intoleransi Aktivitas (D. 0056)
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan menurut (SLKI, SIKI, 2018)

N Diagnosa Keperawatan SLKI SIKI


O Kode Diagnosis Kode Luaran Kode Intervensi
1 D. 0077 Nyeri Akut Luaran Utama: Intervensi Utama:
Tanda dan gejala: L.0806 Tingkat Nyeri I.0823 Manajemen Nyeri
1. Mengeluh nyeri dada kiri, 6 Setelah dilakukan intervensi 8 Observasi :
nyeri sangat terasa saat keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
beraktifitas. Nyeri biasanya keluarga mampu merawat frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.

menjalar sampai leher, dan keluarga yang sakit dengan 2. Identifikasi skala nyeri.
3. Identifikasi respon nyeri non verbal.
bahu kiri. Pada saat nyeri kriteria hasil:
4. Identifikasi faktor yang
biasanya seperti ditusuk- 1. Keluhan nyeri menurun
memperberat dan memperingan nyeri.
tusuk terkadang sampai 2. Meringis menurun
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
keringat dingin dan mual. 3. Frekuensi nadi membaik
tentang nyeri.
2. Tampak meringis. 4. Tekanan darah membaik
Terapeutik :
3. TD: 180/110 mmHg 1. Berikan teknik non farmakologis
N: 90 x/mt untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
RR: 26 x/mt hypnosis, akupresur, terapi musik, bio
SB: 37,5 C feedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing).
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
3. Fasilitas istirahat dan tidur.
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri.
2. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat.
3. Ajarkan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian analgetik
Intervensi Pendukung:
Pemberian Analgesik
I.0824 Observasi :
3 1. Identifikasi karakteristik nyeri.
2. Identifikasi riwayat alergi obat.
3. Monitor tanda tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik.
Terapeutik :
1. Diskusikan jenis analgesik yang
disukai untuk mencapai analgesia
optimal.
Edukasi :
1. Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi.

2 D. 0008 Penurunan Curah Jantung Luaran Utama: Intervensi Utama:


Tanda dan gejala: L.0200 Curah Jantung I.0207 Perawatan Jantung
1. Tidak mampu aktifitas 8 Setelah dilakukan intervensi 5 Observasi :
dan sesak. keperawatan, diharapkan 1. Identifikasi tanda/gejala primer
2. Sulit berhenti merokok. keluarga mampu merawat penurunan curah jantung.

3. Klien masih menyukai keluarga yang sakit dengan 2. Identifikasi tanda/gejala sekunder
penurunan curah jantung.
makanan bersantan. kriteria hasil:
3. Monitor tekanan darah.
4. EKG: ST depresi > 0,05 1. Bradikardi / takikardi
4. Monitor intake dan output cairan.
detik dan ST Elevasi > 2 hilang
5. Monitor saturasi oksigen.
mm 2. Aritmia hilang
6. Monitor keluhan nyeri dada.
5. TD: 180/110 mmHg 3. Lelah hilang 7. Monitor EKG 12 sandapan.
N: 90 x/mt 4. Dispnea hilang Terapeutik :
RR: 26 x/mt 5. Tekanan darah membaik 1. Posisikan pasien semi fowler atau
SB: 37,5 C 6. Nadi perifer membaik fowler dengan kaki ke bawah atau posisi
6. Lelah nyaman.
7. Dispnea saat/setelah 2. Berikan diet jantung yang sesuai.

beraktivitas 3. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk


memotivasi gaya hidup sehat.
4. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu.
5. Berikan dukungan emosional dan
spiritual.
6. Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi oksigen
>94%.
Edukasi :
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai
toleransi.
2. Anjurkan beraktvitas fisik secara
bertahap.
3. Anjurkan berhenti merokok.
4. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan.
5. Anjurkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian antihistamin,
jika perlu.

3 D. 0056 Intoleransi Aktivitas Luaran Utama: Intervensi Utama:


Tanda dan gejala: L.0504 Toleransi Aktivitas I.0517 Manajemen Energi
1. Tidak mampu aktifitas 7 Setelah dilakukan intervensi 8 Observasi :
dan sesak keperawatan, didapatkan data 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
2. Klien mengatakan dengan kriteria hasil: yang mengakibatkan kelelahan.

terkadang nyeri juga 1. Lelah hilang 2. Monitor kelelahan fisik dan


emosional.
dirasakan saat istirahat. 2. Dispnea hilang
3. Monitor pola tidur dan jam tidur.
3. Dispnea saat/setelah 3. Rasa tidak nyaman hilang
4. Monitor lokasi dan
beraktifitas 4. Lemah hilang
ketidaknyamanan selama melakukan
4. Merasa tidak nyaman
aktivitas.
setelah beraktifitas
Terapeutik :
5. Merasa lemah 1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya,
suara, kunjungan).
2. Lakukan latihan rentang gerak
pasif dan/atau aktif.
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan.
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau
berjalan.
Edukasi :
1. Anjurkan tirah baring,
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap,
3. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan.
4. RENCANA PENCEGAHAN NYERI DAN SERANGAN JANTUNG DI RUMAH
Pencegahan Harus Dilakukan Sedini Mungkin
a. Pencegahan Primer
Adalah upaya pencegahan yang dilakukan sebelum seseorang menderita PJK. Tujuan dari
pencegahan primer adalah untuk menghambat berkembangnya dan meluasnya faktor-
faktor risiko PJK. Upaya pencegahan ini berupa ;
1) Peningkatan kesadaran pola hidup sehat.
Upaya ini lebih baik dilakukan sejak bayi, dengan tidak membiarkan bayi jadi
gemuk dan merubah kriteria bayi gemuk sebagai pemenang kontes bayi sehat.
Kegemukan pada bayi akan lebih memudahkan waktu ia dewasa. Demikian pula
pendidikan dan pengamalan pola hidup sehat, harus dimulai sejak balita.
Menganjurkan anak-anak banyak makan sayuran dan buah serta menghindari
makanan yang kurang mengandung serat dan banyak kolesterol seperti Pizza Hut, Mc
Donal's, CFC, KFC dan lain-lain.
Kampanye stop rokok memang terasa sulit, namun perlu dibudayakan. Bagi orang
yang sudah merasakan sakitnya angina pektoris, mungkin lebih mudah, tetapi bagi
yang belum merasakanya mungkin memerlukan bantuan orang lain seperti anak dan
istrinya. Berhenti merokok merupakan target yang harus dicapai, juga hindari asap
rokok dari lingkungan, kurangi atau stop minum alkohol.
Melakukan olahraga secara teratur. Biasakan setiap hari untuk melakukan olah
raga, setidaknya 3 – 5 kali perminggu dapat melakukan olah raga selama 30 menit
sangat berguna untuk kesehatan jantung kita. Menghindari faktor-faktor risiko yang
lain, khususnya faktor PJK yang dapat dimodifikasi. Secara mudah pola hidup
SEHAT dapat dilakukan, yang dapat dijabarkan yaitu : Seimbang gizi, Enyahkan
rokok, Hindari Stres, Awasi tekanan darah, dan Teratur berolahraga.
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala
Banyak orang yang sudah menginjak usia senja (usia diatas 40 tahun) tidak
mengetahui bahwa dirinya mengidap penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis
ataupun dislipidemia (kelebihan kolesterol), karena mereka enggan memeriksakan diri
ke dokter atau mungkin pula penyakit tersebut tidak memberikan suatu keluhan. Tidak
jarang diantara mereka ini kemudian meninggal mendadak karena serangan jantung.
Karena itu pemeriksaan kesehatan dalam rangka pencegahan primer perlu dilakukan
terutama pada :
a) Orang sehat (tanpa keluhan) diatas usia 40 tahun.
b) Anak dari orang tua dengan riwayat hipertensi, diabetes melitus, familier
dislipidemia, mati mendadak pada usia kurang dari 50 tahun.
c) Obesitas
Adapun jenis pemeriksaan yang dianjurkan adalah ;
a) P e m e r i k s a a n F i s i k m e n g e n a i kemungkinan adanya kelainan
organis pada jantung ataupun hipertensi.
b) Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) pada waktu istirahat.
c) Pemeriksaan laboratorium seperti : gula darah, total kolesterol, HDL,
Kolesterol, LDL kolesterol, Trigliserida, ureum, dan kreatinin.
d) Pemeriksaan treadmill test, terutama bagi penderita yang hasil EKG nya
meragukan dengan adanya keluhan nyeri dada (Chest pain).
e) Pemeriksaan Ekokardiografi terutama untuk melihat kelainan struktur / organis
jantung.
b. Pencegahan Sekunder
Adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang yang sudah menderita PJK.
Tujuan Pencegahan Sekunder adalah supaya : 1) tidak terjadi komplikasi lebih lanjut,
2) tidak merasa invalid (cacat di masyarakat), dan 3) status psikologis penderita
menjadi cukup mantap.
Untuk itu kiranya perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikiut ;
a) Pemeriksaan fisik yang lebih teliti untuk mengetahui kemampuan jantung
dalam melaksanakan tugasnya.
b) Mengendalikan faktor risiko yang menjadi dasar penyakitnya.
c) Pemeriksaan treadmill test untuk menentukan beban/aktivitas fisik sehari-hari.
d) Pemeriksaan laboratorium secara rutin.
e) Pemeriksaan Ekokardiografi (EKG), untuk melihat seberapa berat otot jantung
yang telah mati.
f) Dilakukan pemeriksaan Angiografi koroner untuk melihat pembuluh darah
koroner mana yang tersumbat dan seberapa berat sumbatannya.
g) Ikut Klub Jantung Sehat.
h) Terapi Penykit lebih lanjut : PTCA (ditiup) ataupun bedah pintas koroner
(CABG).
Secara Umum Upaya Pencegahan PJK yang dapat dilakukan pada orang yang sehat,
orang yang berisiko, maupun oleh orang yang pernah menderita penyakit jantung
adalah ;
1. Berolahraga secara teratur, untuk membantu pembakaran lemak dan menjaga
agar peredaran darah tetap lancar.
2. Mengurangi konsumsi makanan berlemak/ berkolesterol tinggi dan
meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-
buahan.
3. Menjaga berat badan ideal.
4. Cukup istirahat dan kurangi stress, sehingga jumlah radikal bebas yang
terbentuk dalam tubuh tidak terlalu banyak.
5. Hindari rokok, kopi, dan minuman beralkohol.
6. Melakukan pemeriksaan laboratorium secara berkala untuk memantau kadar
kolesterol dalam darah.
7. Menjaga lingkungan tetap bersih

Anda mungkin juga menyukai