Anda di halaman 1dari 16

KASUS SISTEM KARDIOVASKULAR

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

Dosen Pengampu : Ns. Mulyanti Roberto Muliantino, M.Kep

Disusun oleh :

DIYAN R. KURNIA

2011312074

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
JANTUNG Tn.K

Tn. K usia 42 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri dipertengahan dada dan
menjalar ke lengan kiri dengan durasi 20-30 menit, nyeri dirasakan hilang timbul. Klien
mengeluh sesak nafas dengan RR: 30 kali/ menit. Saat dilakukan pengkajian Tn.R
mengatakan dada nyeri seperti tertindih benda berat, nyeri skala 4, tidak berkurang dengan
istirahat dan ia cemas terhadap penyakitnya. Tn.R tampak lemah dan berbaring di tempat
tidur. Klien didiagnosa CHF e.c CAD.

Klien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, berobat tidak teratur,
hanya minum obat ketika merasakan gejala tidak nyaman saja. Klien tidak memiliki riwayat
penyakit DM, asma dan tidak memiliki riwayat alergi. Anggota keluarga tidak ada yang
memiliki penyakit yang sama dengan klien, tetapi orang tua klien menderita hipertensi dan
DM. Tn.K merupakan seorang sopir dan perokok berat, sehari menghabiskan rokok 1
bungkus (16 batang). Klien memiliki kebiasaan makan tinggi lemak dan kolesterol karena
sering makan di warung makan, jarang mengkonsumsi sayur dan buah. BB: 55 kg, TB: 163
cm. Tn.R juga mengeluh sering terbangun dimalam hari dalam keadaan sesak, setelah itu ia
sulit untuk tidur lagi. Lama tidur 4-5 jam dalam sehari. Klien juga mengeluh sesak nafas saat
melakukan aktivitas, jika ia mengangkat beban berat sering merasa sesak napas disertai
kelelahan. Gejala ini hilang cukup lama, bisa sampai 2 atau 3 hari baru reda kembali.

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan TD; 82/65 mmHg, N: 69 kali/ menit, SaO2 : 98%, Suhu :

36,4o C, konjungtiva anemis, distensi vena jungularis, tidak ada edema ekstremitas, turgor
kulit baik, terdapat retraksi dinding dada dan penggunaan otot bantu pernafasan, auskultasi
paru: vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-), bunyi jantung regular, murmur (-), gallop (-).

Hasil EKG, Rate 69 x/I, axis normal, P wave normal, PR interval 0,14, Q wave V1-V4, LVH
(+), RVH (-). Hasil ronxent dada Tn.K menunjukan adanya kardiomegali, CTR : 65%. Hasil

pemeriksaan laboratorium Hb: 13,0 gr/dl, leukosit 15.120/ mm3, trombosit 572.000/ mm3, Ht
38%, Na 128 Mmol/L, K 3,5 Mmol/L, Ca 7,5 mg/dl, Cl serum 96 Mmol/L. Klien
direncanakan akan dilakukan pemeriksaan echokardiografi.

Terapi yang didapatkan saat ini adalah IVFD RL 500 cc/24 jam, IVFD NaCl 0,3% 500 cc/24
jam, inj ranitidin 2x3 mg, drip fasorbid 1x3 mg, meropenem 3x1 gr, Ca glukonas 2 gr,
levofloxasin 1 x750 mg.
Berdasarkan diatas jawablah pertanyaan berikut ini :

TUGAS I :

1. Jelaskan faktor resiko penyakit yang dialami Tn.R?


 Yang dapat dirubah
 Yang tidak dapat dirubah
 Merokok.
 Usia Tn.k (42)
 berobat tidak teratur.
 Hipertensi.  Jenis kelamin ( laki )
 Stres  Riwayat keluarga ( hipertensi dan DM )
 Tekanan darah tidak normal.

2. Jelaskan Bagaimana proses terjadinya keluhan sesak napas, nyeri dada dan keluhan
lelah dalam beraktivitas yang dialami Tn.K? Jelaskan dalam bentuk WOC!
3. Sebagai perawat, bagaimana anda menginterpretasikan hasil pemeriksaan EKG
pada kasus di atas?
BAGIAN HASIL PEMERIKSAAN NORMAL

Frekuensi denyut jantung 69x/menit (normal) 60 – 100 x/menit

Aksis Jantung Normal 60o

Gelombang P Normal Durasi < 0,12 detik

Amplitude < 0,3 mV

Interval P-R 0,14 detik ( normal) 0,12 – 0,20 detik

Irama Jantung Irama Sinus Ritnis Sinus ritmi memiliki frekuens


i 60 – 100x/ menit sesuai den
gan data kasus.
4. Jelaskan tujuan dilakukan pemeriksaan echokardiografi pada Tn.K?

Untuk memeriksa kembali pada struktur jantung dikarenakan Tn.k memiliki


kelainan pada pembulu darah dimana trombosit dan leukosit yang tidak normal dan
fungsi ginjal yang tidak normal.Mengevaluasi fungsi jantung Anda secara
menyeluruh.Menentukan adanya berbagai jenis penyakit jantung, seperti penyakit
katup jantung, penyakit jantung bawaan, endokarditis (peradangan pada
endokardium), atau masalah pada lapisan luar jantung (perikarditis). Melihat
ukuran, bentuk, ketebalan, dan pergerakan dinding jantung. Di samping itu juga
membantu dokter untuk melihat pergerakan darah yang beredar di jantung.
Pasalnya, ada beberapa kondisi yang menyebabkan darah yang seharusnya mengalir
tidak berbalik arah (regurgitasi jantung). Mengamati seberapa kuat jantung Anda
memompa darah ke seluruh. Melihat adanya gumpalan darah yang mungkin
terbentuk di sekitar bilik jantung atau pertumbuhan jaringan abnormal di jantung,
contohnya tumor. Membantu dokter menentukan pengobatan jantung atau tes
kesehatan lain yang sesuai dengan kondisi jantung.

Saya Belum Jadi Pasang Cincin

Tn. A usia 50 tahun mengeluh napasnya terasa sesak jika berjalan lebih dari 20 menit.
Keluhan ini dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Klien merasa cemas dengan kondisi
penyakitnya, karena klien masih belum melakukan anjuran dokter untuk pasang ring pada
jantungnya. Klien juga sering tiba-tiba pingsan. Sebelumnya klien pernah mengalami
nyeri dada, dan dirawat di Rumah Sakit serta dianjurkan tindakan pasang ring. Namun
karena belum siap tindakan tersebut sampai sekarang belum dilakukan. Saat ini keluhan
utama klien selain sesak napas, adalah kelelahan dan mudak kecapekan saat beraktivitas.

Klien mengidap hipertensi sejak 11 tahun yang lalu, berobat teratur ke klinik namun klien
sulit menghindari pantangan untuk mengurangi konsumsi garam dan makan gulai-gulai,
tetapi ia sudah berhenti merokok. Keluarga klien juga ada yang sakit jantung, kakak
perempuannya meninggal karena sakit jantung.
Saat ini klien cemas dengan penyakitnya, ia takut penyakitnya bertambah parah, dan
takut dengan tindakan untuk pasang ring. Hasil pengkajian ditemukan TD: 120/90
mmHg, N : 75x/menit, P : 23 x/menit dan S : 36,8°C. Pemerikasaan paru: gerakan dada
simetris, nafas sesak dengan aktifitas, taktil fremitus kiri dan kanan lemah, Redup,
rhonchi +/+, wheezing (-). Pemeriksaan jantung: ictus tidak tampak, ictus teraba ICS V
MCS, perkusi jantung pekak, BJ I dan II (+),reguler, murmur (-), gallop (-).

Obat-obatan yang dikonsumsi saat ini:

- Brilinta (Ticagrelor 90 mg) 2 x 1

- Nitrokaf retard (nitroglycerin) 2 x 1

- Bisoprolol fumaratek 2 x 1

- Nitral glyceryl trinitrate 500 mg 1 x 1 bila nyeri

- Aptor acetyl salicylic Acid 1 x 1

- Lansoprazole 30 mg 1 x 1

- Ramipril 5 mg 1 x 1

- Atorvastatin calcium trihydrate 1 x 1

Pemeriksaan
Penunjang : Nilai
laboratoriumklien:
NO Pemeriksaan Hasil Satuan
1 Ureum darah 28 mg/dl
2 Kreatinin darah 0,8 mg/dl
3 Asam urat 7,2 mg/dl
4 Kolesterol total 181 mg/dl
5 HDL kolesterol 57 mg/dl
6 LDL kolesterol 110 mg/dl
7 Trigliserida 71 mg/dl
8 Gula darah puasa 100 mg/dl

Hasil Rontgen thoraks:

Hasil Echocardiography:

Hasil Corangiography:
Critical stenosis di proximal mid RCA, Stenosis 70-75% di proximal LAD

Berdasarkan kasus tersebut, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


TUGAS I
1. Jelaskan faktor resiko penyakit pada kasus diatas!

Yang dapat dirubah


 Yang tidak dapat dirubah
 Sesak saat bernafas
 Usia (50 thn)
 Stres
 Hipertensi  Jenis kelamin (perempuan)
 Mengkonsumsi garam berlebih  Riwayar keluarga ( kakak mengalamai sakit jantung)
2. Bagaiman proses perjalanan penyakit klien pada kasus diatas? Jelaskan dalam bentuk
WOC!

Keluhan Riwayat Riwayat Riwayat Pola


Awal terdahulu Sekarang Keluarga Nutrisi

Napas Hipertensi Sering Sakit Sulit


terasa sesak (pengobata tiba-tiba Jantung menghin
jika n teratur) pingsan dari
berjalan pantangan
lebih dari Nyeri dada Dampak untuk
20 menit (dirawat di psikologis mengurang
rumah (cemas u konsumsi
Kelelahan sakit) terhadap garam dan
dan mudah penyakit makan
kecapekan bersantan
saat tetapi
beraktivitas sudah
berhenti
merokok

Penyakit Jantung Koroner

3. Jelaskan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang dan diagnostik pada kasus diatas!

A. NILAI LABORATORIUM :
N PEMERIKSAAN HASIL PEMERIKSAAN HASIL NORMALNYA
O
1. Ureum darah 28 mg/dl (tidak normal) (8-24 mg/dL)
2. Kreatinin darah 0,8 mg/dl (normal) (0,5 – 1,1 mg/dL)
3. Asam urat 7,2 mg/dl (tdk normal) (3,4 – 7,0 mg/dL)
4. Kolesterol total 181 mg/dl (normal) (< 200 mg/dL)
5. HDL kolesterol 57 mg/dl (normal) ( > 40 mg/dL)
6. LDL kolesterol 110 mg/dl (tdk normal) ( 130 – 159 mg/dL)
7. Trigliserida 71 mg/dl (normal) (< 150 mg/dL)
8. Gula darah puasa 100 mg/dl (normal) (<100 mg/dL )

Rontgen (pemeriksaan toraks)

- Terdapat pembesaran otot jantung


- Sinus dan diaghrama normal

GAYA HIDUPKU SAYANG

Ny. M (63 tahun) pekerjaan wiraswasta dengan kegiatan yang sibuk. Sudah satu
minggu ini sering mengeluhkan lemas, sering berkemih di malam hari, kerap kali
mengalami kesemutan di bagian kaki dan dia juga mengeluhkan sakit kepala di pagi
hari. Selama ini pasien tidak mau membatasi makanannya dan malas berolahraga.

Setiap bulan pasien melakukan pemeriksaan rutin di klinik diabetes. Hasil pemeriksaan
fisik didapatkan tekanan darah 160/110 mmHg. Hasil elektrokardiogram menunjukkan
sedikit pembesaran pada ventrikel kiri. TB 165 cm, BB 78 kg

Hasil pemeriksaan laboratorium :

No Nama Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


1 HbA1c 7.1% (≤6.5%)
2 Na 125 mmol/L (135-150) mmol/L
3 Kalium 2.7 mmol/L (3.5-5.0) mmol/L
4 Kreatinin 0.26 mmol/L (0,6-1,2) mg/dL
5 Gula darah sebelum 8.4 mmol/L (4.4-6.7) mmol/L
makan/preprandial
6 Kolesterol total 6.5 mmol/L (< 5) mmol/L

Therapy yang didapatkan :

Lisinopril 2 mg/hari
Hidroklorotiazid 50 mg 2x/hari
Glibenklamid 10 mg/hari
Aspirin 75 mg/hari
TUGAS 1

1. Apakah penyebab TD pasien meningkat ?


 Gula darah tinggih
 Malas berolahraga
 Kolesterol tinggih
 Obat-obatan
 HbA1c tinggih

2. Jelaska faktor resiko keluhan pasien ?

 Yang dapat diubah


 Malas berolahraga
 Sakit kepala
 Gulah darah tinggih
 Kolesterol
 Natrium rendah
 HbA1 tinggih

 Yang tidak dapat diubah

 Umur (63 thn)


3. Bagaimana proses perjalanan keluhan Diabetes Mellitus sehingga menimbulkan
peningkatan tekanan darah ?

Kelebihan gulah darah dapat memiliki banyak akibat,termasuk kerusakan pada


pembuluh darah sensitif secara perlahan yang disebut kapiler yang dimana
kapiler adalah pembuluh yang dilewari darh bersih yang membawa oksigen.
Jika kerusakan kapiler tertentu dalam ginjal ddapat merusak kemampuan
tekanan darah yang mengatur ke dalam ginjal dan hal ini menyebabkan tekanan
darah tinggih.

4. Jelaskan makna pemeriksaan penunjang

Untuk kepentingan diagnosis, beberapa pemeriksaan penunjang diperlukan, baik


pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan pencitraan.

Untuk mempertegas diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding, maka pada


kasus tertentu diperlukan pemeriksaan CT-Scan leher. Dengan pemeriksasan
penunjang ini, kita dapat lebih jelas mendeteksi penyebab obstruksi pada pasien
dengan keadaan klinis yang lebih berat.9,10 Pemeriksaan penunjang lainnya
adalah laringoskop atau bronkhoskopi. Kedua pemeriksaam ini biasanya tidak
diperlukan pada kasus dengan gejala yang khas, atau diagnosis dapat dibuat
dengan mudah. Pemeriksaan laringoskop atau bronkhoskopi dibuat bila
kecurigaan croup mengenai bayi kurang dari 6 bulan.2,10
5. Jelaskan fungsi terapi, dan cara kerja terapi
a) Lisinopril

Obat yang berfungsi menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.


Dengan terkontrolnya tekanan darah, komplikasi seperti gagal jantung
kongestif atau strole bisa diturunkan. Selain itu, lisinopril juga bisa
digunakan dalam pengobatan gagal jantung atau pascaserangan jantung.
Lisinopril bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah, sehingga
darah dapat mengalir lebih lancar dan meringankan beban kerja jantung
dalam memompa darah.
b) Hydrochlorothiazide

Obat untuk mengatasi edema, yaitu penumpukan cairan didalam ruang antar
sel, misalnya akibat gagal jantung dan sirosis hati. Obat ini juga bisa
digunakan untuk menurunkan tekanan darah pada hipertensi.
Hydrochlorothiazide bekerja dengan cara membantu ginjal untuk
membuang kelebihan cairan dan garam melalui urine. Dengan begitu,
edema bisa berkurang dan tekanan darah dapat turun.
c) Glibenklamid

Glibenclamide atau glyburide adalah obat untuk mengendalikan kadar gula


darah yang tinggi pada diabetes tipe 2. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet dan hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter. Glibenclamide
bekerja dengan merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak
insulin dari biasanya untuk mengikat glukosa dalam aliran darah.
Glibenclamide tidak diperuntukkan bagi penderita diabetes tipe 1 atau
sedang mengalami komplikasi ketoasidosis diabetik.
d) Aspirin

Aspirin adalah obat untuk meredakan nyeri, demam, dan peradangan. Selain
itu, obat yang dikenal juga dengan nama asam asetisalisilat ini juga
digunakan untuk mencegah terbentuknya gumpalan darah, sehingga
menurunkan risiko terjadinya serangan jantung atau stroke pada penderita
penyakit kardiovaskular.
6. Tentukan penatalaksanaan keperawatan dalam mengatasi keluhan pasien

Penatalaksanaan (implementasi) proses keperawatan merupakan puncak dari proses


keperawatan, dimana pada proses ini dilakukan tindakan langsung kepada pasien
untuk mengatasi masalah yang diderita oleh pasien yang telah disesuaikan dari
hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan yang telah dilakukan. Jadi
pada kasus Ny. M, penatalaksanaan keperawatannya dapat dilakukan dengan
cara berikut,
Menurut Perkeni (2011), penataksanaan diabetes melitus terdiri dari :

1) Edukasi
Diabetes melitus tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola hidup dan
Perilaku telah terbentuk dengan mapan.Pemberdayaan penyandang
diabetes melitus memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga,
masyarakat.Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan
perilaku. Edukasi yang di berikan meliputi:
a) Edukasi untuk pencegahan primer yaitu edukasi yang
ditunjukkan untuk kelompok resiko tinggi.
b) Edukasi untuk pencegahan skunder yaitu edukasi yang
ditunjukkan untuk pasien baru. Materi edukasi berupa
pengertian diabetes, gejala, penatalaksanaan, mengenal dan
mencegah komplikasi akut dan kronik.
c) Edukasi untuk penceghan tersier yaitu edukasi yang
ditunjukkan pada pasien tingkat lanjut, dan materi yang diberikan
meliputi : cara pencegahan komplikasi dan perawatan, upaya untuk
rehabilitasi, dll.

2) Terapi gizi atau Perencanaan Makan


Terapi Gizi Medis (TGM) merupakan bagian dari penatalaksanaan diabetes
secara total. Kunci keberhasilan TGM adalah keterlibatan secara
menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang
lain dan pasien itu sendiri). Menurut Smeltzer et al, (2008) bahwa
perencanaan makan pada pasien diabetes meliputi:
a) Memenuhi kebutuhan energi pada pasien diabetes melitus
b) Terpenuhi nutrisi yang optimal pada makanan yang disajikan
seperti vitamin dan mineral
c) Mencapai dan memelihara berat badan yang stabil
d) Menghindari makan makanan yang mengandung lemak, karena
pada pasien diabetes melitus jika serum lipid menurun maka
resiko komplikasi penyakit makrovaskuler akan menurun
e) Mencegah level glukosa darah naik, karena dapat mengurangi
komplikasi yang dapat ditimbulkan dari diabetes melitus.
3) Latihan jasmani
Latihan jasmani sangat penting dalam pelaksanaan diabetes karena
dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko
kardiovaskuler. Latihan menurunkan kadar glukosa darah dengan
meningkatkan pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki
pemakaian insulin. Latihan juga dapat meningkatkan kadar HDL
kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida
(ADA, 2012).Kegiatan sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-
4 kali seminggu selama kurang dari 30 menit), merupakan salah satu
pilar dalam pengelolaan diabetes melitus. Latihan jasmani yang
dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti : jalan
kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan jasmani
sebaiknnya disesuiakan dengan umur dan status kesegaran jasmani.

4) Terapi farmakologis

Pengobatan diabetes secara menyeluruh mencakup diet yang benar,


olah raga yang teratur, dan obat-obatan yang diminum atau suntikan
insulin.Pasien diabetes melitus tipe 1 mutlak diperlukan suntikan
insulin setiap hari.pasien diabetes melitus tipe 2, umumnya pasien perlu
minum obat antidiabetes secara oral atau tablet. Pasien diabetes memerlukan
suntikan insulin pada kondisi tertentu, atau bahkan kombinasi suntikan
insulin dan tablet (ADA, 2012).
5) Monitoring keton dan gula darah

Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri penderita


diabetes dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan kadar glukosa darah secara
optimal. Monitoring glukosa darah merupakan pilar kelima dianjurkan kepada pasien
diabetes melitus. Monitor level gula darah sendiri dapat mencegah dan mendeteksi
kemungkinan terjadinya hipoglikemiadan hiperglikemia dan pasien dapat melakukan
keempat pilar di atas untuk menurunkan resiko komplikasi dari diabetes melitus

Anda mungkin juga menyukai