CASE 5
Tutorial B4
Blok CVS
Fakultas Kedokteran UPN VETERAN Jakarta
2014 / 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang dengan izinnya
maka makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah mengenai
Coronary Artery Disease.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dr. Irma, atas segala
pengarahan, bimbingan, dan kasih sayang yang telah dicurahkan selama proses
tutorial. Terima kasih juga kepada kelompok tutorial B4 atas kerjasamanya mulai
dari proses pembahasan hingga pembuatan makalah ini.
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai laporan dan kesimpulan
dari diskusi yang telah kami lakukan dalam pembahasan kasus terakhir ini serta
untuk menambah pengetahuan penulis pada khususnya dan pembaca pada
umumnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan,
maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca agar kami dapat lebih baik lagi untuk ke depannya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Case
1.2. Learning Objectives
1.3 Over View Case
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Anatomi
2.2. Histologi
2.3. Fisiologi
2.4. Hipertensi Primer
2.5. Hipertensi Sekunder
2.6. Hipertensi Emergensi dan Urgensi
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Case Hipertensi
Page 1
Seorang wanita bernama Ny. M, berusia 66 tahun dating ke tempat anda
bekerja untuk melakukan pemeriksaan kesehatannya. Pada saat pemeriksaan di
lengan kanan dan kiri didapatkan tekanan darah 190/100 mmHg. Pasien
mengeluh sering merasa pusing dan leher belakang terasa kaku. Pasien
mengobati keluhannya sendiri dengan minum obat sakit kepala yg dibeli dari
toko obat di dekat rumahnya.
Page 2
Pasien lupa tekanan darah terakhirnya. Pasien mengaku sudah
mengalami hipertensi sejak lama, namun 2 minggu pasien tidak meminum obat.
Pasien tidak memiliki penyakit DM atau kolestrol tinggi sebelumnya. Pasien
tidak merokok. Bapak Ny. M ini meninggal saat berusia 60 tahun karena
serangan jantung. Pasien ini mengatakan dia tidak ada masalah dengan pola
makan dan biasanya menambahkan garam ke makanan yg dia makan. Riwayat
minum obat kortikosteroid dalam jangka waktu lama tidak ada. Riwayat
pandangan mata kabur tidak ada.
Page 3
Keadaan umum : tampak sakit ringan, kesadaran komposmentis
BB : 67 kg, TB : 159 cm
Tanda Vital :
TD : 190/100 mmHg (lengan kanan = lengan kiri)
HR : 88 x/ menit
RR : 20 x/ menit
Suhu : 36,5 C
Kepala : konjunctiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
Leher : JVP 5 + 2 mmHg
Thoraks :
Inspeksi : bentuk dan gerak simetris, iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : batas jantung kanan : linea parasternal dekstra
batas jantung kiri : 1 cm line midklavikula sinista ICS VI
Auskultasi : VBS kiri = kanan, bunyi jantung 1 dan 2 normal, murmur (-), S3
gallop (-)
Abdomen : datar, lembut, bisisng usus normal, bruit (-), hepar dan lien tidak
teraba
Ekstremitas : edema (-)
Page 4
Pemeriksaan EKG : irama sinus, HR 80-90 x / menit, gelombang P normal, PR
interval normal, gelombang QRS dalam batas normal, ST isoelektrik,
gelombang T normal, LAD, LVH by voltage
Pemeriksaan darah
GDS : 100 mg/ dL
Natrium : 140 mEq/L
Kalium : 4,5 mEq/L
Kolestrol Total : 190 mg/dL
HDL : 50 mg/dL
LDL : 120 mg/dL
Trigliserida : 150 mg/dL
BUN : 12 mg/dL
Kreatinin : 0,7 mg/dL
Rontgen thoraks : CTR 66%, normal aortic segment, prominent pulmonary
segment, cardiac waist (+), downward apex, plethora (-), infiltrate (-),
congestion (-)
Echocardiography : LVH konsentrik, disfungsi diastolic, fungsi sistolik dan
katup-katup normal
Page 4
Diagnosis : Hypertensive Heart Disease (Hipertensi grade 2 (JNC VII))
Factor resiko PJK : Usia
TOD : LVH
Penatalaksanaan
Nonfarmakologi : penurunan BB, olahraga, diet (restriksi sodium, peningkatan
asupan kalsium dan magnesium)
Farmakologi : amlodipin 1 x 10 mg diberikan selama 2 minggu, captopril 3 x
12,5 mg diberikan selama 2 minggu
Learning Issues
Anatomi dan Vaskularisasi Jantung
Fisiologi Jantung
Histologi Jantung
Hipertensi primer
Hipertensi sekunder
Hipertensi Emergensi dan Urgensi
Obat-obat Hipertensi
1.3. Overview Case
Ny. M, 66 tahun
Hipotesis :
- Hipertensi Primer
- TTH
- Hipertensy Heart Disease
PEMBAHASAN
Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg
dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus menerus
sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 120/90 mmHg
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan
arteri yang dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik
normal, Hipertensi ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup + 90% dari
kasus hipertensi (Wibowo, 1999).
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar
kedua selain hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini
menyangkut + 10% dari kasus-kasus hipertensi. (Sheps, 2005).
Klasifikasi Penyakit Hipertensi
Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan
relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya.
Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah
dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan
penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan
masuk ke arteri.
e. Diastole ventrikular
(1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam
ventrikel menurun tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus
pulmonary, sehingga katup semilunar menutup (bunyi jantung kedua).
(2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup
semilunar aorta.
(3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi
isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika
tekanan dalam ventrikel menurun tajam dari 100 mmHg samapi
mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium, katup A-V membuka dan
siklus jantung dimulai kembali (Ethel, 2003: 234-235).
Bunyi jantung
a. Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan
dapat didengar melalui stetoskop. “Lup” mengacu pada saat katup A-V
menutup dan “dup” mengacu pada saat katup semilunar menutup.
c. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi jantung tidak wajar
yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena
defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran
darah ke depan, atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran
balik darah (Ethel, 2003: 235).
Frekuensi jantung
a. Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 samapi 100 denyut per
menit, dengan rata-rata denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan
seperti itu, siklus jantung berlangsung selama 0,8 detik: sistole 0,5 detik,
dan diastole 0,3 detik.
b. Takikardia adalah peningkatan frekuensi jantung sampai melebihi 100
denyut per menit.
c. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung yang kurang dari 60
denyut per menit (Ethel, 2003: 235).
Curah Jantung
a. Definisi
Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per
menit. Curah jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya
kurang lebih 5 L per menit pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 %
pada perempuan.
b. Perhitungan curah jantung
Curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup
c. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi curah jantung
(1) aktivitas berat memperbesar curah jantung sampai 25 L per menit, pada atlit
yang sedang berlatih mencapai 35 L per menit. Cadangan jantung adalah
kemampuan jantung untuk memperbesar curahnya.
(2) Aliran balik vena ke jantung. Jantung mampu menyesuaikan output dengan
input-nya berdasarkan alasan berikut:
(a) peningkatan aliran balik vena akan meningkatkan volume akhir diastolic
(b) peningkatan volume diastolic akhir, akan mengembangkan serabut
miokardial ventrikel
(c) semakin banyak serabut oto jantung yang mengembang pada permulaan
konstraksi (dalam batasan fisiologis), semakin banyak isi ventrikel, sehingga
daya konstraksi semakin besar. Hal ini disebut hukum Frank-Starling tentang
jantung.
(3) Faktor yang mendukung aliran balik vena dan memperbesar curah jantung
(a) pompa otot rangka. Vena muskular memiliki katup-katup, yang
memungkinkan darah hanya mengalir menuju jantung dan mencegah aliran
balik. Konstraksi otot-otot tungkai membantu mendorong darah kea rah jantung
melawan gaya gravitasi.
(b) Pernafasan. Selama inspirasi, peningkatan tekanan negative dalam rongga
toraks menghisap udara ke dalam paru-paru dan darah vena ke atrium.
(c) Reservoir vena. Di bawah stimulasi saraf simpatis, darah yang tersimpan
dalam limpa, hati, dan pembuluh besar, kembali ke jantung saat curah jantung
turun.
(d) Gaya gravitasi di area atas jantung membantu aliran balik vena.
(4) Faktor-faktor yang mengurangi aliran balik vena dan mempengaruhi curah
jantung
(a) perubahan posisi tubuh dari posisi telentang menjadi tegak, memindahkan
darah dari sirkulasi pulmonary ke vena-vena tungkai. Peningkatan refleks pada
frekuensi jantung dan tekanan darah dapat mengatasi pengurangan aliran balik
vena.
(b) Tekanan rendah abnormal pada vena (misalnya, akibat hemoragi dan
volume darah rendah) mengakibatkan pengurangan aliran balik vena dan curah
jantung.
(c) Tekanan darah tinggi. Peningkatan tekanan darah aorta dan pulmonary
memaksa ventrikel bekerja lebih keras untuk mengeluarkan darah melawan
tahanan. Semakin besar tahanan yang harus dihadapi ventrikel yang
bverkontraksi, semakin sedikit curah jantungnya.
(5) Pengaruh tambahan pada curah jantung
(a) Hormone medular adrenal.
Epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin meningkatkan frekuensi jantung dan
daya kontraksi sehingga curah jantung meningkat.
(b) Ion.
Konsentrasi kalium, natrium, dan kalsium dalam darah serta cairan interstisial
mempengaruhi frekuensi dan curah jantungnya.
(c) Usia dan ukuran tubuh seseorang dapat mempengaruhi curah jantungnya.
(d) Penyakit kardiovaskular.
Beberapa contoh kelainan jantung, yang membuat kerja pompa jantung kurang
efektif dan curah jantung berkurang, meliputi:
(1) Aterosklerosis, penumpukan plak-plak dalam dinding pembuluh darah
koroner, pada akhirnya akan mengakibatkan sumbatan aliran darah.
(2) Penyakit jantung iskemik, supali darah ke miokardium tidak mencukupi,
biasanya terjadi akibat aterosklerosis pada arteri koroner dan dapat
menyebabkan gagal jantung.
(3) Infark miokardial (serangan jantung), biasanya terjadi akibat suatu
penurunan tiba-tiba pada suplai darah ke miokardium.
(4) Penyakit katup jantung akan mengurangi curah darah jantung terutama saat
melakukan aktivitas (Ethel, 2003: 236-237).
Takik dikrotik, suatu osolasi kecil pada fase menurun gelombang denyut yang
disebabkan oleh getaran saat katup aorta menutup, tampak apabila gelombang
gelombang tekanan direkam tetapi tidak teraba di pergelangan tangan. Juga
terdapat takik dikrotik pada kurva tekanan arteri pulmonalis yang ditimbulkan
oleh penutupan katup pulmonaris (Ganong, 2002:542-545).
Pendahuluan
Gelombang ransang listrik tersebar menuju miokardium merangsang kontraksi
otot. Rangsangan listrik dikenal dengan depolarisasi, sedangkan pemulihan
listrik dikenal dengan repolarisasi. Aktivitas listrik dari jantung merupakan
akibat dari perubahanpermeabilitas membrane sel, yang memungkinkan
bergerakan ion2 melalui membrane sel tersebut dan mengubah muatan listrik
sepanjang membrane.
Ada 3 ion yang berperan dalam terbentuknya potensial aksi, yaitu kalium
(kation utama intrasel), natrium, n kalsium (Na n Ca kation pd ekstrsel).
Penjelasannya
Dalam perannya dalam kontraksi jantung, ion2 tersebut melalui beberapa fase :
1. Fase istirahat (fase 4)
Pada saat fase istirahat, intrasel relative negative sedangkan ektraselnya
relative positif. Pada fase ini membrane sel lebih permeabel terhadap
kalium dibanding natrium, sehingga ion kalium merembes keluar dari
intra (kadar kalium tinggi) ke ekstrasel (kadar kalium rendah), sehingga
muatan listrik intrasel menjadi negative.
4. Pleteau (fase 2)
Pada fase ini kanal2 ion terbuka (K, Na, n Ca) namun tidak terjadi
perubahan muatan listrik, karena jumlah ion yang keluar dan masuk
seimbang.
a. Endokardium
b. Myokardium
c. Epikardium
a. Endokardium
Selapis endotel
Lapisan subendotel
b. Myokardium
5. Epikardium
Jaringan ikat kendor dengan sel lemak, pembuluh darah & saraf,
menghubungkan myokard & pericard.
Terdiri atas:
Mesotelium.
1.3 Patofisiologi hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan
abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi
epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi
kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon vasokontriktor
pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke
ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut
cenderung mencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat,
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup),
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer
(Smeltzer, Bare, 2002).
Aktivitas kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari
korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki
peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan
ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam)
dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan
tekanan darah (Anggraini, 2008).
Renin
Angiotensin I
Angiotensin II
Mengentalkan
↑ Konsentrasi NaCl
di pembuluh darah
Menarik cairan intraseluler → ekstraseluler
↑ Tekanan darah
↑ Volume darah
↑ Tekanan darah
Etiologi
• Gagal ginjal kronik
• Obstructive sleep-apnoea
• Aldosteronisme primer
• Stenosis a.renalis
• Sindrom Cushing
• Feokromositoma
• Hiperparatirodisme
• Koarktasio aora
• Hipo dan hiperparatiroidisme
• Obat-obatan
Pemeriksaan
• Memeriksa Tekanan Darah
• Peningkatan serum kreatinin dan penurunan eGFRmengindikasikan peny
ginjal
• TD labil atau hipotensi postural, palpitasi, pucat, dan asculario
kemungkinan feokromositoma
• Hipokalemia, bruit di abdomen atau pinggang, atau peningkatan serum
kreattinin yg signifikan ketika terapi ACE dan ARB diberikan
mengindikasiakan h.renovaskular
• Osteroporosis, obesitas trunkal, moon face, purole striae, kelemahan otot,
memar, dan hirsutisme, hiperglikemia, hipokalemia dan hiperlipidemia
kemungkinan h.sekunder akibat sindrom cushing
Penyakit-penyakit pd H.Sekunder
Penyakit ginjal dan renovaskular(2-5 %)
• Dpt mjd penyebab & sekaligus komplikasi
• Merupakan penyebab terbanyak dr h.sekunder
• > 20% pasien memiliki stenosis > 70 % pd a.renalis unilateral dan
bilateral
• Keluhan dan gejala :
• Px.penunjang:
Feokromositoma (0,2-0,4 %)
• Adalah tumor yg memproduksi dan melepas adrenalin dan noradrenalin
ascul darah.
• Keluhan dan gejala :
• Diagnosis px. Metadrenalin dan normetadrenalin serum
• Terapi asculari dgn terapi bedah untuk mengangkat tumor
Aldosteronisme primer (1-11 %)
• Penyebabnya a/ adenoma adrenal yg lbh banyak diderita wanita dan
jarang pd anak
• Perlu dicurigai keberadaannya pd pasien h.resisten yg disertai retensi Na
dan hipokalemia yg tdk disebabkan hal lain.
• Diagnosis : px. Kadar aldosteronisme &plasma ascul activity
• Terapi asculari : adrenalektomi
Sindrom Cushing
• Sindrom yg diakibatkan o/ peningkatan kadar glukokortikoid
• Penyebab utama ssuching : peningkatab produksi ACTH o/ kel. Putuitary
• Produksi kortisol berlebih jg dsbabkan o/tumor kel. Adrenal
Obstructive sleep apnoea
• Ditandai o/ episode berhentinya aliran udara spt respirasi ulang krn jalan
nafas atas mengalami kolaps saat tdr
• Akibat OSA a/ berkurangnya saturasi oksigen
• Osa yg tdk diobati menyebabkan mslh CVS mll bbrp mekanisme :
• Doagnosis : polisomnografi (golden standart)
Polisomnografi
Istilah lain
1. Hipertensi refrakter : respon pengobatan tidak memuaskan dan TD
>220/110 mmHg.
2. Hipertensi akselerasi : TD meningkat (diastolic) >120 mmHg disertai
dengan kelainan funduskopi KW III.
3. Hipertensi maligna: penderita hipertensi akselerasi dengan TD diastolic
>120-130 mmHg dan kelainan funduskopi KW IV.
4. Hipertensi ensefalopati : kenaikan TD tiba-tiba disertai dengan keluhan
sakit kepala, perubahan kesadaran dan dapat menjadi reversible bila TD
diturunkan.
Kerusakan organ target pada hipertensi emergensi
1. Ensefalopati hipertensi
2. Diseksi aorta akut
3. Edema paru akut dengan gagal napas
4. Infarks miokard akut/angina tidak stabil
5. Eklamasi
6. Gagal ginjal akut
7. Anemia mikroangiopati hemolitik
MANIFESTASI KLINIS KRISIS HIPERTENSI
1. Neurologi:
Sakit kepala, hilang/ kabur penglihatan, kejang, ascula neurologis fokal,
gangguan kesadaran (somnolen, ascu, coma).
2. Mata:
Funduskopi berupa perdarahan retina, eksudat retina, edema papil.
3. Kardiovaskular
Nyeri dada, edema paru.
4. Ginjal:
Azotemia, proteinuria, oligouria.
5. Obstetri
Preklampsia dg gejala berupa gangguan penglihatan, sakit kepala hebat,
kejang, nyeri abdomen kuadran atas, gagal jantung kongestif dan oliguri,
serta gangguan kesadaran/ gangguan serebrovaskuler.
Diagnosis
Diagnosis krisis hipertensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat.
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan penunjang
Anamnesis
1. R/ hipertensi (awal hipertensi, jenis obat anti hipertensi, keteraturan
konsumsi obat).
2. Usia : 40-60 tahun
3. Gejala system saraf
4. Gejala system kardiovaskular
5. Gejala system ginjal
6. Riwayat penyakit : glomerulonefosis, pyelonefritis
Pemeriksaan fisik
1. Sesuai dengan organ target yang terkena
2. Pengukuran TD di kedua lengan
3. Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas
4. Auskultasi untuk mendengar ada/ tidak bruit pembuluh darah besar,
bising jantung dan ronki paru.
5. Pemeriksaan neurologis umum
6. Pemeriksaan funduskopi
Pemeriksaan laboratorium awal dan penunjang
Pemeriksaan laboratorium awal:
a. Urinalisis
b. Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah dan
elektrolit.
Pemeriksaan penunjang: ekg, foto toraks
Tatalaksana hipertensi emergensi
Pasien harus dirawat di ruang rawat intensif untuk dipantau TD secara
kontinu dan diberikan obat anti hipertensi IV.
Target penurunan TD pada satu jam pertama adalah tekanan darah
rerata (mean arterial pressure,MAP) tidak lebih dari 25%,
kemudoan bila sudah stabil dipertahankan 160/110 mmHg dalam
2-6 jam.
Setelah stabil, maka penurunan secara bertahap dapat dimulai untuk
mecapai nilai TD normal dalam 24-48 jam berikutnya.
Penurunan TD yang cepat harus dihindari.
Untuk itu penggunaan nifedipin kerja cepat tidak direkomendasikan
untuk terapi awal.
Obat-obat parenteral untuk penanganan hipertensi
1. Diltiazem, iv dosis 30-50 mg/jam
2. Sodium nitroprusid, 0,25-10 mg/kgBB/menit
3. Nitrogliserin, 5-100 mg/menit
4. Nikardipin, 30-40 mg/jam
5. Hidralasin 10-20 mg IV/ 10-50 mg IM
Vasodilator iv lain yang digunakan
6. Diazoxide, iv 1-3 mg/kgBB
7. Enalaprila, iv 1.25 mg dalam 5 menit selama 6 jam
8. Esmolol, dosis pembebanan 500 ug/kgBB dalam 1 menit, dilanjutkan
dengan ascul 25-50 ug/kgBB/menit
9. Fenoldopam, dosis inisial 0.1 ug/kgBB/menit
10.Labetalol bolus awal 20 mg dilanjutkan dengan bolus 20-80 mg atau
pemberian ascul dimulai 2 mg/menit
11.Nicardipin, 5 mg/jam kemudian dititrasi
12.Nitroprusi, dosis awal 0.5 ug/kgBB/menit kemudian dititrasi
Tatalaksana hipertensi urgensi
• Tidak memerlukan obat-obatan anti hipertensi IV.
• Pemberian obat peroral aksi cepat seperti captopril, labetalol atau
klonidin sudah cukup bermanfaat untuk menurunkan TD dalam 24
jam
• Pemberian dosis pembebanan anti hipertensi peroral dapat
menimbulkan efek akumulasi, dan pasien dapat mengalami
hipotensi saat meninggalkan RS.
• Optimalisasi penggunaan kombinasi obat oral merupakan pilihan
terapi pasien HT urgensi.
Pengobatan hipertensi
Kelas obat utama yang digunakan untuk mengendalikan tekanan darah
adalah :
1. Diuretik
Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan ascular.
Pengurangan volume plasma dan Stroke Volume (SV) berhubungan
dengan dieresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output, CO)
dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang
utama menyebabkan resitensi perifer. Pada terapi ascular pada
hipertensi kronik volume cairan ekstraseluler dan volume plasma
ascul kembali kondisi pretreatment.
a. Thiazide
Thiazide adalah golongan yang dipilih untuk menangani hipertensi,
golongan lainnya efektif juga untuk menurunkan tekanan darah.
Penderita dengan fungsi ginjal yang kurang baik Laju Filtrasi
Glomerolus (LFG) diatas 30 mL/menit, thiazide merupakan agen
ascular yang paling efektif untuk menurunkan tekanan darah.
Dengan menurunnya fungsi ginjal, natrium dan cairan akan
terakumulasi maka ascular jerat Henle perlu digunakan untuk
mengatasi efek dari peningkatan volume dan natrium tersebut. Hal
ini akan mempengaruhi tekanan darah arteri. Thiazide menurunkan
tekanan darah dengan cara memobilisasi natrium dan air dari
dinding arteriolar yang berperan dalam penurunan resistensi
vascular perifer.
b. Diuretik Hemat Kalium
Diuretik Hemat Kalium adalah anti hipertensi yang lemah jika
digunakan tunggal. Efek hipotensi akan terjadi apabila ascular
dikombinasikan dengan ascular hemat kalium thiazide atau jerat
Henle. Diuretik hemat kalium dapat mengatasi kekurangan kalium
dan natrium yang disebabkan oleh ascular lainnya.
c. Antagonis Aldosteron
Antagonis Aldosteron merupakan ascular hemat kalium juga tetapi
lebih berpotensi sebagai antihipertensi dengan onset aksi yang
lama (hingga 6 minggu dengan spironolakton).
2. Beta Blocker
Mekanisme hipotensi beta bloker tidak diketahui tetapi dapat
melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik ascular
dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan ascul dan ginjal.
a. Atenolol, betaxolol, bisoprolol, dan metoprolol merupakan
kardioselektif pada dosis rendah dan mengikat baik reseptor β 1
daripada reseptor β2. Hasilnya agen tersebut kurang merangsang
bronkhospasmus dan vasokontruksi serta lebih aman dari non
selektif β bloker pada penderita asma, penyakit obstruksi ascular
kronis (COPD), diabetes dan penyakit arterial perifer.
Kardioselektivitas merupakan fenomena dosis ketergantungan dan
efek akan hilang jika dosis tinggi.
b. Acebutolol, carteolol, penbutolol, dan pindolol memiliki aktivitas
ascular simpatomimetik (ISA) atau sebagian aktivitas agonis
reseptor β.
3. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin (ACE-inhibitor)
ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam
regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa
jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada
prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama
produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Pada
kenyataannya, inhibitor ACE menurunkan tekanan darah pada
penderita dengan aktivitas ascul plasma normal, bradikinin, dan
produksi jaringan ACE yang penting dalam hipertensi.
4. Penghambat Reseptor Angiotensin II (ARB)
Angiotensin II digenerasikan oleh jalur ascul-angiotensin
(termasuk ACE) dan jalur asculario yang digunakan untuk enzim lain
seperti chymases. Inhibitor ACE hanya menutup jalur ascul-
angiotensin, ARB menahan langsung reseptor angiotensin tipe I,
reseptor yang memperentarai efek angiotensin II. Tidak seperti
inhibitor ACE, ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin.
5. Antagonis Kalsium
CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan
menghambat saluran kalsium yang ascular terhadap tegangan sehingga
mengurangi masuknya kalsium ekstra selluler ke dalam sel. Relaksasai
otot polos vasjular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan
dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium
dihidropiridini dapat menyebbakan aktibasi ascul simpatetik dan
semua golongan ini (kecuali amilodipin) memberikan efek inotropik
negative.
Verapamil menurunkan denyut jantung, memperlambat konduksi
nodus AV, dan menghasilkan efek inotropik negative yang dapat
memicu gagal jantung pada penderita lemah jantung yang parah.
Diltiazem menurunkan konduksi AV dan denyut jantung dalam level
yang lebih rendah daripada verapamil.
6. Alpha blocker
Prasozin, Terasozin dan Doxazosin merupakan penghambat
reseptor α1 yang menginhibisi katekolamin pada sel otot polos
vascular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini
tidak mengubah aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan efek
takikardia.
7. VASO-dilator langsung
Hedralazine dan Minokxidil menyebabkan relaksasi langsung otot
polos arteriol. Aktivitasi ascul baroreseptor dapat meningkatkan aliran
simpatetik dari pusat fasomotor, meningkatnya denyut jantung, curah
jantung, dan pelepasan ascul. Oleh karena itu efek hipotensi dari
vasodilator langsung berkurang pada penderita yang juga
mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan ascular.
8. Inhibitor Simpatetik Postganglion
Guanethidin dan guanadrel mengosongkan norepinefrin dari
terminal simpatetik ascularionic dan inhibisi pelepasan norepinefrin
terhadap respon stimulasi saraf simpatetik. Hal ini mengurangi curah
jantung dan resistensi ascular perifer .
9. Agen-agen obat yang beraksi secara sentral
10.VASO-dilator langsung
Kandungan garam (Sodium atau Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit hipertensi sebaiknya mengontrol diri
dalam mengkonsumsi garam. Yang dimaksud dengan garam disini adalah
garam natrium yang terdapat dalam hampir semua bahan makanan yang berasal
dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu sumber utama garam natrium
adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak
lebih dari ¼ - ½ sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar
natrium.
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau
air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
Adapun syarat-syarat diet garam rendah adalah :
· Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
· Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
· Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air
dan/atau hipertensi.
Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi. Sesuai dengan keadaan penyakit dapat
diberikan berbagai tingkat Diet Garam Rendah.
· Diet Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites dan/atau hipertensi berat.
Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
· Diet Garam Rendah II (600-800 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan/atau hipertensi tidak
terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I.
Pada pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (2 g).
Dihindari bahan makanan yang tinggi kadar natriumnya.
· Diet Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diet ini diberikan kepada pasien dengan edema dan/atau hipertensi ringan.
Pemberian makanan sehari sama dengan Diet Garam Rendah I. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan 1 sdt garam dapur (4 g).
13.Kandungan Potasium atau Kalium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan
tekanan darah. Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan
dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk
dikonsumsi penderita hipertensi antara lain semangka, alpukat, melon, buah
pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri,
bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega
3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan darah (hipertensi).
Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram
mmHg, selain pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi dietetik dan
merubah gaya hidup. Tujuan dari penatalaksanaan diet adalah untuk membantu
menurunkan tekanan darah dan mempertahankan tekanan darah menuju normal.
Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor risiko lain seperti
berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol dan asam urat
dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang menyertai
darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
14.MENGATUR MENU MAKANAN
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi
untuk menghindari dan membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar
kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak
mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biskuit, crakers,
keripik dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur atau buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan
memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang
(merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung
sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa.
Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk
menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu
menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1
sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 – 175 mEq/hari)
dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu,
pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium akibat
dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai ukuran sedang (50 gram) dari
apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg kalium), pisang
(451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas
(406 mg kalium). Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati
hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium
dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250 mg/hari. Sedangkan kebutuhan
kalsium perhari rata-rata 808 mg.
Pada ibu hamil makanan cukup akan protein, kalori, kalsium dan natrium
yang dihubungkan dengan rendahnya kejadian hipertensi karena kehamilan.
Namun pada ibu hamil yang hipertensi apalagi yang disertai dengan bengkak
dan protein urin (pre eklampsia), selain obat-obatan dianjurkan untuk
mengurangi konsumsi garam dapur serta meningkatkan makanan sumber Mg
(sayur dan buah-buahan).
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
www.patient.co.uk/showdoc/23068792/ - 55k
www.americanheart.org/presenter.jhtml
Repository USU
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22069/4/Chapter
%20II.pdf
Farmakologi katzung