Pak Manto, usia 50 tahun, seorang karyawan pabrik, datang ke Poliklinik karena sering mengeluh
nyeri kepala di belakang tengkuk sejak 1 bulan yang lalu. Tidak ada keluhan lain seperti mual
muntah, dada berdebar-debar, keringat berlebihan dan gemetar halus di tangan. Obat yang biasanya
dikonsumsi Pak Manto adalah paramex, nyeri kepala berkurang tapi sering kambuh lagi, obat lain
tidak ada. Pak Manto memiliki kebiasaan merokok 2 bungkus per hari. Ibunya meninggal pada usia
65 tahun karena darah tinggi.
Pemeriksaan Fisik
KU : cukup
Kesadaran : compos mentis
Vital sign : TD I 165/100 mmHg, TD II (selang 10 menit) 160/100,
N 84 x/menit, RR 18 x/menit, T Ax 36C, TB 150 cm, BB 75 kg
Kepala : conjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), Full moon face (-)
Leher : Jugular Venous Pressure (JVP) (R+1 cmH2O)
Jantung : batas jantung kanan ICS IV linea parasternal dextra, batas jantung kiri ICS IV
linea midklavikula sinistra, HR 84 x/menit reguler, S1/S2 normal, bising (-)
Apa yang Anda lakukan sebagai dokter umum, apabila menemukan kasus tersebut?
1
BAB I
KATA SULIT
1. Paramex
Obat sakit kepala yang merupakan kombinasi antara paracetamol dan prophenazole yang
memiliki efek antipiretik, analgetik,dan antiinflamasi
2. Tengkuk
Leher bagian belakang disebut juga kuduk
3. Edema pritibia
Edema (pembengkakan akibat adanya penumpukan cairan) yang terletak di atas tibia
2
BAB II
RUMUSAN MASALAH
3
BAB III
BRAINSTORMING
4
3. Apakah hubungan jenis kelamin, umur, pekerjaan pasien, dan riwayat penyakit keluarga
dengan keluhan pasien?
- Pria dan wanita pasca menopause menjadi faktor resiko
- Semakin tua seseorang maka pembuluh darah akan semakin menebal dan mengeras
sehingga mempengaruhi aliran darah
- Pekerjaan pasien sebagai karyawan pabrik mempengaruhi pola makan. Pasien biasanya
mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung lemak dan memengaruhi sirkulasi lipid
di dalam tubuh.
- Ibu pasien meninggal karena hipertensi dan kemungkinan pasien memiliki faktor genetik
(mutasi gen alfa adducin) yang menyebabkan gangguan pompa Na dan K ginjal
mengakibatkan volume plasma meningkat dan volume diastolik akhir meningkat sehingga
meningkatkan preload dan tekanan sistolik meningkat pada akhirnya tekanan darah
meningkat.
-
4. Mengapa nyeri kepala terjadi di belakang tengkuk ?
Karena ada zat-zat pada rokok yang dapat menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
yaitu pembuluh darah otak sehingga mengakibatkan tekanan meningkat dan akhirnya nyeri di
belakang tengkuk.
5
- Selain itu, tidak terlihat adanya penyakit sekunder yang mendasari keluhan pasien sehingga
diagnosis adalah hipertensi esensial.
6
BAB IV
PETA MASALAH
7
BAB V
TUJUAN PEMBELAJARAN
8
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Hampir
semua consensus/ pedoman utama baik dari dalam walaupun luar negeri, menyatakan bahwa
seseorang akan dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan yang berulang. Tekanan darah sistolik
merupakan pengukuran utama yang menjadi dasar penentuan diagnosis hipertensi.
Adapun pembagian derajat keparahan hipertensi pada seseorang merupakan salah satu
dasar penentuan tatalaksana hipertensi (disadur dari A Statement by the American Society of
Hypertension and the International Society of Hypertension2013)
9
Menurut provinsi, prevalensi hipertensi tertinggi di Kalimantan Selatan (39,6%) dan
terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan jika dibandingkan dengan tahun 2013
terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi
berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang
sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi tertinggi di Provinsi
Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8)%). Prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4
persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar 9,5 persen.
Jadi, ada 0,1 persen yang minum obatsendiri.
10
Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit
renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan 11 hipertensi atau
memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Hipertensi yang
penyebabnya dapat diketahui, sering berhubungan dengan beberapa penyakit
misalnya ginjal, jantung koroner, diabetes dan kelainan sistem saraf pusat.
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Faktor resiko Hipertensi
1. Usia: risiko meningkat seiring dengan pertambahan usia
2. Riwayat Kesehatan Keluarga: orang cenderung lebih mudah untuk menderita hipertensi
jika ada anggota keluarganya yang pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya
3. Berat: kelebihan berat badan atau obesitas
4. Pola Makan: terlalu banyak garam (natrium) dalam makanan untuk jangka waktu yang
lama
5. Gaya hidup: merokok, minum, stres, dan kurang olahraga
6. Selalu mencari faktor risiko metabolic ( diabetes, ganguan tiroid dan lainnya) pada pasien
dengan hipertensi dengan atau tanpa penyakit jantung dan pembuluh darah.
11
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Patofisiologi Hipertensi
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial. Penglihatan kabur
akibat kerusakan retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan
susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang
12
umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran
darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Pengukuran tekanan darah sebanyak dua kali dengan jarak 2 menit, diperiksa ulang
pada kontralateral.
2. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI ( Body mass Index ) yaitu berat dalam
kg dibagi tinggi dalam m2,
3. Pemeriksaan sistem kardiovaskuler terutama ukuran jantung, batas-batas
jantung,gangguan irama dan denyut jantung, adanya suara tambahan, adanya gagal
jantung, penyakit arteri karotis, renal, dan perifer lain serta koarktasio aorta.
4. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme
5. Pemeriksaan funduskopi dan sistem saraf untuk mengetahui kemungkinan adanya
kerusakan serebrovaskuler
6. Pemeriksaan Abdomen untuk mengetahui apakah ada massa, pembesaran ginjal, atau
adanya pulsasi aorta abnormal
7. Pemeriksaan ekstremitas untuk mengetahui adanya pulsasi perifer yang menghilang,
edema dan bising.
13
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan rutin :
Urinalisis untuk darah,protein,gula, dan mikroskopik urin
Serum kalium, kreatinin, Gula Darah Puasa dan 2 jam, kolesterol total
2. Pemeriksaan opsional ( tergantung Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik)
HDL,LDL,Trigliserida
Asam Urat
Pemeriksaan Hormonal ; aktivitas renin plasma, aldosteron plasma,
katekolamin urine
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan ABPM (Ambulatory Blood Pressure Monitoring)
2. EKG ( elektrokardiografi)
3. Ekhokardiografi ; dilakukan bila curiga adanya kerusakan organ target ( LVH/kelainan
jantung lain)
4. USG Vaskuler; apabila curiga adanya penyakit arteri karotis, aorta atau perifer lain
5. USG Renal ; apabila curiga adanya penyakit ginjal
14
dapat dilakukan pemeriksaan sesuai indikasi dan diagnosis banding yang dibuat. Pada hiper atau
hipotiroidisme dapat dilakukan fungsi tiroid (TSH, FT4, FT3), hiperparatiroidisme (kadar PTH,
Ca2+), hiperaldosteronisme primer berupa kadar aldosteron plasma, renin plasma, CT scan
abdomen, peningkatan kadar serum Na, penurunan K, peningkatan eksresi K dalam urin
ditemukan alkalosis metabolik. Pada feokromositoma, dilakukan kadar metanefrin, CT
scan/MRI abdomen. Pada sindrom cushing, dilakukan kadar kortisol urin 24 jam. Pada
hipertensi renovaskular, dapat dilakukan CT angiografi arteri renalis, USG ginjal, Doppler
Sonografi
15
Tekanan darah dengan tekanan sistolik > 180 mmHg dan tekanan diastolik > 110
mmHg
4. Hipertensi resisten
Kondisi dimana tekanan darah tidak bisa mencapai angka <140/90 mmHg (atau
<130/80 mmHg pada pasien dengan diabetes atau CKD) meski telah mendapat tiga
obat antihipertensi (salah satunya diuretic) dalam dosis maksimal
5. Hipertensi resisten terkontrol
Memiliki definisi yang sama dengan hipertesi resisten, hanya saja tekanan darah
dikendalikan oleh empat atau lebih obat hipersensitif
6. Hipertensi white-coat
Tekanan darah yang tiba-tiba naik saat seseorang berkunjung ke klinik namun
normal kembali ketika keluar klinik
Beberapa pola hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines adalah :
1. Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan memperbanyak asupan
sayuran dan buah buahan dapat memberikan manfaat yang lebih selain penurunan tekanan
darah, seperti menghindari diabetes dan dislipidemia.
2. Mengurangi asupan garam. Tidak jarang pula pasien tidak menyadari kandungan garam
pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang,
diet rendah garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada
pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi 2 gr/ hari
3. Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/ hari, minimal
3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah. Terhadap pasien yang tidak
memiliki waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan untuk
berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka di
tempat kerjanya.
16
4. Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi pola hidup
yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin hari semakin meningkat
seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya hidup, terutama di kota besar. Konsumsi
alcohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat
meningkatkan tekanan darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi
alcohol sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
5. Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek langsung dapat
menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan salah satu faktor risiko utama
penyakit kardiovaskular, dan pasien sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.
Secara umum, terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi
derajat 1 yang tidak mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola
hidup sehat dan pada pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2. Beberapa prinsip dasar terapi
farmakologi yang perlu diperhatikan untuk menjaga kepatuhan dan meminimalisasi efek
samping, yaitu :
17
18
19
11. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Prognosis Hipertensi
Ad vitam bonam
Ad sanationam bonam
Ad fungsionam bonam
12. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Komplikasi Hipertensi
1. Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan tinggi di otak, atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh selain otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan, sehingga aliran darah ke area otak yang diperdarahi berkurang. Arteri otak yang
mengalami aterosklerosis dapat melemah sehingga meningkatkan kemungkinan
terbentuknya aneurisma.
2. Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak dapat
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat dipenuhi dan dapat terjadi
iskemia jantung yang menyebabkan perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko pembentukan bekuan.
3. Gagal ginjal dapat terjadi karea kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler
glomerulus ginjal. Dengan rusaknya glomerulus, aliran darah ke unit fungsional ginjal,
yaitu nefron akan terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Dengan
rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga tekanan
osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan edema, yang sering dijumpai pada
hipertensi kronis.
4. Enselofati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang meningkat cepat dan berbahaya), Tekanan yang sangat tinggi pada kelaianan ini
menyebabkan peningkatan terkanan kapiler dan mendorong cairan ke ruang interstisial di
seluruh susunan saraf pusat. Neuron-neuron di sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta
kematian.
5. Kejang dapat terjadi pada wanita preeklamsi. Bayi yang baru lahir mungkin memiliki berat
lahir kecil masa kehamilan akibat perfusi plasenta yang tidak adekuat, kemudian dapat
mengalami hipoksia dan asidosis jika ibu mengalami kejang selama sebelum proses
persalinan.
13. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Pencegahan Hipertensi
1. Garam umumnya terbuat dari bahan natrium, dan kandungan natrium yang tinggi dalam
makanan bisa menyebabkan hipertensi. Waspadalah terhadap asupan garam dalam
20
makanan Anda sehari-hari, misalnya dengan mengurangi konsumsi makanan yang diasapi
atau diawetkan dengan kandungan garam yang tinggi. Tanaman herbal, rempah atau jus
lemon bisa digunakan untuk menggantikan garam atau MSG (senyawa untuk
meningkatkan citarasa makanan) dalam memasak.
2. Konsumsi lebih banyak sayuran dan buah-buahan.
3. Berhenti merokok dan kurangi konsumsi minuman beralkohol.
4. Pengendalian berat badan.
5. Olahraga secara teratur: kurangnya olahraga akan memengaruhi fleksibilitas pembuluh
darah, yang bisa menyebabkan kekakuan pembuluh darah dan memicu hipertensi.
6. Jaga agar pikiran Anda tetap rileks atau santai.
21
BAB VII
PETA KONSEP
22
SOAP
SUBJECTIVE
Pasien : Laki-laki, usia 50 tahun
Keluhan umum : Nyeri kepala di bagian belakang sejak 1 bulan lalu
Keluhan penyerta :
- Mual muntah (-)
- Dada berdebar (-)
- Keringat berlebihan (-)
- Gemetar halus di tangan (-)
RPD : (-)
RPK : Ibu meninggal karena darah tinggi
Riwayat obat : Paramex
Riwayat alergi : (-)
Riwayat sosial :
- Pasien seorang karyawan pabrik
- Pasien seorang perokok
OBJECTIVE
Pemeriksaan Fisik
- KU : Cukup
- Kesadaran : Composmentis
- TTV :
TD I 165/100 mmHg; TD II 160/100 mmHg
DN 84x/menit
RR 18x/menit
T Ax 36oC
TB 150 cm, BB 75 kg, BMI 33.3 (Obesitas)
- Kepala :
Conjungtiva anemis (-/-)
Sklera ikterik (-/-)
Full moon face (-/-)
- Leher : JVP (R+1 cm H2O)
23
- Jantung :
Batas kanan ICS IV linea parasternal dextra
Batas kiri ICS IV linea midklavikula sinistra
HR 84x/menit, regular
S1/S2 normal, bising (-)
- Paru-paru : Simetris, sonor, vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
- Abdomen : Supel, hepar tidak teraba, nyeri tekan (-), bising usus normal
- Ekstrimitas : Edema pretibial (-), tremor (-)
ASSESMENT
Hipertensi primer derajat II
PLANNING DIAGNOSIS
Pemeriksaan hormonal (aktivitas renin plasma, aldosterone plasma)
Pemeriksaan HDL, LDL, TG
USG renal untuk mencari penyakit ginjal
ABPM
HBPM
PLANNING THERAPY
Medikamentosa (dimulai dari 2 obat)
- Calcium channel blocker/Diuretik thiazide atau ACEI/ARB
Dosis calcium channel blocker
24
Dosis ACEI dan ARB
- Analgetik
Perubahan gaya hidup
- Berhenti merokok
- Diet rendah lemak dan garam
- Olahraga rutin
KIE
- Menghindari faktor risiko hipertensi
- Cek tekanan darah rutin
25
DAFTAR PUSTAKA
Chris tanto, et al., (2014), Kapita Selekta Kedokteran. Ed IV. Jakarta : Media Aeskulapius
Hipertensi. 2006. Pusat Data dan Infromasi Kementerian Kesehatan RI, Departemen Kesehatan.
James PA, Ortiz E, et al. 2014 evidence-based guideline for the management of high blood pressure
in adults: (JNC8). JAMA. 2014 Feb 5;311(5):507-20
John Hall. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.12th Edition
Sarkar, Taposh. Singh, Narinder Pal. Maulana Azad Medical College, New Delhi. Pushpanjali
Crosslay Hospital, Uttar Pradesh. Epidemiology and Genetics of Hypertension. Journal of
Association of Physicians of India. Volume 63. September 2015
26