HIPERTENSI
Oleh :
Emir Salim
(2018730030)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB 3 PENUTUP 18
3.1 Kesimpulan 18
2
BAB 1
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. MI
Umur : 14 tahun
Agama : Islam
Alamat : Lembur Balong 2/16, Desa Pataruman, Kecematan Pataruman, Kota Banjar
No. RM :00-56-64
B. ANAMNESIS
• Keluhan Utama
• RPS
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan yang memberat sejak 1 hari yang lalu , sakit kepala sudah
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, jari tangan juga terasa lemas sejak 1 minggu yang lalu , pegal pundak
terus menerus sejak 5 hari yang lalu,pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan mengkonsumsi
amlodipine 5mg namun pasien jarang kontrol keluhan demam batuk disangkal,keluhan gangguan BAK,sesak,
dan kaki bengkak disangkal.
• RPD
1
• RPK
• Rp Pengobatan
• Riwayat Psikososial
Pasien suka mengkonsumsi makanan asin, riwayat mengkonsumsi rokok dan alcohol disangkal
• Riwayat Alergi
C. PEMERIKSAAN FISIK
TTV :
Status Antropometri :
TB :165cm
BB :72kg
Status Generalisata
D. RESUME
Pasien datang ke puskesmas dengan keluhan yang memberat sejak 1 hari yang lalu , sakit kepala sudah
dirasakan sejak 1 minggu yang lalu, jari tangan juga terasa lemas sejak 1 minggu yang lalu , pegal pundak terus
menerus sejak 5 hari yang lalu,pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan mengkonsumsi Amlodipine 5mg
namun pasien jarang kontrol keluhan demam batuk disangkal,keluhan
1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut International Society Of
Hypertension 2020
Sistolik Diastolik
Kategori
(mmHg) (mmHg)
Tanpa Diabetes/CKD
- ≥ 60 tahun < 150 < 90
- ≤ 60 tahun <140 <90
Dengan Diabetes/CKD
- Semua umur dengan DM
tanpa CKD <140 <90
- Semua umur dengan CKD
dengan/tanpa DM <140 <90
3
2.4 Faktor Resiko Hipertensi
Faktor resiko pada pendeirta hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok
yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan yang dapat diubah.5 6
4
jantung, sehingga kebutuhan oksigen otot-otot jantung jantung
bertambah.
c. Kurangnya aktivitas fisik
Olahraga yang teratur dan rutin akan membantu menurunkan
tekanan darah. Efek yang terjadi berupa menurunkan tahanan perifer
yang akan menurunkan tekanan darah.
5
vasokonstriksi di sirkulasi perifer. Meningkatnya aktifitas saraf simpatis ini
sulit diukur secara klinis.
2. Mekanisme renal: Ginjal merupakan salah satu faktor yang ikut berperan
dalam patogenesis terjadinya hipertensi. Sebaliknya, hipertensi dapat
menyebabkan terjadinya kelainan pada ginjal. Dasar dari semua kelainan
yang ada pada hipertensi adalah menurunnya kemampuan ginjal untuk
mengekskresikan kelebihan natrium yang pada diet tinggi garam. Retensi
natrium dapat meningkatkan tekanan darah melalui dua cara yaitu volume-
dependent mechanism : autoregulasi dan produksi dari endogenous
quabain-like steroids dan cara volume-independent mechanism memberikan
efek pada sistem saraf pusat.
3. Mekanisme vaskular : Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah kecil
dan besar memegang peranan penting saat mulai terjadinya dan progresifitas
hipertensi. Pada beberapa keadaan didapatkan peningkatan tahanan
pembuluh darah perifer dengan curah jantung yang normal. Terjadi
gangguan keseimbangan antara faktor yang menyebabkan terjadinya
dilatasi dan konstriksi pembuluh darah.
● Mekanisme vasokonstriksi ditingkat seluler: mekanisme ditingkat
seluler juga berperan pada patogenesis hipertensi primer, meskipun
tidak didapatkan kelainan pada ginjal. Meningkatnya cytosolic
calcium pathway menyebabkan terjadinya kontraksi pada otot polos
pembuluh darah.
● Disfungsi endotel : lapisan endotel pembuluh darah merupakan
faktor yang sangat berperan dalam menjaga kesehatan pembuluh
darah, dan merupakan lapisan utama pertahanan terhadap
aterosklerosis dan hipertensi. Adanya disfungsi endotel merupakan
penanda yang khas dari suatu hipertensi dan risiko dari suatu
kejadian kardiovaskular. Keadaan ini ditandai dengan menurunnya
faktor yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah yang dihasilkan
oleh endotel, seperti Nitric Oxide (NO), dan meningkatnya faktor
yang menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
6
● Remodeling vaskular : seiring dengan berjalnnya waktu, disfungsi
endotel, aktivasi neurohormonal, inflamasi vaskular dan
meningkatnya tekanan darah akan menyebabkan perubahan pada
pembuluh darah / remodelling vaskular yang makin memperberat
hipertensi. Gambaran khas dari keadaan ini adalah menebalnya
dinding arteri sehingga terjadi peningkatan rasio antara media dan
lumen pada arteri.
4. Mekanisme hormonal : aktivasi renin angiotensin aldosteron system
(RAAS) merupakan salah satu mekansime penting, yang ikut berperan pada
retensi natrium oleh ginjal, disfungsi endotel, inflamasi, dan remodeling
pembuluh darah, juga hipertensi. Renin dilepaskan oleh sel juxtaglomerulus
yang ada diginjal. Renin akan berikatan dengan angiotensinogen yang
diproduksi oleh hati menghasilkan angiotensin I. Selanjutnya angiotensin
converting enzyme (ACE) yang terutama banyak terdapat diparu juga
dijantung dan pembuluh darah akan mengubah angiotensin I menjadi
angiotensin II. Efek angiotensin II yaitu vasokonstriksi kuat yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah. Pada saat yang sama angiotensin
II merangsang pelepasan aldosteron dan ADH, yang menimbulkan retensi
NaCl dan air.7
7
Gambar 2.1 Faktor yang Berperan Terhadap Peningkatan
Tekanan Darah
8
2.7 Diagnosis Hipertensi
Anamnesis pada hipertensi meliputi :
9
Pemeriksaan fisik selain memeriksa tekanan darah juga untuk evaluasi adanya
penyakit penyerta, kerusakan organ target serta kemungkinan adanya
hipertensi sekunder. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan dengan cara
pengukuran rutin di kamar periksa dokter/rumah sakit, pengukuran 24 jam
(Ambulatory Blood Pressure Monitoring-ABPM), dan pengukuran sendiri oleh
penderita dirumah.1 8
A. Farmakologis
Terdapat beberapa jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis antara
lain :
1. Diuretik (Thiazide atau aldosterone agonist)
Diuretik bekerja meningkatkan ekskresi natirum, air, dan klorida
sehingga menurunkan volume darah dan cairan ektraseluler. Akibatnya
terjadi penurunan curah jantung dan tekanan darah. Diuretik juga
menurunkan resistensi perifer sehingga menambah efek hipotensinya.9
Golongan thiazid terdapat beberapa jenis antara lain seperti
Hidroklorothiazide (HCT) yang merupakan obat yang dianjurkan untuk
dugunakan pada kasus hipertensi ringan/sedang dengan kombinasi obat
anithipertensi lain. Golongan selanjutnya adalah Indapamid yang
memiliki kelebihan karena masih efektif pada pasien gangguan ginjal
dan bersifat netral pada metabolisme lemak dan efektif meregresi
hipertrofi ventrikel. Namum pada pasien gagal ginjal diretik kurang
efektif untuk sebagai antihipertensi maka dianjurkanlah penggunaan
diuretik kuat.9
Diuretik kuat (loop diuretics) bekerja di ansa henle asenden
menghambat kotransport Na+, K+, Cl- dan menghambat resorpsi air dan
elektrolit. Efek loop diuretics lebih kuat daripada golongan thiazide,
10
oleh karena itu golongan ini jarang digunakan kecuali pada pasien
gangguan ginjal. Yang termasuk golongan diuretik kuat adalah
furosemid, torasemid, bumetanid, dan asam etakrinat. Selain itu
terdapat duretik hemat kalium seperti amilorid, triamteren dan
spironolakton. Yang bisa digunakan dengan diuretik lain sebagai
pencegah hipokalemia.9
11
angiotensin II seperti vasokonstriksi dan sekresi aldosteron.ARB sangat
efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan
kadar renin yang tinggi seperti hipertensi renovaskular dan hipertensi
genetik.9
12
Gambar 2.2 Bentuk Sediaan Obat Antihipertensi
13
C. Kontraindikasi Obat Antihipertensi
D. Non-farmakologis
JNC 7 merekomendasikan untuk tatalaksana nonfarmakologis
dengan menurunkan berat badan berlebih atau kegemukan, pembatasan
asupan garam, meningkatkan konsumsi buah dan sayur, tidak
14
mengkonsumsi alkohol, meningkatkan aktivitas fisik, serta menghentikan
merokok.1
● Penurunan berat badan. Mengganti makanan tidak sehat dengan
memperbanyak asupan sayuran dan buah-buahan dapat memberikan
manfaat yang lebih selain penurunan tekanan darah, seperti menghindari
diabetes dan dislipidemia.
● Mengurangi asupan garam. Di negara kita, makanan tinggi garam dan lemak
merupakan makanan tradisional pada kebanyakan daerah. Tidak jarang pula
pasien tidak menyadari kandungan garam pada makanan cepat saji,
makanan kaleng, daging olahan dan sebagainya. Tidak jarang, diet rendah
garam ini juga bermanfaat untuk mengurangi dosis obat antihipertensi pada
pasien hipertensi derajat ≥ 2. Dianjurkan untuk asupan garam tidak melebihi
2 gr/ hari
● Olah raga. Olah raga yang dilakukan secara teratur sebanyak 30 – 60 menit/
hari, minimal 3 hari/ minggu, dapat menolong penurunan tekanan darah.
Terhadap pasien yang tidak memiliki
● waktu untuk berolahraga secara khusus, sebaiknya harus tetap dianjurkan
untuk berjalan kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam
aktifitas rutin mereka di tempat kerjanya.
● Mengurangi konsumsi alcohol. Walaupun konsumsi alcohol belum menjadi
pola hidup yang umum di negara kita, namun konsumsi alcohol semakin
hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan pergaulan dan gaya
hidup, terutama di kota besar. Konsumsi alcohol lebih dari 2 gelas per hari
pada pria atau 1 gelas per hari pada wanita, dapat meningkatkan tekanan
darah. Dengan demikian membatasi atau menghentikan konsumsi alcohol
sangat membantu dalam penurunan tekanan darah.
● Berhenti merokok. Walaupun hal ini sampai saat ini belum terbukti berefek
langsung dapat menurunkan tekanan darah, tetapi merokok merupakan
salah satu faktor risiko utama penyakit kardiovaskular, dan pasien
sebaiknya dianjurkan untuk berhenti merokok.10
15
2.9 Alur Penanganan Hipertensi
Alur penanganan hipertensi menurut International Society Of
Hypertension 2020 pada Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021 dari
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia adalah sebagai berikut :
Gambar 2.5 Target Terapi Hipertensi Dalam 3 Bulan Menurut ISH 2020
16
Gambar 2.6 Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Menurut ISH 2020
17
Gambar 2.7 Algoritma Penanganan Hipertensi Menurut JNC-8
1. Pada jantung : hipertrofi ventrikel kiri, angina atau infark miokard, dan
gagal jantung kongestif
2. Penyakit ginjal kronis dan penyakit ginjal tahap akhir
18
3. Retinopati
4. Pada otak : stroke atau transient ishcemic attack
5. Penyakit arteri perifer
19
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang banyak
ditemukan di masyarakat berupa kelainan sistem sirkulasi darah yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah diatas nilai normal atau tekanan
darah ≥ 140/90 mmHg. Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala
dapat bervariasi pada masing-masing individu dan hampir sama dengan
gejala penyakit lainnya. Gejala hipertensi dapat berupa sakit kepala/rasa berat
di tengkuk, vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan.
20
1. Setiati S, Idrus A, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Interna Publishing;
2014.
11. James PA. 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of High
Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed to the
Eighth Joint National Committee (JNC 8). 2014;1097(5):507–20.
21
22