Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN KASUS

NSTEMI
Dokter pembimbing : dr. Hijrah Saputra, Sp.PD
Disusun oleh : Cika Hanandiya (2016730118)
IDENTITAS PASIEN

● Nama Pasien : Tn E
● Jenis Kelamin : Laki-laki
● Tanggal lahir : 13 Januari 1962
● Umur : 59 tahun
● Alamat : Ciherang
● Pekerjaan : Pensiunan Guru
● Agama : Islam
● Pendidikan : Sarjana
● Status pernikahan : Menikah
● Suku : Sunda
● Tanggal masuk RS : 12-3-2021
● Tanggal pemeriksaan : 12-3-2021
ANAMNESIS
ANAMNESIS

● Keluhan Utama
Nyeri dada sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
● Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan nyeri dada
sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Nyeri dada
dirasakan seperti ditusuk tusuk dan tidak dapat ditunjuk
oleh pasien. Nyeri menjalar hingga ke punggung dan
rahang kiri. Nyeri timbul setelah pasien berolah raga
badminton. Nyeri tidak membaik dengan istirahat. Pasien
juga mengatakan banyak berkeringat. Sesak napas, mual
dan muntah disangkal.
ANAMNESIS

Pasien sudah mulai merasakan adanya nyeri dada sejak


sekitar 10 bulan yang lalu. Saat itu pasien berobat di
rumah sakit di Bogor dan mendapatkan 4 macam obat
(pasien tidak ingat), pasien mengatakan tidak
mendapatkan obat untuk meredakan nyeri dadanya. Nyeri
yang dirasakan sebelumnya berlangsung sekitar 20 menit,
tidak dapat ditunjuk lokasinya, tidak menjalar, dan hilang
dengan istirahat.
ANAMNESIS

● Riwayat Penyakit Dahulu


Mengalami hal seperti ini sebelumnya tidak ada
Riwayat hipertensi tidak ada
Riwayat penyakit jantung tidak ada
Riwayat diabetes melitus tidak ada
Riwayat batuk lama tidak ada, asma tidak ada
Riwayat menjalani pengobatan paru selama 6 bulan tidak
ada
ANAMNESIS

● Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien menyangkal keluarganya memiliki riwayat hipertensi (-),
riwayat diabetes melitus (-), batuk lama (-), asma (-), penyakit jantung (-)
● Riwayat Pengobatan
Untuk keluhan seperti pasien belum mengkonsumsi obat – obatan,
pasien menyangkal mengkonsumsi obat – obatan rutin.
ANAMNESIS

● Riwayat Psikososial
Pasien merupakan perokok berat dapat menghabiskan 1 bungkus rokok
dalam sehari. Sebelumnya pasien merokok sejak SMP sekitar 1 sampai 2
bungkus perhari. Pasien rutin berolah raga yaitu main badminton namun sejak
pasien sering merasakan nyeri dada pasien hanya jalan kaki setiap hari sabtu
dan minggu. Pasien sebelumnya tidak menjaga pola makannya, namun 8 bulan
terakhir pasien menyatakan sudah lebih mengatur makanannya. Pola makan
pasien terbilang tidak teratur karena pasien tidak memiliki jam makan yang dia
jadwalkan setiap harinya. Frekuensi makan pasien adalah 3 kali sehari dengan
tipe makanan yang dikonsumsi nasi dan banyak daging-dagingan, jeroan, dan
makanan berlemak serta santan. Pasien tidak mengkonsumsi sayuran dan
buah-buahan. Pasien suka ngemil kue-kue kering dan makanan manis serta
minum kopi secara rutin untuk membantunya tidak ngantuk saat berkerja. dipagi
hari pasien makan nasi dalam porsi kecil, siang hari makan nasi dalam porsi
besar, dan malam hari makan nasi dalam porsi besar .
PEMERIKSAA
N FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

● Keadaan umum : Tampak sakit


sedang
● Kesadaran : Kompos mentis
● Skala Nyeri : Tiga (3)
● Tinggi badan : 155 cm
● Berat badan : 65 kg
● IMT : 27.05 Kg/m2 (normal
weight)
TANDA VITAL

• Tekanan Darah: 140/80

• Nadi: 96 kali/menit

• Suhu: 36,70C

• Pernapasan: 19 kali/menit
KEPALA

● Bentuk : bulat, simetris, normocephal.


● Rambut: pendek, warna hitam, tidak mudah dicabut
● Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil
isokor, reflek cahaya +/+.
● Hidung : tidak ada sekret, tidak berbau, tidak ada
perdarahan, tidak ada septum deviasi
● Telinga : tidak ada sekret, tidak bau,
pendengaran dalam batas normal.
● Mulut/bibir : tidak sianosis, tidak ada sariawan,
perdarahan gusi (-).
● Lidah : tidak kotor, tidak hiperemi.
LEHER

● Inspeksi : simetris, tidak tampak pembesaran


KGB leher
● Palpasi : JVP 5 cm – 2cm mmH2O, tidak
teraba pembesaran KGB leher serta tidak
terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
THORAX (JANTUNG)

● Inspeksi : Iktus kordis tak terlihat


● Palpasi : Iktus kordis tidak teraba
● Perkusi:
Batas atas : ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan : ICS IV line sternalis dextra
Batas kiri : ICS VI linea midclavicularis sinistra
● Auskultasi : Suara jantung I dan II normal,
Gallop (-), murmur (-)
THORAX (PARU)

● Inspeksi : normochest, simetris, tidak ada


retraksi
● Palpasi : vocal fremitus teraba sama pada
kedua lapang paru
● Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
● Auskultasi : vesikuler (+/+), wheezing (-/-),
ronchi (-/-)
ABDOMEN

● Inspeksi : datar, tidak terlihat massa.


● Auskultasi : bising usus (+) 12x/menit
● Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, terdapat
nyeri tekan epigastrium, supel, turgor kulit
normal, undulasi (-).
● Perkusi : timpani di seluruh kuadran abdomen.
EKSTREMITAS

● Superior : akral hangat -/-, edema -/-, petekie


(-), RCT < 2 detik
● Inferior : akral hangat -/-, edema -/-, petekie
(-), RCT < 2 detik
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Irama sinus, rate 100 kali/menit, aksis normal, gelombang p


normal, PR interval 0,16 s, durasi QRS 0,08 s, tidak ada
perubahan gelombang Q. terdapat gelombang ST depresi
pada lead II, III, dan aVF.
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Hemoglobin 12,00 g/dL 11,3 – 15,5
Lekosit 6.200 µL 4,3 – 10,4
Hematokrit 45,5 % 36 – 46
Trombosit 337.000 µL 132.000
Kimia Darah
Natrium 140 mmol/l 135 - 155
Kalium 3,9 mmol/l 3,6 – 5,5
Kolesterol total 258 mg/dL < 200 LABORATORIUM
HDL 45 mg/dL > 60
LDL 158 mg/dL < 150
Trigliserdia 240 mg/dL <200 
Troponin T 0.4 ng/dL 0-0.1
CK 150 U/L 5-100
CKMB 50 U/L <24
Faal Ginjal
Kreatinin darah 0,7 mg/dL 0,6 – 1,1
Ureum 26 mg/dL 10 – 50
Karbohidrat
Gula Darah Sewaktu 136 mg/dL <200
RESUME

Pasien datang ke rumah sakit dengan


keluhan nyeri dada sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Nyeri dada dirasakan
seperti ditusuk tusuk dan tidak dapat
ditunjuk oleh pasien. Nyeri menjalar hingga
ke punggung dan rahang kiri. Nyeri timbul
setelah pasien berolah raga badminton.
Nyeri tidak membaik dengan istirahat.
Pasien juga mengatakan banyak
berkeringat. Sesak napas, mual dan muntah
disangkal. Pasien merupakan perokok berat
dapat menghabiskan 1 bungkus rokok
dalam sehari. Sebelumnya pasien merokok
sejak SMP sekitar 1 sampai 2 bungkus
perhari.
DIAGNOSIS

● Non ST Elevasi Miokardial infark


● Dislipidemia
TATALAKSANA MEDIKAMENTOSA

● Aspilet 1 x 80 mg
● CPG 1 x 75 mg p.o
● Furosemid 1 x 40 mg p.o
● Nitrokaf 25mg p.o
● ISDN 5 mg
● Avesco 20 mg p.o
● Laxadine 15 cc p.o
● Alprazolam 0,5 mg p.o
● Streptokinase 1,5 juta unit dalam D5%
100 cc harus habis dalam 60 menit
TATALAKSANA NON MEDIKAMENTOSA

● Diet
Memilih makanan rendah garam, rendah
lemak, rendah kolestrol, dan selain itu
kebiasaan merokok harus diherntikan,
walaupun makan tidak terlalu banyak tapi
harus dipastikan pasien makan cukup untuk
memiliki gizi yang baik.
● Aktifitas Fisik
Pembatasan aktivitas fisik yang terlalu berat,
untuk menghindari kerja jantung yang terlalu
berat
TINJAUAN PUSTAKA
LATAR BELAKANG
● Sindrom Koroner Akut (SKA) merupakan suatu
masalah kardiovaskular yang utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit
dan angka kematian yang tinggi.
● Diagnosis NSTEMI dan angina pektoris tidak
stabil ditegakkan jika terdapat keluhan angina
pektoris akut tanpa elevasi segmen ST yang
persisten di dua sadapan yang bersebelahan.
FAKTOR RISIKO

Dapat Tidak Dapat


dimodifikasi Dimodifikasi
● Usia lanjut
● Dislipidemia
● Jenis kelamin laki-laki
● Merokok
● Herediter
● Hipertensi

● DM dan Sindroma Metabolic


DIAGNOSIS
PRESENTASI KLINIK

Presentasi klinik NSTEMI dan UAP pada umumnya


berupa:
1. Angina tipikal yang persisten selama lebih dari 20 menit. Dialami
oleh sebagian besar pasien (80%)
2. Angina awitan baru (de novo) kelas III klasifikasi The Canadian
Cardiovascular Society. Terdapat pada 20% pasien.
3. Angina stabil yang mengalami destabilisasi (angina progresif atau
kresendo): menjadi makin sering, lebih lama, atau menjadi makin
berat; minimal kelas III klasifikasi CCS.
4. Angina pascainfark-miokard: angina yang terjadi dalam 2 minggu
setelah infark miokard
PEMERIKSAAN FISIK DAN EKG

PEMERIKSAAN EKG
Perekaman EKG harus dilakukan dalam 10 menit sejak
PEMERIKSAAN FISIK
• Tujuan : untuk menegakkan kontak medis pertama. Bila bisa didapatkan,
perbandingan dengan hasil EKG sebelumnya dapat
diagnosis banding dan
sangat membantu diagnosis. Setelah perekaman EKG
mengidentifikasi pencetus
• Pemeriksaan fisik jika digabungkan awal dan penatalaksanaan, perlu dilakukan perekaman
EKG serial atau pemantauan terus-menerus. EKG yang
dengan keluhan angina
mungkin dijumpai pada pasien NSTEMI dan UAP
(anamnesis), dapat menunjukkan
antara lain:
tingkat kemungkinan keluhan nyeri
• Depresi segmen ST dan/atau inversi gelombang T;
dada sebagai representasi SKA
dapat disertai dengan elevasi segmen ST yang tidak
persisten (<20 menit)
• Gelombang Q yang menetap
• Nondiagnostik
• Normal
MARKA JANTUNG

• Pemeriksaan troponin I/T adalah standard baku


emas dalam diagnosis NSTEMI, di mana
peningkatan kadar marka jantung tersebut akan
terjadi dalam waktu 2 hingga 4 jam.
• Penggunaan troponin I/T untuk diagnosis
NSTEMI harus digabungkan dengan kriteria
lain yaitu keluhan angina dan perubahan EKG.
• Diagnosis NSTEMI ditegakkan jika marka
jantung meningkat sedikit melampaui nilai
normal atas (upper limit of normal, ULN)
PEMERIKSAAN NON INVASIF

• Pemeriksaan ekokardiografi transtorakal saat istirahat dapat


memberikan gambaran fungsi ventrikel kiri secara umum dan
berguna untuk menentukan diagnosis banding.
• Hipokinesia atau akinesia segmental dari dinding ventrikel kiri dapat
terlihat saat iskemia dan menjadi normal saat iskemia menghilang.
PEMERIKSAAN INVASIF

• Angiografi koroner memberikan informasi mengenai keberadaan dan


tingkat keparahan PJK, sehingga dianjurkan segera dilakukan untuk
tujuan diagnostik pada pasien dengan risiko tinggi dan diagnosis
banding yang tidak jelas.
• Penemuan oklusi trombotik akut, misalnya pada arteri sirkumfleksa,
sangat penting pada pasien yang sedang mengalami gejala atau
peningkatan troponin namun tidak ditemukan perubahan EKG
diagnostik.
STRATIFIKASI RESIKO

• Tujuan:Untuk menentukan strategi


penanganan selanjutnya (konservatif
atau intervensi segera) bagi seorang
dengan NSTEMI.
• Stratifikasi risiko TIMI ditentukan oleh
jumlah skor dari 7 variabel yang
masingmasing setara dengan 1 poin.

Jumlah skor 0-2: risiko rendah (risiko kejadian


kardiovaskular hingga <19,9%); skor 5-7: risiko tinggi
(risiko kejadian kardiovaskular hingga <41%).
STRATIFIKASI RESIKO

• Klasifikasi ini ditujukan untuk


memprediksi mortalitas saat perawatan
di rumah sakit dan dalam 6 bulan
setelah keluar dari rumah sakit.

Untuk prediksi kematian di rumah sakit, pasien dengan skor


risiko GRACE ≤108 dianggap mempunyai risiko rendah
(risiko kematian 140 berturutan mempunyai risiko kematian
menengah (1-3%) dan tinggi (>3%).

Untuk prediksi kematian dalam 6 bulan setelah keluar dari


rumah sakit, pasien dengan skor risiko GRACE ≤88
dianggap mempunyai risiko rendah (risiko kematian 118
berturutan mempunyai risiko kematian menengah (3-8%)
dan tinggi (>8%).
STRATIFIKASI RESIKO

• Stratifikasi risiko berdasarkan kelas


Killip merupakan klasifikasi risiko
berdasarkan indikator klinis gagal
jantung sebagai komplikasi infark
miokard akut dan ditujukan untuk
memperkirakan tingkat mortalitas
dalam 30 hari
STRATIFIKASI RESIKO

• Perdarahan dikaitkan dengan prognosis


yang buruk pada NSTEMI, sehingga
segala upaya perlu dilakukan untuk
mengurangi perdarahan sebisa
mungkin.
• Skor CRUSADE yang tinggi dikaitkan
dengan kemungkinan perdarahan yang
lebih tinggi.
STRATIFIKASI RESIKO

• Tujuan revaskularisasi dan strategi


invasif, pasien juga dibagi dalam
beberapa kelompok risiko, yaitu risiko
sangat tinggi dan risiko tinggi.
• Penentuan faktor risiko ini berperan
dalam penentuan perlu-tidaknya
dilakukan angiografi dan waktu dari
tindakan tersebut.
TERAPI

Berdasarkan stratifikasi risiko, dapat ditentukan kebutuhan untuk dilakukan strategi invasif
dan waktu pelaksanaan revaskularisasi. Strategi invasif melibatkan dilakukannya
angiografi, dan ditujukan pada pasien dengan tingkat risiko tinggi hingga sangat tinggi

Waktu pelaksanaan angiografi ditentukan berdasarkan


beberapa parameter dan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:
• Strategi invasif segera (<2 jam, urgent) (Kelas I-C)
• Strategi invasif awal (early) dalam 24 jam (Kelas I-
A)
• Strategi invasif awal (early) dalam 72 jam (Kelas I-
A)
• Strategi konservatif (tidak dilakukan angiografi)
atau angiografi elektif (Kelas III-A)
TERAPI

Obat-obatan yang diperlukan dalam menangani SKA adalah:


THANK
S!
CREDITS: This presentation template was created by
Slidesgo, incluiding icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.

Please, keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai