Dipresentasikan Oleh:
Imam Mukhlis
M Najmi Habibi
Fajar Nursulistiyo
Rachmani Putri Chereline
Rike Elsa Meyrinda
Opi Kurniati
Pembimbing
dr. Sjaiful Anwar. Sp.JP
MANAJEMEN KASUS
Oleh:
Imam Mukhlis
M Najmi Habibi
Fajar Nursulistiyo
Rachmani Putri Chereline
Rike Elsa Meyrinda
Opi Kurniati
Dokter Pembimbing
BAB I
LAPORAN KASUS
(Status Pasien)
No.Reg RS
Tgl Pemeriksaan
Ruang rawat
MRS Tanggal
:
:
:
:
6366822
7 Febuari 2015
Bangsal Wijaya Kusuma A-8 RSUD Soedono
4 Febuari 2015
A. ANAMNESIS
1. Keluhan utama :
Sesak nafas dan batuk
2. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD dr Soedono dengan keluhan sesak nafas
disertai batuk. Awalnya keluhan sesak dirasakan saat beraktifitas dan
berkurang apabila beristirahat. Keluhan sesak bertambah berat apabila
pasien batuk. Saat ini keluhan sesak semakin berat dan tidak berkurang
dengan istirahat disertai batuk.
4 hari sebelum MRS, pasien dirawat di RSU Dolopo selama 3 hari
dengan keluhan yang sama. setelah dikatakan sembuh pasien pulang,
namun sesak kembali setelah 1 hari dirumah.
Pasien mengaku merokok 2 bungkus/hari. Pasien mengaku berolahraga
bulu tangkis cukup teratur, namun sejak 2 bulan ini pasien mengaku
mudah sesak dan lelah saat bermain. Pasien memiliki kegemaran
makan gule kambing dan tidak suka minum air putih.
3. Riwayat penyakit dahulu :
: Compos Mentis
: Sedang
: 140/90 mmHg
: 92 x/menit
: 36 C
: 26 x/menit
: Gemuk ; BB = 77 kg, TB = 164 cm, IMT =
28,628
C. ASPEK KEJIWAAN
1. Tingkah laku
2. Proses pikir
3. Kecerdasan
D. PEMERIKSAAN FISIK
KULIT
1. Warna
2. Jaringan parut
3. Pertumbuhan rambut
4. Suhu Raba
5. Keringat
6. Kelembaban
7. Turgor
8. Ikterus
9. Edema
KEPALA
1. Bentuk
: Kuning langsat
: Tidak ada
: Normal
: Hangat
: Umum
: Lembab
: Cukup
: Tidak ada
: Tidak ada
: Normocephal
2. Posisi
: Simetris
3. Penonjolan
: Tidak ada
MATA
1. Exophthalmus
: Tidak ada
2. Enoptashalmus
: Tidak ada
3. Edema kelopak
: Tidak ada
4. Konjungtiva anemis
: Tidak ada
5. Skelera ikterik
: Tidak ada
TELINGA
1. Pendengaran
: Baik
2. Membran timpani
: Tidak dilakukan
3. Darah
: Tidak ada
4. Cairan
: Tidak ada
LEHER
1. Trakea
: Tidak deviasi
2. Kelenjer tiroid
: Tidak membesar
3. Kelenjar Limfe
: Tidak membesar
PARU-PARU
1. Inspeksi
: Bentuk & ukuran dada normal,
pergerakan nafas dalam keadaan statis &
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
JANTUNG
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
sinestra
: Bunyi Jantung I Normal, Bunyi Jantung II
Normal, Reguler. Murmur (+) sistolik tipe
blowing gradasi 3/6 pungtum maksimum di
SIC IV linea aksilaris anterior sinestra.
Gallop (-).
ABDOMEN
1. Inspeksi
3. Perkusi
4. Palpasi
EKSTREMITAS
Lengan
Tonus otot
Massa otot
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Tungkai dan Kaki
Tonus otot
Massa otot
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
Luka
Varises
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Elektrokardiogram
Tanggal 05/02/2015
Kanan
Normal
Normal
Normal
Normal
5
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
5
Kanan
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
-
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
-
Interpretasi :
QRS Rate 115 x/menit
Sinus Takikardia
Gelombang P Normal (0,12 ; 0,2 mV)
R-R : 520 ms
QRS : 73 ms
P-R : 150 ms
R di V5 + S di V1 : 34+19 = 53 (Left ventrikel hypertrophy)
R lead I, R V6 : 28,7 mm (Left ventrikel hypertrophy)
ST depresi di lead I : -1,2 mm (myocardial iskemi)
T inverted di lead I dan AVL : -1,4 mm
Axis : -1o
Kesan : Hipertrofi ventrikel kiri, iskemia miokard lateral kiri.
Pemeriksaan Radiologi
Jenis Pemeriksaan : Thoraks PA
Dilakukan pada tanggal 05/02/2015
Hb
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
: 13,5 g/dl
: 39 vol%
: 11.000/mm3
: 247.000/mm3
Eritrosit
BSS
Ureum
Kreatinine
: 4,71juta/mm3
: 153 mg/dl
: 19 mg/dl
: 0,95 mg/dl
SGOT
SGPT
Na+
: 35 U/I
: 29 U/I
: 142 mmol/L
K+
Cl-
: 3,6 mmol/L
: 105 mmol/L
Kesimpulan :
Terdapat peningkatan kadar gula sewaktu. Perlu dilakukan pemeriksaan kadar
gula puasa dan 2 jam setelah makan
-
F. RESUME
- Pasien datang dengan keluhan sesak nafas terasa ampek disertai
batuk. Sesak terjadi meskipun dalam keadaan istirahat. 4 hari
sebelum MRS pasien dirawat di RSU Dolopo dengan keluhan
serupa. Pasien tidak suka minum air putih dan gemar makan
gulai. Pasien merokok 2 bungkus dalam sehari.
- Riwayat sebelumnya sejak 2 bulan ini pasien merasa tidak
seperti dahulu menjadi mudah lelah dan sesak saat barmain
bulu tangkis.
- Pasien pernah merasakan nyeri dada sebelah kiri saat bermain
bulu tangkis 3 bulan yang lalu.
- Dari pemeriksaan pasien tampak sesak, sadar penuh, tekanan
darah 140/90 mmHg, pernafasan cepat, ronkhi basah halus
diseluruh lapang paru.
G. DAFTAR MASALAH
- Sesak nafas terasa ampek
- Batuk
- Peningkatan kadar gula acak
H. DIAGNOSA BANDING
- Edema Paru ec Gagal Jantung Kiri
- Pneumonia
- Bronkitis kronis
I. RENCANA PEMERIKSAAN
- Ro thorax
- Darah Lengkap
- Kimia Klinik ( Serum elektrolit, albumin, LFT, kolesterol)
- Ekokardiografi
J. DIAGNOSIS KERJA
- Edema Pulmo ec Gagal Jantung Kiri stage IV dan hipertensi
stage I
K. TATALAKSANA
a. Medika Mentosa
Obat Oral
Digoxin
Isosorbide dinitrate
Aspilet 100 mg
Clopidogrel
Spironolocton 100 mg
Obat Injeksi & Cairan
Inf NaCl 0,9%
Inj. Lasix (Furosemide)
1 x 0,25 mg
1x5
mg
100
010
-00
500ml/24 jam
3x1
amp
Inj. Pantoprazole
2 x 40 mg
b. Non-Medika Mentosa
O2 Nasal 3-4 lpm
Posisi setengah duduk
Bedrest total
Balance cairan intake+500 = Output
L. PROGNOSIS
1. Ad vitam
: Dubia ad bonam
2. Ad functionam : Dubia ad bonam
3. Ad sanationam : Dubia ad malam
M. FOLLOW UP
- Tanggal 05/02/15
- S : Sesak (+) berkurang, batuk (+), nyeri dada (-)
- O : KU : Sedang
KES : Compos Mentis
TD : 140/100 mmHg
N
: 80 x/menit
R
: 28 x/menit
- Thorax :
- Pulmo : Vesikuler (+/+); Ronki (+++/+++), Wheezing (-/-);
- Jantung: Bunyi Jantung I Bunyi Jantung II Normal, Reguler.
Gallop (-), Murmur (+) sistolik tipe bowing grade 3/6, pungtum
maksimum di linea aksilaris anterior sinestra.
- Tanggal 06/02/15
- S : Sesak berkurang, batuk +, saat batuk terasa sesak
- O : KU : Baik
KES : Compos Mentis
TD : 140/100 mmHg
N
: 92 x/menit
R
: 25 x/menit
Thorax :
Pulmo: Vesikuler (+/+); Ronki ( - + +/ - + +), Wheezing
(-/-);
Jantung: Bunyi Jantung I Bunyi Jantung II Normal,
Reguler. Gallop (-), Murmur (+) sistolik tipe bowing grade 3/6,
pungtum maksimum di linea aksilaris anterior sinestra.
-
- Tanggal 07/02/15
- S : Sesak (-), Batuk (-)
- O : KU : Baik
KES : Compos Mentis
TD : 140/90 mmHg
N
: 84 x/menit
R
: 19 x/menit
Thorax : Vesikuler (+/+); Ronki (- - +/- - +), Wheezing (-/-);
Bunyi Jantung I Bunyi Jantung II Normal, Reguler. Gallop (-),
Murmur (+) sistolik tipe bowing grade 3/6, pungtum maksimum di
linea aksilaris anterior sinestra.
- BAB II
- GAGAL JANTUNG (HEART FAILURE)
-
DEFINISI
Gagal jantung adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), di tandai oleh sesak napas dan fatik (saat istirahat atau
aktifitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi
jantung.
Gagal jantung merupakan sindroma klinis kompleks yang
disebabkan gangguan struktur dan fungsi jantung sehingga
mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompakan darah
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Kondisi ini ditandai dengan
gangguan hemodinamik berupa penurunan curah jantung dan
peningkatan tekanan pengisian ventrikel.
berisi cairan bening licin agar jantung mudah bergerak saat pemompaan
darah.
-
saraf
kardialis
untuk
masuk
kedalam
koroner utama yaitu arteri koroner kanan dan arteri koroner kiri. Kedua
arteri ini keluar dari aorta valsava. Arteri koroner kiri berjalan dibelakang
arteri pulmonal. Sedangkan arteri koroner kanan berjalan didalam sulkus
atrio-ventrikular ke kanan bawah mencapai kruks. Aliran darah balik
melalui vena koroner yang berjalan berdampingan dengan arteri koroner
dan akan masuk ke atrium kanan melalui sinus koronarius. Pembuluh
darah limfe terdiri dari 3 kelompok pleksus, yaitu subendokardial,
miokardial, dan subepikardial. Penampungan cairan limfe yang paling
besar adalah pleksus subepikardial. Meninggalkan jantung sejajar arteri
koroner dan berakhir pada kelenjar limfe antara vena kava superior dan
arteri inominata.
Cardiac output adalah volume darah yang diejeksikan
ventrikel kiri ke aorta (pulmo) dalam satu menit. Cardiac output
merupakan hasil perkalian stroke volume (SV) dengan frekuensi jantung
(HR).
CO = SV x
HR
Contoh; pada dewasa
muda saat kondisi istirahat, rerata SV 70
l/menit.
- Regulasi Stroke Volume
Pada kondisi sehat darah akan masuk jantung saat fase diatolik.
Dengan kata lain semakin banyak darah yang masuk saat diastolic maka
akan semakin banyak darah yang di ejeksikan dari keluar dari jantung
(sistemik atau pulmonal). Pada kondisi sehat, rerata stroke volume adalah
50-60% dari EDV (end diastolic volume) sedangkan sisanya 40-50% akan
menetap di ventrikel. Ada tiga factor yang mempengaruhi SV; 1. Preload
2. Kontraktilitas 3. Afterload
1. Preload
-
1. Regulasi autonomy
2. Regulasi Kimia
- Hormon memainkan peran penting dari terhadap peningkatan
HR. Epeinefrin, norepinefrin, dan tiroid akan meningkatkan
HR. Beberapa kation, Na, K, dan Ca memainkan peran penting
regulasi HR. Peningkatan Na, K pada plasma akan menurunkan
HR. Peningkatan Na dan K interstisial akan meningkatkan HR.
-
ETIOLOGI
-
Hipertensi
Ischaemic heart disease
Alkohol
Hypothyroidsm
Kongenital (defek septum, atrial septal defek, ventrical
septal defek)
Kardiomiopati (dilatasi, hipertropik, restriktif)
Infeksi
Nutrisi dan lifestyle
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia pada tahun 2007 jumlah kasus baru kunjungan
rawat jalan sebanyak 38.438 orang dengan proporsi 9,88% dan
kunjungan rawat inap sebanyak 18.585 orang dengan proporsi
18,23% sedangkan Case Fatality Rate (CFR) 13.420 per
100.000
Di Eropa (2005) prevalensi gagal jantung sebesar 2-2,5%
pada semua umur, dan pada usia diatas 80 tahun prevalensi
gagal jantung >10%.
FAKTOR RESIKO
a. Umur
-
gagal jantung dapat dialami orang dari berbagai golongan umur tetapi
semakin tua seseorang maka akan semakin besar kemungkinan menderita
gagal jantung karena kekuatan pembuluh darah tidak seelastis saat muda dan
juga timbulnya penyakit jantung yang lain pada usia lanjut yang merupakan
faktor resiko gagal jantung.
b. Jenis kelamin
-
sebagai penyebab gagal jantung 46% pada laki-laki dan 27% pada wanita.
Faktor risiko koroner seperti diabetes dan merokok juga merupakan faktor
yang dapat berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu
berat badan serta tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga
dikatakan sebagai faktor risiko independen perkembangan gagal jantung.
d. Hipertensi
-
darah yang tinggi terus menerus. Ketika tekanan darah terus di atas 140/80,
jantung akan semakin kesulitan memompa darah dengan efektif dan setelah
waktu yang lama, risiko berkembangnya penyakit jantung meningkat.
e. Merokok
-
gagal jantung akut maupun gagal jantung akibat aritmia (tersering atrial
fibrilasi).
Konsumsi
kardiomiopati
dilatasi
alkohol
yang
(penyakit
berlebihan
otot
jantung
dapat
menyebabkan
alkoholik).
manifestasi
Alkohol
akhir
dari
vasopresin.
Vasokonstriksi arteri renalis.
-
Mekanisme kompensasi
- Intrinsik :
Mekanisme frank-starling
Hipertrofi miokard
Perubahan bentuk ventrikel
- Neuro-endokrin:
Respon adrenergik khrono-inotropik
Respon RAA
Vasokonstriksi retensi cairan
Redistribusi aliran darah
-
KLASIFIKASI
- Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel kiri dalam memompa darah
lalu meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan paru sehingga pasien sesak
nafas dan ortopnea.
- Gagal jantung kanan terjadi disfungsi ventrikel kanan yang tidak mampu
menangani pengembalian darah dari sirkulasi sistemik dan pada akhirnya
terjadi kongesti vena sistemik dan menyebabkan edema perifer, hepatomegali
dan distensi vena jugularis karena darah terbendung dan kembali ke dalam
sirkulasi sistemik.
- Untuk menilai derajat gangguan kapasitas dari gagal jantung, pertama kali
diperkenalkan oleh New York Heart Association (NYHA) tahun 1994, membagi
menjadi 4 klasifikasi tergantung dari tingkat aktivitas dan timbulnya keluhan.
KELAS
Kelas I (normal)
GEJALA PASIEN
Hanya beberapa gejala terlihat,
Kelas II (ringan)
sehari-hari
Gejala ringan dan keterbatasan
ringan saat aktivitas sedang. Berkurang
bila istirahat
Keterbatasan pada aktivitas fisik
karena gejala yang dialami bahkan pada
aktivitas fisik ringan. Berkurang hanya bila
Kelas IV (berat)
istirahat
Gagal jantung tahap akhir.
Keterbatasan berat. Mengeluh gejala
bahkan saat istirahat
- Klasifikasi
terbaru
dikeluarkan
oleh
American
College
of
STAGE
A (resiko tinggi terkena GJ)
DESKRIPSI
Hipertensi, DM, genetik,
B (asimtomatik GJ)
C (simtomatik GJ)
aktivitas fisik
Keterbatasan berat. Mengeluh
gejala bahkan saat istirahat
Gejala-gejala (symptoms) berupa sesak nafas yang spesifik pada saat istirahat
ekstremitas
Objektif, ditemukannya abnormalitas dari struktural dan fungsional jantung
-
Syarat
Terpenuhi
Diagnosis
Gagal
Jantung
dari
Manifestasi Klinis
Gejala gagal jantung :
dan
dan
Objektif :
lelah,
dispneu, atau
seiring
konsentrasi
3. Gejala yang sudah menyeluruh / kongestif
Kehilangan berat badan yang tidak jelas
Batuk kronis
Peningkatan BAK
Distensi vena leher
Kehilangan nafsu makan atau kelainan pencernaan
- Selain itu, ada juga yang mengelompokkan gejala dan tanda dari
gagal jantung kanan atau kiri.
-
G
-
Batuk (hemoptisis)
aritmia.
Pergeseran apeks
Krepitasi paru
G
-
Nyeri dada
Peningkatan JVP
Edema
S3 atau S4 RV
- DIAGNOSIS
- Pemeriksaan Fisik
- 1. Umumnya penampilan dan tanda-tanda vital
a. Tekanan darah sistolik
Kardiomegali
Edema paru akut
Gallop S3
Peningkatan tekanan vena jugularis
Refluks hepatojugularhepatomegali
-
Kriteria Minor
Edema ekstremitas
Batuk malam hari
Dispnea deffort
Efusi pleura
Penururnan kapasitas vital 1/3 dari normal
Takikardia (>120/menit)
-
gejala dan tanda seperti sesak napas saat aktifitas, edema paru,
peningkatan JVP, hepatomegali, edema tungkai. Pemeriksaan penunjang
yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis adanya gagal jantung antara
lain foto toraks, EKG 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan darah,
pemeriksaan radionuclide, angiiografi dan tes fungsi paru.
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya
pembesaran siluet jantung (cardio thoraxic ratio >20%), gambaran
kongesti vena pulmonalis terutama di zona atas pada tahap awal, bila
tekanan vena pulmonalis lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran
cairan pada fisura horizontal dan garis K erley B pada sudut kostofrenikus.
Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwig pada
lapangan paru yang menunjukkan adanya udema paru bermakna. Dapat
pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila unilateral, yang
lebih banyak terkena adalah bagian kanan.
Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran
abnormal pada hamper seluruh penderita dengan gagal jantung meskipun
gambaran normal dapt dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering
didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST-T, hipertrofi
ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran
EKG dan foto dada keduanya menunjukan gambaran yang normal,
kemungkinan gagal jantung sebagai penyebab dispneu pada pada pasien
sangat kecil kemungkinannya.
Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang
sangat berguna pada gagal jantung. Ekokardiografi dapat mrnunjukkan
gambaran obsyektif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita yang
perlu dilakukan ekokardiografi adalah semua pasien dengan tanda gagal
jantung, susah bernapas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang
berhubungan dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko
disfungsi ventrikel kiri (infark miokard anterior, hipertensi tidak
terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi gangguan
fungsi sistolik, fungsi diastolic, mengetahu adanya gangguan katup, serta
mengetahui risiko emboli.
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan
anemia sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya
penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat
berkurangnya kemampuan mengelurakan air sehingga dapt timbul
hiponatremia delusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan
adanya gagal ajntung yang berat.
Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk
mengetahui adanya gangguan ginjal, juga mengetahu adanya stenosis
arteri renalis apabila terjadi peningkatan serum kreatinin setelah
pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan diuretic dosis
tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. Hipokalemia
dapt terjadi pada pemberian diuretic tanpa suplementasi kalium dan obat
potassium sparring. Hiperkalemia timbul pada gagal jantung berat dengan
penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE inhibitor serta obat potassium
sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST dan
LDH) gambarannya abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil
lipid, albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sebagai kebutuhan.
Pemeriksaan penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantungg
Pemeriksaan
radionuclide
atau
multigated
berat
karena
absorbs
usus.
Diuretik
ini
menyebabkan
hiperurisemia.
Diuretik
Thiazide
(bendroflumetiazid,
klorotiazid,
jantung,
menghilangkan
digoksin
mekanisme
dapat
memperbaiki
kompensasi
kontraktilitas
sekunder
yang
dan
dapat
menyebabkan gejala.
- c. Vasodilator dapat menurunkan afterload jantung dan tegangan dinding
ventrikel, yang merupakan determinan utama kebutuhan oksigen miokard,
menurunkan konsumsi oksigen miokard dan meningkatkan curah jantung.
Vasodilator dapat bekerja pada system vena (nitrat) atau arteri (hidralazin)
atau memiliki efek campuran vasodilator dan dilator arteri (penghambat
ACE, antagonis reseptor angiotensin, prazosin dan nitroprusida).
Vasodilator menurukan prelod pada pasien yang memakan diuterik dosis
tinggi, dapat
beta
dapat
meningkatkan
densitas
reseptor
beta
dan
a. Morfin dan analog morfin diindikasikan pada stadium awal apabila pasien
gelisah dan sesak nafas (class IIb recommendation, level of evidens B).
morfin boleh diberikan bolus IV 3mg segera sesudah dipasang intravenous
line.
b. Vasodilator diindikasikan pada gagal jantung akut sebagai first line therapy,
apabila hipoperfusi padahal tekanan darah adekuat dan tanda-tanda
kongesti dengan dieresis sedikit, untuk membuka sirkulasi perifer dan
mengurangi pre-load.
c. Nitrat mengurangi kongesti paru tanpa memepengaruhi stroke volume atau
meningkatkan kebutuhan oksigen oleh miokard pada gagal jantung akut.
-
DAFTAR PUSTAKA
Ghanie, Al, 2009. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Ed. 5 (Gagal Jantung
89.
Lee TH. 2005. Practice guidelines for heart failure management. In: Dec
GW, editors. Heart failure a comprehensive guide to diagnosis and
Jakarta.
Tortora, J.G., Derrickson, B., 2009. Principles of Anatomy and Physiology
ed.12. John Wiley & Sons Inc : USA.