Anda di halaman 1dari 4

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


__________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Hendra Rohmana NIM: 11711023
Stase : Ilmu Kesehatan Mata

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. K No RM :367XXX
Umur : 68 th Jeniskelamin :Perempuan
Diagnosis/ kasus : Trikiasis e.c. Entropion
Pengambilan kasus pada minggu ke: 3
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a. Ke-Islaman*
b. Etika/ moral
c. Medikolegal
d. Sosial Ekonomi
e. Aspek lain

Form uraian
1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang
diambil ).
Seorang perempuan datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mata kiri merah.
Mata kiri merah di keluhkan oleh pasien sering kambuh-kambuhan sehingga pasien
sudah sering bolak-balik ke Rumah Sakit. Mata merah di sertai keluhan mata terasa
ada yang mengganjal, keluar air mata yang berlebihan, namun tidak ada keluhan
kotoran berlebihan. Tidak ada keluhan pusing, demam, pegal di sekitar mata.
Sebelumnya pasien juga mengalami keluhan yang serupa pada mata kanan, dan
sudah di lakukan tindakan operasi, namun sudah terlambat di karenakan sudah terjadi
komplikasi sehingga mata kanan pasien sudah tidak dapat digunakan untuk melihat.
Untuk keluhan mata kanan sudah terjadi bebera bulan yang lalu.
Setelah di lakukan pemeriksaan, di temukan bahwa pada mata kiri pasien
terdapat trikiasis pada palpebra superior yang di karenakan entropion. Sedangkan
untuk mata kanan ditemukan tanda lekoma kornea yang di karenakan ulkus kornea.
Kemungkinan penyebab lekoma pada kornea mata kanan adalah karena infeksi yang
terbentuk akibat trikiasis yang berulang dan tak kunjung membaik. Meskipun telah

Page
di lakukan operasi entropion pada mata kanan, namun sudah terlambat.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Pasien merupakan pasien dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Pasien
datang ke dokter Spesialis Penyakit Mata dengan menggunakan jaminan kesehata
dari BPJS Kesehatan golongan PBI sehingga pasien tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk berobat di Rumah Sakit. Meskipun tidak mengeluarkan biaya samasekali untuk
pengobatan, baik pasien maupun keluarga pasien merasa terbebani dengan biaya
yang di keluarkan untuk akomodasi menuju Rumah Sakit. Meskipun begitu, keluarga
pasien tetap berusaha untuk terus mengantrakan pasien ke Rumah Sakit agar tetap
mendapatkan pengobatan yang terbaik.
Pada kasus ini, masalah yang menarik adalah selain terkait kendala biaya yang
di hadapi pasien dan keluarganya, adalah pengalaman yang di alami oleh pasien.
Setelah di lakukan operasi pada mata kanan pasien, keluhan yang di rasakan sama
juga di rasakan pada mata kiri. Dengan keluhan yang sudah sering di rasakan oleh
pasien, serta tindakan yang di lakukan terhadap keluhan tersebut, pasien memutuskan
untuk melakukannya sendiri. Yaitu pasien mencoba untuk mencabuti bulu mata yang
tumbuh mengenai matanya, atau dalam tindakan medis di kenal dengan istilah
Epilasi bulu mata.

3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan
evidence / referensi yang sesuai *
*pilihan minimal satu
Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari aspek
sosial ekonomi. Pada pasien diatas, kesadaran dan kepedulian keluarga pasien terhadap
pasien terbilang baik. Hal ini bisa dilihat dari usaha keluarga pasien untuk tetap
mengantarkan pasien kontrol rutin penyakit tersebut. Tetapi karna alasan transpotasi
yang jauh serta kesibukan anaknya juga yang harus bekerja, jadi kadang menyempatkan
waktu buat sang ibu kontrol penyakitnya agak susah.
Sudah cukup tingginya upaya keluarga pasien dalam mencapai sarana kesehatan
yang lebih lengkap bisa jadi dipengaruhi oleh pengalaman yang telah terjadi
sebelumnya. Pada pengalaman sebelumnya, yaitu pada saat pasien memiliki keluhan
pada mata kanannya, keluarga pasien terlambat untuk membawa pasien ke sarana
kesehatan yang baik. Hal ini kemungkinan di pengaruhi oleh tingkat pendidikan dan
status sosial ekonomi yang rendah pada saat itu. Dengan pengetahuan yang terbatas,
keluarga pasien tidak menyadari bahwa tertundanya pemeriksaan akan menyebabkan
tertundanya terapi yang bisa saja berakibat fatal pada kondisi kesehatan pasien bahkan

Page
keselamatan pasien. Jika keluarga pasien memiliki pemahaman yang baik mengenai
akibat yang mungkin terjadi bisa jadi keluarga pasien akan mengupayakan lebih keras
agar pasien mendapatkan transportasi ke rumah sakit dan pasien akan mendapatkan
penanganan yang lebih baik. Demikian juga dengan pasien sendiri.
Dari kasus ini juga bisa direfleksikan bahwa pencapaian derajat kesehatan yang
lebih baik tidak hanya membutuhkan biaya tetapi juga kemauan, dukungan, dan
motivasi. Selama ini ketiadaan biaya selalu dijadikan alasan penyebab rendahnya
kualitas kesehatan di Indonesia tetapi ternyata hal tersebut tidak selamanya benar.
Terbukti pada pasien diatas, dilihat dari kemauan pasein untuk mendapatkan penanganan
yang lebih baik sangatlah kecil, pasien justru memilih untuk melakukan tindakan yang
mengkin justru memiliki resiko yang besar terhadap dirinya. Walaupun keputusan itu di
ambil oleh pasien karena pasien sudah lelah untuk harus bolak-balik ke Rumah Sakit.
Begitupun dengan keluarga pasien, melihat kemauan pasien yang begitu kecil justru
tidak melakukan tindakan yang dapat membuat pasien untuk mau di bawa ke Rumah
Sakit untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Padahal seharusnya ketika kemauan
pasien untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik sangat kecil, keluarganyalah
yang seharusnya memiliki kemauan yang lebih besar untuk memberikan pertolongan
kepada pasien, mengingan keluargalah orang terdekat yang paling mengerti pasien.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Dari aspek keislaman, kasus ini bisa direfleksikan pada kewajiban untuk senantiasa
menjaga dan mengusahakan kesehatan. Hal ini bisa dilihat pada hadits Rasulullah
S.A.W. sebagai berikut:
Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada orang
mikmin yang lemah (HR. Muslim)
Selain itu, jika keluarga pasien yang mengantar pasien adalah anaknya, kasus ini bisa
direfleksikan pada kewajiban berbakti kepada kedua orang tua. Kewajiban berbakti
kepada orang tua tertuang jelas dalam Firman Allah S.W.T. dalam Q.S. An-Nisa ayat 36:
Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan
berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak. (An Nisa : 36).
Selain itu juga ada didalam Quran surat Al-Isra ayat 23:
Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS. Al Isra:
23)
Dalam keadaan yang dialami oleh pasien, anak pasien wajib merawat dan berusaha
semaksimal mungkin untuk mendapatkan pengobatan bagi pasien termasuk pemeriksaan

Page
yang harus dijalani pasien. Karena hal ini merupakan bagian dari kewajiban anak pasien
untuk berbakti kepada orang tuanya yang saat ini membutuhkan dukungan baik moral
maupun materil (dalam hal ini mengusahakan agar cepat sembuh) dari anaknya untuk
bisa menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

Umpan balik dari pembimbing

Purbalingga, 23 maret 2017

TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

( dr.Nur Sulistiyati, Sp.M) (Hendra Rohmana)

Page

Anda mungkin juga menyukai