5. SIKLUS JANTUNG
1. Pemeriksaan tekanan selama siklus jantung
Yang dapat dilihat yaitu : Perubahan tekanan pada diastol dan sistol
Perubahan tekanan dalam denyutan vena jugularis
Perubahan ventrikel kiri dan aorta
2. Bunyi jantung (S1 S2 S3 S4)
Epidemiologi :
Berdasarkan EKG dapat menentukan terjadinya STEMI. Kejadian STEMI sekitar 25-40% dari infark
miokard, yang dirawat dirumah sakit sekitar 5-6% dan mortalitas 1 tahunnya sekitar 7-18%.Sekitar
865.000 penduduk Amerika menderita infark miokard per tahun dan sepertiganya menderita
STEMI.Pada tahun 2013, ± 478.000 pasien di Indonesia didiagnosa penyakit jantung koroner. Saat ini,
prevalensi STEMI meningkat dari 25% hingga40% berdasarkan presentasi infark miokard
(DepkesRI2013). Penelitian oleh Torry et al tahun 2011-2012 di RSU Bethesda Tomohon, angka
kejadian STEMI paling tinggi dari keseluruhan kejadian SKA yaitu 82%, sedangkan untuk NSTEMI hanya
11% dan 7% pasien angina pektoris tidak stabil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di RSUP
Sanglah Denpasar pada tahun 2012-2013, STEMI juga merupakan kejadian tertinggi dari keseluruhan
SKA yaitu sebesar 66,7% (2015).Sumatera Barat merupakan provinsi dengan prevalensi penyakit
jantung tertinggi ke-4 di Indonesia yaitu 15,4% setelah provinsi Sulawesi Tengah (16,9%), Aceh
(16,6%)dan Gorontalo (16,0%). Berdasarkan hasil penelitian di RS Khusus Jantung Sumatera Barat
pada tahun 2011-2012, menyatakan bahwa kejadian SKA terbanyak adalah STEMI dengan persentase
sebesar 52% dari keseluruhan SKA2013. STEMI.Berdasarkan hasil penelitian,ditemukan sekitar 53.01%
infark miokard yang berada di lokasi anterior. Hal ini disebabkan olehpembuluh darah arteri koronaria
kiri lebih banyak mendarahi 75% bagian jantung terutama bagian anteriorjantung yang mengalami
penyumbatan oleh trombus dan spasme koroner dalam waktu yang lama .
LO 4 PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
Berawal dari proses aterosklerosis yang merupakan faktor etiologi utama yang mendasari
terjadinya penyakit jantung koroner. Terbentuknya plak dari aterosklerosis menyebabkan
penyempitan lumen pembuluh darah arteri, bila plak ini pecah dan berdarah
menyebabkan thrombosis dan obstruksi arteri koroner.
Obstruksi pembuluh darah lebih dari 75% akan meningkatkan kematian (30–40%).
Penyempitan atau obstruksi total pembuluh arteri koroner akan mempengaruhi perfusi koroner.
Suplai oksigen yang kurang atau tidak ada menyebabkan iskemia miokard.
Pada iskemia memaksa miokardium mengubah metabolisme bersifat anaerob dimana asam
laktat yang dihasilkan tertimbun di sel-sel miokard akan menstimuli ujung saraf dan
menimbulkan rasa nyeri dada, serta kadar pH sel akan berkurang/asidosis.
Iskemia miokard yang berlangsung lama lebih dari 35–45 menit menyebabkan kerusakan sel-
sel miokard yang irreversible dan nekrosis. Pada keadaan demikian fungsi ventrikel terganggu,
kekuatan kontraksi berkurang, penurunan stroke volume dan fraksi ejeksi serta gangguan
irama jantung. Hal ini akan mengubah hemodinamika. Mekanisme kompensasi output cardial
dan perfusi yang mungkin meliputi stimulasi simpatik berupa peningkatan heart rate,
vasokontriksi, hipertrofi ventrikel.
Proses terjadinya infark miokard terbagi dalam tiga zona:
-zona nekrotik
-injury
-iskemia
Zona injury dan iskemia berpotensial dapat pulih kembali tergantung pada kemampuan
jaringan sekitar iskemia membentuk sirkulasi kolateral untuk reperfusi cepat. Luasnya infark
tergantung pada pembuluh darah arteri yang tersumbat. Miokard infark paling sering
mengenai ventrikel kiri dan area yang terkena dapat seluruh otot jantung (Infark
Transmural) atau hanya mengenai sebagian dalam lapisan miokard (Infark Subendokardial).
Daerah lain yang biasanya terserang infark adlah bagian inferior, lateral, posterior dan septum.
Infark luas yang melibatkan bagian besar ventrikel dinyatakan sesuai dengan lokasi infark yaitu:
Anteroseptal dan Anterolateral
Inferolateral sesudah infark miokardium akan terlihat spektrum disfungsi ventrikel kiri yang luas.
Derajat gangguan ini bergantung pada berbagai faktor:
- Ukuran Infark
- Lokasi Infark
- Fungsi miokardium yang tak terlihat
- Sirkulasi kolateral
- Mekanisme kompensasi dari kardiovaskular
TRIAS DIAGNOSTIK IMA
GEJALA GEJALA KHAS
1. Riwayat nyeri dada yg khas a. Nyeri dada bagian depan ( bawah sternum)
dengan / tanpa penjalaran, kadang berupa nyeri
dagu, leher/seperti sakit gigi, penderita tidak
bisa menunjukan rasa nyeri dengan satu jari
tetapi dengan tangan.
b. Kualitas nyeri seperti ditekan , rasa berat/panas
terbakar.
c. Durasi 15 menit sampai 30 menit
d. Kadang disertai mual, keringat dingin,
berdebar/sesak
e. Nyeri tak hilang dengan istirahat/ nitrogliserin
sublingual
2. Adanya perubahan EKG a. Gelombang Q (signifikan infark) / Q patologis
b. Segmen ST elevansi
c. Gel T meninggi/menurun
3. Kenaikan enzim otot jantung a. CKMB mrp enzim yg spesifik sbg penanda
terjadinya kerusakan otot jantung, enzim ini
meningkat 6 – 10 jam setelah nyeri dada &
kembali normal dalam 48 – 72 jam.
b. Px. Aspartate Amino Transferase (AST) ps. Datang
setelah hari ke 3 nyeri dada/ LDH (laktat
dehydrogenase meningkat sesudah hari ke 4 &
normal pada hari ke 10
LO 5 DIAGNOSIS &
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis IMA dengan elevasi ST ditegakkan berdasarkan anamnesis nyeri dada yang khas dan
gambaran EKG, Pemeriksaan enzim jantung. Terutama troponin T yang meningkat, memperkuat
diagnosis.
ANAMNESIS
Pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis secara cermat apakah nyeri
dadanya berasal dari jantung atau dari luar jantung.
PEMERIKSAAN FISIS
Sebagian besar pasien cemas dan tidak bisa istirahat (gelisah).
NYERI DADA
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat dan tepat apakah pasien
menderita IMA atau tidak.
NYERI DADA
Bila dijumpai pasien dengan nyeri dada akut perlu dipastikan secara cepat dan tepat apakah
pasien menderita IMA atau tidak.
Nyeri dada tripikal (angina) merupakan gejala kardinal pasien IMA
Sifat nyeri dada angina sebagai berikut :
- Lokasi : substernal, retrosternal, dan prekordial
- Sifat nyeri : rasa sakit, seperti ditekan, rasa terbakar, ditindih benda berat, sperti ditusuk,
rasa
diperas dan dipelintir
- Penjalaran : biasanya ke lengan kiri, dapat juga ke leher, rahang bawah, gigi,
punggung/interskapula, perut dan dapat juga ke lengan kanan.
- Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau obat nitrat
- Faktor pencetus : latihan fisik, stres emosi, udara dingin, dan sesudah makan
ELEKTROKARDIOGRAM
Pemeriksaan EKG 12 sandapan harus dilakukan pada semua pasien dengan nyeri dada atau
keluhan yang dicurigai STEMI. Pemeriksaan ini harus dilakukan segera dalam 10 menit sejak
kedatangan di IGD.
LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium harus dilakukan sebagai bagian dalam tatalaksana pasien STEMI
namun tidak boleh menghambat implementasi terapi repefusi.
PETANDA (BIOMARKER) KERUSAKAN JANTUNG
Pemeriksaan yang dianjurkan adalah creatinine kinase (CK)MB dan cardiacc specific troponin
(eTn)T atau cTnI dan dilakukan secara serial, cTn harus digunakan sebagai pertanda optimal
untuk pasien STEMI yang disertai kerusakan otot skeletal, karena pada keadaan ini juga akan
diikuti peningkatan CKMB. Pada pasien dengan elevasi ST dan gejala IMA, terapi reperfusi
diberikan segera mungkin dan tidak tergantung pada pemeriksaan biomarker.
DIAGNOSIS BANDING
1. Perikardium Akut
Peradangan primer maupun sekunder peritalis / viseralis keduanya disebabkan oleh virus,
bakteri tuberkolosis keluhan paling sering nyeri dada tajam sebelah kiri.
2. Emboli Paru :
Peristiwa infark jaringan paru akibat tersumbatnya pembuluh darah arteri oleh peristiwa
emboli.
- Diseksi aorta akut dan kostokontriksi dan gangguan gastrointestinal nyeri dada tidak
selalu ditemui pada st elevasi infark miokard akut dengan elevasi st tanpa nyeri lebih
sering dijumpai pada diabetes melitus.
LO 6 PENATALAKSANAAN
NON FARMAKOLOGI MCI
1. Aktivitas
Harus dikurangi maksimal 12 jam
2. Pola Hidup
-Perbaiki pola hidup tidak baik contohnya merokok
-Melakukan olahraga ringan
3. Sedasi
Pasien memerlukan sedasi selama perawatan untuk mempertahankan
periode inaktivasi dengan penenang.
Diazepam 5mg, Oksazepam 15-30 Mg atau Lorazepam 0,5-2 mg
diberikan 3-4x sehari
4. Diet, yang bertujuan:
-Menurunkan berat badan bila terlalu gemuk
-Memberi makanan secukupnya agar tidak memberatkan kerja jantung
-Mencegah dan menghilangkan penimbunan garam dan air di tubuh.
FARMAKOLOGI MCI
Bertujuan untuk :
1. Nitrogliserin (NGT) Mengurangi nyeri dada, meningkatkan Dosis : 0,4mg sampai 3 dosis interval 5
suplai O₂ miokard dengan cara dilatasi menit
pembuluh koroner yang terkena infark,
menurunkan beban kerja jantung
2. Morfin Mengurangi nyeri dada dan analgesik Dosis 2-4mg diulang 5-15 menit sampai
pilihan, mengurangi kebutuhan O₂, dosis total 20mg
mengurangi beban kerja miokardium,
memberikan efek sedasi
3. Terapi Antiplatelet /
Antitrombotik
- Aspirin Menghambat agregasi trombus melalui Dosis awal : 160mg
penekanan sintesis tromboksan A2 dalam Dosis pemeliharaan : 80-325mg/hari
trombosit sehingga mencegah perluasan
trombus, analgesik dan menghilangkan
nyeri dada, anti inflamasi.