Perceptor:
Dr. Ishana Safira Hudi, Sp.S
Oleh:
Adellia Risda S 1918012115
Adilla Dwi N.Y 1918012125
Aditya Bustami 1918012104
Aulia Rika Fahrumnisa 1918012106
Gede Ardi Saputra 1918012133
M. Reqza Pratama 1918012122
Regina Pingkan 1918012124
Samuel Gunawan H 1918012107
Keluhan Utama:
Keluhan Tambahan:
Kelemahan pada kedua
kaki secara mendadak 4 Mual
jam SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RS ADT dengan keluhan kedua tangan dan kaki terasa lemas dan sulit
digerakan sejak 2 jam SMRS. Pasien mengatakan keluhan yang paling lemah adalah pada kedua
kakinya. Awalnya pasien hendak kekamar mandi, secara tiba-tiba kaki pasien lemas kemudian
pasien terjatuh. Pasien berusaha berdiri namun tidak bisa dan kedua tangan dan kaki mulai sulit
digerakan. Pasien jatuh terduduk. Kepala terbentur dan penurunan kesadaran disangkal.
Kesulitan berbicara, wajah dan mulut perot dan pelo disangkal. Pasien mengatakan merasakan
mual.
Keluhan muntah, sakit kepala, pusing berputar, telinga berdenging, dan kejang disangkal. Pasien
memiliki riwayat penyakit hipertensi, riwayat penyakit DM, Stroke, trauma kepala disangkal.
Sebelumnya, pasien sudah pernah mengalami keluhan serupa sebanyak dua kali namun pasien
tidak berobat karena keluhan membaik setelah istirahat.
TIMELINE
08/01/22 (11.00
WIB)
Pasien merasakan bahwa keluhan makin memberat dan mencoba
istirahat (tidur) untuk mengurangi keluhan
Riwayat Penyakit
Leher
• Jejas leher (-)
• Pembesaran KGB: axilla sinistra dan KGB regio colli
• Pembesaran Tiroid: (-)
• Trakhea : deviasi (-), letak ditengah
Status Pasien - PF
Status General
Flank Area
• Inspeksi : lesi (-), massa (-)
• Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), deformitas
(-)
Status Pasien - PF
Status General
Abdomen
• Inspeksi : Datar, lesi (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) 8-10 kali/menit
• Perkusi : Timpani
• Palpasi : Nyeri tekan (-), Organomegali (-)
Ekstremitas
• Superior : CRT <2’’, edema (-/-), akral hangat
• Inferior : CRT <2’’, edema (-/-), akral hangat
Status Pasien-PF
Motorik
- Reflek Fisiologi
a. Bicep = +2/+2
- Gerak = aktif b. Tricep = +2/+2
- Kekuatan Otot c. Patella = +1/+1
d. Achiless = +2/+2
5 5
- Reflek Patologis
1) Hoffman trommer = -/-
4 4 2) Babinsky = -/-
3) Chaddock = -/-
- Tonus = normotonus 4) Oppenheim = -/-
- Klonus = (-) 5) Schaefer = -/-
6) Gordon = -/-
7) Gonda = -/-
Status Pasien-PF
Sensorik
1. Eksteroreseptif
- Raba = +/+
- Nyeri = +/+
- Suhu = +/+
2. Propioseptif
- Sikap = +/+
- Getar = tidak dilakukan
- Asteriognosis = +/+
- Grafognosis = +/+
Status Pasien-PF
Pemeriksaan Neurologis
N. Trigeminus N. Fasialis
• Sensibilitas: • Pasif
• Ramus oftalmikus • Diam
: : simetris
hipestesi (-) • Kerutan dahi : simetris
• Ramus maksilaris : • Posisi alis : simetris
hipestesi (-) • Celah kelopak mata : simetris
• Ramus mandibularis : hipestesi (-) • Lipatan nasolabialis : simetris
• Sudut bibir : normal
• Aktif
• Motorik:
• Mengerutkan dahi :
• M. maseter : (+/+) simetris
• M. temporalis : (+/+) • Mengangkat alis : simetris
• M. Pterygoid : (+/+) • Menutup mata kuat-kuat : simetris
• Menggembungkan pipi : simetris
• Sensoris
• Refleks: • Pengecapan 2/3 depan lidah : normal
• Refleks kornea : (+/+)
Status Pasien
Elektrolit (08/01/2022)
21
Pemeriksaan Penunjang
RO Torax (08/01/2022)
Intepretasi:
• Kardiomengali
• Corakan bronkovesikular
minimal
22
Tatalaksana dan prognosis
● IVFD Nacl 0,9% + 2flc KCL 50 mcg
● KSR tab 600 mg dimunum 2 kali sehari selama 3 hari
● Inj ceftriaxone 1 gr
● Ondansentron 4 mg per oral
● Mecobalamin 500 mcg 3 kali per hari
● As folat 400 mg 1x1
● Spironolakton 25 mg 1x1
● Amplodipin 5 mg tab 1x1
Prognosis:
● Quo ad vitam: bonam
● Quo ad sanationam: dubia ad bonam
● Quo ad fungtionam: dubia ad bonam
Resume
Anamnesis PP
• Kelemahan otot yang • Elektrolit :
melibatkan salah satu hipokalemia
atau kedua anggota PF • EKG : Pendataran dan
inversi darigelombang
gerak dengan onset Arefleksi
mendadak T, munculnya
• Tanpa adanya gelmbang U dan
perubahan kesadaran depresi segmen ST
Tatalaksana
Terapi biasanya simtomatik, bertujuan menghilangkan gejala kelemahan otot yang disebabkan hipokalemia.
Terapi PPHF mencakup pemberian kalium oral, modifikasi diet dan gaya hidup untuk menghindari pencetus,
serta farmakoterapi.
Sediaan yang dipilih adalah kalium klorida karena meningkatkan kalium plasma lebih cepat dibandingkan kalium
bikarbonat, kalium fosfat atau kalium sitrat.
Oral
● Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) dapat diberikan KCl oral 20 mEq 3 – 4 kali sehari atau 75
mEq/kgBB/hari dibagi 3 dosis dan edukasi diet kaya kalium.
● Pemberian Kalium 40-60 mEq dapat meningkatkan kadar kalium 1-1,5 mEq/L dan pemberian 135-60 mEq
dapat meningkakan kadar kalium 2,5-3,5 mEq/L.
● Mengingat distribusi kalium ke dalam kompartemen intraseluler tidak langsung, defisit harus dikoreksi
bertahap selama 24-48 jam dengan pemantauan konsentrasi plasma K+ rutin untuk menghindari
overrepletion sementara dan hiperkalemia transien.
● Penggantian kalium secara oral paling aman tetapi kurang ditoleransi karena iritasi lambung. Pada
hipokalemia dengan hipomagnesemia, koreksi defisiensi Mg2+ perlu dilakukan bersamaan.
Tatalaksana
Pemberian kalium intravena :
● Kecepatan pemberian KCL melalui vena perifer 10 mEq/jam, atau melalui vena sentral 20 mEq/jam atau
lebih pada keadaan tertentu, diulang sampai dengang kadar K+ serum > 3,5 mEq/L.
● Pada keadaan aritmia yang berbahaya atau adanya kelumpuhan otot pernafasan, KCL dapat diberikan
dengan kecepatan 40-100 mEq/jam. KCL sebanyak 20 mEq dilarutkan dalam 100 ml NaCl isotonik.
● Pemberian kalium tidak boleh lebih dari 40 mEq/L (jalur perifer) atau 80 mEq/L (jalur sentral) dengan
kecepatan 0,2 – 0,3 mEq/kgBB/jam.
● Pemberian kalium diencerkan dengan NaCl 0,9% bukan dextrosa. Pemberian dextrosa menyebabkan
penurunan sementara K+ sebesar 0,2 -1,4 mEq/L.
● Pada keadaan life threatening, kalium dapat diberikan dengan kecepatan s/d 1 mEq/kgBB/jam (via infuse
pump dan monitor EKG).
Pertimbangan Sediaan Kalium
o KCl biasanya digunakan untuk menggantikan defisiensi K+ pada kondisi metabolik
alkalosis dan deplesi Cl-, terutama pada pasien muntah dan pengobatan diuretik.
o Pada kondisi metabolik asidosis (contohnya pada diare kronik) lebih diutamakan
kalium yang dikombinasikan dengan garam lain, yaitu potasium bikarbonat atau
ekuivalen bikarbonat lainnya (sitrat, asetat, atau glukonat) untuk mengatasi kondisi
asidosis.
o Diet Kalium. Diet orang dewasa mengandung kalium rata-rata 50-100 mEq/hari
(contoh makanan tinggi kalium termasuk kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat,
kacang-kacangan, dan kentang).
Diagnosis Banding
Catatan:
(1) TSH rendah bersama dengan FT3 dan FT4 tinggi adalah diagnostik hipertiroidisme.
Pengobatan hipertiroidisme menyembuhkan TPP.
(2) TPP berbeda dari kelumpuhan periodik hypokalemia; Namun, setidaknya dua contoh
PPH familial yang didiagnosis secara genetik dimana hipertiroidisme merupakan
pemicu tambahan untuk episode paralitik hipokalemik telah dilaporkan.
Komplikasi
Komplikasi yang mengancam jiwa segera selama serangan kelemahan otot
dapat terjadi seperti aritmia jantung karena hipokalemia. Lalu dapat juga
terjadi insufisiensi pernapasan karena kelumpuhan otot pernapasan.
● Pada hipokalemia berat, tanpa penatalaksanaan yang tepat, penurunan kadar kalium
secara drastis dapat menyebabkan masalah aritmia jantung serta paralisis otot yang
serius terutama otot pernafasan yang dapat berakibat fatal.
● Prognosis PPH bervariasi antar individu. Serangan berulang dari kelemahan otot dapat
menyebabkan morbiditas yang signifikan dan meningkatkan penerimaan perawatan di
rumah sakit.
Analisis Kasus
Gejala
Refleks Fisiologis:
Biceps: +2/+2 Hiporefleks
Triceps: +2/+2 Patella
Patella: +1/+1
Achilles: +2/+2
Elektrolit:
Hipokalemia
Kalium: 1.5 µmol/L
EKG:
Adanya Pada kondisi normal keseimbangan ion intra selular dan
Normal sinus rhythm
gelombang U ekstraselular yang mengatur voltase potensial istirahat sel
Terdapat gelombang U
menandakan (-90 mV) diatur oleh ion Na+ dan K+ tubuh. Bila kadar
hipokalemia kalium ekstraselular lebih rendah, akan mengakibatkan
keseimbangan potensial kalium berubah lebih negative
sehingga sehingga Na+ lebih banyak masuk ke
intraselular dan kalium terlambat dan lebih sedikit yang
keluar ke ekstra selular. Hal ini mengakibatkan potensial
istirahat sel berada pada voltase -50 mv dan menyebabkan
gangguan elektrik dan otot tidak dapat dieksitasi.
Tatalaksana
Pasien di berikan INF KCL yang bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan kalium . Drip KCl 50 meq karena
pasien mengalami hipokalemia berat.
Untuk kondisi hipertensinya pasien mendapatkan amlodipin 5 mg dan spironolakton 25 mg selain untuk
menurunkan tekanan darah obat ini juga sebagai penghambat penyerapan natrium dan menajaga kadar
kalium
Karena keluhan pasien mengalami muntah pasien mendapatkan obat anatsida 400 mg serta
ondanserton 4 mg untuk mencegah muntah.
Setelah dilakukan pemeriksaan lab didapatkan hb pasien turun serta leukosit meningkat sehingga
dicurigai adanya anemia dan infeksi. Untuk itu pasien mendapatkan asam folat dan inj ceftriaxone 1 gr.
Pasien juga mendapatkan mecobalamin sebagai terapi neuropati perifer serta diberi sulcraflat syr untuk
keluhan perutnya dan KSR pada saat pulang untuk pencegahan hipokalemi. Sehingga di harapkan tubuh
dapat meningkatkan kadar kalium di darah dan menghilangkan dampak dari hipokalium.
PROGNOSIS