Anda di halaman 1dari 16

1.

ANATOMI SERVIKS

Serviks uteri terdapat di setengah hingga sepertiga bawah uterus, berbentuk silindris, dan
menghubungkan uterus dengan vagina melalui kanal endoservikal. Serviks uteri terdiri dari
bagian bawah disebut portio vaginalis, yaitu bagian yang menonjol kearah vagina dan bagian
atas disebut bagian supravaginal.

Panjang serviks uteri kira-kira 2,5 – 3cm dan memiliki diameter 2 - 2,5cm. Pada bagian
anterior serviks berbatasan dengan vesica urinaria. Pada bagian posterior, serviks ditutupi
oleh peritoneum yang membentuk garis cul-de-sac.

Bagian- bagian serviks:

a. Endoserviks : kanal endoserviks.

b. Ektoserviks (eksoserviks) : bagian vaginal serviks

c. Os eksternal : pembukaan kanal endoserviks ke ektoserviks

d. Forniks : refleksi dinding vaginal yang mengelilingi


ektoserviks

e. Os Internal : bagian batas atas kanal


2. HISTOLOGI SERVIKS
Struktur histologi serviks terdiri dari:
a. Endoserviks : Epitel selapis silindris penghasil mukus
b. Serabut otot polos polos hanya sedikit dan lebih banyak jaringan ikat padat
c. Ektoserviks :
Bagian luar serviks yang menonjol kearah vagina dan memiliki lapisan basal, tengah, dan
permukaan. Ektoserviks dilapisi oleh sel epitel skuamos nonkeratin. Pertemuan epitel
silindris endoserviks dengan epitel skuamos eksoserviks disebut squamocolumnar
junction (SCJ).
Epitel serviks mengalami beberapa perubahan selama perkembangannya sejak lahir
hingga usia lanjut. Pada serviks terdapat zona transformasi (transformation zone), yaitu
area terjadinya perubahan fisiologis sel-sel skuamos dan kolumnar epitel serviks.
Pada proses metaplasia terjadi proliferasi sel-sel cadangan yang terletak di bawah sel
epitel kolumnar endoserviks dan secara perlahan-lahan akan mengalami epitel skuamosa.
3. METODE SKRINING LESI PRAKANKER
Pemeriksaan Pap smear
Pemeriksaan sitologi epitel porsio dan leher rahim untuk menentukan tingkat praganas
dan ganas pada portio dan leher rahim serta diagnosa dini karsinoma leher rahim.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang
tidak memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari
porsi serviks :
a. Normal.
b. Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas).
c. Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas).
d. Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar).
e. Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau ke
organ tubuh lainnya).
IVA
Pemeriksaan yang dapat dilakukan oleh dokter/bidan/paramedis. Mengamati serviks
yang telah diberi asam asetat/ asam cuka 3-5% secara inspekulo.
Pemberian asam asetat akan mempengaruhi epitel abnormal dan meningkatkan
osmolaritas cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik, dan akan menarik cairan dari
intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antar sel akan semakin dekat.
Sebagai akibatnya, jika permukaan epitel mendapat sinar,sinar tersebut tidak akan
diteruskan ke stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal
akan berwarna putih.
Diagnosa Pasti dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi
Pemeriksaan Biopsi
Mengambil sebagian/seluruh tumor dengan menggunakan tang oligator, sampai jaringan
lepas dari tempatnya. Biopsi dilakukan untuk mengetahui kelainan yang ada pada
serviks. Jaringan yang diambil dari daerah bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan
memperjelas apakah yang terjadi itu kanker invasif atau hanya tumor saja.
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka
pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu abnormalitas
atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear. Teknik yang biasa
dilakukan adalah punch biopsy (tidak memerlukan anestesi) dan teknik cone biopsy
(menggunakan anestesi).
Pemeriksaan Kolposkopi
Mikroskop teropong stereoskopis dengan pembesaran yang rendah 10-40 X
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia, menilai
perubahan pola vaskuler serviks yang mencerminkan perubahan biokimiawi yang terjadi
pada jaringan serviks, menilai porsio, vagina dan vulva.
Dengan kolposkopi maka metaplasia scuomosa infeksi HPV, neoplasma Intraepiteliel
leher rahim akan terlihat putih dengan asam asetat atau tanpa corak pembuluh darah.
Kelemahanya : hanya dapat memeriksa daerah terlihat saja yaitu portio, sedangkan
kelainan pada squamous-columnar-junction dan intraepitel tidak bisa dilihat.
Gineskopi
Merupakan teleskop monokuler dengan ukuran 75gr yang terdiri dari satu buah lensa
cembung sebagai lensa objektif dan lensa cekung sebagai lensa okuler dan disusun
dengan jarak tertentu sehingga menghasilkan pembesaran dua setengah kali. Gineskopi
serviks digunakan untuk mengamati terminology maupun sistem pelaporan ginekologi,
pada dasarnya sama dengan pemeriksaan kolposkopi.
Servikografi
Pemeriksaan menggunakan kamera khusus 35mm dengan cincin pelengkap 50mm dan
lensa makro 100nm yang digunakan untuk pengambilan foto, hasil pemotretan
merupakan foto slide suatu servigram.
Spekuloskopi
Inspeksi visual dengan cahaya luminisensi kimia, optic kecil yang dapat digenggam
tangan. Cahaya biru putih yang melekat pada daun atas speculum menerangi porsio yang
telah dipulas asam asetat 3-4%. Sevriks dan vagina akan diinspeksi dengan loop
pembesaran 4-6 kali. Lesi abnormal akan berwarna putih terang.
Liquid Based Cytology (Thin Prep/Monolayer)
Tujuan metode ini adalah mengurangi hasil false negative dari pemeriksaan tes pap
konvensional dengan cara optimalisasi teknik koleksi dan preparasi sel. Pada metode ini
sel dikoleksi dengan sikat khusus yang dicelupkan ke dalam tabung yang sudah berisi
larutan fiksasi. Keuntungannya adalah sel abnormal lebih tersebar dan mudah tertangkap
dengan fiksasi monolayer, sehingga mudah dikenali.
Pemeriksaan DNA HPV
Untuk wanita dengan usia di atas 30 tahunn, untuk penentuan jenis HPV langsung atau
dalam resiko rendah dan tinggi, tetapi harga pemeriksaan masih cukup mahal.
Dapat dilakukan dengan metode hibridasi, yaitu : cara Southern Blot (baku emas), filter
insitu, Dot Blot, Hibridisasi insitu
Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks normal akan
membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena adanya glikogen.
Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan menunjukkan warna
yang tidak berubah karena tidak ada glikogen
4. PERBEDAAN IVA DAN TEST PAP SMEAR

METODE SKRINING PAP IVA


SMEAR

Petugas kesehatan Sampel Sampel diambil oleh bidan,


diambil oleh perawat, dr umum dan dr
bidan, spesialis
perawat, dr Untuk deteksi dini jika ada lesi
umum dan dr prakanker
spesialis
Untuk
skrinner,
sitologisst
dan patologis

Sensitivitas 70% - 80% 65% - 96%

Spesifisitas 90% - 95% 54% - 98%

Durasi 1 hari – 1 Langsung


bulan

Sarana Spekulum Spekulum


Lampu sorot Lampu sorot
Kaca benda Asam asetat
Laboratorium Tidak memerlukan alat tes
laboratorium yang canggih (alat
pengambil sampel jaringan,
preparat, reagen, mikroskop)

Biaya (Rp) 30.000- 5.000


100.000 gratis bila puskesmas

Dokumentasi Ada ( dapat Tidak ada


dinilai
ulang )
4. PEMERIKSAAN IVA
 Definisi
Tes visual dengan menggunakan larutan asam cuka (asam asetat 3-5%) dan larutan iodium
lugol pada serviks dan melihat perubahan warna yang terjadi setelah dilakukan olesan.
Tujuannya untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode
skrining kanker serviks.
 Indikasi
Skrining kanker servix
Sudah pernah melakukan hubungan seksual.
Tidak sedang dalam keadaan menstruasi.
Tidak sedang hamil.
Tidak melakukan hubungan seksual dalam jangka waktu 24 jam.
 Kontraindikasi
Wanita pasca menopause, karena daerah zona transisional seringkali terletak pada kanalis
servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan inspekulo.
 Persiapan larutan asam asetat :
a) Cuka dapur (mengandung asam asetat 20%)
b) Asam asetat (3-5%)
c) Untuk membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian cuka dapur + 4
bagian air
d) Untuk membuat asam asetat 3% dengan cara mengambil 1 bagian cuka dapur + 7
bagian air

KLASIFIKAS TEMUAN KLINIS


I IVA

Hasil Tes Serviks normal


Negatif
Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu.

Hasil Tes Peradangan pada serviks (servicitis) atau adanya temuan jinak misalnya polip
Radang serviks.

Pada IVA Radang di obati terlebih dahulu hingga normal baru kemudian di
ulangi

melakukan tes IVA.

Hasil Tes Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat T-zone, yang
Positif
menunjukkan adanya lesi prekanker.

Kanker Hasil positif pada IVA mengarah pada diagnosis pra kanker serviks

Massa mirip kembang kol atau bisul, tukak menggaung, pertumbuhan mudah

berdarah

 Prosedur IVA :
a) Pasien mendapat penjelasan mengenai prosedur yang akan dijalankan
b) Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi
c) Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan bantuan pencahayaan
yang cukup.
d) Spekulum dibasuh dengan air hangat dan dimasukkan ke vagina untuk melihat serviks
e) Gunakan lidi kapas untuk membersihkan darah, mucus dan kotoran lain pada serviks
c) Identifikasi daerah sambungan squamous-columnar (zona transformasi) dan area di
sekitarnya
d) Oleskan larutan asam asetat secara merata pada serviks, tunggu 1-2 menit untuk
terjadinya perubahan warna. Amati setiap perubahan pada serviks, perhatikan daerah di
sekitar zona transformasi. Catat bila seviks mudah berdarah. Lihat adanya plak warna
putih dan tebal (epitel acetowhite) bila menggunakan larutan asam asetat.
Asam asetat berfungsi menimbulkan dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein,
sehingga sel kanker yang berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
e) Bersihkan segala darah, debris dan sisa larutan asam asetat dengan lidi kapas atau kasa
bersih
f) Lepaskan spekulum dengan hati-hati
g) Catat hasil pengamatan dan gambar temuan
5. PERJALANAN LESI PREKANKER SERVIKS MENJADI CARCINOMA INVASIF
Jalur metastasis melalui :
1. EKSTENSI LANGSUNG
Menjalar ke vagina, lesi eksofitik kanker sering merambat ke bawah, pertama menginvasi
forniks vagina dan ke segmen tengah, bawah vagina, lesi intra-kanalis servikalis membuat
kanal berdilatasi, bertambah kasar, konsistensi keras, merambat ke atas mengenai kavum
uteri, menembus dinding uterus, timbul penyebaran kavum peritoneal.
Ekstensi ke parametrium mengenai ligamen kardinal bilateral dan ligamen sakral, seluruh
kavum pelvis menjadi lesi kanker yang keras (frozen pelvis).
Invasi kanker ke parametrium dapat menekan ureter satu atau kedua sisi, timbul obstruksi
ureter.
Bila ke buli-buli, dapat timbul hematuria dan tenesmus.
2. METASTASIS LIMFOGEN
Dapat membentuk trombus tumor, mengikuti aliran limfe mencapai kelenjar limfe
regional, menyebar dalam pembuluh limfatik. Jalur metastasisnya :
• Saluran limfatik di dasar lesi serviks uteri » kelenjar limfe parametrium » area
obturator » area iliaka interna dan eksterna » area iliaka komunis » para aorta
abdominal » kelenjar limfe supraklavikular.
• Saluran limfa lesi serviks uteri » area presakral » kelenjar limfe inferior aorta
abdominal.
3. METASTASIS HEMATOGEN
Timbul pada stadium lanjut atau pasien dengan diferensiasi buruk, dapat menyebar ke
paru, hati, ginjal, tulang, otak, kulit dan bagian lain.

Klasifikasi berdasarkan histopatologi :


1) CIN 1 (Cervical Intraepithelial Neoplasia), perubahan sel-sel abnormal lebih kurang
setengahnya.
2) CIN 2, perubahan sel-sel abnormal lebih kurang tiga perempatnya.
3) CIN 3, perubahan sel-sel abnormal hampir seluruh sel.
Klasifikasi berdasarkan terminologi dari sitologi serviks :
1) ASCUS (Atypical Squamous Cell Changes of Undetermined Significance)
2) LSIL (Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion)
3) HSIL (High Grade Squamous Intraepithelial Lesion)
Klasifikasi berdasarkan stadium klinis :
6. TAHAPAN PENCEGAHAN KANKER SERVIKS
 Pencegahan Primer
Usaha mengurangi atau menghilangkan kontak dengan karsinogen untuk mencegah
inisiasi dan promosi pada proses karsinogenesis. Pada tahap ini yang dilakukan adalah
promosi dan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat serta vaksinasi HPV.
 Pencegahan sekunder
Upaya skrining dan deteksi dini, untuk menemukan kasus-kasus dini sehingga
kemungkinan penyembuhan dapat ditingkatkan.
Skrining bertujuan untuk membedakan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena
penyakit diantara masyarakat yang sehat.
Penemuan dini (early diagnosis) adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang telah
merasakan adanya gejala. Oleh karena itu edukasi untuk meningkatkan kesadaran
tentang tanda-tanda awal kemungkinan kanker diantara petugas kesehatan, kader
masyarakat, maupun masyarakat secara umum merupakan kunci utama keberhasilannya.
 Pencegahan Tersier
Pengobatan untuk kasus yang ditemukan pada skrining atau deteksi dini serta mencegah
komplikasi klinik dan kematian awal. Standar pengobatan kanker meliputi operasi,
radiasi, kemoterapi dan hormonal disesuaikan dengan indikasi patologi.
Upaya paliatif termasuk pada tahap ini yaitu pendekatan psikososial dan rehabilitasi.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks adalah sebagai
berikut:
1. Mendapat vaksin HPV
2. Hati-hati dalam memilih pembalut dan jangan biarkan keputihan terus-menerus.
3. Hindari berhubungan intim saat haid.
4. Hindari memakai toilet kotor.
5. Jauhi oral seks.
6. Menghindari berhubungan intim di usia dini.
7. Kebersihan organ intim saat haid.
8. Pola hidup sehat seperti konsumsi makanan yang sehat, hindari merokok, dan berolah
raga teratur
9. Menggunakan kondom secara konsisten bisa membantu mengurangi kemungkinan
infeksi HPV atau penyakit hubungan seksual menular lainnya

7. HUMAN PAPILOMA VIRUS


Papovavirus merupakan virus kecil ( diameter 45-55 nm ) yang
mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh kapsid (kapsid
ini berperan pada tempat infeksi pada sel) yang tidak berpembungkus
menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang
biak pada inti sel menyebabkan infeksi laten dan kronis pada pejamu alamiahnya
dan dapat menyebabkan tumor
pada beberapa binatang (Contoh : Virus Papilloma manusia)
Human papillomavirus, memiliki lebih dari 100 tipe, hanya 30 diantaranya
yang beresiko kanker serviks. HPV 16, 18, 31, dan 45 yang sering ditemukan pada
kanker maupun lesi prakanker serviks, yaitu menimbulkan kerusakan sel lendir luar
menuju keganasan. Sementara, tipe yang beresiko sedang yaitu HPV tipe 33, 35, 39,
51, 52, 56, 58, 59, dan 68, dan yang beresiko rendah adalah HPV tipe 6, 11, 26, 42,
43, 44, 53, 54, 55, dan 56. Dari tipe-tipe ini, HPV tipe 16 dan 18 merupakan
penyebab tersering kanker serviks.
 Gambaran Patogenesis

HPV adalah jenis virus yang cukup lazim. Jenis yang berbeda dapat menyebabkan
kutil atau pertumbuhan sel yang tidak normal (displasia) dalam atau di sekitar leher rahim
atau dubur yang dapat menyebabkan kanker leher rahim atau dubur. Kutil-kutil ini pada
umumnya tumbuh di permukaan kulit yang lembab dan di daerah sekitar alat kelamin
sehingga disebut kutil kulit dan kutil kelamin. Infeksi HPV pada alat kelamin dapat
disebarkan melalui hubungan seks, sedangkan penularan kutil kulit pada tangan atau kaki
dapat terjadi tanpa hubungan seks (penularannya dapat melalui sentuhan atau penggunaan
barang secara bersama).

HVP merupakan familia dari Papovavirus. Papovavirus merupakan virus kecil


( diameter 45-55 nm ) yang mempunyai genom beruntai ganda yang sirkuler diliputi oleh 72
kapsomer dan 2 protein kapsid yaitu L1 dan L2 (kapsid ini berperan pada tempat infeksi
pada sel) yang tidak berpembungkus menunjukkan bentuk simetri ikosahedral. Berkembang
biak pada inti sel menyebabkan infeksi laten dan kronis pada pejamu alamiahnya dan dapat
menyebabkan tumor pada beberapa binatang (Contoh : Virus Papilloma manusia (kutil),
Virus BK (diasingkan dari air kemih penderita yang mendapat obat-obat imunosupresif)).

Penyebaran HPV dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti : letak geografis, genetik,


status sosial ekonomi rendah, nutrisi, sistem imun alami, banyak pasangan seks, usia, dan
rokok (nikotin). Tipe yang paling umum dijumpai justru yang paling berbahaya, yakni 16 dan
18. Tipe 16 biasa ditemukan di wilayah seperti Eropa, Amerika Serikat, dan wilayah lainnya.
Sementara tipe 18 lebih banyak ditemukan di Asia.

Mekanisme infeksi virus diawali dengan protein menempel pada dinding sel dan
mengekstraksi semua protein sel kemudian protein sel itu ditandai (berupa garis- garis)
berdasarkan polaritasnya. Jika polaritasnya sama denagn polaritas virus maka, dapat
dikatakan bahwa sel yang bersangkutan terinfeksi virus. Setelah itu, virus menginfeksikan
materi genetiknya ke dalam sel yang dapat menyebabkan terjadinya mutasi gen jika materi
genetik virus ini bertemu dengan materi genetik sel. Setelah terjadi mutasi, DNA virus akan
bertambah banyak seiring pertambahan jumlah DNA sel yang sedang bereplikasi. Ini
menyebabkan displasia (pertumbuhan sel yang tidak normal) jadi bertambah banyak dan tak
terkendali sehingga menyebabkan kanker.

 Patofisiologi
Virus HPV menginfeksi membrana basalis pada daerah metaplasia dan zona
transformasi serviks sebagai upaya berkembang biak. Virus ini akan meninggalkan
sekuensi genomnya pada sel inang. Genom HPV berupa episomal (bentuk lingkaran
dan tidak terintegrasi dengan DNA inang) dijumpai pada CIN
dan berintegrasi dengan DNA inang pada kanker invasif. Pada percobaan invitro HPV
terbukti mampu mengubah sel menjadi immortal.
Tipe HPV paling berisiko adalah tipe 16 dan tipe 18 yang mempunyai peranan yang
penting melalui sekuensi gen E6 dan E7 dengan mengode pembentukan protein-
protein penting dalam replikasi virus. Onkoprotein dari E6 akan mengikat dan
menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif, sedangkan onkoprotein E7
akan berikatan dan menjadikan produk gen retinoblastoma (pRb) menjadi tidak aktif.
P53dan pRb adalah protein penekan tumor yang berperan menghambat kelangsungan
siklus sel. Dengan tidak aktifnya p53 dan pRb, sel yang telah bermutasi akibat infeksi
HPV dapat meneruskan siklus sel tanpa harus memperbaiki kelainan DNA-nya.
Ikatan E6 dan E7 serta adanya mutasi DNA merupakan dasar utama terjadinya
kanker.
 Gejala HPV

HPV bukan jenis virus baru namun, banyak orang tidak menyadarinya karena virus ini
jika menjangkiti manusia tidak manimbulkan gejala dan tidak menyebabkan masalah
kesehatan yang serius sampai infeksi virusnya menjadi parah. Setiap saat HPV dapat
menginfeksi tanpa menunjukkan gejala. HPV tidak seperti virus lainnya yang menunjukkan
gejala fisik menurun apabila terjangkit virus ini tetapi seseorang baik pria maupun wanita
dapat terkena HPV bertahun-tahun sebelum ia menyadarinya.
Tanda-tanda terserang HPV sering hanya ditunjukkan oleh tumbuhnya kutil. Kutil yang
tumbuh mungkin berwarna merah muda, putih, abu-abu ataupun coklat. Awalnya hanya
berupa bintil-bintil kecil yang kemudian bersatu membentuk kutil yang lebih besar. Semakin
lama kutil dapat menjadi semakin besar. Pertumbuhan kutil akan semakin besar dan banyak
jika tumbuh di kulit lembab akibat kebersihan kulit kurang dijaga.

Kutil-kutil ini dapat menyebabkan rasa sakit dan gatal sehingga membuat tidak nyaman
dan sering kali baru disadari keberadaannya saat jumlahnya sudah bertambah banyak dan
besar. Kutil dapat bertumbuh dengan cepat segera setelah terinfeksi atau pun beberapa bulan
bahkan beberapa tahun setelah terinfeksi HPV, dan bahkan tidak pernah tumbuh sampai
dinyatakan kita terinfeksi HPV (atau sampai kita menyadari bahwa kita terinfeksi HPV).

Oleh karenanya, untuk menjaga segala sesuatu yang tidak diinginkan maka dianjurkan
untuk rutin melakukan Pap smear/ tes Pap minimal setahun sekali bagi wanita di atas usia 21
tahun. Umumnya dokter dapat menentukan apakah kita mempunyai kutil kelamin dengan
melihatnya. Kadang kala alat yang disebut anoskop dipakai untuk memeriksa daerah dubur.
Jika perlu, contoh kutil dipotong dan diperiksa diperiksa dengan mikroskop (biopsi) . HPV
yang menyebabkan kutil kelamin tidak sama dengan virus yang menyebabkan kanker. Tetapi
jika kita mempunyai kutil, maka kita mungkin terinfeksi jenis HPV lain yang dapat
menyebabkan kanker.

Gejala fisik yang terlihat pada wanita :

 Kutil pada organ kelamin, dubur/anus atau pada permukaan vagina


 Pendarahan yang tidak normal
 Vagina menjadi gatal, panas atau sakit

Gejala fisik yang terlihat pada pria :

 Kutil pada penis, anus atau skrotum


 Kutil pada uretra (mungkin terjadi penurunan jumlah urin)
A. Infeksi Kulit
- VERUKA VULGARIS
Menyebabkan kelainan kulit seperti kutil berbentuk bulat, kasar, berlapis-lapis dan
permukaan tidak beraturan. Kelainan ini umumnya tidak nyeri namun gatal dan sering
ditemui di tangan, jari-jari, kaki dan lutut. Kelainan ini jinak dan dapat menghilang
dengan sendirinya.
B. Infeksi mukosa
- KONDILOMA AKUMINATA
Infeksi mukosa anus dan genital menyebabkan kondiloma akuminata atau kutil
kelamin, yaitu tonjolan massa jinak seperti kembang kol yang dapat ditemui di sekitar
anus, lubang vagina, bibir vagina, vulva, penis. Penyakit ini juga dapat berbentuk
tonjolan dengan permukaan halus seperti kutil. Kondiloma akuminata umumnya tidak
nyeri, namun gatal dan berdarah jika sering tergesek pakaian. Terdapat varian ganas
dari penyakit ini, yaitu Kondiloma verukosa, dimana tonjolan kembang kol tersebut
disertai nanah dan dapat merusak jaringan sekitar.
- INFEKSI HPV PADA ANUS
Dapat menyebabkan kanker anus yang menimbulkan gejala perdarahan dan adanya
sensasi massa pada anus.
- INFEKSI HPV PADA SERVIKS
Umumnya tidak menimbulkan gejala dan hanya dapat diketahui dari pemeriksaan Pap
smear.
Tanda dan gejala kanker serviks adalah :
1.Pendarahan vagina yang tidak normal seperti :
Pendarahan di antara periode menstruasi yang regular, pendarahan di luar waktu haid,
periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, pendarahan
setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul, pendarahan sesudah menopause
2. Kelainan pada vagina (keluarnya cairan kekuningan, berbau)
Sekret vagina yang berbau terutama pada masa nekrosis
lanjut. Nekrosis ini terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi
dengan pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang
cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non
spesifik.
3. Rasa sakit saat berhubungan seksual
4. Rasa sakit/ nyeri pada pinggul dan kaki
5. Pada stadium lanjut ketika tumor sudah menyebar ke luar dari serviksdan
melibatkan jaringan di rongga pelvis

Anda mungkin juga menyukai