Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh


Yayasan Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO, 490.000
perempuan didunia setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di
Negara Berkembang termasuk Indonesia. Di Indonesia diperkirakan setiap hari muncul
40- 45 kasus baru, 20-25 orang meninggal, berarti setiap 1 jam diperkirakan 1 orang
perempuan meninggal dunia karena kanker serviks. Artinya Indonesia akan kehilangan
600-750 orang perempuan yang masih produktif setiap bulannya. Hal ini mungkin ada
kaitannya dengan sekitar sepertiga dari kasus-kasus kanker termasuk kanker serviks
datang ketempat pelayanan kesehatan pada stadium yang sudah lanjut dimana kanker
tersebut sudah menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh sehingga biaya
pengobatan semakin mahal dan angka kematian semakin tinggi. Disisi lain kesadaran
dan pengetahuan masyarakat tentang kanker termasuk faktor-faktor risiko dan upaya
pencegahannya masih kurang. Padahal 90-95 % faktor risiko terkena kanker
berhubungan dengan perilaku dan lingkungan.
Karena itu perlu ada suatu gerakan bersama, menyeluruh dan berkesinambungan
untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kanker terutama kanker serviks.
Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan melakukan upaya pencegahan
primer seperti meningkatkan atau intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat
untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker,
melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti dengan deteksi dini kanker
serviks tersebut melalui pemeriksaan pap smear atau IVA (inspeksi visual dengan
menggunakan asam acetat). Saat ini cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di
Indonesia melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5 %), padahal
cakupan “screening” yang efektif dalam menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian karena kanker serviks adalah 85 %.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker serviks sedini mungkin, IVA merupakan pemeriksaan serviks
dengan cara inspeksi secara langsung serviks setelah memulas serviks dengan larutan
asam asetat 3-5%. Berdasarkan kepada laporan WHO yang menyebutkan bahwa IVA
dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan
sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%.

Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan screening alternatif dari pap smear


oleh karena praktis, relatif cepat, murah, dan sangat mudah untuk dilaksanakan dengan
peralatan sederhana. Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat
serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas
dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diispeksi
secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal.

Anatomi dan histologi serviks

Gambar 1. Anatomi serviks

2
Serviks merupakan bagian terendah dari uterus yang menonjol ke vagina bagian
atas. Bagian atas vagina berakhir mengelilingi serviks sehingga serviks terbagi menjadi
bagian (supravaginal) dan bagian bawah (portio). Di anterior bagian batas atas serviks
yaitu ostium interna kurang lebih tingginya sesuai dengan batas peritoneum pada
kandung kemih. Kanalis servikalis berbentuk fusiformis dengan lubang kecil pada
kedua ujungnya, yaitu orifisium interna yang bermuara ke dalam uterus dan orifisium
eksterna yang bermuara ke dalam vagina.

Selama fase proliferasi siklus menstruasi, sekresi kelenjar serviks uteri adalah
encer berair. Jenis sekret ini mempermudah sperma melalui kanalis serviks masuk ke
dalam uterus. Sebaliknya, selama fase luteal (sekresi), siklus menstruasi dan kehamilan,
sekret kelenjar serviks menjadi kental dan membentuk sumbatan mukus di dalam
kanalis serviks uteri. Hal ini menghambat jalan sperma atau mikroorganisme dari
vagina ke dalam uterus.

Gambar 2. Anatomi serviks 2

Tujuan Pemeriksaan IVA

Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dengan mengetahui kelainan-


kelainan yang terjadi pada serviks.

3
Keuntungan

Keuntungan pemeriksaan IVA apabila dibandingkan dengan tes diagnosa


lainnya adalah pengerjaannya mudah, praktis, mampu dilaksanakan oleh seluruh tenaga
kesehatan yang berkompeten, dan alat bahan yang sesuai untuk pelayanan pada pusat
pelayanan kesehatan sederhana. Pemeriksaan IVA sama dengan tes lainnya yang
memberikan hasil pemeriksaan segera, sehingga penatalaksanaan dapat dilakukan
secepat mungkin.

Jadwal Pemeriksaan IVA

Program jadwal screening pada setiap wanita :

 Minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun


 Setiap 5 atau 10 tahun pada usia 35-55 tahun
 Setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun

Syarat Pemeriksaan IVA

 Sudah pernah melakukan hubungan seksual


 Tidak sedang haid
 Tidak sedang dalam masa kehamilan
 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

Tahapan Pemeriksaan IVA

Deteksi dini kanker leher rahim dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah
dilatih dengan pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam asetat yang
sudah di encerkan, berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi
abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal akan
berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite), yang
mengindikasikan bahwa leher rahim mungkin memiliki lesi prakanker.
Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat
menstruasi, dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Pemeriksaan IVA juga dapat

4
dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki ISR/IMS atau
HIV/AIDS.

Alat dan Bahan


1. Spekulum
2. Lampu
3. Larutan asam asetat 3-5%
 Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian diencerkan
menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asam cuka dicampur dengan 4
bagian air) Contohnya: 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 40 ml air akan
menghasilkan 50 ml asam asetat 5 %. Atau 20 ml asam cuka 25 % dicampur
dengan 80 ml air akan menghasilkan 100 ml asam asetat 5%.
 Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25 % diencerkan dengan air
dengan perbandingkan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7 bagian air)
Contohnya : 10 ml asam cuka 25% dicampur dengan 70 ml air akan
menghasilkan 80 ml asam asetat 3%
 Campur asam asetat dengan baik
 Buat asam asetat sesuai keperluan hari itu. Asam asetat jangan disimpan untuk
beberapa hari.
4. Kapas lidi
5. Sarung tangan
6. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan

Metode Pemeriksaan
1. Memastikan identitas , memeriksa status dan kelengkapan informed consent
klien.
2. Klien diminta untuk menanggalkan pakaiannya dari pinggang hingga lutut dan
menggunakan kain yang sudah disediakan
3. Klien diposisikan dalam posisi litotomi
4. Tutup area pinggang hingga lutut klien dengan kain
5. Gunakan sarung tangan
6. Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT

5
7. Masukkan spekulum dan tampakkan serviks hingga jelas terlihat
8. Bersihkan serviks dari cairan , darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih
9. Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut :
a. Terdapat kecurigaan kanker atau tidak :
 Jika ya, klien dirujuk , pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan . Jika
pemeriksaan adalah dokter ahli obstetri dan ginekologi , lakukan
biopsi
b. Jika tidak dicurigai kanker, identifikasi Sambungan Skuamo Kolumnar
(SSK) :
 Jika SSK tidak tampak , maka : dilakukan pemeriksaan mata
telanjang tanpa asam asetat, lalu beri kesimpulan sementara,
misalnya hasil negatif namun SSK tidak tampak. Klien
disarankan untuk melakukan pemeriksaan selanjutnya lebih cepat
atau pap smear maksimal 6 bulan lagi.
c. Jika SSK tampak, lakukan IVA dengan mengoleskan kapas lidi yang
sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke seluruh permukaan
serviks.
d. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah ada bercak putih
(acetowhite epithelium) atau tidak
e. Jika tidak (IVA negatif), jelaskan kepada klien kapan harus kembali
untuk mengulangi pemeriksan IVA.
f. Jika ada (IVA positif), tentukan metode tata laksana yang akan dilakukan

6
Empat langkah pemeriksaan IVA :

7
Penatalaksanaan IVA positif
Bila ditemukan IVA Positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi atau eksisi
LEEP / LLETZ.
 Krioterapi dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis obstetri dan ginekologi
atau konsultan onkologi ginekologi
 Elektrokauterisasi, LEEP/LLETZ dilakukan oleh dokter spesialis obstetri dan
ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi

IVA Positif
(lesi<75%, lesi < 2 mm di luar batas krioprob
termasuk ujung prob, tidak ada perluasan dinding
vagina ke dalam kanal di luar jangkauan krioprob)

Tawarkan Tawarkan pengobatan Tawarkan pengobatan


pengobatan segera setelah konseling waktu
kunjungan berbeda
Ibu tidak pindah ruang Ibu meninggalkan ruang
antara tes IVA dan pemeriksaan dan Ibu mendapat janji untuk
pengobatan. Dia harus mendapat konseling dan pengobatan
menerima konseling konseling di ruang yang pada hari lain atau di tempat
mengenai pengobatan berbeda. Setelah lain. Waktu kunjungan harus
sebelum tes dimulai dan konseling spesifik. Petugas harus
diberi kesempatan untuk selesai, dia dapat kembali mampu menghubungi ibu jika
bertanya atau memperkuat ke ruang ada perubahan jadwal atau
konseling di antara tes dan periksa/pengobatan untuk jika ibu tidak datang.
pengobatan. mendapat pengobatan.

Penatalaksanaan pasien yang dicurigai kanker


Bila ditemukan pasien yang dicurigai kanker serviks dilakukan biopsi. Jika
pemeriksaan patologi anatomi mengkonfirmasi terdapatnya kanker serviks maka dirujuk
maka dirujuk ke konsultan onkologi ginekologi untuk penatalaksanaan.

8
BAB III

KESIMPULAN

Pencegahan kanker serviks dapat dilakukan dengan melalukan pemeriksaan


kesehatan serviks secara dini (screening) karena gejala kanker serviks tidak terlihat
sampai stadium yang lebih parah. Pemeriksaan dengan menggunakan metode IVA
merupakan pemeriksaan untuk mencegah kanker serviks yang cukup efisien dan efektif
karena dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter umum
serta biaya lebih murah.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Mardjikoen P. Ilmu Kandungan. Ed.2. Wiknjosastro H, editor. Jakarta : Yayasan


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007. Hal. 380-394.
2. Juanda D, Kesuma H. Pemeriksaan Metode IVA untuk Pencegahan Kanker
Serviks. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. 2015:2(2);169-174.
3. Wantini NA, Indrayani N. Deteksi Dini Kanker Serviks dengan Inspeksi Visual
Asetat (IVA). Jurnal Ners dan Kebidanan. 2019:6(1);027-034.
4. Hasan RB, Armawan E, Arya IFD. Visual Inspection Test with Acetic Acid for
Cervical Cancer Screening : willingness and acceptability among reproductive
age and married woman. AMJ. 2018:5(2);98-104.

10

Anda mungkin juga menyukai