Anda di halaman 1dari 12

IVA, PAP SMEAR, LESI PRE KANKER

Referat

Oleh:
Ghina Efrilia Roza (19360055)
Gia Kurnia Wati (19360056)
Fidati Hanifa

Preceptor:
dr. Bambang Kurniawan., Sp.OG

KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RS PERTAMINA BINTANG AMIN LAMPUNG
PROGRAM PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDARLAMPUNG
2020
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan
kemampuan kepada penyusun sehingga penyusunan Referat yang berjudul “IVA,
PAP SMEAR, LESI PREKANKER” ini dapat diselesaikan.
Referat ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat dalam mengikuti dan
menyelesaikan kepaniteraan klinik SMF Obstetri dan Ginekologi di RS Pertamina
Bintang Amin Lampung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. dr. Bambang Kurniawan., Sp.OG selaku dokter pembimbing.
2. Para Bidan dan Pegawai di Bagian SMF Obstetri dan Ginekologi RS
Pertamina Bintang Amin Lampung.
3. Teman-teman sejawat dokter muda di lingkungan RS Pertamina Bintang
Amin Lampung.
Segala daya upaya telah di optimalkan untuk menghasilkan referat yang baik
dan bermanfaat, dan terbatas sepenuhnya pada kemampuan dan wawasan berpikir
penulis. Pada akhirnya penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
agar dapat menghasilkan tulisan yang lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata penulis mengharapkan referat ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca, khususnya bagi para dokter muda yang memerlukan panduan dalam
menjalani aplikasi ilmu.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Bandarlampung, Juli 2020.

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker serviks merupakan penyakit kanker perempuan yang


menimbulkan kematian terbanyak akibat penyakit kanker terutama di
negara berkembang. Diperkirakan dijumpai kanker serviks baru sebanyak
500.000 orang di seluruh dunia dan sebagian besar terjadi di negara
berkembang.4
Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human Papiloma
Virus (hPV). Dalam perkembangan kemajuan dibidang biologi molekuler
dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks disebabkan oleh virus hPV.
Banyak penelitian dengan studi kasus control dan kohort didapatkan
Risiko Relatif (RR) hubungan antara infeksi hPV dan kanker serviks
antara 20 sampai 70.2
Tanda-tanda dini kanker serviks mungkin tidak menimbulkan
gejala. Tanda-tanda dini yang tidak spesifik seperti sekret vagina yang
agak berlebihan dan kadang-kadang disertai dengan bercak perdarahan.4
Karena tidak spesifiknya tanda-tanda dini kanker serviks sangat
dianjurkannya skrining berkala. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) tes
merupakan alternatif skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah dan
praktis dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan tenaga kesehatan yang terlatih dan
berkompeten.3
Selain IVA, pap smear merupakan salah satu pemeriksaan sitologi
yang dapat mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel serviks yang
abnormal. IVA dan pap smear hanyalah skrining awal kanker serviks.
Untuk penegakkan diagnosis pasti perlu dilakukan biopsi serviks. Untuk
melihat lebih lanjut lesi-lesi pra kankernya.3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

2.1.1 Definisi

Merupakan alternative skrining untuk kanker serviks. Tes sangat mudah


dan praktis dilaksanakan, sehingga dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan non
dokter ginekologi, bidan praktek dan tenaga kesehatan yang terlatih dan
berkompeten. IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925). 3
2.1.2 Tujuan

Tujuannya adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia


sebagai salah satu metode skrining kanker mulut rahim. IVA tidak
direkomendasikan pada wanita pascamenopause, karena daerah zona
transisional seringkali terletak kanalis servikalis dan tidak tampak dengan
pemeriksaan inspekulo. IVA positif bila ditemukan adanya area berwarna putih
dan permukaannya meninggi dengan batas yang jelas di sekitar zona
transformasi.3
2.1.3 Prosedur

Prosedur pemeriksaan IVA sangat mudah dan sederhana. Pertama


lakukan inform konsen kepada pasien. Kedua, beri arahan kepada pasien untuk
posisi litotomi. Ketiga, masukkan secara perlahan spekulum steril pada vagina
pasien. Kemudian permukaan serviks diolesi dengan asam asetat 3-5%.3
2.1.4 Mekanisme

Ketika asam asetat diolesi di permukaan serviks, asam asetat akan


meningkatkan osmolaritas cairan extraselular. Terdapat 2 kemungkinan yang akan
terjadi, apabila sel normal cairan intraseluler tidak akan tertarik keluar sel, akan
tetapi apabila sel abnormal akan tertarik keluar ke arah extraseluler. Hal ini
menyebabkan membran collaps, inti sel melebar dan jarak antar sel akan semakin
dekat. Sehingga sinar ke epitel tidak dapat diteruskan ke stroma akan tetapi
dipantulkan ini mengakibatkan permukaan epitel berwarna putih.3

2.1.5 Interpretasi

Acetowhite positif: tampak bercak-bercak putih pada permukaan serviks


yang abnormal.

2.2 PAP SMEAR

2.2.1 Definisi

Pap Smear merupakan salah satu pemeriksaan sitologi yang dapat


mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel serviks yang abnormal.3

2.2.2 Tujuan

Tujuannya untuk mendeteksi sel-sel serviks yang abnormal sebagai deteksi


awal adanya kanker serviks.3

2.2.3 Prosedur

Prosedur pemeriksaan pap smear tidaklah susah. Pertama lakukan inform


konsen kepada pasien. Kedua, beri arahan kepada pasien untuk posisi litotomi.
Ketiga, masukkan secara perlahan spekulum steril pada vagina pasien.
Kemudian menggunakan spatula dengan ujung pendek diusap 360o pada
permukaan serviks, atau menggunakan cytobrush dimasukkan kedalam kanalis
servikalis dan diputar 180o searah jarum jam. Kemudian jaringan yang didapat
dioles di atas object glass, difiksasi dan diamati menggunakan mikroskop.3
2.3 Lesi Pre Kanker

2.3.1 Definisi

Perkembangan kanker invasive berawal dari terjadinya lesi neoplastic pada


lapisan epitel serviks, dimulai dari neoplasia intraepitel (NIS) 1, NIS 2, NIS 3,
atau karsinoma in situ (KIS).1

Pemeriksaan sitologi papsmear digunakansebagai skrining, sedangkan


pemeriksaan histopatologik sebagai konfirmasi diagnostik.1

2.3.2 Klasifikasi
2.3.3 Tatalaksana

Tatalaksana lesi prakanker disesuaikan dengan fasilitas kesehatan, sesuai


dengan kemampuan sumber daya manusia dan sarana prasarana yang ada.1

Pada tingkat pelayanan primer dengan sarana dan prasarana terbatas dapat
dilakukan program skrining atau deteksi dini dengan tes IVA. Skrining dengan
tes IVA dapat dilakukan dengan cara single visit approach atau see and treat
program, yaitu bila didapatkan temuan IVA positif maka selanjutnya dapat
dilakukan dengan pengobatan sederhana dengan krioterapi oleh dokter umu
atau bidan yang sudah terlatih.1

Pada skrining Papsmear, temuan hasil abnormal direkomendasikan untuk


konfirmasi diagnostic dengan pemeriksaan kolposkopi. Bila diperlukan maka
dilanjutkan dengan tindakan Loop Excision electrocautery procedure (LEEP)
atau Large Loop Excision of Transformation Zone (LLETZ) untuk kepentingan
diagnostik maupun sekaligus terapeutik.1

Bila hasil elektrokauter tidak mencapai bebas batas sayatan, maka bisa
dilanjutkan dengan tindakan konisasi atau histerektomi total. Temuan abnormal
hasil setelah dilakukan kolposkopi:

1. LSIL (low grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan


observasi 1 tahun.

2. HSIL (high grade squamous intraepithelial lesion), dilakukan LEEP dan


observasi 6 bulan.1

Berbagai metode terapi lesi prakanker serviks:

1. Terapi NIS dengan Destruksi Lokal Beberapa metode terapi destruksi lokal
antara lain: krioterapi dengan N2O dan CO2, elektrokauter, elektrokoagulasi,
dan laser. Metode tersebut ditujukan untuk destruksi lokal lapisan epitel serviks
dengan kelainan lesi prakanker yang kemudian pada fase penyembuhan
berikutnya akan digantikan dengan epitel skuamosa yang baru.1

a. Krioterapi Krioterapi digunakan untuk destruksi lapisan epitel serviks


dengan -12- metode pembekuan atau freezing hingga sekurang-kurangnya
-20oC selama 6 menit (teknik Freeze-thaw-freeze) dengan menggunakan gas
N2O atau CO2. Kerusakan bioselular akan terjadi dengan mekanisme: (1) sel‐
sel mengalami dehidrasi dan mengkerut; (2) konsentrasi elektrolit dalam sel
terganggu; (3) syok termal dan denaturasi kompleks lipid protein; (4) status
umum sistem mikrovaskular.1

b. Elektrokauter Metode ini menggunakan alat elektrokauter atau


radiofrekuensi dengan melakukan eksisi Loopdiathermy terhadap jaringan lesi
prakanker pada zona transformasi. Jaringan spesimen akan dikirimkan ke
laboratorium patologi anatomi untuk konfirmasi diagnostik secara
histopatologik untuk menentukan tindakan cukup atau perlu terapi lanjutan.1
c. Diatermi Elektrokoagulasi Diatermi elektrokoagulasi dapat
memusnahkan jaringan lebih luas dan efektif jika dibandingkan dengan
elektrokauter, tetapi harus dilakukan dengan anestesi umum. Tindakan ini
memungkinkan untuk memusnahkan jaringan serviks sampai kedalaman 1 cm,
tetapi fisiologi serviks dapat dipengaruhi, terutama jika lesi tersebut sangat
luas.1

d. Laser Sinar laser (light amplication by stimulation emission of


radiation), suatu muatan listrik dilepaskan dalam suatu tabung yang berisi
campuran gas helium, gas nitrogen, dan gas CO2 sehingga akan menimbulkan
sinar laser yang mempunyai panjang gelombang 10,6 u. Perubahan patologis
yang terdapat pada serviks dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penguapan
dan nekrosis. Lapisan paling luar dari mukosa serviks menguap karena cairan
intraselular mendidih, sedangkan jaringan yang mengalami nekrotik terletak di
bawahnya. Volume jaringan yang menguap atau sebanding dengan kekuatan
dan lama penyinaran.1
BAB III

KESIMPULAN

Tidak dapat disangkal bahwa kanker serviks merupakan masalah kesehatan di

dunia pada masa lalu, masa sekarang, dan tidak mustahil juga merupakan masalah

di masa yang akan datang. Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak

kedua pada wanita dan menjadi penyebab lebih dari 250.000 kematian pada 2005.

Kurang lebih 80% kejadian kematian terjadi di negara berkembang. Masalah ini

ditengarai dapat diatasi dengan upaya pokok menemukan lesi prakanker. Berbagai

upaya telah dilakukan untuk menemukan lesi prakanker dalam rangka melakukan

deteksi dini pada kanker serviks. Upaya-upaya yang dilakukan berupa papsmear,

inspeksi visual dengan asam asetat, dan lain sebagainya. Sayangnya, usaha untuk

menemukan lesi prakanker atau yang sering disebut sebagai usaha skrining masih

belum optimal. Selain belum optimalnya usaha skrining, terdapat pula masalah

dalam penatalaksanaannya. Jadi, setelah dilakukan deteksi dini pada kanker

serviks dan didapatkan lesi prakanker, permasalahannya adalah apakah

penatalaksanaannya selama ini sudah adekuat? Oleh karena itu, untuk

meningkatkan deteksi dini kanker serviks dapat diusulkan untuk dilakukan

program see & treat. Dalam hal ini, pasien yang datang ke fasilitas kesehatan

setelah dilakukan proses diagnosis dan didapatkan lesi prakanker dapat langsung

dilakukan tata laksana


DAFTAR PUSTAKA

1. Nasional, K.P.K., 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Kanker

Serviks. Indonesia: Kementrian Kesehatan RI.

2. Novak, E., 2007. Berek & Novak's gynecology. Lippincott Williams &

Wilkins

3. Penanggulanganan, K. and Nasional, K., Kanker Serviks

4. Sarwono, P. (2015). Buku Ajar Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai