Anda di halaman 1dari 17

Health Education

IVA TEST SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER CERVIX

Oleh:

Rafaela E.M Loho

210141010253

Masa KKM : 15 Agustus – 23 Oktober 2022

Supervisor Pembimbing:

dr. Bismarck Joel Laihad, Sp.OG(K)Onk

Residen Pembimbing:

dr. Ardin Toding

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

BAGIAN/SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2022
LEMBAR PENGESAHAN

Health Education dengan judul:

“IVA TEST SEBAGAI DETEKSI DINI KANKER CERVIX”

Telah dibacakan, dikoreksi dan disetujui pada 2022

untuk memenuhi syarat Kepaniteraan Klinik Madya

di Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT Manado

Oleh:
Rafaela E.M Loho
210141010253
Masa KKM: 15 Agustus-23 Oktober 2022

Mengetahui

Supervisor Pembimbing

dr. Bismarck Joel Laihad, Sp.OG(K)Onk

Residen Pembimbing

dr. Ardin Toding

i
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................3

A. Definisi IVA...............................................................................................................3

B. Keunggulan Tes IVA..................................................................................................3

C. Kekurangan Tes IVA..................................................................................................4

D. Manfaat Tes Iva..........................................................................................................4

E. Sasaran........................................................................................................................4

F. Prinsip Pemeriksaan IVA dengan KASIVO...............................................................5

G. Waktu Pelaksanaan Tes IVA......................................................................................5

H. Metode Pemeriskaan IVA...........................................................................................6

I. Penatalaksanaan Tes IVA Positif................................................................................9

BAB III PENUTUP.............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................11

LAMPIRAN.........................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

Kanker Serviks merupakan jenis kanker terbanyak yang ditemukan oleh Yayasan

Kanker Indonesia setelah kanker payudara. Menurut WHO, 490.000 perempuan didunia

setiap tahun didiagnosa terkena kanker serviks dan 80% berada di Negara Berkembang

termasuk Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada tahun 2018

angka kejadian kanker serviks di dunia mencapai 570.000 perempuan dan mengakibatkan

kematian pada sekitar 311.000 orang. Insidens kanker leher rahim di Indonesia sebesar 16

per 100.000 perempuan. Hampir semua kasus kanker serviks (99%) terkait dengan infeksi

human papillomavirus (HPV) risiko tinggi, virus yang sangat umum ditularkan melalui

kontak seksual.1–3

Penyebab dari kanker serviks diketahui 99,7% adalah virus Human Papiloma Virus

(HPV) sub tipe onkogenik, terutama sub tipe 16 dan 18 dari berbagai macam sub tipe lain.

Faktor risiko terjadinya kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia muda, bergonta-

ganti pasangan seksual, merokok, sosial ekonomi rendah, dan menderita penyakit menular

seksual.2,4

Kasus kejadian kanker serviks dapat ditekan dengan upaya pencegahan primer

seperti meningkatkan pemahaman masyarakat tentang kanker serviks, penyebab dan cara

pencegahannya melalui kegiatan penyuluhan masyarakat untuk menjalankan pola hidup

sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan imunisasi dengan vaksin HPV

dan deteksi dini kanker serviks melalui pemeriksaan pap smear atau Inspeksi Visual Asam

Asetat (IVA).5,6

Tahun 1985 WHO merekomendasikan suatu pendekatan alternatif bagi negara yang

sedang berkembang dengan konsep down staging terhadap kanker serviks, salah

1
satunya adalah dengan cara Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA). Pengolesan asam

asetat 3-5% pada serviks pada epitel abnormal akan memberikan gambaran bercak putih

yang disebut acetowhile. Gambaran ini muncul oleh karena tingginya tingkat kepadatan inti

dan konsentrasi protein. Hal ini memungkinkan pengenalan bercak putih pada serviks

dengan mata telanjang (tanpa pembesaran) yang dikenal sebagai pemeriksaan IVA. Cara

ini selain mudah dan murah, juga memiliki keakuratan sangat tinggi dalam deteksi lesi atau

lesi prakanker, yaitu mencapai 90%.6,7

Salah satu cara pencegahan kanker serviks yaitu dengan melalukan pemeriksaan

kesehatan serviks secara dini (skrining) karena gejala kanker serviks tidak terlihat sampai

stadium yang lebih parah. Pemeriksaan dengan menggunakan metode IVA merupakan

pemeriksaan untuk mencegah kanker serviks yang cukup efisien dan efektif karena dapat

dilakukan oleh tenaga kesehatan seperti perawat, bidan dan dokter umum serta biaya lebih

murah dan terjangkau. Mengingat kejadian kanker serviks yang sangat tinggi dan sangat

mempengaruhi kehidupan penderita dan keluarganya, maka dari itu peningkatan upaya

penanganan kanker serviks, terutama dalam bidang pencegahan dan deteksi dini sangat

diperlukan.8

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi IVA

Pada lesi prakanker akan tampak warna bercak putih yang disebut

acetowhite epitelium. Epitel serviks dengan NIS (neoplasia intraepitel serviks)

tingkat tinggi atau kanker invasif mengandung sel- sel dengan inti besar dan

protein inti yang berlimpah sehingga saat diberi asam asetat terjadi dehidrasi

seluler dan koagulasi protein seluler yang menyebabkan epitel tampak putih

karena cahaya tidak dapat melewati lapisan protein yang terkoagulasi.6,9 Setelah

serviks dipulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks

yang dapat diamati secara langsung dan dapat dinilai sebagai normal atau

abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat

perubahan pada jaringan epitel. Bila terdapat kelainan di serviks akan timbul

plak putih yang bisa dicurigai sebagai lesi prakanker serviks.7

B. Keunggulan Tes IVA

Yang menjadi keunggulan dalam pemeriksaan IVA ialah

- Mudah dilaksanakan

- Bahan dan alat yang sederhana dan murah

- Sensitivitas cukup tinggi

- Dapat dilakukan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan

- Sesuai untuk pusat pelayanan sederhana

3
- Kinerja tes sama dengan tes lain

- Memberikan hasil segera sehingga dapat diambil keputusan mengenai

penatalaksanaannya oleh semua tenaga medis terlatih.10,11

C. Kekurangan Tes IVA

- Spesifitas rendah, sehingga berisiko overtreatment

- Tidak cocok untuk skrining pada perempuan pasca menopause

- Belum ada standarisasi

- Seringkali perlu training ulang untuk tenaga kesehatan.11

D. Manfaat Tes Iva

- Mendeteksi lesi prakanker

- Jika prakanker atau kanker dapat diketahui maka dapat dilakukanupaya

pengobatan sejak dini

- Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada wanita akibat kanker

serviks.11

E. Sasaran

Melihat dari perjalanan penyakit kanker serviks, kelompok sasaran skrining

kanker serviks adalah :

- Perempuan yang sudah pernah melakukan hubungan seksual

- Perempuan berusia 30 - 50 tahun

- Perempuan yang menjadi klien pada klinik IMS dengan discharge (keluar

cairan) dari vagina yang abnormal atau nyeri pada abdomen bawah

(bahkan jika di luar kelompok usia tersebut)

- Perempuan yang mendatangi Puskesmas, klinik IMS, dan klinik KB

dianjurkan untuk skrining Kanker serviks.10

4
F. Prinsip Pemeriksaan IVA dengan KASIVO

1. KA = Pastikan bukan kanker

2. S = SSK tampak jelas

3. IV = Lakukan pemeriksaan IVA

4. O = Obati apabila < 2 kuadrat (Krioterapi)

Gambar 1. Pemeriksaan IVA.12

5
G. Waktu Pelaksanaan Tes IVA

Seorang perempuan yang mendapat hasil tes IVA-negatif, harus menjalani

skrining 3 - 5 tahun sekali. Mereka yang mempunyai hasil tes IVA-positif dan

mendapatkan pengobatan, harus menjalani tes IVA berikutnya enam bulan

kemudian.4

Target skrining: wanita sudah menikah


TINGKAT KOMUNITAS usia 30-50 tahun

TINGKAT YANKES
PRIMER/SEKUNDER
Konseling tentang kanker mulut rahim,
penyebab, faktor risiko, deteksi dini dan
penanganannya

Tes IVA

IVA (-) IVA (+) Curiga Kanker

Diulang 3-5
tahun

Luas lesi <75%


Luas lesi >75%

Krioterapi

Kontrol skrining
tiap tahun Rujuk ke RS/ Obsgin

Bagan 1. Algoritma diagnosis deteksi dini dan tatalaksana (program skrining).13

6
H. Metode Pemeriskaan IVA

Deteksi dini kanker serviks dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih dengan

pemeriksaan secara visual menggunakan asam asetat yang sudah diencerkan,

berarti melihat leher rahim dengan mata telanjang untuk mendeteksi

abnormalitas setelah pengolesan asam asetat 3-5%. Daerah yang tidak normal

akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi plak putih (acetowhite),

yang merupakan indikasi bahwa pada leher rahim terdapat lesi prakanker.

Acetowhite terjadi karena asam asetat menginduksi dehidrasi seluler dan

koagulasi protein seluler, menyebabkan epitel tampak putih. Sebagian besar sel

dalam lesi NIS (neoplasia intraepitel serviks) ialah normal sehingga epitel

tampak tipis acetowhite. sedangkan kanker invasif memiliki jumlah protein

seluler dan sel abnormal yang tinggi sehingga setelah penggunaan asam asetat

akan terlihat gambaran plak putih kapur yang padat.4,9

Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat

menstruasi, dan saat asuhan nifas atau pasca keguguran. Pemeriksaan IVA juga

dapat dilakukan pada perempuan yang dicurigai atau diketahui memiliki

ISR/IMS atau HIV/AIDS.4

Alat dan Bahan:

1. Spekulum

2. Lampu

3. Larutan asam asetat 3-5%

a. Dapat digunakan asam cuka 25% yang dijual di pasaran kemudian

diencerkan menjadi 5% dengan perbandingan 1:4 (1 bagian asamcuka

7
dicampur dengan 4 bagian air). Contohnya: 10 ml asam cuka 25%

dicampur dengan 40 ml air akan menghasilkan 50 ml asam asetat 5%.

Atau 20 ml asam cuka 25% dicampur dengan 80 ml air akan

menghasilkan 100 ml asam asetat 5%.

b. Jika akan menggunakan asam asetat 3%, asam cuka 25% diencerkan

dengan air dengan perbandingan 1:7 (1 bagian asam cuka dicampur 7

bagian air). Contohnya: 10 ml asam cuka 25% di campur dengan 70 ml

air akan menghasilkan 80 ml asam asetat 3%.

c. Campur larutan asam asetat dengan baik

d. Buat larutan asam asetat sesuai keperluan saat itu. Asam asetat jangan

disimpan untuk beberapa hari.

4. Kapas lidi

5. Sarung tangan

6. Larutan klorin untuk dekontaminasi peralatan.4

Metode Pemeriksaan:

1. Memastikan identitas, memeriksa status dan kelengkapan informed consent

pasien.

2. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih, membilas daerah

genitalia, menanggalkan pakaian dari pinggang hingga lutut dan

menggunakan kain penutup yang sudah disediakan.

3. Pasien diposisikan dalam posisi litotomi.

4. Tutup area pinggang hingga lutut pasien dengan kain.

5. Gunakan sarung tangan.

6. Bersihkan genitalia eksterna dengan air DTT.

8
7. Aplikasikan gel pada spekulum, masukkan spekulum dan identifikasi

serviks hingga jelas terlihat.

8. Bersihkan serviks dari cairan, darah, dan sekret dengan kapas lidi bersih.

9. Periksa serviks sesuai langkah-langkah berikut:

a. Terdapat kecurigaan kanker atau tidak

o Jika ya, pemeriksaan tes IVA dilanjutkan kemudian pasien

dirujuk. Bila pemeriksa adalah dokter ahli obstetrik dan

ginekologi, lakukan biopsi.

b. Jika tidak, identifikasi sambungan skuamosa kolumnar (SSK).

o Jika SSK tidak tampak, maka dilakukan pemeriksaan dengan

mata telanjang tanpa asam asetat, lalu beri kesimpulan

sementara, misalnya hasil negatif namun SSK tidak tampak.

Pasien bisa disarankan untuk melakukan pemeriksaan

selanjutnya atau pap smear maksimal dalam waktu 6 bulan.

o Jika SSK tampak, lakukan tes IVA dengan mengoleskan kapas

lidi yang sudah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5% ke

seluruh permukaan serviks.

c. Tunggu hasil IVA selama 1 menit, perhatikan apakah timbul bercak

putih (acetowhite epithelium) atau tidak.

o Jika hasil IVA negatif, berikan edukasi pada pasien untuk


mengulangi pemeriksaan IVA.

o Jika hasil IVA positif, tentukan apakah lesi tersebut dapat


dilakukan krioterapi atau tidak.

10. Keluarkan spekulum.

9
11. Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam

tempat sampah medis yang tahan bocor, sedangkan alat-alat yang dapat

digunakan Kembali, direndam dalam larutan klorin 0.5% selama 10 menit

untuk dekontaminasi.

12. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien, kapan harus melakukan

pemeriksaan Kembali, serta rencana tatalaksana lanjutan bila diperlukan.4

I. Penatalaksanaan Tes IVA Positif

Bila ditemukan IVA positif, dilakukan krioterapi, elektrokauterisasi, atau

eksisi LEEP/LLETZ. Krioterapi dapat dilakukan oleh dokter umum, dokter

spesialis obstetri dan ginekologi, atau konsultan onkologi ginekologi.

Elektrokauterisasi dan LEEP/LLETZ hanya dilakukan oleh dokter spesialis

obstetri dan ginekologi atau konsultan onkologi ginekologi.4

10
BAB III

PENUTUP

Kanker serviks disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV), faktor risiko

terkena kanker serviks adalah pola hidup seksual yang kurang sehat seperti aktivitas

seksual di usia dini, bergonta-ganti pasangan dan lain-lain. Kanker serviks dapat dicegah

dengan menghindari faktor risiko terinfeksi HPV atau dengan melakukan pemeriksaan

kesehatan serviks secara dini melalui skrining dengan pemeriksaan yang dianjurkan.

Pemeriksaan dengan metode IVA merupakan pemeriksaan untuk mencegah kanker

serviks yang cukup efisien dan efektif karena dapat dilakukan oleh tenaga medis seperti

perawat, bidan, dan dokter umum serta biaya yang cukup murah.

11
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization, 2018. Cervical Cancer.

2. Juanda D, Kesuma H. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)

untuk Pencegahan Kanker Serviks. 2015

3. Parapat F, Susanto H, Saraswati L. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan

Perilaku Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Metode Inspeksi Visual Asam Asetat Di

Puskesmas Candiroto Kabupaten Temanggung. J Kesehat Masy. 2016;4(4):363–70.

4. Kementerian Kesehatan RI. (2015). Program Nasional Gerakan Pencegahan Dan

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim Dan Kanker Payudara. KementerianKesehatan

RI, (April), 1–47.

5. Desby Juanda Hk. Pemeriksaan Metode Iva (Inspeksi Visual Asam Asetat) Untuk

Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kedokteran Dan Kesehatan,. 2015;2(2):169–

74.

6. Mardiana, Kartini A, Widjasena B. Media Medika. Pemberian Cairan Karbohidrat

Elektrolit, Status Hidrasi dan Kelelahan pada Pekerja Wan. 2012;46(14):6–11.

7. Dian Nintyasari Mustika. Penyuluhan Dan Pemeriksaan Iva Tes Pada Komunitas

Paralegal Wilayah Morodemak Dan Guntur, Demak. The 2nd UniversityResearch

Coloquium. 2015;

8. Sriwijaya Jp, Untuk M, Masyarakat K, Upaya I, Kanker P, Melalui S, Et Al.

13
Pemeriksaan Metode Iva (Inspeksi Visual Asam Asetat) Di Wilayah Kerja

Puskesmas Kenten Palembang.

9. Mittal S, Basu P, Lucas E. Atlas of visual inspection of the cervix with acetic acid

for screening, triage, and assessment for treatment: IARC CancerBase No. 16. 2020;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Nomor 34 Tahun 2015Tentang

Penanggulangan Kanker Payudara Dan Kanker Leher Rahim.

11. Marliana Yunita. Akurasi Metode Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat/Iva Untuk

Deteksi Dini Kanker Leher Rahim. Jurnal Kesehatan Prima. 2014

12. Panduan program nasional gerakan pencegahan dan deteksi dini kanker leher

rahim dan kanker payudara. 2015

13. Komite Penanggulangan Kanker Nasional Kementerian Kesehatan RI.

Panduan Penatalaksanaan Kanker Serviks.

13
LAMPIRAN

14

Anda mungkin juga menyukai