Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-NYA kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Deteksi Dini Gangguan Kesehatan Reproduksi Yang Sering Terjadi ” sebagai
tugas Mata Kuliah Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana.

Penulis masih menerima dengan tangan terbuka terhadap kritik dan saran dari pihak
yang peduli terhadap makalah ini agar menjadi bahan perbaikan dikemudian hari. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Ternate, November 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 2

BAB I ......................................................................................................................................... 3

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3

A. LATAR BELAKANG ................................................................................................... 3

B. RUMUSAN MASALAH............................................................................................... 3

C. TUJUAN ........................................................................................................................ 3

BAB II ....................................................................................................................................... 4

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4

A. DETEKSI DINI KANKER SERVIKS ........................................................................ 4

1. INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) ......................................................... 5

2. PAP SMEAR ............................................................................................................ 11

B. DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA/MAMMAE ............................................ 17

1. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) ........................................ 18

C. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) ............................................................ 23

D. UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF ................................................................ 27

BAB III.................................................................................................................................... 33

PENUTUP ............................................................................................................................... 33

A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 33

B. SARAN ......................................................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 34

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mendeteksi dini gangguan kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan berbagai
cara, misalnya dengan tes pap smear ataupun IVA untuk mendeteksi adanya penyakit
kanker serviks dan tes SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri) untuk mendeteksi
adanya penyakit kanker payudara. Dengan demikian kita dapat mengetahui gangguan
kesehatan reproduksi seorang wanita.

Penyakit menular seksual atau Sexual Transmitted Diseases adalah penyakit yang
ditularkan melalui perilaku seksual, seperti hubungan seksual, se oral, dan sex anal.

Upaya promotif dan preventiv yang disebut juga upaya pencegahan adalah segala
kegiatan yang dilakukan baik langsung mupun tidak langsung untuk mencegah suatu
masalah kesehatan atau penykit. Pencegahan berhubungan dengan masalah kesehatan
atau penyakit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana deteksi dini kanker serviks ?
2. Bagaimana deteksi dini kanker payudara/mamae ?
3. Bagaimana Penyakit Menular Seksual (PMS) ?
4. Bagaimana upaya promotif dan preventif ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui deteksi dini kanker serviks.
2. Mengetahui deteksi dini kanker payudara/mammae.
3. Mengetahui Penyakit Menular Seksual (PMS) .
4. Mengetahui upaya promotif dan preventif.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. DETEKSI DINI KANKER SERVIKS


Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker yang sering menyerang wanita,
ditandai dengan adanya sel ganas di jaringan tersebut. Penyakit ini menduduki urutan kedua
sebagai penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan 90-100
kasus kanker baru di antara 100.000 penduduk per tahunnya atau 180.000 kasus baru
pertahunnya (Kasdu, 2005: 53).

Pap smear merupakan suatu cara deteksi dini kanker serviks sederhana yang paling
populer dan merupakan standar pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks. Meskipun
cara ini cukup sederhana, di negara berkembang pada umumnya dan Indonesia pada
khususnya masih banyak kendala untuk bisa melakukan pemeriksaan Pap test ini secara luas
sebagai cara deteksi dini kanker serviks. Tetapi, musti diketahui bahwa ada metode selain pap
smear yang dapat dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker serviks.Inspeksi Visual dengan
Asam Asetat atau yang lebih dikenal dengan IVA, merupakan metode yang dapat digunakan
juga untuk deteksi dini kanker serviks. Metode ini memeriksa serviks dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) serviks setelah memulasnya dengan larutan asam asetat 3-
5%. Tujuan dari IVA yakni untuk mengurangi morbiditas (keparahan penyakit) atau
mortalitas (kemungkinan kematian) dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-
kasus yang ditemukan, dan untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada serviks.

Kesadaran/pengetahuan wanita yang masih rendah tentang deteksi dini, keadaan


sosial, ekonomi dan pendidikan yang rendah merupakan faktor risiko terjadinya kanker
serviks. Hal ini merupakan masalah yang sulit di negara kita, apalagi ditambah kultur yang
mempersulit untuk bisa melakukan pemeriksaan serviks. Sebagian besar penderita baru
memeriksakan diri bila sudah ada rasa nyeri atau perdarahan yang cukup banyak, yang
tentunya sudah ada pada stadium lanjut.

4
1. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)
1) Pengertian IVA

IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin. IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (seviks)
dengan cara melihat langsung ( dengan mata telanjang) leher rahim setelah leher rahim di
proses dengan larutan asam asetat 3%-5%.

Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat prakanker (high-grade precanceraus lesions) dengan sensitifitas sekiar 66-96%
dan spefisitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predektive value) dan
nilai prediksi negatif (negative predektive value) masing-masing antara 10-20% dan 92-
97% (wijaya delia, 2010) pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatif
dari pap smear karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk di laksanakn dan
perelatan sederhana serta dapat di lakuak oleh tenaga kesehatan selian dokter ginekologi.

2) Tujuan pemeriksaan IVA


a) Deteksi dini kanker serviks /skrining.
b) Menurangi morbiditas atau mortalitas daari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang di ketemukan.

3) Indikasi

Semua wanita dianjurkan untuk melakukan tes kanker, skrining kanker leher rahim di
lakuakan pada semua wanita yang memiliki faktor resiko yaitu:

a) Wanita usia muda yang pernah melkukan hubungan seksual usia<20 tahun.
b) Memiliki banyak pasangan seksual.
c) Riwayat pernah mengalami IMS (infeksi Menular Seksual)
d) Ibu atau saudara yang memiliki kanker serviks.
e) Hasil pap smear sebelumnya yang tidak normal.
f) Wanita yang terlalu sering melahirkan
g) Wanita perokok(rasdidi, 2008).

Pada wanita pascamenepouse tidak direkomendasikan, karena daerah zona transional


seringkali terletak pada krenalis servikalis dan tidak tampak dengan pemeriksaan
inspekulo (rasjidi, 2010).

5
4) Keunggulan pemeriksaan IVA
a) Mudah, praktis dan sangat mampu laksana
b) Butuh bahan dan alat dan sederhana dan murah
c) Sensivitas dan spesifiskitas cukup tinggi
d) Dapat di laksankn oleh tenagga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat di
lakukan oleh bidan disetiap tempat pemerksaan ibu atau di lakukan oleh semua
tenagga medis terlatih
e) Alat-alat yang di butuhkan dan teknik pemeriksaan dengan metode skrining IVA
sesuai untuk pusat pelayanan sederhana
f) Kinerja tes sama dengan tes lain
g) Pemberian hasil segera sehingga dapat di ambil keputusan mengenai
penatalaksaanannya

5) Wanita yang dianjurkan pemeriksaan IVA


a) Wanita yang telah melakukan aktivitas sesuai sebelum usia 18 tahun
b) Mereka yang memiliki banyak pasangan dan saling bergontak-gantik dalam
melakukan hubungan seks
c) Mereka yang memiliki gangguan inveksi kelamin yang di tularkan melalui
hubungan seksual
d) Berhubungan dengan pria yang sering bergontak-gantik pasangan
e) Bu atau saudara kandung yang menderita kangker leher rahim
f) Perokok aktif maupun pasif
g) Hasil pemeriksaan IVA di nyatakan abnormal
h) Penurunan kekebalan tubuh atau pun penggunaan kartikosteroid dalam jangka
i) Memberikan hasil segera sehingga dapat di ambil keputusan ,mengenai
pelaksanaan

6) Jadwal pemeriksaan IVA (WHO)


a) Skrining pada setiap wnita minimal 1x pada usia 35-55 tahun.
b) Pada usia 35-55 tahun lakukan tiap 10 tahun atau kalau fasilitas lebih lakukan tiap
5 tahun sekali
c) Ideal dan optimal pemeriksaan di lakukan setip 1 tahun sekali dan bila hasil
negatif (-) adalah 5 tahun sekali 3 tahun sekali pada wanita usia 25-60 tahun

6
d) Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang signifikan
e) Di indonesia anjuran dilakukan tes IVA bila hasil positiv (+).

7) Syarat Mengikuti Tes IVA


a) Sudah pernah melakukan hubungan seksual
b) Tidak sedang datang bulan atau haid
c) Tidak sedang hamil
d) 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

8) Teknik Pemeriksan Inspeksi Visual Asam Asetat


a. Pemeriksaan atau skrining IVA

Pemeriksaan iva (Inspeksi Visual Asam Asetat) pertama kali dikenalkan oleh Hinselmam
tahun 1925, sampai sekarang pemeriksaan ini sering digunakan untuk deteksi dini kanker
serviks. Metode ini memeriksa serviks dengan cara melihat langsung setelah serviks dioles
dengan asam asetat 3-5 %. Pemeriksaan ini mudah dilaksanakan dengan alat yang sangat
sederhana dan bisa dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan serta hasil pemeriksaan dapat
diketahui pada saat itu juga.

b. Penilaian hasil pemeriksaan IVA


Ada beberapa penilaian hasil pemeriksaan IVA salah satu penilaian hasil yang dapat
dipergunakan adalah:
a) IVA Negatif = Serviks normal.
b) IVA Radang = Serviks dengan radang (Servisitis, atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
c) IVA Positif = ditemukan bercak putih (Oceto with epitelium) kelimpik ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis serviks prakanker (Dispalsia Ringan – sedang – berat
atau kanker serviks in situ).
d) IVA – kanker serviks pada tahapan inipun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium infasif dini.

7
c. Persiapan pemeriksaan IVA
Persiapan ruangan
a) Tersedia ruangan tertutup
b) Ruangan mempunyai penerangan yang mampu memfasilitasi proses pemeriksaan
IVA
c) Bila ruangan digunakkan dengan pemeriksaan lain harus ada penyekat antara ruangan
yang dapat memberikan rasa nyaman dan menghindarkan rasa malu dari klien
Persiapan klien

a) Klien telah diberikan penjelasan tentang prosedur pemeriksaan IVA.


b) Klien sudah menanda tangan persetujuan tindakan (inform consent).
c) Klien dipersilahkan untuk mengosongkan kandung kencingnya terlebih dahulu.
d) Klien menyiapkan diri dengan membuka pakaian bawahnya.
e) Klien dipersilahkan naik di atas meja pemeriksaan (meja gynecologie) dengan
litotomi.

8
DAFTAR TILIK PEMERIKSAAN IVA

(INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT)

Petunjuk pengisian dengan cara memberikan tanda (V) pada langkah kegiatan yang saudara
kerjakan.

TINDAKAN TS 1 2 3
Persetujuan Tindakan
1. Perkenalkan diri anda sebagai petugas yang akan melakukan
tindakan.
2. Jelaskan tindakan dan tujuan tes IVA.
3. Buat persetujuan tindakan dan dokumentasikan dalam status
klien.
Persiapan Alat
1. Tempat tidur ginekologi
2. Lampu sorot
3. Speculum cocor bebek
4. Asam asetat (3-5%)
5. Sarung tangan
6. Tempat berisi larutan dekontaminasi (chlorine 0,5%)
7. Tempat sampah infeksi
8. Swab-lidi kapas
9. Kapas dan cairan DTT untuk vulva hygiene
Prosedur Tindakan
1. Mencuci tangan dengan benar
2. Mempersilahkan pasien untuk tidur di atas meja ginekologi
dalam posisi litotomi
3. Masukan speculum ke dalam vagina sampai porsio
4. Kunci speculum
5. Celupkan swab- lidi kapas ke dalam cairan asam asetat
6. Usap seluruh permukaan porsio searah jarum jam dengan
menggunakan swab – lidi kapas tersebut.
7. Lakukan inspeksi seluruh permukaan porsio secara teliti dengan
bantuan lampu sorot.
8. Lepaskan kunci speculum
9. Keluarkan speculum dari vagina

9
10. Masukan speculum ke dalam larutan chlorine 0,5%
11. Masukan swab-lidi kapas ke dalam wadah terinfeksi
12. Cuci sarung tangan, lepaskan, dan rendam dalam larutan
chlorine 0,5%
13. Cuci tangan pemeriksa dan keringkan dengan handuk
14. Dokumentasikan hasil tes IVA, bila perlu buat surat
rujukan/konsultasi bila ada kelainan.

10
2. PAP SMEAR
1) Pengertian

Pap Smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai bertahun-tahun
lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher rahim (Fitria,
2007). Pap Smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem alat
kandungan wanita (Lestadi, 2009).

2) Tujuan tes Pap Smear menurut Sukaca 2009 adalah:


a. Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi
kanker serviks.
b. Alat untuk mendeteksi adanya gejala prakanker leher rahim bagi seseorang yang
belum menderita kanker.
c. Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim.
d. Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

3) Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu:


a. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui pemeriksaan
pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina yang berasal dari
dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
b. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa dengan
pemeriksaan papsmear. Baik peradangan akut maupun kronis. Sebagian besar
akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada sediaan papsmear sesuai
dengan organisme penyebabnya. Walaupun kadang-kadang ada pula organisme
yang tidak menimbulkan reaksi yang khas pada sediaan papsmear.
c. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang sebagian
merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ tersebut. Pada
umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina dan serviks, sulit
diidentifikasi dengan papsmear, sehingga berdasarkan perubahan yang ada pada
sel tersebut, dapat diperkirakan organisme penyebabnya.
d. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker leher rahim
dini atau lanjut (karsinoma/invasif).

11
Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat pemeriksaan
untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher rahim. Pap smaer yang
semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini
telah diakui sebagai alat diagnostik prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh
dengan ketepatan diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi
tidak dapat menggantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti
diagnosis. Hal itu berarti setiap diagnosik sitologi kanker leher rahim harus
dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi jaringan biobsi leher rahim,
sebelum dilakukan tindakan sebelumnya.
e. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan endokrin.
Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim yang telah diobati
dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada kasus kanker yang telah
dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker atau kanker leher rahim yang telah
diobati dengan elekrokauterkriosurgeri, atau konisasi.

4) Faktor-faktor yang mempengaruhi papsmear


a. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan pada usia
35-55 tahun dan memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker leher rahim.
Semakin tua umur seseorang akan mengalami proses kemunduran, sebenarnya
proses kemunduran itu tidak terjadi pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ
tubuh. Semua bagian tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih
lama kemungkinan jatuh sakit (Fitria, 2007).
b. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan pada sel-sel
mulut rahim, hal ini karena ketidakmampuan melakukan papsmear secara rutin
(Fitria, 2007).
c. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang dapat hidup.
Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak persalinan terlampau
dekat mempunyai risiko terhadap timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada
leher rahim. Jika jumlah anak menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel
pada mulut rahim yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria, 2007).
12
d. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami perubahan sel-
sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-sel rahim masih belum
matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan terhadap zat-zat kimia yang dibawa
oleh sperma dan segala macam perubahannya, jika belum matang, bisa saja ketika
ada rangsangan sel yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga
kelebihan sel ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker (Fitria, 2007).

5) Wanita yang dianjurkan tes papsmear

Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes papsmear biasanya mereka yang tinggi
aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak
mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri, berikut ini adalah wanita-wanita
sasaran tes papsmear (Sukaca, 2009) yaitu:

a. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum
menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
b. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual atau pernah
menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
c. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
d. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
e. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
f. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita
risiko tinggi harus lebih sering menjalankan papsmear.
g. Sesering mungkin jika hasil papsmear menunjukkan abnormal, sesering mungkin
setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker serviks.

6) Tempat pemeriksaan Pap Smear menurut Sukaca 2009 dapat dilakukan di:
a. Rumah sakit pemerintah.
b. Rumah sakit swasta.
c. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau.
d. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas papsmear.

Bila hasil pada pasien Pap Smear ternyata positif, maka harus dilanjutkan dengan
pemeriksaan biobsy terarah dan patologi. Pap Smear sudah dapat menemukan kanker

13
leher rahim. Meskipun masih ada tingkat prakanker (stadium dini). Dengan pemeriksaan
ini bisa memberikan harapan kesembuhan 100%. Sebaliknya pada penderita yang datang
terlambat, harapan untuk sembuhpun terlampau sulit.

7) Syarat Pengambilan Bahan

Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker dan kanker
leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang akurat bila memenuhi syarat
(Romauli dan Vindari, 2011) yaitu:

a. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.


b. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu di luar masahaid, yaitu
sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa pramenstruasi.
c. Apabila klien mengalami gejala perdarahan di luar masa haid dan dicurigai
penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus dibuat saat itu
walaupun ada perdarahan.
d. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai pengobatan.
e. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan vagina
dengan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau melakukan hubungan seks
sekurang-kurangnya 24 jam, sebaiknya 48 jam.
f. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja.

8) Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011)

Dilakukan di atas hanya 5% perempuan di Indonesia yang bersedia melakukan


pemeriksaan pap smear banyak kendala. Hal tersebut terjadi antara lain:

a. Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.


b. Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.
c. Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
d. Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan serta tenaga ahli sitologi.

9) Syarat Pendeteksian Pap Smear

Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear menurut
(Sukaca, 2009) yaitu:

14
a. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum menstruasi
sebelumnya.
b. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas
seksualnya.
c. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum pengambilan
bahan pemeriksaan.
d. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam 24 jam
sebelumnya.
e. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan pap smear.

10) Pengelompokan papsmear


Pengelompokan atau Pengklasifikasian papsmear (Sukaca, 2009) yaitu:
a. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun lagi.
b. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan nonspesifik, terkadang disertai
dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik ringan.
Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatannya disesuaikan dengan
penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang
setelah pengobatan.
c. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat, periksa ulang
dilakukan setelah pengobatan.
d. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
e. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas.

11) Faktor-faktor yang mempengaruhi (Sukaca, 2009) antara lain:


a. Cara pengambilan cairan yang tepat.
Pengambilan cairan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yaitu bisa terjadi
kegagalan skrining (15%), interpretasi (23%), dan angka positif palsu (3-15%).

15
b. Petugas kesehatan
Kadang kala petugas kesehatan dapat salah tafsir dalam menginterpretasikan data.
Kesalahan tersebut di antaranya:
1) Kadang kala petugas kesehatan tidak mampu memberikan pelayanan dan
memberikan jawaban yang baik.
2) Petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan tes abnormal papsmear.
3) Petugas tidak dapat mengindikasikan sel abnormal.
c. Laboratorium
Di dalam laboratorium juga dapat terjadi kesalahan, kesalahan yang lazim
dilakukan dalam laboratorium adalah sebagai berikut:
1) Laboratorium gagal dalam mendeteksi sel abnormal.
2) Kegagalan dalam melaporkan kualitas cairan yang tidak memuaskan.
3) Laboratorium tidak mau melakukan pengulangan.
4) Cairan fiksasi tidak menggunakan alkohol 95%.
5) Cairan terlalu kering dan tipis.
d. Petugas Laboratorium
Terkadang petugas laboratorium juga melakukan suatu kesalahan antara lain:
1) Cara petugas laboratorium tidak sesuai dengan prosedur.
2) Reagen yang dipakai sudah kadaluwarsa.
3) Keterampilan dan ketelitian petugas diragukan.
e. Waktu pengambilan yang tepat
Waktu pemeriksaan Pap Smear yang tepat adalah saat Anda telah menikah. Begitu
halnya pada wanita yang memiliki tingkat seksualitas yang tinggi. Tes ini
dianjurkan agar wanita dapat terbebas dari penyakit kanker leher rahim yang
ganas.

Histologi Daerah Perbatasan Leher Rahim

Secara histologis, leher rahim dilapisi oleh satu lapis sel epitel kolumner yang biasa
disebut dengan sel endoserviks dan kelenjar, sedangkan mulut rahim (ektoserviks)
dilapisi epitel berlapis pipih dan jaringan ikat di bawahnya. Tempat pertemuan kedua
jenis epitel tersebut dinamakan squamocolumnairjunction (SCJ). Daerah inilah yang
harus diperhatikan secara khusus di dalam pengambilan spesimen Pap Smear mengingat
hampir seluruh keganasan serviks berasal dan daerah perbatasan ini. Pada bagian lain
akibat rangsangan dan peradangan, sel-sel endoserviks dapat berubah menjadi sel-sel

16
metaplastik. Sehingga sediaan Pap Smear yang adekuat harus mengandung sel-sel epitel
skuamosa, sel-sel endoserviks dan atau sel metaplastik.

Syarat Pengambilan Bahan Pemeriksaan Pap Smear

Penggunaan metode Pap Smear untuk Deteksi Dini Lesi Prakanker dan Kanker
Serviks, untuk mendapatkan interpretasi yang akurat diperlukan beberapa syarat sebagai
berikut:

a) Bahan pemeriksaan harus berasal dari portio serviks (sediaan servikal) dan
mukosa endoserviks (sediaan endoservikal).
b) Pengambilan Pap Smear dapat dilakukan setiap waktu di luar masa haid yaitu
sesudah hari siklus haid ke tujuh sampai masa premenstruasi.
c) Apabila penderita mengalami gejala perdarahan di luar masa haid dan dicurigai
disebabkan oleh kanker serviks maka sediaan papsmear harus dibuat saat itu juga.
d) Alat-alat yang digunakan sedapat mungkin yang memenuhi syarat untuk
menghindari hasil pemeriksaan negatif atau tidak akurat.

B. DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA/MAMMAE


Kanker payudara dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia dan golongan, wanita
bahkan pria. Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker leher rahim di
antara kanker yang menyerang wanita di Indonesia. Semakin cepat kita dapat mendeteksi
terjadi kanker, semakin baik pula harapan kesembuhannya. Demikian pula halnya dengan
kanker payudara. Karena itu, jangan segan untuk melakukan pemeriksaan sedini mungkin.
Mencegah selalu lebih baik daripada mengobati. Karena itu, coba kenali dan pahami
payudara Anda. Terdapat beberapa cara untuk melakukan pemeriksaan adanya kanker
payudara. Pertama yaitu Pemeriksaan Payudara Sendiri (SaDaRi). Sadari dapat dilakukan
mulai usia berapapun tapi sangat dianjurkan bila usia anda sudah lebih dari 20 tahun, minimal
satu kali dalam sebulan, dilakukan pada hari ke-7 sampai ke-10 dari awal mula haid, atau 3
hari setelah haid berhenti. Selanjutnya, dapat dilakukan pemeriksaan oleh tenaga kesehatan
dan yang terakhir adalah pemeriksaan dengan mamografi, yaitu pemeriksaan penunjang
dengan X-ray pada payudara.

17
1. PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI)
1) Pengertian SADARI
Kemungkinan timbulnya benjolan pada payudara sebenarnya dapat diketahui secara
cepat dengan pemeriksaan sendiri. Istilah ini disebut dengan SADARI, yaitu pemeriksaan
payudara sendiri. Sebaiknya pemeriksaan sendiri ini dilakukan secara berkala, yaitu satu
bulan sekali. Ini dimaksudkan agar yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat
jika ditemukan benjolan pada payudara (Mardiana, 2009).
Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
pemeriksaan payudara setiap wanita. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan setiap 1
bulan sekali dan dapat menjadi instrumen penapisan yang efektif untuk mengetahuilesi
payudara (Varney, 2007).

2) Tujuan Pemeriksaan SADARI


Tujuan dari pemeriksaan payudara sendiri adalah untuk mendeteksi secara dini gejala
kanker payudara secara individu (Nurcahyo, 2010).
3) Siapa yang harus melakukan SADARI ?
a. Pemeriksaan payudara sendiri dapat dilakukan pada wanita sejak usia 20 tahun
yaitu dapat dilakukan secara teratur sebulan sekali selama 10 menit.
b. Pemeriksaan payudara sendiri pada wanita yang berumur ≥20 tahun dapat
dilakukan setiap tiga bulan sekali (Saryono, 2008).
c. Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan setelah menstruasi
selesai(Diananda, 2009).
d. Usia 20 tahun melakukan SADARI setiap 3 bulan sekali. Wanita usia 20 tahun
dianjurkan melakukan SADARI selama 3 bulan sekali agar kanker dapat
terdeteksisecara dini. Jika ada benjolan atau hal-hal yang mencurigakan segeralah
menghubungi dokter.
e. Usia 35-40 tahun melakukan mamografi.
f. Di atas 40 tahun melakukan check-up pada dokter ahli.
g. Lebih dari 50 tahun check-up rutin dan mamografi setiap tahun.

4) Jadwal Pemeriksaan SADARI


a. Haid teratur : waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid.
b. Haid tidak teratur : setiap 6 bulan sekali, saat baru selesai menstruasi.
c. Waktu : 10 menit setiap bulan periksa payudara.

18
5) Manfaat Pemeriksaan SADARI
a. Dapat mendeteksi adanya tumor dalam ukuran kecil.
b. Dapat mendeteksi adanya kanker payudara stadium dini.
c. Dapat mencegah penyakit kanker payudara.
d. Dapat menemukan adanya kelainan pada payudara.
e. Dapat menurunkan angka kematian wanita akibat kanker payudara.

6) Langkah-langkah Pelaksanaan Sadari (Pemeriksaan Payudara Sendiri)

1. Konseling sebelum pemeriksaan


a. Memeriksa sendiri secara teratur keadaan payudara saudara (self breast
examination) sangat efektif mengurangi risiko kehadiran kanker payudara
tanpa disadari.
b. Setiap perempuan dapat melakukan sendiri pemeriksaan ini karena mudah
tanpa peralatan khusus dan waktunya juga singkat.
c. Menemukan kanker secara dini akan memperpanjang masa hidup perempuan.
d. Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan secara rutin dengan waktu
yang sama.
e. Waktu pemeriksaan dilakukan setelah haid hari ke-3 sampai hari ke-10 dimana
saat ini hormon dalam kondisi rendah, sehingga payudara lembek dan mudah
diraba saat ada benjolan.
2. Persiapan prapemerikasaan
a. Ruang yang tertutup/privacy terjamin.
b. Ruangan tersedia penerangan yang cukup.

19
c. Tersedia cermin yang cukup untuk melihat bila ada perubahan pada payudara.
d. Tersedia tempat tidur, dengan bantal kecil atau handuk digulung untuk
e. mengganjal punggung.
f. Prosedur pemeriksaan payudara sedari.

Langkah 1.

1) Berdirilah di depan cermin


2) Periksa payudara terhadap segala sesuatu yang tidak lazim
3) Perhatikan adanya rabas dari puting payudara, keriput, dimpling atau kulit
mengelupas

Langkah 2.

Dua langkah berikut ini dilakukan untuk memeriksa segala perubahan dalam kontur
payudara. Ketika melakukannya, diharapkan Anda harus mampu untuk merasakan otot-
otot anda yang terasa menegang. Perhatikan dengan baik di depan cermin ketika Saudara
melipat tangan di belakang kepala Saudara dan menekan tangan Saudara ke arah
depan.Perhatikan setiap perubahan kontur dari payudara Saudara.

20
Langkah 3.

1) Selanjutnya tekan tangan anda dengan kuat pada pinggang, dan agak membungkuk
kearah cermin sambil menarik bahu dan siku ke arah depan.
2) Perhatikan setiap perubahan kontur payudara Anda.
Beberapa wanita melakukan bagian pemeriksaan berikut ketika sedang mandi dengan
shower. Dengan menggunakan jari-jari akan dengan mudah meluncur di atas kulit
yang bersabun, sehingga dapat berkonsentrasi dan merasakan terhadap setiap
perubahan pada payudara.
3) Angkat tangan kiri Anda.
4) Gunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, untuk meraba payudara kiri dengan kuat, hati-
hati dan menyeluruh.
5) Mulailah pada tepi terluar, tekan bagian datar dari tangan dalam lingkaran kecil,
bergerak melingkar dengan lambat di sekitar payudara.
6) Secara bertahap lakukan ke arah puting susu.
7) Pastikanlah untuk melakukannya pada seluruh payudara.
8) Beri perhatian khusus pada area di antara payudara dan di bawah lengan termasuk
bagian di bawah lengan itu sendiri.
9) Rasakan adanya benjolan atau massa yang tidak lazim di bawah kulit.

21
Langkah 4.

1) Dengan perlahan remas puting susu dan perhatikan terhadap adanya rabas.
2) Jika Anda mengeluarkan rabas dari puting susu selama sebulan – yang terjadi ketika
anda sedang atau tidak melakukan SADARI, maka segeralah temui dokter. Ulangi
pemeriksaan pada payudara kanan.

Langkah 5.
Langkah 4 dan 5 harus diulangi dalam posisi berbaring.

1) Berbaringlah mendatar terlentang dengan lengan kiri Anda di bawah kepala Anda dan
sebuah bantal atau handuk yang dilipat di bawah bahu kiri Anda (posisi ini akan
mendatarkan payudara Anda dan memudahkan Anda untuk memeriksanya).
2) Gunakan gerakan sirkuler yang sama seperti yang diuraikan di atas.
3) Ulangi pada payudara kanan Anda (Suddarth & Brunner, 2003).

Langkah 6.
Konseling pasca pemeriksaan.
1) Segera memberi tahu ahlinya bila terdapat perubahan pada payudara.
2) Bila dilakukan pemeriksaan lanjutan beri tahu bagaimana alur/prosedur yang
harus dilakukan.
3) Tenangkan klien, karena adanya temuan bukan berarti tidak bisa dilakukan
pengobatan.

22
4) Ciptakan komunikasi yang baik, empati yang tinggi dan kesabaran saat
berhadapan dengan klien.

C. PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)


Penyakit menular seksual atau Sexual Transmitted Diseases adalah penyakit yang
ditularkan melalui perilaku seksual, seperti hubungan seksual, se oral, dan sex anal.
Penyeabnya dapat bermacam – macam, seperti bakteri ( sifilis, gonore, klamidia ) jamur (
kandidiasis ), virus (HIV, Herpes), dan parasit ( skabies ).

Beberapa penyakit menular seksual yang sering ditemukan adalah :

1. HIV / AIDS
AIDS ( acquired immune deficyency syndrom ) adalah kumpulan gejala penyakit
yang disebabkan oleh virus HIV ( human immunodeficyency virus ), ditandai dengan
gejala menrunnya sistem kekebalan tubuh. Penderita AIDS mudah diserang infeksi
oportunistik atau infeksi yang disebabkan oleh kuman yang pada keadaan sistem
kekebalan tubuh normal tidak terjadi dan kanker, serta biasanya berakhir dengan
kematian. Apabila belum disertai gejala klinis, individu yang terserang HIV masih
tampak sehat seperti orang normal.
2. Gonore
Gonore / dalam bahasa inggris “gonorhea” atau kencing nanah adalah penyakit
kelamin yang disebabkan oleh bakteri Neiserhia gonorhea, yang dapat menyerang
pria maupun wanita. Penyakit tersebut sangat menular,terutama melalui hubungan
seksual dengan bergonta – ganti pasangan. Gonore dapat menyerang atau menginfeksi
lapisan dalam uretra,leher rahim, rektum, tenggorokan ( melalui oral sex ), dan bagian
putih mata ( konjungtiva ) jika mengenai mata. Gejalanya pada wanita adalah terasa
nyeri saat BAK atau disebut juga disuria, mengeluarkan cairan yang berlebihan dari
vgina ( vaginal discharge ) dan demam. Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim,
indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul dalam saat
melakukan hubungan sex. Apabila tidak segera diobati, penderita dapat menderita
kemandulan. Pada pria, gejala gonore berawalan dari rasa tidak enak pada uretra dan
beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika BAK serta keluarnya nanah dari
penis. Penyakit tersebut menghianati orang – orang yang dilakukan nikah kontrak
dengan gonta – ganti pasangan seksual. Meskipun penyakit yang sangat mengerikan

23
dan menular ini dapat diobati, pencegahan adalah langkah terbaik sebelum tertular.
Pencegahan yang paling utama adalah tidak melakukan aktivitas seksual dengan gonta
– ganti pasangan

3. Herpes Kelamin
Herpes kelamin atau herpes genitalis adalah penyakit menular seksual ( PMS ) yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks ( herpes simplex virus / HSV ). Penyakit ini
sangat menular dan menginfeksi daerah kelamin. Gejala herpes disebut wabah, dan
biasanya ditemukan luka atau bisul dekat dan daerah masuk virus kedalam tubuh.
Mereka berubah menjadi lepuh, gatal dan menyakitkan, sembuh, lalu muncul kembali
jika ada faktor pemicunya. Penderita kadang-kadang tidak mengetahui bahwa ia
terserang herpes karena gejalanya sangat ringan. Herpes dapat diobati, tapi tidak dapat
disemuhkan dan akan tetap bermukim dalam tubuh. Terdapat beberapa obat yang
dapat membantu tubuh melawan virus herpes, mengurangi gejala, menurunkan
wabah, serta menekan resiko penularan virus kepada orang lain. Herpes genitalis
umumnya menyerang dan menyebabkan luka pada daerah genital atau dubur, bokong,
dan paha yang didapatkan dari berhubungan seks, bahkan seks oral sekalipun. Virus
dapat menyebar meskipun tidak ada luka atau bisul. Bayi baru lahir juga dapat
terinfeksi virus herpes, jika sang ibu mengidap penyakit yang mengerikan ini. Wanita
kerap kali tidak menyadari bahwa ia menderita herpes yang terjadi didalam vagina.

4. Infeksi Jamur atau Kandidiasis


Genital or vulvo vaginal candidiasis (VVC) atau disebut juga infeksi jamur adalah
salah satu penyakit kelamin yang disebabkan oleh jamur. Wanita dewasa lebih rentan
terinfeksi infeksi jamur, jika pertumbuhan jamur melebihi batas normal. Candida atau
jamur selalu hadir pada tubuh dalam jumlah yang kecil. Akan tetapi, jika terjadi
keseimbangan, seperti perubahan tingkat keasaman normal vagina atau keseimbangan
hormon, candida dapat berkembang biak. Gejalanya pada wanita dapat berupa gatal
pada kelamin, perasaan terbakar, dan keputihan. Pada pria, biasanya terjadi ruam dan
gatal pada penis. Gejala VVC serupa dengan banyak infeksi kelamin lainnya,
sehingga sangat penting untuk memeriksakan diri ke dokter jika terdapat gejala
tersebut. Infeksi jamur pada kelamin dapat disembuhkan dengan krim anti jamur.
Langkah-langkah yang dapat membantu mencegah infeksi jamur vagina antara lain:

24
a. Kenakan pakaian dalam dari katun
b. Hindari menggunakan pakaian ketat yang terbuat dari serat sintesis, seperti nilon
c. Gunakan kertas toilet putih non-parfum
d. Jaga kebersihan area genital
e. Gunakan handuk (bukan hair dryer) untuk mengeringkan daerah genital
f. Lepaskan pakaian renang yang basah sesegera mungkin setelah berenang
g. Gunakan pembalut bebas parfum

5. Sifilis
Sifilis adalah penyakit kelamin mengerikan yang disebabkan oleh bakteri spiroseta,
Treponema pallidum. Penyakit ini menginfeksi daerah kelamin, bibi, mulut, atau anus
baik pria maupun wanita . sifilis adalah penyakit menular seksual, dan penularannya
didapat melalui hubungan sex dengan individu yang menderita sifilis, selama proses
kehamilan dari ibu ke bayinya, homosexual, gonta – ganti pasangan dan individu yang
terinfeksi HIV. Gejala sifilis meliputi luka kecil, bulat, dan sakit pada kelamin, anus
atau mulut, serta menyebabkan ruam pada tubuh, terutama pada telapak tangan atau
kaki. Pembengkakan pada kelenjar getah bening didekatnya kadang-kadang terjadi.
Banyak penderita tidak menyadari gejalanya selama bertahun – tahun, karena gejala
ini bisa datang dan pergi.dalam tahap atau stadium yang parah, sifilis dapat
menyebabkan kerusakan otak, saraf, mata, jantung, pembuluh darah, hati, tulang dan
sendi. Apabila tidak ditangani secara serius, sifilis dapat menyebabkan kelumpuhan,
mati rasa, kebutaan, cacat lahir atau keguguran, bahkan kematian.

6. Klamidia
Klamidia adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri, yang disebut
Chlamidiya trachomatis. Penyakit tersebut mengineksi pria maupun wanita ditularkan
melalui hubungan seksual dengan individu yang terinfeksi bakteri tersebut. Penyakit
tersebut memiliki gejala ringan, bahkan tidak disadari oleh penderitanya, dan
komplikasi serius dapat menyebabkan kerusakan permanen serta infertilitas. Gejala
klamidia meliputi keputihan yang abnormal, terasa nyeri seperti terbakar saat BAK,
terasa nyeri perut bagian bawah, nyeri punggung bawah, mual, demam, sakit ketika
berhubungan seksual dll. Pada pria, gejalanya adalah keluar cairan yang berlebihan
pada penis, perasaan terbakar dan gatal pada sekitar pembukaan penis. Cara terbaik
untuk menghindari bakteri Chlamidiya adalah menjauhkan diri dari kontak seksual
25
yang terinfeksi bakteri tersebut, menjalankan hubungan yang sehat dengan pasangan (
suami – istri ) yang tidak terinfeksi, dan menjauhkan diri dari pergaulan yang
mengarah pada seks bebas.

7. Kutu kelamin atau kudis


Kutu kelamin atau kudis disebabkan oleh adanya parasit yang hidup di organ genital.
Kutu kelamin adalah parasit yang hidup yang hidup di rambut kemaluan, berukuran
sangat kecil (1/8 inci atau lebih kecil lagi ), berwarna kelabu kecoklatan, menetap
pada rambut kemaluan, tetapi kadang – kadang dapat ditemukan pada rambut tubuh
lainnya , seperti rambut kaki, ketiak, kumis, jenggot, alis atau bulu mata. Kutu
kemaluan yang ditemukan pada alis atau bulu mata anak – anak mungkin merupakan
tanda pajanan seksual atau pelecehan. Kutu yang ditemukan pada kepala umumnya
adalah kutu kepala bukan kutu kemaluan.
Penyakit ini dapat disembuhkan dengan obat cair yang digosokkan pada rambut
kelamin. Pencegahan dengan menjaga kebersihan area genital, tidak melakukan seks
bebas adalah langkah yang tepat, sehingga terhindar dari penyakit kutu kelamin.
Kudis (scabies) adalah sejenis tungau yang bersembunyi kedalam kulit didaerah
kelamin, tangan, jari, dan bulu dada. Penyakit ini umumnya diperoleh dari kontak
seksual atau kontak fisik dengan orang lain yang terdapat kutu kelamin. Kutu kelamin
dan kudis dapat juga dijumpai di tempat tidur, pakaian, kursi toilet dan handuk yang
terinfeksi. Cara untuk menghindarinya ialah dengan senantiasa menjaga kebersihan
diri dan lingkungan serta menerapkan gaya hidup higienis.

8. Bisul pada alat kelamin


Bisul pada alat kelamin dapat diseabkan oleh virus (human papiloma virus/ HPV)
dapat muncul berupa satu atau banyak bisul atau benjolan antara sebulan dan setahun
setelah berhubungan intim dengan penderita penyakit kelamin tersebut. Pada
umumnya, bisul ini tidak dapat terlihat pada wanita karena terletak didalam vagina,
atau pada pria, karena terlalu kecil. Bisul pada kelamin dapa berakibat serius pada
wanita karena dapat menyebabkan kanker servix. Bisul pada kelamin tersebut dapat
disembuhkan, dan wanita harus menjalankan pap smear setiap kali berganti pasangan
intim.

26
9. Trikomoniasis
Trikomoniasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit protozoa yang disebut
Trichomonas vaginalis. Sebagaimana penyakit menular lainnya, trikomoniasis juga
menyerang area genital. Pada pria, parasit ini menginfeksi uretra dan vagina dari
tempat yang umum terinfeksi. Keputihan yang tidak biasa pada wanita merupakan
gejala trikomoniasis, dan bila tidak segera ditangani, trikomoniasis dapat
meningkatkan resiko tertular HIV. Penyakit ini juga dapat menimbulkan kelahiran
prematur dan BBLR pada wanita hamil. Trikomoniasis dapat disembuhkan dengan
pengobatan trikomoniasis tidak diperbolehkan melakukan aktivitas seksual hingga
perawatan selesai. Pencegahan terbaik adalah menjalani pola hidup yang sehat,
menjaga kebersihan area vital, dan tidak melakukan seks bebas. Hal tersebut perlu
dilakukan klien yang telah sembuh dari trikomoniasis dapat terserang penyakit
kembali atau masih rentan terhadap infeksi ulang.

10. Pelvic Inflammatory Diseases atau PID


Penyakit radang panggul atau radang rahim, saluran tuba atau ovarium yang
berkembang menjadi luka perut dengan perlengketan jaringan atau organ didekatnya.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh virus, jamur, dan parasit, dan namun khusus paling
banyak ditemui disebabkan oleh infeksi bakteri. Penyakit radang panggul hanya
menyerang pada wanita, dan dapat menyebabkan kemandulan. Gejala yang umum
terjadi adalah keputihan, rasa nyeri saat BAK, nyeri perut atau panggul, sakit saat
berhubungan seksual, atau perdarahan pada siklus menstruasi. Penyakit tersebut dapat
disembuhkan dengan antibiotik. Segera periksakan diri ke dokter jika mengalami
gejala penyakit ini. Pengobatan yang tepat dapat mencegah terjadinya komplikasi,
termasuk kerusakan permanen pada organ reproduksi wanita.

D. UPAYA PROMOTIF DAN PREVENTIF


1) Definisi Upaya Promotif Dan Preventif

Menurut leaveldan clark, upaya promotif dan prevetiv yang disebut juga upaya
pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung mupun tidak langsung

27
untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penykit. Pencegahan berhubungan dengan
masalah kesehatan atau penykit yang spesifik dan meliputi perilaku menghindar.

2) Manfaat Upaya Promotif Dan Prevntif

Upaya promotif dan preventif bermanfaat untuk :

1. Menurunkan angkah kesakitan


2. Meningkatkan presentase kasus yang dideteksi dini
3. Menurunkan kejadian kompliksi
4. Meningkatkan kualitas hidup

3) Tingkatan Upaya Promotif Dan Preventif

Untuk mengatai permasalahan kesehatan dikeluarga dan masyarakat, termaksud


kesehatan reproduksi, perlu diperhatikan prinsip pokok utama promotif dan preventif.
Menurut leaavel dan clark dalam bukunya “medicen for the doctor in his community”
usaha pencegahan dibagi ke dalam tingkatan antara lain :

1. Masa ssebelum sakit (prapatogeneis)


a. Promosi kesehaatan atau (health promotion)

Tingkatan pncegahan yang pertama adalaah promosi keehatan. Kata “promosi


kesehatan” diterjemahkn para ahli kesehatan masyarakat di indonesia sebagai
peningkatan kesehtan, bukan promosi kesehatan, karena makna yang terkandung
dalam promosi kesehatan” adalah meningkatkan kesehtan individu, seperti
melalui asupan gizi seimbang, olahraga teratur dan lain-lain, sehingga ndividu
tidak terserang penyakit. Walaupun tdemikian, hal tersebut bukan berarti
peningkatan kesehatan tidak berhuungan dengan promosi kesehatan.lever dan
clark dalam penjelasannya tentang romosikesehatan menyatakan bahwa selain
melalui peningkatan gizi dan lain-lain,peningkatan kesehaatan dapat juga
dilakukan dengan memberikan pendidikankesekatan (health dukation) kepada
individu dan masyarakat. Upaya tersebut merupakan pelayanan terhadap
memeliharaan kesehatan pada umumnya. Menurut machfoedz ircham adalah
bukunya, “pendidikan kesehaatan baagian dari promosi kesehatan”, usaha untuk
mempertingginili kesehtan meliputi :

28
a) Penyediaan makanan sehat yang cukup kualitas maupun kuantitasnya.
Karena adanya hubugan langsung antara gizi dan penyakit seperti masalah
kesehatan yang berhubungan dengan masyarakat harus memperhatikan:
- Asupan makanan yang dimakan. Makanan sehat adalah makanan yang
mengandung zat gizi. Bahan makanan yang dikonsumsi harus
mengandung bahan makanan pokok,lauk pauk, sayur, buah. Setelah
dikonsumsi, bahan makanan menjadi zat makanan yang aktiv. Apabila
zat gizi tidakdipenuhi, gangguandapat terjadi.
- Pengawasan terhadap makan yang di makan. Makanan adalah sesuatu
yang sangat berharga, sehigga makanan yang membusuk atau tercemar
tidak boleh di biarkan. Oleh sebab itu, kebersihan makanan harus
dijaga sejang pertama kali di buat.hingga saatakan di makan. Makanan
yang busuk atau tecemar dpat menyebabkan masalah kesehatan.
b) Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti penyediaan air rumah
tangga yang baik dan perbaikan cra pembuangan sampah kotor dan limba.
c) Peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, seperti pelayanan
kesehatan reproduksi bagi remaja hamil di luar nikah, remaja yang terkena
penyakit infeksi akibat seks bebas, dan pelayanan Keluarga Berencana
(KB).
b. Pendidikan kesehatan pada masyarakat, seperti :
a) Konseling pranikah, saat hamil, persalinan, dan menyusui
b) Konseling tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi pada temaja, masa
dewasa, serta lansia
c) Pendidikan seks secara dini oleh orang tua, kelompok LSM, atau sekolah.
d) Penanganan kesehatan jiwa untuk mencapai kepbribadian yang baik.
Upaya tersebut di tujukan pada masyarakat yang masih berada
dalamkeadaan pre-patogenesis di kenal dengan penyulihan tentang
kebersihan dankesehatan jiwa (suryati dkk,2009).
Bidan berperan dalam kesehatan (health promotion), dengan melakukan :
a) Penyuluhan kepada individu kepada masyarakat tentang asupan makanan
yang bergizi
b) Penyuluhan dan usaha perbaikan sanitasi lingkungan dengan mengikuti
sertakan tokoh masyarakat dan masyarakat dalam kegiatan tersebut

29
c) Pelayanan kesehatan yang maksimal kepada individu, keluarga dan
masyarakat. Supariasa (2010) mendevenisiskan pelayanan kesehatan yang
maksimal sebagai pelaksaan pelayanan kesahatan yang meliputi aspek
promotif (pendidikan kesehatan), preventive (pencegahan), kurativ
(pengobatan) dan rehabilitative (perawatan), berdasarkan pada UU no 4
pasal 1 tahun 2009 tentang rumah sakit.
d) Pendidikan kesahatan kepada individu, keluarga, dan masyarakat
c. Perlindungan khusus (specific protection)

Pada tahap ini, pendidikan kesehatan di perlukan untuk di perlukan kesadaran


masyarakat terhadap hal-hal sebagai berikut:

a) Program imunisasi, sebagai bentuk pelayanan perlindungan khusus


pendidikan kesehatan sangat di perlukan, terutama di negara
berkembang.imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
penyakit dengan memasukan vaksin kedalam tubuh, sehingga tubuh tahan
terhadap penyakit wabah atau berbahaya. Imunisasi berasala dari kata
“imun” yang berarti kekebalan atau resistan. Imunasi terhadap penyakit
hanya memberikn kekebalan hanya melakukan resistansi pada penyakit
itu, sehingga di perlukan imunisasi, lainnya untuk menghindari serangan
penyakit lainnya. Tujuan pemberian imunisasi dari imunisasi adalah
mengurangi angka kesakitan pada individu yang dapat mengakibatkan
sakit, bahkan kematian. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan
pemberian imunisasi meliputi hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus,
batuk rejang, gondongan, cacdar air, tuberculosis, dan lain-lain.
b) Penggunaan kondom untuk mencegah penyakit HIV /AIDS. Kondom
adalah alat kontrasepsi yang di desain untuk dapat menampung sperma
saat ejekulasi pria dan mencegah kontak sperma dangan sel telur dalam
kemaluan pasangannya. Kondom hanya berfungsi mencegahterjadinya
kontak penyebaran virus secara langsung dari caira kelamin pria ke cairan
perempuan oleh sebab itu, penggunaan kondom saat berhubungan seks
tetap juga di anjrkan untuk mencegah penularan penyakit menular seksual,
seperti HIV/AIDS.
c) Perlindungan kecelakaan, baik di tempat umum maupun di tempat kerja.
Berbagai kecelakaan bisa di alami dan di seritai oleh para pekerja, seperti

30
kecelakaan akibat alat kerja, gangguan kesehatan karena bahan baku, dan
masalah kesehatan akibat suasana serta tempat kerja. kecelakaan atau
gangguan oleh para pekerja umumnya di sebabkan oleh alat kerja yang
tidak memenuhi syarat, bekerja tanpa alatpelindung, tempat kerja yang
tidak memenuhi persyaratan, suasana kerja yang tidak tenang dan pekerja
yang kondisi kesehatanya buruk atau pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pendidikan, minat, serta bakat pekerja itu sendiri untuk menghindari
kecelakan danganguan atau masalah kesehatan, setiap pekerja harus di
teliti dulu tentang keadaan kesehatannya sebelum di terima menjadi
pekerja. Selain itu, jaminan upaah yang memadai perlu di berikan sesuai
dengan pendidikn dan sifat pekerjaannya.
d) Perlindungan terhadap korban penganiyayaan, pelecehan seksual, dan
skriminasi terhadap hak reproduksi wanita, serta tidak kekerasan pada
anak dan wanita. Salah satu upaya adalah dengan merumuskan dan
memperlakukan undang-undang perlindungan anak, undang-undang
perlindungan wanita, dan undang-undang kekerasan wanita.
Peran bidan dalam usaha perlindungan khusus (specific protection) mencakup:
a) Memberikan imunisasi kepada bayi dan balita dan menyediakan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya emberian imunisasi
b) Memberikan penyuluhan mengenai penggunaan alat kontrasepsi dan
kondom untuk perlindungan penyakit menular seksual

2. Masa Saat Sakit ( Patogeesis)


a. Diagnosis dini dan penyakit segera (early diagnosis and prompt treatment)
tujuan utama dari upaya ini meliputi :
a) Memberikan pengobatan yang setepat-tepatnya terhadap setiap jenis
penyakit, sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna
b) Mencegah penular kepada orang lain, jika penyakitnya menular
c) Mencegah terjadinya kecacatan akibat suatu penyakit.

Peran bidan dalam diagnosis dini dan pengbatan segerah adalah:

a) Melaksanakan program pemeriksaan gratis di wilayah desa dengan


mengikuti sertakan tokoh masyarak dan tenaga kesehatan lainnya
b) Memberikan penyuluhan tentang pentinya diagnosi dini

31
c) Melaksanakan program pemeriksaan papsmear dan IVA
d) Memberikan pelatiihankepada masyarakat, khususnta wnita dalam
melakukan pemeriksaan :sadari”(pemeriksaan payudara sendiri)
e) Segeramelakukan rujukan atau kolaborasi, jika di temukan penderita yang
mengalami penyakit berbahaya atau komplikasih
b. Disability limitation atau pembatasan kecacatan dan berusaha menghilangkan
gangguan kemampuan bekerja akibat suatu masalah kesehatan dan penyakit.
Usaha yang merupakan kelanjutan dari early diagnosis dan prompt treatmen
ini bertujua memberikan pengobatan dan perawatan yang sempurna, sehigga
penderita sembuh kembali dan tidak cacat (tidak terjadi komplikasi). Apabila
terjadi kecacatan usaha tersebut dilakukan untuk mencegah pembukukan
kecacatan tersbut dan mempertahankn fungsi alat tubuh yang cacat
semaksimal mungkin. Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan, diantaranya :
a) Mencegah komlikasi dan kecacatan
b) Pengadaan dan peningkatan fasilitas kesehatan melalui pemeriksaan lanjut
yang lebih akurat seperti pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lainnya agar penderita dapat sembuhdengan baik dan
sempurnah tanpa ada komlikasi lanjut.

Penyempurnaan pengobatan agar tidak terjadi komlikasi. Masyarakat


diharapkan mendapatkan pengobatan yang tepat dan benar oleh tenaga keehatan agar
penyakit yang dideritanya tidak mengalami komlikasi. Selain itu, untuk mencegah
terjadinya komlikasi, penderita yang sedang berada dalam tahap pemulihan
dianjurkan untuk berkunjug ke fasilitas kesehatan secara rutin sehingga sembuh
secara semurna.

Peran bidan dalam disability limitasion meliputi

a) Memberikan pengobatan dan perawatan, sehingga penderita sembuh dan


tidak terjadi komlikasi.
b) Melakukan pencegahan terhadap komlikasi dan kecacatan
c) Melakukan perbaikan fasilitas kesehatan dengan mengikut sertakan
masyarakat sebagai penunjang untuk kemungkinan pengobaatan dan
perawatan yang lebih intensif.

32
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker yang sering menyerang wanita,
ditandai dengan adanya sel ganas di jaringan tersebut. Penyakit ini menduduki
urutan kedua sebagai penyebab utama kematian wanita di seluruh dunia. Pap
smear dan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) merupakan suatu cara deteksi dini
kanker serviks sederhana yang paling populer dan merupakan standar
pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks.
2. Kanker payudara dapat menyerang siapa saja tidak pandang usia dan golongan,
wanita bahkan pria. Kanker payudara menduduki peringkat kedua setelah kanker
leher rahim di antara kanker yang menyerang wanita di Indonesia. cara untuk
melakukan pemeriksaan adanya kanker payudara yaitu Pemeriksaan Payudara
Sendiri (SaDaRi).
3. Penyakit menular seksual atau Sexual Transmitted Diseases adalah penyakit yang
ditularkan melalui perilaku seksual, seperti hubungan seksual, se oral, dan sex
anal. Penyeabnya dapat bermacam – macam, seperti bakteri ( sifilis, gonore,
klamidia ) jamur ( kandidiasis ), virus (HIV, Herpes), dan parasit ( skabies ).
4. Menurut leaveldan clark, upaya promotif dan prevetiv yang disebut juga upaya
pencegahan adalah segala kegiatan yang dilakukan baik langsung mupun tidak
langsung untuk mencegah suatu masalah kesehatan atau penykit. Pencegahan
berhubungan dengan masalah kesehatan atau penykit yang spesifik dan meliputi
perilaku menghindar.

B. SARAN
Dengan kita mengetahui bagaimana deteksi dini dari kita dapat mengurangi
morbiditas (keparahan penyakit) atau mortalitas (kemungkinan kematian) dari penyakit
dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan.

33
DAFTAR PUSTAKA

Sri, Ida. 2016. Modul Praktikum Kesehatan Reproduksi Dan Keluarga Berencana. Jakarta :
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Nurul, Sri. 2015. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC

34

Anda mungkin juga menyukai