Adapula perdarahan postpartum yang baru terjadi di hari kedua atau ketiga.
Gejalanya sama itulah mengapa setelah melahirkan ibu perlu dirawat selama dua hari
untuk memantau ada atau tidaknya perdarahan, dengan nilai tensi darah dan nadinya.
Perdarahan pasca persalinan adalah kehilangan lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang
terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak
sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari yang sebenarnya. Darah
tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine. Darah juga tersebar pada
spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan di lantai. Volume darah yang hilang juga
bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar
hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. (Anggraini, 2010)
Penanganan umum :
- Pengukuran kadar darah secara rutin, pengawasan tekanan darah, nadi,pernafasan ibu,
dan juga periksa kontraksi uterus perdarahan selama 1 jam.
- Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk)
- Lakukan observasi pada 2 jam pertama pascapersalinan (di ruang persalinan dan
lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya di ruang rawat gabung.
- Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
- Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi.
- Atasi syok
- Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus,
beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40
tets/menit).
- Siapkan fasilitas tindakan gawat darurat karena perdarahan antepartum merupakan
komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan ibu.
- Setiap tingkat fasilitas pelayanan harus dapat mengenali, melakukan stabilitasi,
merujuk dan menatalaksana komplikasi pada ibu dan anak sesuai dengan jenjang
kemampuan yang ada.
- Setiap kasus perdarahan antepartum memerlukan rawat inap dan penatalaksanaaan
segera.
- Lakukan restorasi cairan dan darah sesuai dengan keperluan untuk memenuhi deficit
dan tingkat gawat darurat yang terjadi.
- Tegakkan diagnosis kerja secara cepat dan akurat karena hal ini sangat
mempengaruhi hasilpenatalaksanaan perdarahan pascapersalinan.
- Tindakan koservatif dilakukan selama kondisi masih memungkinkan dan mengacu
pada upaya untuk memperbesar kemungkinan hidup bayi yang dikandung.
- Pada kondisi yang sangat gawat, keselamatan ibu merupakan pertimbangan utama.
(Prawirohardjo, 2009)
a.) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap.
b.) Perdarahan segera.
c.) Uterus berkontraksi
d.) Tinggi fundus tidak berkurang (Anggraini, 2011)
Penanganan umum :
5.) Hematoma
Hematoma adalah darah dapat mengalir ke dalam jaringan ikat di bawah
kulit yang menutupi genitalia eksterna atau di bawah mukosa vagina hingga
terbentuk hematoma vulva dan vagina keadaan tersebut biasanya terjadi setelah
cidera pada pembulih darah tanpa adanya laserasi jaringan supervisial, dan dapat
dijumpai pada persalinan spontan maupun dengan operasi. Kadang-kadang baru
terjadi kemudian, dan keadaan ini mungkin disebabkan oleh kebocoran pembuluh
darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama. Yang lebih jarang
terjadi, pembuluh darah yang rupture terletak di atas vasiapelvik dan keadaan
tersebut hematoma akan terbentuk di atasnya. Kadang-kadang oleh perdarahan
yang banyak proses ini dapat diikuti oleh leukhore yang berlangsung lama dan
perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan. Uterus akan teraba lebih
besar dan lebih lunak daripada keadaan normalnya. Selama periode tertentu
puerperium, sebagian besar kasus subinvolusi terjadi akibat etiologi setempat
(yang sudah diketahui) yaitu retensi fragmen plasenta dan infeksi pelvic dan lebih
lunak daripada keadaan normalnya.
Vivian Nanny, Tri Sunarsih. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Dewi Maritalia. 2012. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Yogyakarta : Pustaka Pelajar