Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun
Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju
pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru
merupakan kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu serta
bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama
disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan
atau rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan
kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga
menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan deteksi dini sera
penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang timbul pada
masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya
merupakan peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa
kehamilan yang telah lama ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan
baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan ibu.
Kemungkinan timbul masalah atau penyulit. (Ambarwati, 2008)
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah
plasenta lahir dan berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi
seluruh organ kandungan baru pulih kembali, seperti dalam keadaan sebelum
hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas tidak kalah penting
dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi
sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan
bersalin. (Marmi, 2014)
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas
dini, dan masa nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu.
Pasca nifas adalah masa setelah persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam
setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah masa permulaan nifas yaitu 1 hari
sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu pertama). Masa nifas lanjut
adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah
melahirkan. (Marmi, 2014)

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud masa nifas?
2. Apa saja macam-macam deteksi dini komplikasi masa nifas?
3. Bagaimana penatalaksaan deteksi dini komplikasi masa nifas?

C. Tujuan
Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang deteksi dini pada masa nifas 6 jam, 6
hari dan 6 minggu post partum.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Institusi
Dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi yang tepat berguna.
2. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam
melakukan asuhan kebidanan pada masa nifas dan penanganan komplikasi
nifas dengan deteksi dini masa nifas.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat -alat kandungan pulih kembali seperti sebelum hamil.
Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. (Sinopsis Obstetri, 1998)
Masa nifas dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kira- kira 6
minggu. Akan tetapi seluruh alat genitalia baru pulih kembali seperti sebelum
ada kehamilan dalam waktu 3 bulan. (Ilmu Kebidanan, 2005)
Kala puerperium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari merupakan
waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang
normal, dijumpai 2 kejadian pada puerperium yaitu involusio dan proses
laktasi. (Manuaba, 1998)

B. Komplikasi dan Penyulit Masa Nifas


1. Perdarahan Pervaginam
a. Definisi
Perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai perdarahan pasca persalinan, terdapat beberapa permasalahan
mengenai definisi ini yaitu :
1) Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari biasanya. Darah
tersebut bercampur dengan cairan amnion atau dengan urine,
darah juga tersebar pada spon, handuk dan kain di dalam ember
dan lantai.
2) Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan
kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar Hb normal akan
dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang akan
berakibat fatal pada anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak
anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3) Perdarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini dapat tidak dikenali sampai terjadi
syok.
b. Penyebab perdarahan :
1) Uterus atonik (terjadi karena misalnya : plasenta atau selaput
ketuban tertahan).
2) Trauma genitalia (meliputi penyebab spontan dan trauma akibat
pelaksanaan atau gangguan, misalnya kelahiran yang
menggunakan peralatan termasuk section caesaria, episiotomi).
3) Koagulasi intravascular disetaminata.
4) Inversi uterus
5) Hemorargi post partum
c. Penatalaksanaan :
1) Jangan pernah meninggalkan pasien sendiri sampai perdarahan
telah terkendali dan keadaan umum telah stabil.
2) Pada kasus PPH atonik jangan pernah memasukan pack vagina.
3) Jika penolong berada di rumah perlu dilakukan rujukan.
Pada Hemorargi Post Partum Traumatic:
4) Pastikan asal perdarahan.
5) Ambil darah untuk cross check dan lakukan cek kadar Hb.
6) Pasang infuse IV, NaCL atau RL jika pasien syok.
7) Pasien dalam posisi litotomi dan penerangan yang cukup.
8) Perkirakan kehilangan darah.
9) Periksa denyut nadi, tekanan darah dan kondisi umum
10) Jahit robekan.
11) Berikan antibiotic.
12) Membuat catatan yang akurat.
2. Infeksi masa nifas
a. Definisi
Infeksi nifas merupakan masuknya bakteri pada traktus genetalia,
terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius
atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama.
b. Etiologi
Organisme pada bekas implantasi plasenta atau laserasi akibat
persalianan adalah Kuman anaerob : kokus gram positif
(peptostreptokok, peptokok, bakteriodes dan clostridium).
Kuman aerob : gram positif dan E. Coli.
c. Faktor Predisposisi
1) Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
2) Partus lama dengan ketuban pecah lama.
3) Tertinggalnya sisa plasenta, selaput dan bekuan darah.
4) Teknik aseptik yang tidak baik dan benar.
5) Pemeriksaan vagina selama persalinan.
6) Manipulasi intrauterus.
7) Trauma/luka terbuka.
8) Hematom dan hemoragi (darah hilang lebih dari 1000 ml).
9) Perawatan perinium yang tidak tepat .
10) Infeksi vagina /servik atau penyakit menular seksual yang tidak
ditangani
d. Macam – macam infeksi masa nifas
1) Infeksi perinium, vulva, vagina dan serviks
Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan kadang –kadang perih
bila kencing. Bila getah radang bisa keluar, biasanya keadaan nya
tidak berat, suhu 38 derajat dan nadi dibawah 100 per menit. Bila
luka terinfeksi tertutup oleh jahitan dan getah bening tidak dapat
keluar, demam bisa naik sampai 39 – 40, disertai mengigil.
2) Endometritis
Infeksi yang terjadi pada endometrium dan memiliki tanda gejala
seperti : takikardi, suhu (38 – 40 derajat celcius), menggigil, nyeri
tekan uterus, subinvolusi, distensi abdomen, lokea sedikit dan
tidak berbau, atau banyak, berbau busuk, mengandung darah, dan
seropuralen, jumlah sel darah putih meningkat.
3) Septikemia dan piemia
Pada septikimia, penderita sudah sakit dan lemah. Sampai tiga hari
postpartum suhu meningkat dengan cepat, biasanya disertai
mengigil. Selanjutnya, suhu berkisar antara 39–40 derajat celcius,
keadaan cepat memburuk, nadi menjadi cepat (140-160 kali /menit
atau lebih). Penderita meninggal dalam enam sampai tujuh hari
postpartum. Jika ia hidup terus, gejala – gajala menjadi piema.
4) Peritonitis
Pada peritonitis umum terjadi peningkatan suhu tubuh, nadi cepat
dan kecil, perut kembung dan nyeri, dan ada defense musculaire.
Muka yang semula kemerah-merahan menjadi pucat, mata cekung,
kulit muka dingin, terdapat fasies hippocratica. Penatalaksanaan
yang dapat dilakukan adalah nasogastritik suction, berikan infus
(Nacl atau Ringer Laktat), antiobiotik sehingga bebas panas
selama 24 jam (ampisilin 2 gr IV, kemudian 1 gr setiap 6 jam,
ditambah gentamisin 5 mg/kg BB IV dosis tunggal/hari dan
metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam). Laparatomi dilakukan
pembersihan perut (peritoneal lavage).
5) Selulitis pelvic
Selulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi
dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu
disertai dengan rasa nyeri dikiri atau dikanan dan nyeri pada
pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan
selulitis pelvik. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan
padat dan nyeri disebelah uterus dan tahanan ini yang
berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas keberbagai
jurusan. Ditengah –tengah jaringan yang meradang itu bisa
tumbuh abses.
6) Salpingitis dan ooforitis
Gejala salpingitis dan ooforitis tidak dapat dipisahkan dari pelvio
peritonitis. Penyebaran melalui permukaan endometrium. Kadang
–kadang jaringan infeksi menjalar ketuba fallopii dan ovarium
disini terjadi salpingitis dan / abfritis yang sukar dipisahkan dari
polvio peritonitis.
7) Tromboflebitis
Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah disepanjang
vena dan cabang- cabangnya. Tromboflebitis, dikelompokan
sebagai berikut :
8) Pelvio tromboflebitis
a) Nyeri pada perut bagian bawah atau samping, pada hari ke 2-3
masa nifas dengan atau tanpa panas
b) Tampak sakit berat, menggigil berulang kali, suhubadan naik
turun secara tajam, dapat berlangsung selama 1-3 bulan
c) Terdapat leukositas
d) Pada periksa dalam hampir tidak ditemukan apa-apa karena
yang paling banyak terkena ialah vena ovarika yang sukar pada
pemeriksaan dalam.
9) Tromboflebitis femoralis
a) Keadaan umum yang baik, subfebris selama 7-10 hari,
kemudiaan naik pada hari ke 10 – 20,yang disertai menggigil
dan nyeri.
b) Pada salah satu kaki (biasanya kaki kiri), tanda –tanda seperti
kaki sedikit fleksi dan rotasi keluarserat sulit bergerak, lebih
panas dibandingkan dengan kaki yang lain. Nyeri hebat pada
lipatan paha. Edema kadang –kadang terjadi sebelum atau
setelah nyeri.
e. Penanganan :
1) Kaki ditinggikan untuk mengurangi edema, lakukan kompresi pada
kaki, setelah mobilisasi kaki hendaknya tetap dibalut elastik atau
memakai kaus kaki panjang selama mungkin.
2) Kondisi ibu jelek, sebaiknya jangan menyusui.
3) Antiobiotik dan analgesic
f. Pencegahan infeksi nifas
1) Masa kehamilan : mengurangi atau mencegah faktor – faktor
predisposisi, pemeriksaan dalam jaringan dilakukan kalau tidak
ada indikasi yang perlu, koitus pada hamil tua hendaknya
dihindari atau dikurangi dan dilakukan hati – hati .
2) Selama persalinan : hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah
lama, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin,
perlukaan jalan lahir dijahit sebaik – baiknya dan menjaga
sterilitas, mecegah terjadinya perdarahan banyak, semua petugas
dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan
masker, yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan
masuk kekamar bersalin, alat – alat dan kain-kain yang dipakai
harus dicuci hama, hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang.
3) Selama nifas : luka dirawat dengan baik jangan sampai kena
infeksi, alat –alat dan pakaian serta kain yang digunakan harus
steril, penderita dengan infeksi nifas sebaiknya tidak bercampur
dengan ibu sehat, pengunjung- pengunjung dari luar hendaknya
pada hari –hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
3. Sakit kepala, nyeri epigastrik
Gejala-gejala ini merupakan tanda-tanda terjadinya eklamsia post partum
bila disertai dengan tekanan darah tinggi.
4. Demam, muntah dan rasa sakit waktu berkemih
Pada masa nifas dini sensitifitas kandung kemih terhadap tegangan air
kemih di dalam vesika sering menurun akibat trauma persalinan serta
analgesia epidural atau spinal. Sensasi peregangan kandung kemih juga
mungkin berkurang akibat rasa tidak nyaman yang ditimbulkan oleh
episiotomy yang lebar, laserasi, haematom dinding vagina.
Penanganan :
a. Pemberian parasetamol 500 mg sebanyak 3-4 kali sehari.
b. Antibiotik sesuai dengan mikroorganisme yang ditemukan.
c. Minum yang banyak.
d. Katerisasi bila perlu.
e. Makan makanan yang bergizi.
f. Jaga kebersihan daerah genitalia.
5. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Kelelahan yang amat berat setelah persalinan dapat mengganggu nafsu
makan, sehingga ibu tidak ingin makan sampai kelelahan itu hilang.
Hendaknya setelah bersalin berikan ibu minuman hangat, susu, kopi, atau
teh yang bergula untuk mengembalikan tenaga yang hilang. Berikanlah
makanan yang sifatnya ringan karena alat pencernaan perlu istirahat guna
memulihkan keadaanya kembali
6. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki
Selama masa nifas dapat terbentuk thrombus sementara pada vena-vena
maupun di pelvis yang mengalami dilatasi.
Penanganan :
a. Perbanyak istirahat
b. Diet TKTP rendah garam
c. Pemantauan melekat vital sign
d. Rujuk ke alhi penyakit dalam (bagi seorang bidan) jika dalam RS
lakukan kolaborasi dengan ahli lain (ahli penyakit dalam, ahli gizi)
7. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya
sendiri
Penyebabnya adalah kekecewaan emosional bercampur rasa takut
yang dialami kebanyakan wanita hamil dan melahirkan, rasa nyeri pada
awal masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur selama persalinan
dansetelah melahirkan, kecemasan akan kemampuannya untuk merawat
bayinya setelah meninggalkan Rumah Sakit, ketakutan akan menjadi
tidak menarik lagi.
8. Masalah Dalam Pemberian Asi
a. Mastitis
1) Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada
mammae terutama pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi
adalah rasa panas dingin disertai dengan kenaikan suhu, penderita
merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi adalah
staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada
suatu tempat, kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada
perabaan. Jika tidak ada pengobatan bisa terjadi abses.
2) Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang
banyak ditemukan pada kulit yang normal (Staphylococcus
aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke
dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit
(biasanya pada puting susu).Mastitis biasanya terjadi pada wanita
yang menyusui dan paling sering terjadidalam waktu 1-3 bulan
setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami
mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan. Pada
wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah
puting susu.Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita
menyebabkan penyumbatansaluran air susu oleh sel-sel kulit yang
mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan payudara lebih
mudah mengalami infeksi.
a) Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
b) Bra yang terlalu ketat.
c) Puting susu lecet yang menyebabkan infeksi.
d) Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia.
3) Gejala
a) Bengkak dan nyeri.
b) Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat
tertentu.
c) Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
d) Ada demam dan rasa sakit umum.
4) Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :
a) Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
b) Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses
ditempat itu.
c) Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar
yang menyebabkan abses antara mammae dan otot-otot
dibawahnya.
5) Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha
penting untuk mencegah mastitis. Perawatan terdiri atas
membersihkan putting susu dengan minyak baby oil sebelum dan
sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang
sudah mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu
menyusui bayinya harus bebas infeksi dengan stafilococus. Bila
ada luka atau retak pada putting sebaiknya bayi jangan menyusu
pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat dikeluarkan
dengan pijitan.
6) Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi
dihentikan dan diberikan pengobatan sebagai berikut :
a) Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
b) Sangga payudara.
c) Kompres dingin.
d) Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4
jam.
e) Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada
abses, dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar
nanah bisa keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan
dibuat sejajar dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika terdapat masa padat,
mengeras dibawah kulit yang kemerahan :
1) Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau
eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.
2) Drain abses :
a) Anestesi umum dianjurkan.
b) Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera
atau duktus.
c) Gunakan sarung tangan steril.
d) Tampon longgar dengan kasa.
e) Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil.
f) Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka
tepinya.
g) Yakinkan ibu tetap menggunakan bh.
h) Berikan paracetamol 500 mg bila perlu.
i) Evaluasi 3 hari
b. Bendungan ASI
1. Definisi
Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena
penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting
susu (Mochtar, 1996).
2. Patologi
a) Faktor hormon
b) Hisapan bayi
c) Pengosongan payudara
d) Cara menyusui
e) Faktor gizi
f) Kelainan pada puting susu
3. Patofisiologi
a) Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain
payudara penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat
meski tidak kemerahan.
b) ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara
yang terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri,
puting susu teregang menjadi rata.
c) ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut
untuk menghisap ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi
biasanya akan hilang dalam 24 jam (Mochtar, 1998).
4. Penatalaksanaan dan Peran Bidan
1) Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
a) Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30
menit) setelah dilahirkan.
b) Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand.
c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi
melebihi kebutuhan bayi.
d) Perawatan payudara pasca persalinan.
2) Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :
a) Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
b) Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah
ditangkap dan dihisap oleh bayi.
c) Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
d) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan
kompres dingin.
e) Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah
bening lakukan pengurutan (masase) payudara yang
dimulai dari putin kearah korpus. (Sastrawinata, 2004).
c. Abses Payudara
1. Definisi
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga
memperberat infeksi.
2. Gejala
a) Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
b) Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
c) Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
d) Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
e) Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
f) Adanya pus/nanah.
3. Penanganan dan Peran Bidan
1) Teknik menyusui yang benar.
2) Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara
bergantian.
3) Meskipun dalam keadaan mastitis, harus
sering menyusui bayinya.
4) Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5) Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses,
tetapi ASI harus tetap dikeluarkan.
6) Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah,
berikan antibiotik.
7) Rujuk apabila keadaan tidak membaik.
d. Saluran Susu Tersumbat
Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan
khusus antara 24 hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu
masih ada, bayi mungkin saja rewel ketika menyusu di payudara
tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang
menekan saluran lain. Saluran tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika:
a. Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan
payudara dengan lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan :
1) Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik
2) Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI
tetap mengalir.
3) Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika
tidak terlalu sakit, tekan saat bayi sedang menyusui.
4) Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi
”mengarah” pada saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran
tersumbat ada pada bagian luar bawah payudara (arah jam 7),
maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat
membantu.
5) Hangatkan area yang terinfeksi.
6) Coba untuk beristrirahat.
e. Putting Susu Lecet
1. Penyebab
a) Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui
sampai areola tertutup oleh mulut bayi.
b) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu
ibu.
c) Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan
lainnya untuk mencuci putting susu.
d) Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual),
sehingga menyebabkan bayi sulit menghisap sampai ke
kalang payudara dan isapan hanya pada putting susu saja.
e) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan
menyusui dengan kurang berhati – hati.
2. Penatalaksanaan
1) Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang
normal yang lecetnya lebih sedikit. Untuk menmghindari
tekanan local pad puting maka posisi menyusu harus sering
diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi
frekuensi dan lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus
yakin bahwa teknik menyusui yang diguanakan bayi benar,
yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk
menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan
tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan
pipet.
2) Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu
dibersihkan, tetapi diangin-anginkan sebentar agar
melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
3) Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya
untuk membersihkan payudara.
4) Pada puting suus bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak
kelapa yang telah dimasak terlebih dahulu.
5) Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga
payudara tidak sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu
lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
6) Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang
dapat menyebabkan lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan
gejala moniliasis dapat diberikan nistatin.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam setelah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan.
Komplikasi dan penyulit masa nifas yaitu
2. Perdarahan pervaginam
3. Infeksi masa nifas
4. Sakit kepala, nyeri epigastrik dan penglihatan kabur
5. Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
6. Demam, muntah rasa sakit saat berkemih
7. Payudara yang berubah jadi merah, panas dan terasa sakit
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
9. Rasa sakit, merah, lunak dan pembengkakan kaki
10. Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya dan dirinya sendiri.

B. Saran
1. Institusi
Memperbanyak lagi buku referensi sebagai bahan kepustakaan bagi mahasiswa
khususnya kebidanan.
2. Mahasiswa
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam penanganan kasus kompliksi
ibu nifas serta dapat mendeteksi lebih dini pada komplikasi masa nifas.
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y., 2010, Asuhan Kebidanan Masa Nifas, Pustaka Rihama, Yogyakarta

Mochtar, R., 1998, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta


Saifuddin, A.B.,2008, Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo, PT Bina Pustaka
Sarwono Prawihardjo, Jakarta

Pebri, 2008, Perawatan Masa Nifas,


http://bidanshop.blogspot.com/2010/01/perawatan-masa-nifas.html

Mardiyah, mutiara, 2011, perawatan masa nifas,


http://www.rsazra.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=109&Ite
mid=2, bogor

Lusa, 2009, Konsep Dasar Masa Nifas, http://www.lusa.web.id/konsep-dasar-


masa-nifas/

Anda mungkin juga menyukai