( KDPK )
Di
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 4
MULITA
NAZIRA AMALIA
NAMIRA MASJIDA
AKADEMI KEBIDANAN
DARUL HUSADA SIGLI
2020 / 2021
KATA PENGANTAR
Kelompok 4
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
1. PEMERIKSAAN IVA TEST.................................................................. 1
1.1. Pengertian Pemeriksaan IVA Test................................................. 1
1.2. Fungsi Pemeriksaan IVA Test....................................................... 1
1.3. Manfaat Pemeriksaan IVA Test..................................................... 2
1.4. Indikasi Pemeriksaan IVA Test..................................................... 2
1.5. Kontraindikasi Pemeriksaan IVA Test.......................................... 3
1.6. Langkah-langkah Pemeriksaan IVA Test...................................... 4
1.6.1. Persiapan Pemeriksaan IVA Test....................................... 4
1.6.2. Cara Membuat Asam Asetat.............................................. 5
1.6.3. Cara Pemeriksaan............................................................... 5
1.6.4. Teknik atau posedur pemeriksaan IVA Test...................... 6
1.7. Kelebihan metode IVA Test.......................................................... 8
1.8. Komplikasi atau Efek Samping IVA Test..................................... 8
1.9. Interpretasi pemeriksaan IVA Test................................................ 8
1.10. Efektifitas pemeriksaan IVA Test.................................................. 9
1.11. Skrining oleh WHO....................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11
ii
1. Pemeriksaan IVA Test
1.1 Pengertian Pemeriksaan IVA Test
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) yaitu suatu metode pemeriksaan dengan
mengoles serviks atau leher rahim menggunakan lidi wotten yang telah dicelupkan
kedalam asam asetat atau asam cuka 3-5% dengan mata telanjang. Daerah yang
tidak normal akan berubah warna menjadi putih (acetowhite) dengan batas yang
tegas, dan mengindikasi bahwa serviks mungkin memiliki lesi prakanker. Jika
tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks
(Kumalasari&Andhyantoro, 2010).
Inspeksi Asam Asetat (IVA) merupakan sebuh metode untuk
mengidentifikasi lesi prakanker, yaitu dengan mengusapkan pada leher lahim
asam asetat 3-5% dengan aplikator kapas lesi prakanker, lalu hasilnya dapat
diamati dengan mata telanjang selama 20-30 detik (Laila, 2009).
Pemeriksaan visualexocervix, SCJ (Squamocolumnar Junction), dan kanal
endoservix dengan mata telanjang (tanpa bembesaran) dengan asam asetat. Hanya
digunakan sebagai tes penapisan. Laporan hasil : Tes-positif, Tes-negatif,
Dicurigai kanker (FK.UI.,dll, 2001).
IVA adalah suatu pemeriksaan serviks secara langsung (dengan mata
telanjang) setelah pemberian asam asetat (cuka) 3-5%. Pemberian asam asetat
akan mempengaruhi epitel abnormal dimana akan terjadi peningkatan osmolaritas
cairan ekstra celuler, yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan dari intra
celuler sehingga membran sel akan kolaps dan jarak antar sel akan semakin dekat.
Akibatnya bayangan kemerahan dari pembuluh darah di dalam stroma akan
tertutup dan serviks akan tampak berwarna lebih putih. (Dewi, 2013)
1
3. Mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap
kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher
rahim.
2
pemeriksaan sitologi pap smear sejak usia 21 tahun hingga 65 tahun. Pada wanita
usia 30-65 tahun, perlu juga dilakukan tes DNA hrHPV setiap 5 tahun sekali.
Wanita usia >65 tahun hanya disarankan untuk skrining jika sebelumnya tidak
melakukan skrining secara adekuat dan memiliki risiko tinggi menderita kanker
serviks.
Walau demikian, rekomendasi WHO untuk daerah dengan sumber daya
terbatas merekomendasikan skrining kanker serviks ini dilakukan menggunakan
metode inspeksi visual asetat sejak usia 30 tahun hingga 49 tahun. Skrining
dilakukan setiap 3-5 tahun sekali.( Bray F, Ferlay, 2018)
Pemeriksaan ini memiliki tingkat akurasi yang cukup tinggi, sensitivitas 74-
88% dan spesifisitas 69-78%.( Carr KC, 2004)
Keputusan untuk melakukan skrining juga perlu mempertimbangkan adanya
faktor-faktor risiko kanker serviks, misalnya:
1. Riwayat saudara menderita kanker serviks
2. Perilaku seksual: sering berganti-ganti pasangan, usia pertama
melakukan hubungan seksual <16 tahun
3. Riwayat infeksi menular seksual seperti klamidia atau gonorrhea
4. Merokok
5. Penggunaan pil kontrasepsi jangka panjang(Juanda D, 2015)
3
3. Pasien juga sebaiknya diminta untuk menghindari melakukan hubungan
seksual selama 24 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
4
6. Lidi kapas
7. Asam asetat 3-5 % atau anggur putih (white vinegar)
8. Larutan iodium lugol
9. Larutan klorin 0,5% untuk dikontaminasi
10. Instrumen dan sarung tangan
11. Format pencatatan
1.6.2 Cara Membuat Asam Asetat
1. Cuka dapur (mengandung asam asetat 20%)
2. Asam asetat untuk IVA (3-5%)
3. Untuk membuat asam asetat 5% dengan cara mengambil 1 bagian cuka
= 4 bagian air
4. Untuk membuat asam asetat 3% dengan cara mengambil 2 bgian cuka
dapur + 11 bagian air (Rasjidi, 2009)
1.6.3 Cara Pemeriksaan
Hasil pemeriksaan IVA didokumentasikan dengan mencantumkan apakah
sambungan skuamokolumnar terlihat (penuh, sebagian atau tidak terlihat), hasil
IVA (negatif, positif, kanker invasif), serta jumlah kuadran ektoserviks yang
terkena. Hasil ini dibuat dalam bentuk gambar diagram yang menunjukkan daerah
yang berubah warna (acetowhite).
Contoh:
Seorang wanita, 35 tahun, saat dilakukan pemeriksaan IVA, sambungan
skuamokolumnar terlihat, hasil IVA positif dengan daerah acetowhite pada
kuadran 3 dan 4. Maka hasil pemeriksaan IVA dilaporkan sebagai berikut:
5
Hasil pemeriksaan IVA diinterpretasikan sebagai berikut:
1. Negatif: Tidak tampak gambaran acetowhite, tampak polip, servisitis,
inflamasi, kista naboti
2. Curiga kanker: Tampak ulkus pada serviks atau terlihat perdarahan yang
menutupi gambaran acetowhite
3. Positif: Gambaran acetowhite pada daerah transformasi dengan atau
tanpa peninggian margin sambungan skuamokolumnar, leukoplakia, kutil
Jika terlihat adanya jaringan yang diduga kanker, maka hentikan
pemeriksaan dan rujuk pasien untuk menjalani biopsi. Jika yang melakukan
pemeriksaan IVA adalah spesialis obstetri dan ginekologi, maka biopsi
langsung dapat dilakukan saat pemeriksaan IVA.
Jika hasil IVA positif, lakukan pemeriksaan kolposkopi dan biopsi. Jika
normal, maka lakukan pemeriksaan IVA ulang dalam 3-5 tahun. Jika tidak,
tangani berdasarkan hasil biopsi.
Jika biopsi tidak dapat dilakukan, penanganan dapat didasarkan pada hasil
kolposkopi saja:
1. Normal: lakukan pemeriksaan IVA ulang dalam 3-5 tahun
2. Dicurigai cervical intraepithelial neoplasia: pertimbangkan apakah lesi
dapat menjalani krioterapi atau tidak. Jika dapat, maka lakukan
krioterapi dan follow up kondisi pasien dalam 9-12 bulan. Jika tidak,
rujuk pasien untuk penanganan selanjutnya.
3. Kanker invasif: rujuk pasien untuk biopsi dan penanganan kanker
serviks sesuai hasil biopsi
6
1.6.4 Teknik atau posedur pemeriksaan IVA Test
Menurut Rasjidi (2009), teknik pemeriksaan IVA adalah sebagai berikut :
1. Memasang alat pelebar (speculum) yang sebelumnya dibasuh dengan air
hangat dan dimasukkan kedalam vagina untuk melihat leher rahim.
7
6. Melihat dengan cermat dan meyakinkan daerah skuamo-kolumnar (zona
transformasi), mencatat bila serviks mudah berdarah, melihat adanya
plaque warna putih dan tebal atau epitel acetowhite bila menggunakan
asam asetat atau warna kekuningan bila menggunakan larutan lugol.
Membersihkan segala darah dan debris pada saat pemeriksaan
7. Membersihkan sisa larutan asam asetat dan larutan lugol dengan lidi
kapas atau kasa bersih
8. Melepas spekulum dengan hati-hati
9. Mencatat hasil pengamatan, dan menggambar denah temuan
1.7 Kelebihan metode IVA Test
Alat-alat yang baik harus mempunyai syarat-syarat kualitas seperti efekif,
aman, praktis, mampu dan tersedia. Inspeksi visual dengan asam asetat
merupakan metode skrining dengan kelebihan-kelebihan sebagai berikut :
1. Pemeriksaat bersifat tidak invasif, mudah pelaksanaannya serta murah
2. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi,
dapat dikerjakan oleh tenaga medis pada semua tingkat pelayanan
kesehatan seperti perawat dan bidan
3. Alat-alat yang dibutuhkan sangat sederhana
4. Hasil didapat dengan segera, tidak perlu menunggu hasil dari
labolatorium sebagaimana pada pemeriksaan sitologi, sehingga
perawatan dapat diberikan segera bahkan bersamaan dengan
pemeriksaan ini resiko hilangnya kasus dalam tingkat lanjut kecil
5. Memiliki sensivitas tinggi
Namun disamping kelebihan-kelebihan diatas pemeriksaan IVA
memiliki beberapa kelemahan atau keterbatasan diantarnya nilai positif
palsu yang tinggi disamping itu pemeriksaan IVA tidak bisa mengamati
kelainn pada endoserviks yang pada 3 dekade terakhir ini terjadi
peningkatan proporsi relatif dari lesi glandular serviks.
8
selama 1-2 hari setelah pemeriksaan. Apabila efek samping tersebut tidak kunjung
hilang atau disertai keluhan lain, segera periksakan diri ke dokter.
9
Petugas kesehatan Sample taker Bidan
(Bidan/perawat/dokter Perawat
umum/dr. spesialis) Dokter umum
dr. Spesialis
Sensivitas 70%-80% 65%-96%
Spesifitas 90%-95% 54%-98%
Hasil 1 hari- 1 bulan Langsung
Sarana Spekulum, lampu sorot, Spekulum, lampu sorot,
kaca benda, laboratorium asam asetat
Dokumentasi Ada (dapat dinilai ulang) Tidak ada
1.11 Program Skrining oleh WHO
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun
2. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55
tahun
3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun
4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setip 3 tahun pada wanita usia
25-60
5. Srining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau seumur hidup
memiliki dampak yang cukup signifikan
Di indonesia, dianjurkan untuk melkukan IVA bila: hasil positif (+) adalah
tahun dan bila hasil negativ (-) adalah 5 tahun.
10
DAFTAR PUSTAKA
Dasen, W, Ed. 2008. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Emilia, dkk, Ed. 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta : MedPress
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Rasjidi, I. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker Pada Wanita. Jakarta:
Sagung seto Wiyono, S. 2004. Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) Untuk Deteksi
Dini Lesi Prakanker Serviks, Semarang, FK UNDIP. Tesis
Direktorat Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Direktorat
Jenderal Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit. 2016. Penapisan kanker
leher rahim lewat kunjungan tunggal tes IVA. Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. [Online]. Available from:
http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/penapisan-kanker-leher-rahim-
lewat-kunjungan-tunggal-tes-iva.
Diakses tanggal 01 Mei 2021
World Health Organization. 2017. Training of health staff in VIA, HPV detection
test and cryotherapy-Trainees's handbook: World Health Organization.
Bray F, Ferlay , Soejomataram I, Siegel RL, Torre A, Jemal A. Global Cancer
Statistics 2018: GLOBOCAN Estimates of Incidence and Mortality
Worldwide for 36 Cancers in 185 Countries. CA: A Cancer Journal for
Clinicians. 2018; 68 : p. 394-424.
Juanda D, Kesuma H. 2015. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam
11
Asetat) untuk Pencegahan Kanker Serviks. Jurnal Kedokteran dan
Kesehatan. 169-174.
Carr KC, Sellors JW. 2004. Cervical Cancer Screening in Low Resource Settings:
Using Visual Inspection With Acetic Acid. J Midwifery Womens
Health.;49(4).
12