Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TUGAS INDIVIDU

PENGORGANISASIAN DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

SURVEY PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TENTANG PAP


SMEAR/IVA PADA KELUARGA MAHASISWA FKM UI

Dosen Pengampu : Caroline Endah Wuryaningsih, S.S., M.Kes

Disusun oleh:
Winona Margareth Cindy Teresa Aipipidely
2206079782
S1 Reguler Kesehatan Masyarakat 2022

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS INDONESIA
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................2
Pendahuluan.......................................................................................................3
Tujuan…….........................................................................................................3
Tinjauan Pustaka ...............................................................................................4
1. Kanker Serviks ..............................................................................................4
2. Pap Smear.......................................................................................................4
3. IVA ................................................................................................................5
4. Vaksinasi HPV ..............................................................................................5
Hasil penelitian dan pembahasan.......................................................................6
Kesimpulan .....................................................................................................10
Daftar Pustaka .................................................................................................10
Pendahuluan
Saat ini telah muncul banyak ancaman kesehatan global yang signifikan.
Penyakit tidak menular merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang
sedang marak terjadi di berbagai kalangan. Lebih dari 70% kematian di dunia
disebabkan oleh penyakit tidak menular seperti kanker, diabetes, dan penyakit
jantung. Penyakit kanker yang sedang menjadi perhatian terutama dikalangan
wanita adalah penyakit kanker serviks. Penyakit kanker serviks sangat perlu
untuk mendapatkan perhatian yang besar dalam penanganannya. Data terbaru
dari profil kesehatan Indonesia tahun 2021 menunjukkan bahwa kanker serviks
di Indonesia merupakan penyakit kanker kedua terbesar setelah kanker
payudara, dengan jumlah kasus sebanyak 36.633 kasus atau 17,2% dari seluruh
kanker pada wanita. Kanker serviks disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perilaku seks yang berisiko (tidak menggunakan pengaman), infeksi human
papilloma virus (HPV), serta kurangnya akses ke pelayanan kesehatan.

Dalam mengatasi isu kesehatan ini, terdapat beberapa upaya untuk mencegah
kanker serviks seperti meningkatkan cakupan skrinning dan melakukan
vaksinasi HPV. Dua teknik pemeriksaan utama yang digunakan dalam skrinning
kanker serviks adalah Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan Pap smear. Pap
smear telah lama menjadi standar terbaik dalam deteksi dini kanker serviks
karena memiliki banyak keunggulan seperti dapat memberikan informasi yang
lebih rinci tentang jenis dan keparahan penyakit. Terdapat juga teknik lain yaitu
IVA sebagai alternatif terutama di daerah dengan sumber daya terbatas, karena
sifatnya yang lebih sederhana, murah, dan dapat memberikan hasil dengan
cepat. Meskipun demikian, kedua teknik ini tidak dapat menentukan diagnosis
penyakit secara langsung serta terdapat kelemahan dan tantangannya tersendiri,
sehingga penting untuk memiliki pemahaman yang mendalam terhadap
kelebihan dan kelemahan masing-masing teknik skrinning tersebut.

A. Tujuan
1. Mengetahui lebih lanjut mengenai Pap Smear
2. Mendapatkan pemahaman yang lebih mengenai kanker serviks
3. Menambah pemahaman tentang IV A
4. Mengetahui tentang Vaksinasi HPV
5. Mengetahui pengetahuan orang-orang terdekat tentang Pap Smear
dan IVA
Tinjauan Pustaka
1. Kanker Serviks
Kanker serviks adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan
sel-sel epitel serviks yang tidak terkontrol (Mirayashi, 2013). Faktor
utama penyebab kanker serviks adalah adanya infeksi HPV, usia saat
berhubungan seksual pertama, sering berganti pasangan seksual, dan
paritas. Pada stadium awal, kanker serviks tidak menunjukan tanda-tanda
yang khas, bahkan bisa tanpa gejala. Sedangkan pada stadium lanjut,
terdapat beberapa gejala yang muncul seperti keputihan abnormal,
perdarahan sesudah menopause, serta keluar cairan abnormal yaitu
berwarna kekuning-kuningan, berbau, dan bercampur darah.
Bertambahnya jumlah penderita kanker serviks sangatlah berpengaruh
terhadap aspek pembiayaan kesehatan oleh pemerintah, sehingga
diperlukan upaya untuk mencegah kanker serviks yaitu dengan
melakukan deteksi dini. Jika kanker serviks diketahui sejak dini, maka
akan lebih mudah dalam menjalani pengobatan dan juga mengurangi
pembiayaan kesehatan. Kemungkinan akan pulih dari kanker serviks juga
menjadi lebih besar karena pada stadium awal, sel-sel kanker belum
menyebar ke banyak bagian tubuh manusia.
Pengobatan kanker serviks adalah dengan membunuh sel-sel kanker,
mengendalikan pertumbuhan sel kanker, dan menghentikan
pertumbuhannya agar tidak menyebar atau mengurangi gejala-gejala yang
terjadi. Kemoterapi merupakan proses pengobatan kanker yang bersifat
sistemik karena dapat menjangkau sel-sel kanker yang mungkin sudah
menyebar ke bagian tubuh lain. Kemoterapi memiliki efek samping yang
umum terjadi seperti salah satunya adalah merontoknya rambut pasien.
Pengobatan kanker serviks diberikan sesuai dengan stadium, berat badan,
dan tinggi badan karena dapat menimbulkan ketidaktepatan terapi yang
diberikan.

2. Pap Smear
Pap smear merupakan suatu metode pemeriksaan untuk deteksi dini
kanker serviks. Pap smear dilakukan dengan mengambil sel epitel yang
terdapat di leher rahim dan kemudian dianalisis kenormalannya.
Langkah-langkah singkat dari Pap smear adalah dengan dokter akan
memasukkan spekulum ke dalam vagina untuk memperluas saluran
vagina dan leher rahim, kemudian sel-sel dari leher rahim akan diambil
dan diperiksa menggunakan mikroskop. Metode ini bertujuan untuk
menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Berdasarkan cara
pemeriksaannya, Pap smear memiliki hasil yang lebih spesifik dan akurat
dibandingkan dengan IVA, keakuratan Pap smear mencapai angka 80%.
Dengan menjalani Pap smear secara rutin dan berkala, kondisi leher
rahim dapat terpantau dan kanker serviks dapat dideteksi sejak dini.
Pap smear dianjurkan dilakukan setiap 3 tahun sekali pada wanita usia
21 tahun ke atas, sedangkan pada wanita berusia 30-65 tahun, Pap smear
dapat dilakukan setiap 5 tahun sekali dan perlu digabungkan dengan
pemeriksaan HPV. Melakukan Pap smear juga tidak dianjurkan bagi
wanita yang sedang hamil dengan usia kehamilan diatas 25 minggu
karena dapat memberikan efek nyeri yang cukup hebat saat pemeriksaan,
sehingga disarankan untuk melakukan Pap smear setelah 12 minggu
melahirkan. Pap smear juga tidak dianjurkan pada saat menstruasi karena
dapat membuat hasilnya kurang akurat, sehingga sebaiknya dilakukan 5
hari setelah menstruasi. Efek samping dari pemeriksaan ini adalah pasien
mungkin akan mengalami perdarahan ringan setelah pap smear.

3. IVA
Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah metode pemeriksaan deteksi
dini kanker serviks. Metode ini menggunakan asam asetat untuk
memeriksa leher rahim. Pemeriksaan ini dilakukan dengan dokter yang
akan memasukan spekulum ke dalam vagina, kemudian dokter akan
mencelup gumpalan kapas bertangkai ke dalam asam asetat dan
mengoleskannya pada permukaan mulut rahim. Dokter akan menganalisis
leher rahim yang telah dioleskan asam asetat 3-5% secara langsung untuk
mendeteksi perubahan warna pada leher rahim yang mungkin
menunjukkan tanda kanker serviks yaitu jika berubah warna menjadi
putih yang tegas. Salah satu kelebihan dari pemeriksaan ini adalah
hasilnya lebih cepat diketahui sehingga dapat diterapkan pada daerah
yang memiliki keterbatasan sumber daya. Pemeriksaan IVA Indonesia
dilakukan minimal 3 tahun sekali.

4. Vaksinasi HPV
Vaksinasi Human Papiloma Virus (HPV) merupakan salah satu cara
pencegahan primer kanker serviks dengan tingkat keberhasilan yang
dapat mencapai 100% jika diberikan sebanyak 2 dosis dengan jarak
pemberiannya sejauh 1-2 bulan pada kelompok wanita yang belum
pernah terinfeksi HPV yaitu pada perempuan dengan rentang umur 9-13
tahun. Sedangkan untuk remaja perempuan dengan usia 16 tahun keatas,
umumnya akan diberikan vaksin HPV sebanyak 3 dosis dengan jarak
pemberian dosis pertama dan kedua adalah sejauh 1-2 bulan, dan dosis
ketiga diberikan 6 bulan setelah dosis pertama.
Terdapat beberapa kelompok yang tidak diperbolehkan menerima
vaksin HPV, yaitu wanita yang sedang hamil, wanita yang mengalami
reaksi alergi berat pada saat pemberian dosis pertama, serta perempuan
yang sedang sakit. Efek samping dari pemberian vaksin HPV adalah rasa
nyeri, bengkak, gatal, atau kemerahan di area bekas suntikan, demam
ringan, sakit kepala, lelah, mual, dan pingsan.

Hasil Penelitian dan Pembahasan


Survey ditujukan kepada keluarga dari mahasiswa FKM UI yang aktif secara
seksual menggunakan media Google Form yang dapat diakses pada tautan
https://forms.gle/f1YVy8mrDLvxLgru6. Berikut adalah hasil dari penelitian
mengenai pengetahuan responden terhadap Pap Smear dan IVA.

1. Responden pertama
Nama: Rina I. Aipipidely
Hubungan responden dengan mahasiswa: Ibu
Umur responden: >50 tahun
Pendidikan terakhir: D3
Pekerjaan: Pegawai Swasta

a. Apakah pernah mendengar tentang Pap Smear atau IVA ?


- Pernah mendengar keduanya
b. Apa yang anda ketahui mengenai Pap Smear atau program IVA di
Puskesmas?
- Pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks
c. Apa pendapat anda mengenai program tersebut?
- Sangat baik untuk upaya pencegahan kanker serviks
d. Apakah pernah melakukan Pap Smear atau IVA?
- Pernah keduanya
e. Kapan terakhir melakukan Pap Smear / IVA?
- Lebih dari 3 tahun yang lalu
f. Dimana melakukan Pap Smear / IVA?
- Rumah Sakit
g. Berapa biaya yang dikeluarkan?
- Gratis
h. Apa alasannya mau melakukan Pap Smear atau IVA?
- Untuk mendeteksi secara dini kanker serviks
i. Apa ada manfaat yang dirasakan?
- Ada
j. Apa ada rencana untuk melakukan pap smear/IVA di masa
mendatang?
- Tidak tahu

2. Responden kedua
Nama: Eni Renati Pudyaswari
Hubungan responden dengan mahasiswa: Tante
Umur responden: >50 tahun
Pendidikan terakhir: S1
Pekerjaan: Pegawai Swasta

a. Apakah pernah mendengar tentang Pap Smear atau IVA ?


- Pernah mendengar keduanya
b. Apa yang anda ketahui mengenai Pap Smear atau program IVA di
Puskesmas?
- Pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks
c. Apa pendapat anda mengenai program tersebut?
- Sangat baik untuk upaya pencegahan kanker serviks
d. Apakah pernah melakukan Pap Smear atau IVA?
- Pernah pap smear tapi tidak pernah IVA
e. Kapan terakhir melakukan Pap Smear / IVA?
- Lebih dari 3 tahun yang lalu
f. Dimana melakukan Pap Smear / IVA?
- Rumah Sakit
g. Berapa biaya yang dikeluarkan?
- Rp.1.000 - Rp. 20.000
h. Apa alasannya mau melakukan Pap Smear atau IVA?
- Takut terkena kanker serviks
i. Apa ada manfaat yang dirasakan?
- Ada
j. Apa ada rencana untuk melakukan pap smear/IVA di masa
mendatang?
- Iya

3. Responden kedua
Nama: Prisilia Natalindah
Hubungan responden dengan mahasiswa: Tante
Umur responden: 41 - 50 tahun
Pendidikan terakhir: S1
Pekerjaan: D3

a. Apakah pernah mendengar tentang Pap Smear atau IVA ?


- Pernah mendengar keduanya
b. Apa yang anda ketahui mengenai Pap Smear atau program IVA di
Puskesmas?
- Pemeriksaan untuk deteksi dini kanker serviks
c. Apa pendapat anda mengenai program tersebut?
- Sangat baik untuk upaya pencegahan kanker serviks
d. Apakah pernah melakukan Pap Smear atau IVA?
- Tidak pernah keduanya
e. Apakah tertarik untuk melakukan Pap smear atau program IVA di
puskesmas?
- Tertarik
f. Apa alasan tertariknya?
- Untuk deteksi dini kanker serviks

Demikian adalah hasil dari survey yang telah dilakukan peneliti terhadap
keluarga yang aktif secara seksual. Berdasarkan hasil survey pada responden
pertama, yaitu ibu dari peneliti, didapatkan hasil bahwa responden pertama
sudah mengetahui mengenai Pap smear dan IVA. Responden juga memahami
maksud dari tujuan adanya program Pap smear dan IVA di puskesmas, yaitu
untuk melakukan deteksi dini kanker serviks. Responden pertama berpendapat
bahwa program tersebut sangat baik sebagai upaya pencegahan kanker serviks
karena responden juga sudah pernah melakukan kedua pemeriksaan tersebut
yang dilakukan sudah lebih dari 3 tahun yang lalu. Responden melakukan Pap
smear dan IVA di Rumah Sakit tempat beliau bekerja sehingga biaya yang
dikeluarkan adalah gratis. Alasan responden melakukan Pap smear dan IVA
adalah untuk mendeteksi secara dini kanker serviks dikarenakan pada saat itu,
sedang marak terjadi kanker serviks pada wanita. Responden juga mendapatkan
manfaat dari melakukan pemeriksaan tersebut. Untuk melakukan pemeriksaan
selanjutnya, responden masih belum mengetahuinya.

Pada responden kedua yang merupakan tante dari peneliti, didapatkan hasil
bahwa responden kedua sudah mengetahui mengenai Pap smear dan IVA.
Responden juga memahami maksud dari tujuan adanya program Pap smear dan
IVA di puskesmas, yaitu untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Responden kedua berpendapat bahwa program tersebut sangat baik sebagai
upaya pencegahan kanker serviks. Berbeda dengan responden pertama,
responden kedua hanya pernah melakukan Pap smear, tidak pernah melakukan
IVA. Responden kedua melakukan Pap Smear lebih dari 3 tahun yang lalu di
Rumah sakit dengan mengeluarkan biaya antara Rp. 1000 - Rp. 20.000. Alasan
responden melakukan Pap smear adalah karena responden takut terkena kanker
serviks. Responden juga merasakan manfaat dari pemeriksaan Pap smear dan
berencana untuk melakukan Pap smear dimasa yang akan datang.

Terakhir, pada responden ketiga yang juga merupakan tante dari peneliti,
didapatkan hasil bahwa responden ketiga sudah mengetahui mengenai Pap
smear dan IVA. Responden juga memahami maksud dari tujuan adanya program
Pap smear dan IVA di puskesmas, yaitu untuk melakukan deteksi dini kanker
serviks. Responden ketiga berpendapat bahwa program tersebut sangat baik
sebagai upaya pencegahan kanker serviks. Berbeda dengan responden pertama
dan kedua, responden ketiga belum pernah melakukan Pap smear dan IVA,
namun responden tertarik untuk melakukan Pap smear secepatnya karena
responden ingin melakukan deteksi dini kanker serviks.
Kesimpulan
Kanker serviks merupakan penyakit yang berbahaya terutama jika tidak
ditangani atau dideteksi sejak dini, sehingga deteksi dini kanker serviks
merupakan langkah penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian
penyakit ini. Metode skrining seperti Pap smear dan Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA) telah terbukti efektif dalam mengidentifikasi penyakit kanker
serviks. Dibuktikan juga dengan survey yang telah dilakukan, bahwa wanita
yang telah melakukan Pap smear atau IVA juga merasakan manfaat dari
pemeriksaan tersebut. Namun sayangnya implementasi skrinning kanker serviks
masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk akses yang terbatas, kurangnya
infrastruktur kesehatan yang memadai, dan faktor-faktor budaya atau sosial
yang memengaruhi partisipasi masyarakat. Sehingga upaya promosi kesehatan
mengenai hal ini perlu digalakkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam skrining kanker serviks.

Daftar Pustaka

Klevina, M. D., & Villasari, A. (2022). PENINGKATAN PENGETAHUAN TENTANG PAP


SMEAR MELALUI PENDIDIKAN KESEHATAN PADA WANITA USIA SUBUR.
Jurnal Bhakti Civitas Akademika, 5(1), 31-37. https://doi.org/10.56586/jbca.v5i1.169
[Accessed 19 February 2024]

Ulfah Nuraini karim, Aliana Dewi, Yoanita Hijriyati (2021). Analisa Faktor Resiko Kanker
Serviks Dikaitkan Dengan Kualitas Hidup Pasien Di Rsia Bunda Jakarta [PDF file].
Retrieved from
https://repository.binawan.ac.id/1453/1/Analisa%20Faktor%20Resiko%20Kanker%20Servik
s%20%20Dikaitkan%20Dengan%20Kualitas%20Hidup%20Pasien%20Di%20Rsia%20Bund
a%20Jakarta.pdf [Accessed 19 February 2024]

Thieny H.I Mumekh, Cut Mutiya Bunsal, Sunarti Basso (2022). EDUKASI KESEHATAN
VAKSINASI HUMAN PAPILOMA VIRUS (HPV) PADA ANAK SEKOLAH TERHADAP
PENGETAHUAN SIKAP GURU [PDF file]. Jurnal Kesehatan: Amanah Prodi Ners
Universitas Muhammadiyah Manado, 12, 159944. Retrieved from
https://ejournal.unimman.ac.id/index.php/jka/article/download/155/172 [Accessed 19
February 2024]

Lantika, Y. F. O., Rusli, R., & Ayu, W. D. (2017). Kajian Pola Pengobatan Penderita Kanker
Serviks Pada Pasien Rawat Inap Di Instalasi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Periode
2014-2015. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 1(8), 448–455. https://doi.org/10.25026/jsk.v1i8.89
[Accessed 19 February 2024]
Putri Damayanti (2021). Pengaruh Dukungan Suami Pada Perilaku Deteksi Dini Kanker
Serviks: Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) [PDF file]. Retrieved from
https://journal.fkm.ui.ac.id/bikfokes/article/view/4654 [Accessed 19 February 2024]

Anda mungkin juga menyukai