Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESEHATAN PEREMPUAN DAN PERENCANAAN KELUARGA


“ PEMERIKSAAN PAP SMEAR ”

OLEH
Kelompok 3

1. Cornelia Petronela Halono (P07124020048)


2. Dahlia Rosdiana Batuwael (P07124020049)
3. Frani Amellia Ririhatuela (P07124020054)
4. Jumaida Nur Majid (P07124020062)
5. Viona Yacob (P07124020081)
6. Wulan Massry (P07124020086)
7. Yeyen De Fretes (P07124020087)

POLTEKKES KEMENTRIAN KESEHATAN MALUKU


PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN AMBON
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa, karena
atas limpahan rahmat dan hidayat-nyalah, sehingga penulisan makalah yang
berjudul “pemeriksaan pap smear”, dapat terselesaikan dengan baik. Dalam
penyusunan makalah ini banyak tantangan dan hambatan yang kami alami,
namun berkat ketekunan dan kerja keras serta do’a sehingga semua ini dapat
terlewati.
Kami menyadari makalah ini masih jauh kata kesempurnaan kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk dapat memperbaiki
kesalahan-kesalah dalam makalah ini.

Ambon, 19 april 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk
mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting
diIndonesia mengingat WHO menempatkan Indonesia sebagai negara
dengan jumlah penderita kanker serviks terbanyak di dunia. Dilihat dari hasil
data, tiap harinya 20 dari 40 wanita di Indonesia yang terdiagnosa kanker
serviks meninggal dunia (Media Komunikasi Publik Kemenkes RI, 2015).
Pap smear tidak hanya dapat mendeteksi sel-sel abnormal untuk lesi
prakanker ataupun kanker serviks saja karena Pap smear juga dapat melihat
adanya kelainan lain yaitu servisitis. Penelitian oleh Gondo Mastutik et al.
(2015) menunjukkan bahwa dari 140 perempuan yang melakukan skrining
dengan Pap smear, hasil Pap smear dengan gambaran normal menurut
sistem Bethesda ada sebesar 12,1%, untuk gambaran Negative for
Intraepithelial Lesion or Malignancy (NILM) sebesar 86,4% dan gambaran
Low-grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL) sebesar 1,4%. Masih pada
penelitian yang sama, angka kejadian trikomoniasis pada NILM dengan
peradangan ada sebesar 0,7%, untuk infeksi jamur sebesar 15,7%, infeksi
bakterial vaginosis (BV) 10,7%, infeksi bakteri dan jamur 0,7% dan infeksi
non spesifik 58,6% (Mastutik et al., 2015).
Menurut sistem Bethesda tahun 2001, NILM terdiri dari temuan non
neoplastik dan organisme seperti Trichomonas vaginalis, jamur yang
morfologinya sesuai dengan Candida sp., bakteri yang morfologinya sesuai
dengan Actinomyces sp.,atau adanya pergeseran flora pada BV dan
sebagainya. Sedangkan temuan non neoplastik yang dapat dilihat antara lain
perubahan seluler terkait peradangan, sel glandular paska-histerektomi dan
gambaran atrofi (Mastutik et al., 2015). Peradangan pada serviks (servisitis)
sendiri terbagi menjadi servisitis infeksi dan non infeksi (Kumar et al., 2012).
Penyebab servisitis non infeksi meliputi benda asing yaitu alat kontrasepsi
intrauterin (IUD) atau bisa juga karena bahan
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa defenisi pemeriksaan pap smear ?
2. Apa saja tujuan pemeriksaan pap smear ?
3. Siapa yang dianjurkan melakukan pemeriksaan pap smear ?
4. Kapan waktu pemeriksaan pap smear dilakukan ?
5. Apa saja syarat yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan pap smear ?
6. Kendala apa yang dihadapi dalam melakukan pemeriksaan pap smear ?
7. Bagaimana prosedur pemeriksaan pap smear ?
8. Apa hasil pemeriksaan pap smear ?
9. Apasaja faktor resiko yang menyebabkan kanker serviks ?

1.3 Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui defenisi pap smear.
2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan pap smear.
3. Untuk mengetahui siapa yang dianjurkan melakukan pemeriksaan pap
smear.
4. Untuk mengetahui waktu pemeriksaan pap smear.
5. Untuk mengetahui syarat yang harus dipenuhi dalam pemeriksaan pap
smear.
6. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam melakukan pemeriksaan
pap smear.
7. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan pap smear.
8. Untuk mengetahui hasil dari pemeriksaan pap smear.
9. Untuk mengetahui faktor resiko yang menyebabkan kanker serviks.
BAB II
PEMABAHASAN

1.1 Pengertian Pap Smear


Pap Smear pertama kali dikenalkan oleh: George Nicholas Papanicolaou
(1928).  Merupakan Sitologi Non-Eksfoliatif. Pemeriksaan morfologi sel leher
rahim: mudah, murah, sederhana, aman, akurat.
Pap Smear adalah suatu tes yang aman dan murah dan telah dipakai
bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi
pada sel-sel leher rahim (Fitria, 2007). Pap Smear adalah ilmu yang
mempelajari sel-sel yang lepas dari sistem alat kandungan wanita (Lestadi,
2009).

2.2 Tujuan Pemeriksaan Pap Smear menurut sukaca 2009


Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher rahim. Meskipun
kanker tergolong penyakit mematikan, namun sebagian besar dokter ahli
kanker menyebutkan bahwa dari seluruh jenis kanker, kanker servik
termasuk yang paling bisa dicegah dan diobati apabila terdeteksi sejak awal.
Oleh karena itu, dengan mendeteksi kanker servik sejak dini diharapkan
dapat mengurangi jumlah penderita kanker serviks (Wijaya, 2010).
Beberapa tujuan dari pemeriksaan Pap Smear yang dikemukakan oleh
Sukaca, 2009 yaitu :
1. Untuk mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi kanker.
2. Untuk mengetahui normal atau tidaknya sel-sel di serviks.
3. Untuk mendeteksi perubahan prakanker pada serviks.
4. Untuk mendeteksi infeksi-infeksi disebabkan oleh virus urogenital dan
penyakit-penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual.
5. Untuk mengetahui dan mendeteksi sel abnormal yang terdapat hanya
pada lapisan luar dari serviks dan tidak menginvasi bagian dalam.
6. Untuk mengetahui tingkat berapa keganasan kanker serviks
2.3 Manfaat pap smear menurut Lestadi 2009 yaitu:
1. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan pap smear yang bahan pemeriksaannya adalah sekret
vagina yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
2. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan servik pada umumnya dapat didiagnosa
dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut maupun kronis.
3. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang
sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ
tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina
dan serviks, sulit diidentifikasi dengan pap smear, sehingga berdasarkan
perubahan yang ada pada sel tersebut, dapat diperkirakan organisme
penyebabnya.
4. Mendiagnosis kelainan prakanker (displasia) leher rahim dan kanker
leher rahim dini atau lanjut (karsinoma/invasif)
Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi prakanker atau kanker leher
rahim. Pap smaer yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining
deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik
prakanker dan kanker leher rahim yang ampuh dengan ketepatan
diagnostik yang tinggi, yaitu 96% terapi didiagnostik sitologi tidak dapat
menggantikan diagnostik histopatologik sebagai alat pemasti diagnosis.
5. Memantau hasil terapi
Memantau hasil terapi hormonal, misalnya infertilitas atau gangguan
endokrin. Memantau hasil terapi radiasi pada kasus kanker leher rahim
yang telah diobati dengan radiasi, memantau adanya kekambuhan pada
kasus kanker yang telah dioperasi, memantau hasil terapi lesi prakanker
atau kanker leher rahim yang telah diobati dengan elekrokauter
kriosurgeri, atau konisasi.
2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi pap smear menurut Fitria (2007)
1. Umur
Perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim paling sering ditemukan
pada usia 35-55 tahun dan memiliki risiko 2-3 kali lipat untuk menderita
kanker leher rahim. Semakin tua umur seseorang akan mengalami
proses kemunduran, sebenarnya proses kemunduran itu tidak terjadi
pada suatu alat saja, tetapi pada seluruh organ tubuh. Semua bagian
tubuh mengalami kemunduran, sehingga pada usia lebih lama
kemungkinan jatuh sakit (Fitria, 2007).
2. Sosial ekonomi
Golongan sosial ekonomi yang rendah sering kali terjadi keganasan
pada sel-sel mulut rahim, hal ini karena ketidakmampuan melakukan
pap smear secara rutin (Fitria, 2007).
3. Paritas
Paritas adalah seseorang yang sudah pernah melahirkan bayi yang
dapat hidup. Paritas dengan jumlah anak lebih dari 2 orang atau jarak
persalinan terlampau dekat mempunyai risiko terhadap timbulnya
perubahan sel-sel abnormal pada leher rahim. Jika jumlah anak
menyebabkan perubahan sel abnormal dari epitel pada mulut rahim
yang dapat berkembang pada keganasan (Fitria, 2007).
4. Usia wanita saat nikah
Usia menikah <20 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami
perubahan sel- sel mulut rahim. Hal ini karena pada saat usia muda sel-
sel rahim masih belum matang, maka sel-sel tersebut tidak rentan
terhadap zat-zat kimia yang dibawa oleh sperma dan segala macam
perubahannya, jika belum matang, bisa saja ketika ada rangsangan sel
yang tumbuh tidak seimbang dan sel yang mati, sehingga kelebihan sel
ini bisa merubah sifat menjadi sel kanker (Fitria, 2007).

2.6 Wanita yang dianjurkan tes pap smear


Wanita yang dianjurkan untuk melakukan tes pap smear biasanya mereka
yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga
wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri, berikut
ini adalah wanita-wanita sasaran tes pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
1. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau
belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HIV atau kutil kelamin.
3. Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun.
4. Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB.
5. Pap tes setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun.
6. Sesudah 2 kali pap tes (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan
bahwa wanita risiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap smear.
7. Sesering mungkin jika hasil pap smear menunjukkan abnormal, sesering
mungkin setelah penilaian dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.

2.7 Tempat pemeriksaan Pap Smear menurut Sukaca 2009 dapat dilakukan
di:
1. Rumah sakit pemerintah.
2. Rumah sakit swasta.
3. Laboratorium swasta, dengan harga yang cukup terjangkau.
4. Tempat-tempat yang menyediakan fasilitas pap smear.

2.8 Syarat Pengambilan Bahan


Penggunaan pap smear untuk mendeteksi dan mendiagnosis lesi prakanker
dan kanker leher rahim, dapat menghasilkan interprestasi sitologi yang
akurat bila memenuhi syarat (Romauli dan Vindari, 2011) yaitu:
1. Bahan pemeriksaan harus berasal dari porsio leher rahim.
2. Pengambilan pap smear dapat dilakukan setiap waktu di luar masahaid,
yaitu sesudah hari siklus haid ketujuh sampai dengan masa
pramenstruasi.
3. Apabila klien mengalami gejala perdarahan di luar masa haid dan
dicurigai penyebabnya kanker leher rahim, sediaan pap smear harus
dibuat saat itu walaupun ada perdarahan.
4. Pada peradangan berat, pengambilan sediaan ditunda sampai selesai
pengobatan.
5. Klien dianjurkan untuk tidak melakukan irigasi vagina (pembersihan
vagina dengan zat lain), memasukkan obat melalui vagina atau
melakukan hubungan seks sekurang-kurangnya 24 jam, sebaiknya 48
jam.
6. Klien yang sudah menopause, pap smear dapat dilakukan kapan saja.

2.9 Syarat Pendeteksian Pap Smear


Hal-hal yang penting yang harus diperhatikan saat melakukan pap smear
menurut (Sukaca, 2009) yaitu:
1. Pengambilan dimulai minimal dua minggu setelah dan sebelum
menstruasi sebelumnya.
2. Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai
aktivitas seksualnya.
3. Tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 1 hari sebelum
pengambilan bahan pemeriksaan.
4. Pembilasan vagina dengan bahan kimia tidak boleh dilakukan dalam 24
jam sebelumnya.
5. Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang pemeriksaan
pap smear.

2.4 Waktu untuk Melakukan Pap Smear


Pemeriksaan Pap Smear dapat dilakukan kapan saja kecuali pada saat haid
karena darah atau sel dari dalam rahim dapat mengganggu keakuratan hasil
pap smear, namun waktu yang tepat untuk melakukan Pap Smear adalah
satu atau dua minggu setelah berakhir masa menstruasi. Untuk wanita yang
sudah menopause biasa melakukan pemeriksaan pap smear kapan saja
( Dianada, 2008 ).
Adapun waktu untuk melakukan Pap Smear secara teratur yang dikemukan
oleh Sukaca, 2009 yaitu :
1. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau
belum menikah namun aktivitas seksualnya sangat tinggi.
2. Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual
atau pernah menderita infeksi HPV (Human Papilloma Virus) atau kutil
kelamin.
3. Setiap tahun untuk wanita yang berumur diatas 35 tahun.
4. Setiap tahun untuk wanita yang mengunakan pil KB.
5. Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia diatas 35 tahun atau untuk
wanita yang telah menjalani histerektomi bukan karena kanker, jika 3 kali
berturut-turut hasil pap smear menunjukan negative.
6. Setahun sekali bagi wanita yang berumur 40-60 tahun.
7. Sesudah 2x pap tes hasilnya negative dengan interval 3 tahun dengan
catatan bahwa wanita yang resiko tinggi harus lebih sering menjalakan
pap tes.
8. Sering mungkin jika hasil pap smear menunjukan abnormal sesering
mungkin setelah penilain dan pengobatan prakanker maupun kanker
serviks.

2.10 Pengelompokan pap smear


Pengelompokan atau Pengklasifikasian pap smear (Sukaca, 2009) yaitu:
1. Kelas I
Pada kelas I identik dengan normal smear, pemeriksaan ulang 1 tahun
lagi.
2. Kelas II
Pada kasus II menunjukkan adanya infeksi ringan nonspesifik, terkadang
disertai dengan kuman atau virus tertentu, disertai pula dengan kariotik
ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatannya
disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan
dilakukan pemeriksaan ulang setelah pengobatan.
3. Kelas III
Kelas III dapat ditemukan sel diaknostik sedang keradangan berat,
periksa ulang dilakukan setelah pengobatan.
4. Kelas IV
Dikelas IV telah ditemukan sel-sel yang telah mencurigakan dan ganas.
5. Kelas V
Ditemukan sel-sel ganas
2.11 Kendala Pap Smear (Romauli dan Vindari. 2011)
Dilakukan diatas hanya 5% perempuan di Indonesia yang bersedia
melakukan pemeriksaan pap smear banyak kendala. Hal tersebut terjadi
antara lain:
1. Kurangnya tenaga terlatih untuk pengambilan sediaan.
2. Tidak tersedianya peralatan dan bahan untuk pengambilan sediaan.
3. Tidak tersedianya sarana pengiriman sediaan.
4. Tidak tersedianya laboratorium pemprosesan sediaan serta tenaga
ahli sitologi.
2.12 Faktor Resiko
Dari hasil penelitian mutakhir diketahui bahwa penyebab kanker serviks
adalah sebagai berikut :
1. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV)
Lebih dari 90% kasus kondiloma serviks, semua NIS, dan kanker
serviks mengandung DNA virus HPV. Dari 70 tipe HPV yang
diketahui saat ini, ada 16 tipe HPV yang erat kaitannya dengan
kejadian kanker serviks. Virus ini ditularkan melalui hubngan seksual.
Wanita yang beresiko terkena penyakit akibat hubungan seksual juga
beresiko terinfeksi virus ini sehingga mempunyai resiko terkena
kanker serviks.
2. Prilaku Seksual
Berdasarkan penelitian, risiko kenker serviks meningkat lebih dari 10
kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila
hubungan seks pertama dibawah umur 15 tahun. Risiko juga
meningkat bila berhhubungan seks dengan laki-laki berisiko tinggi
( laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-
laki yang mengidap penyakit “jengger ayam” (kondiloma akuminatum)
di zakarnya (penis).
3. Merokok
Wanita merokok mempunyai risiko 2 kali lipat terhadap kanker serviks
dibandingkan degan wanita bukan terkandug nikotin dan zat lainnya
yang terdapat didalam rokok. Zat-zat tersebut dapat menurunkan
daya tahan serviks dan menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks
sehingga timbul kanker serviks, disamping merupakan kokarsinogen
infeksi virus.
4. Trauma Kronis Pada Serviks
Trauma ini terjadi karena persalinan yang berulang kali (banyak
anak), adanya infeksi, dan iritasi menahun.
5. Kontrasepsi Oral dapa Meningkatkan risiko
kali bila diminum dalam jangka panjang, yaitu lebih dari 4 tahun.
6. Defisiensi Zat Gizi
Beberapa penelitian dapat menyimpulkan bahwa dfisiensi asam folat
dapat meningkatkan risiko terjadinya NIS 1 da NIA 2, serta mungkin
juga meningkatkan risiko terkena kanker serviks pada wanita yang
rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E).

2.13 Prosedur Pemeriksaan Pap Smear


1. Persiapan Alat dan Bahan
a. Air mengalir
b. Spatula Ayre
c. Sabun cair
d. Pensil kaca (marker)
e. Larutan antiseptik
f. Spekulum
g. Alkohol 95%
h. Larutan hipoklorit
i. Kaca benda (object glass)
j. Lap bersih atau tissue
k. Baskom berisi larutan klorin 0,5%
l. Handuk kecil atau tissue
m. Sarung tangan steril
n. Formulir pemeriksaan
o. Tempat sampah non-medis
p. Tempat sampah medis
2. Menyiapkan Pasien
a. Sapalah pasien atau keluarganya dengan ramah dan
perkenalkan diri, serta tanyakan keadaannya, kemudian pasien
dipersilakan duduk.
b. Berikan informasi umum pada pasien atau keluarganya tentang
pengambilan Pap Smear, tujuan dan manfaat untuk keadaan
pasien.
c. Berikan jaminan tentang keamanan atas tindakan yang anda
lakukan serta jaminan tentang kerahasiaan yang diperlukan
pasien kepada pasien atau keluarganya.
d. Mintalah kesediaan pasien untuk pengambilan Pap Smear,
namun barengi dengan penjelasan tentang hak-hak pasien atau
keluarganya, misalnya tentang hak menolak tindakan
pengambilan Pap Smear tanpa kehilangan hak akan pelayanan
lain.
e. Minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas
pakaian dalam.
f. Persilahkan pasien untuk berbaring di ranjang ginekologi dan
mengatur pasien pada posisi litotomi.
g. Hidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang
akan diperiksa

3. Pengambilan Sampel dan Pembuatan Pap Smear


a. Siapkan peralatan dan bahan.
b. Cuci tangan aseptik dengan langkah seperti pada cuci tangan
rutin dengan menuangkan kira-kira 5 ml larutan antiseptik pada
tangan dan mengeringkan dengan mengangin-anginkan.
c. Menggunakan sarung tangan steril.
d. Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap
ke aspekus genitalis.
e. Lakukan periksa pandang (inspeksi) pada daerah vulva dan
perineum.
f. Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk
kiri pada introitus vagina (agar terbuka), masukkan ujung
spekulum dengan arah sejajar introitus (yakinkan bahwa tidak
ada bagian yang terjepit) dan dorong bilah spekulum ke dalam
lumen vagina.
g. Setelah masuk setengah panjang bilah, putar spekulum 90
derajat hingga tangkainya ke arah bawah. Atur bilah atas dan
bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah
(hingga masing-masing bila menyentuh dinding atas dan bawah
vagina).
h. Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan serviks
tampak jelas (perhatikan ukuran dan wama porsio, dinding dan
sekret vagina dan forniks).
i. Jika sekret vagina ditemukan banyak, bersihkan secara hati-hati
(supaya pengambilan epitel tidak terganggu).
j. Pengambilan sampel pertama kali dilakukan pada porsio
diusahakan di daerah squamo-columnair junction. Sampel
diambil dengan menggunakan spatula Ayre yang diputar 360°.
k. Oleskan sampel pada gelas objek diusahakan tidak terlalu
tebal/terlalu tipis.
l. Sampel segera difiksasi sebelum mengering. Fiksasi ini dapat
menggunakan spray yang disemprotkan dari jarak 20-25 cm,
atau dengan merendam pada wadah yang mengandung etil
alkohol 95% selama 15 menit yang kemudian dibiarkan
mengering kemudian diberi label.
m. Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan pengungkit dan pengatur
jarak bilah, kemudian keluarkan spekulum.
n. Letakkan spekulum pada tempat yang telah disediakan.
Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan
persilahkan ibu untuk mengambil tempat duduk.
o. Masukkan tangan yang masih bersarung tangan kedalam
baskom berisi larutan klorin 0,5%, gosokkan kedua tangan untuk
membersihkan bercak-bercak darah yang menempel pada
sarung tangan.
p. Lepaskan sarung tangan.
4. Hasil Pemeriksaan Pap Smear
a. Kelas 0     : Tidak dapat dinilai segera diambil smear ulang
b. Kelas I      : Normal Smear kontrol ulang 1-2 tahun lagi
c. Kelas II    : Proses radang dengan atau tanpa displasia ringan
kontrol ulang 3-6 bulan lagi
d. Kelas III   : Displasia Sedang – Berat kontrol ulang segera
e. Kelas IV   : Karsinoma Insitu kontrol ulang segera
f. Kelas V    : Karsinoma Invasif kontrol ulang segera

2.14 Pengiriman Spesimen


Dalam melakukan pengiriman spesimen Pap Smear, pengirim harus
menuliskan secara lengkap surat pengantar pemeriksaan laboratorium
yang berisi:
1. Tanggal pengiriman.
2. Tanggal dan jam pengambilan spesimen.
3. Data penderita (nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor rekam
medik).
4. Identitas pengirim.
5. Jenis spesimen: Pap Smear.
6. Pemeriksaan laboratorium yang diminta.
7. Transport media/pengawet yang digunakan: Alkohol 95% atau hair
spray.
8. Keterangan klinis: riwayat KB, jumlah anak, keluhan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pap smear  merupakan suatu metode untuk pemeriksaan sel cairan dinding
leher rahim dengan menggunakan mikroskop, yang dilakukan secara cepat,
tidak sakit, serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010). Pap smear merupakan
cara yang mudah, aman dan untuk mendeteksi kanker serviks melalui
pemeriksaan getah atau lendir di dinding vagina (Dianada, 2008).
Tujuan dari deteksi dini kanker servik atau pemeriksaan Pap Smear ini
adalah untuk menemukan adanya kelainan pada mulut leher
rahim.Beberapa faktor yang diduga meningkatkan kejadian kanker serviks
yaitu meliputi usia, status sosial ekonomi, pengetahuan, dan pendidikan. Hal
ini juga merupakan factor dominan dalam pemeriksaan deteksi dini kanker
serviks ( Dianada, 2007 ).
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis ialah sebaiknya seorang
wanita yang telah menikah  harus melakukan Pap Smear sedini mungkin.
Agar bila terdapat gejala-gejala kanker dapat diketahui sejak dini.
DAFTAR PUSTAKA

Delia, Wijaya. 2010. Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks.


Yogyakarta :Sinar Kejora.

Samadi Priyanto. H. 2010. Yes, I Know Everything Abaut Kanker Servik.


Yogyakarta : Tiga Kelana.

Sukaca, B. E. 2009. Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Genius Publisher:


Yogyakarta.

Diananda, Rama. (2008). Mengenal Seluk-Beluk Kanker. Jogjakarta: Katahati.

Romauli, S. Dan Vindari, A.V. 2011. Kesehatan Reproduksi buat Mahasiswi


Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai