Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM MATERNITAS II

Pemeriksaan Pap Smear

Disusun Oleh:
MUHAMMAD KARUNIA 1910913310008

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2021
PEMERIKSAAN PAP SMEAR

A. Definisi
Salah satu cara untuk mendeteksi secara dini kanker serviks adalah
pemeriksaan pap smear secara minimal 2 kali dalam setahun. Pap smear adalah
cara pemeriksaan secara mikroskopik pada jaringan serviks untuk mendeteksi
secara dini ada atau tidaknya jaringan serviks yang serius, yaitu dengan
memasukan alat kecil yang di sebut spekulum ke dalam vagina dan mengambil
contoh sel sel dari seluruh leher rahim, pemeriksaan ini sangat sederhana, tidak
menimbulkan rasa sakit serta hanya memakan waktu lebih kurang 10 menit
(Bangsawan & Astuti, 2016). Kegunaan dari pemeriksaan Pap Smear adalah
untuk menilai kesehatan organ kewanitaan dan juga sebagai cara mendeteksi
kanker serviks sejak dini (Arifin, 2020).
Dampak dari tidak melakukan pemeriksaan pap smear adalah tidak
terdeteksinya gejala awal dari kanker serviks secara dini, rendahnya pengetahuan
wanita tentang pentingnya pemeriksaan pap smear menyebabkan keterlambatan
diagnosa yang berakibat penderita kanker serviks berada dalam stadium lanjut
yang memerlukan fasilitas khusus untuk pengobatan seperti peralatan radioterapi
yang hanya tersedia di beberapa kota besar saja, di samping mahal, pengobatan
terhadap kanker stadium lanjut memberikan hasil yang tidak memuaskan dengan
harapan hidup 5 tahun yang rendah (Bangsawan & Astuti, 2016).

B. Syarat Dilakukan Pap Smear


Adapun syarat dilakukan pap smear adalah wanita yang sudah menikah
dan aktif secara seksual. Pemeriksaan ini tidak direkomendasikan pada wanita
yang sedang menstruasi, sebelum dilakukan pemeriksaan wanita dianjurkan untuk
puasa berhubungan seksual selama 1–2 hari. Pemeriksaan dengan posisi litotomi
dengan menggunakan alat speculum kemudian dilakukan swab searah jarum jam
dengan sekali usapan. Wanita sering mengeluhkan perasaan malu dan sakit karena
pemeriksaan tersebut sehingga jarang sekali wanita mau untuk dilakukan deteksi
dini berupa pap smear. Sama halnya dengan perawat (Suantika, R, I et al., 2018).

1
C. Tujuan Test Pap Smear
1. Mencoba menemukan sel – sel yang tidak normal dan dapat berkembang
menjadi kanker serviks.
2. Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker serviks bagi sseorang
yang belum menderita kanker.
3. Untuk mengetahui kelainan – kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker
serviks.
4. Mengetahui berapa tingkat keganasan kanker serviks (Sukaca, 2009).

D. Manfaat Pap Smear


1. Evaluasi sitohormonal
Penilaian hormonal pada seorang wanita dapat dievaluasi melalui
pemeriksaan pap smear yag bahan pemeriksaannya adalah sekret vagina
yang berasal dari dinding lateral vagina sepertiga bagian atas.
2. Mendiagnosis peradangan
Peradangan pada vagina dan serviks pada umumnya dapat di diagnosa
dengan pemeriksaan pap smear. Baik peradangan akut maupun kronis.
Sebagian besar akan memberi gambaran perubahan sel yang khas pada
sediaan pap smear sesuai dengan organisme penyebabnya. Walaupun
kadang – kadang ada pula organisme yang tidak menimbulkan reaksi
yang khas pada sediaan pap smear.
3. Identifikasi organisme penyebab peradangan
Dalam vagina ditemukan beberapa macam organisme/kuman yang
sebagian merupakan flora normal vagina yang bermanfaat bagi organ
tersebut. Pada umumnya organisme penyebab peradangan pada vagina
dan serviks sulit diidentifikasi dengan pap smear. Sehingga berdasarkan
perubahan yang ada pada sel tersebut dapat diperkirakan organisme
penyebabnya.
4. Mendiagnosis kelainan pre kanker
Pap smear paling banyak dikenal dan digunakan adalah sebagai alat
pemeriksaan untuk mendiagnosis lesi pre kanker atau kanker serviks. Pap

2
smear yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrinning deteksi
kanker serviks kini telah diakui sebagai alat diagnostik prekanker dan
kanker serviks yang ampuh dengan ketepatan diagnostik yang tinggi
yaitu 96% terapi diagnostik sitologi tidak dapat menggantikan diagnostik
histopatologik sebagai alat diagnosis (Sukaca, 2009).

E. Interpretasi Pap Smear


Dikenal beberapa sistem pelaporan hasil pemeriksaan Pap smear, yaitu
system Papanicolaou, system Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN), dan system
Bethesda. Klasifikasi Papanicolaou adalah system yang pertama kali ditemukan
oleh Papanicolaou. Sistem ini membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas yaitu
(Sukaca, 2009):
1. Kelas I : Tidak ada sel atipik atau sel abnormal
2. Kelas II : Gambaran sitologi atipik, tetapi tidak ada bukti keganasan.
3. Kelas III : Gambaran sitologi dicurigai keganasan.
4. Kelas IV : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah sedikit.
5. Kelas V : Gambaran sitologi dijumpai sel ganas dalam jumlah banyak.
System Cervical Intraepithel Neoplasm (CIN) pertama sekali
dipublikasikan oleh Richart M (1973) di Amerika Serikat. Klasifikasi tersebut
terdiri dari CIN grade I, CIN grade II, dan CIN grade III. CIN grade I sesuai
dengan diplasia ringan, CIN grade II sesuai dengan dysplasia sedang dan CIN
grade III desuai dengan displasi berat dan karsinoma in situ. Sistm CIN
menegaskan kembali bahwa lesi prekursor kanker serviks ini membentuk
rangkaian berkelanjutan menuju karsinoma, sehingga semua derajat CIN wajib
diobati (Sukaca, 2009).

F. Prosedur Pemeriksaan Pap Smeer


Langkah-langkah pengambilan pap smear yaitu (Sukaca, 2009):
a. Persiapan pasien
1. Melakukan informed concent.

3
2. Menyiapkan lingkungan sekitar klien, tempat tidur ginekologi dan
lampu sorot.
3. Menganjurkan klien membuka pakaian bagian bawah.
4. Menganjurkan pasien berbaring ditempat tidur ginekologi dengan
posisi litotomi.
b. Persiapan alat
Menyiapkan perlengkapan/bahan yang diperlukan seperti handscon,
speculum cocor bebek, spatula ayre yang telah dimodifikasi, lidi kapas
steril, kaca objek glass, botol khusus brisi alkohol 95%, kasa steril pada
tempatnya, formulir permintaan pemeriksaan sitologi pap smear, lampu
sorot, wadah berisi larutan klorin 0,5%, tempat sampah dan tempat tidur
ginekologi.
c. Pelaksanaan
1. Persiapkan pasien untuk berbaring dengan posisi litotomi.
2. Pasang spekulum kering dan disesuaikan sehngga tampak dengan jelas
vagina bagian atas, forniks posterior, serviks uteri, dan kanalis
servikalis.
3. Memeriksa serviks apakah normal atau tidak.
4. Spatula ayre dengan ujung yang pendek dimasukkan ke dalam
endoserviks, dimulai dari arah jam 12 dan diputar 3600 searah jarum
jam.
5. Sediaan lendir serviks dioleskan diatas kaca objek pada sisi yang telah
diberi tanda tangan dengan membentuk sudut 450 satu kali usapan.
6. Kemudian kaca objek dicelupkan ke dalam alkohol 95% selama 10
menit.
7. Sediaan diletakkan pada wadah transport kmudian dikirim ke ahli
patologi anatomi.

4
REFERENSI

Arifin, T. (2020). Optimasi Decision Tree Menggunakan Particle Swarm


Optimization untuk Klasifikasi sel Pap Smear. JATISI (Jurnal Teknik
Informatika Dan Sistem Informasi), 7(3), 572–579.
https://doi.org/10.35957/jatisi.v7i3.361
Bangsawan, M., & Astuti, T. (2016). Karakteristik Ibu yang Tidak Melakukan
Pemeriksaan Pap Smear. Jurnal Keperawatan, XII(1), 123–129.
Suantika, Ruth, Inge, P., Hermayanti, Y., & Kurniawan, T. (2018). Faktor yang
Berhubungan dengan Partisipasi Perawat dalam Melakukan Pap Smear
(Literature Review). Jurnal Keperawatan BSI, VI(1), 28–34.
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Sukaca, S. (2009). Cara Cerdas Menghadapi Kanker Serviks. Yogyakarta: Genius
Printika.

Anda mungkin juga menyukai