Anda di halaman 1dari 20

PAP SMEAR, IVA, BIOPSI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.     Pap Smear
1.      Definisi Pap Smear 
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan
atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks
atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008). 
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher
rahim (Diananda, 2009). 
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali
pada saat haid (Dalimartha, 2004). 
Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel,
namun mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002). 

2.      Manfaat Pap Smear 


Pemeriksaan Pap Smear berguna sebagai pemeriksaan penyaring (skrining) dan pelacak adanya
perubahan sel ke arah keganasan secara dini sehingga kelainan prakanker dapat terdeteksi serta
pengobatannya menjadi lebih murah dan mudah (Dalimartha, 2004).
Pap Smear mampu mendeteksi lesi prekursor pada stadium awal sehingga lesi dapat ditemukan saat
terapi masih mungkin bersifat kuratif (Crum, Lester, & Cotran, 2007).
Manfaat Pap Smear secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2005):
a.     Diagnosis dini keganasan
Pap Smear berguna dalam mendeteksi dini kanker serviks, kanker korpus endometrium, keganasan
tuba fallopi, dan mungkin keganasan ovarium.
b.     Perawatan ikutan dari keganasan
Pap Smear berguna sebagai perawatan ikutan setelah operasi dan setelah mendapat kemoterapi dan
radiasai.
c.      Interpretasi hormonal wanita.
Pap Smear bertujuan untuk mengikuti siklus menstruasi dengan ovulasi atau tanpa ovulasi,
menentukan maturitas kehamilan, dan menentukan kemungkunan keguguran pada hamil muda.
d.     Menentukan proses peradangan
Pap Smear berguna untuk menentukan proses peradangan pada berbagai infeksi bakteri dan jamur. 

3.      Petunjuk Pemeriksaan Pap Smear


American Cancer Society (2009) merekomendasikan semua wanita sebaiknya memulai skrining 3
tahun setelah pertama kali aktif secara seksual. Pap Smear dilakukan setiap tahun. Wanita yang
berusia 30 tahun atau lebih dengan hasil tes Pap Smear normal sebanyak tiga kali, melakukan tes
kembali setiap 2-3 tahun, kecuali wanita dengan risiko tinggi harus melakukan tes setiap tahun.
Selain itu wanita yang telah mendapat histerektomi total tidak dianjurkan melakukan tes Pap Smear
lagi. Namun pada wanita yang telah menjalani histerektomi tanpa pengangkatan serviks tetap perlu
melakukan tes Pap atau skrining lainnya sesuai rekomendasi di atas.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (1989) dalam Feig (2001),
merekomendasikan setiap wanita menjalani Pap Smear setelah usia 18 yahun atau setelah aktif
secara seksual. Bila tiga hasil Pap Smear dan satu pemeriksaan fisik pelvik normal, interval skrining
dapat diperpanjang, kecuali pada wanita yang memiliki partner  seksual lebih dari satu.
Pap Smear tidak dilakukan pada saat menstruasi. Waktu yang paling tepat melakukan Pap Smear
adalah 10-20 hari setelah hari pertama haid terakhir. Pada pasien yang menderita peradangan berat
pemeriksaan ditunda sampai pengobatan tuntas. Dua hari sebelum dilakukan tes, pasien dilarang
mencuci atau menggunakan pengobatan melalui vagina. Hal ini dikarenakan obat tersebut dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Wanita tersebut juga dilarang melakukan hubungan seksual
selama 1-2 hari sebelum pemeriksaan Pap Smear (Bhambhani, 1996).

4.      Kapan Melakukan Pap Smear?


Pemeriksaan Pap Smear dilakukan  paling tidak setahun sekali bagi wanita yang sudah menikah atau
yang telah melakukan hubungan seksual. Para wanita sebaiknya memeriksakan diri sampai usia 70
tahun.
Pap Smear dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid. Persiapan pasien untuk
melakukan Pap Smear adalah tidak sedang haid, tidak coitus 1 – 3 hari
sebelum pemeriksaandilakukan dan tidak sedang menggunakan obat – obatan vaginal.

5.      Alur Pemeriksaan Pap Smear
Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis maupun bidan/ paramedis.
Sedangkan yang memproses sampel adalah analis/ teknisi laboratoriun dan yang mendiagnosa hasil
adalah ahli patologi anatomi (dokter spesialis PA).

6.      Sampel / Bahan yang Diperiksa


Bahan yang dapat dijadikan sampel adalah dari cervical/ vaginal smear, sputum, bronchial washing/
brushing, nasopharyngeal smear/ washing/ brushing, urin, cairan lambung/ pleura/ ascites/ sendi,
liquor cerebrospinal, aspirat AJH, inprint neoplasma. Sampel yang biasa digunakan adalah dari
cervical/ vaginal smear.

7.      Sarana Prasarana yang Diperlukan dalam Pap Smear


Sarana prasarana yang diperlukan dalam pemeriksaan pap smear antara lain : ruangan khusus,
meja ginekologi, tenaga ahli dan terampil, spekulum steril, peralatan yang menunjang
untukpemeriksaan Pap Smear (spatula, obyek glass, cairan untuk fiksasi, tabung fiksasi, mikroskop),
alat tulis (misal spidol marker, label, pensil), formulir Pap Smear, medical records, laboratorium
sitologi dengan petugas terampil/ ahli dalam menginterpretasikan hasil,
transportasi pengirimanhasil Pap Smear, sistem informasi untuk meyakinkan klien dalam
melakukan kunjungan ulang,kualitas sistem asuransi untuk memaksimalkan keakuratan.

8.      Fiksasi Sampel
Fiksasi sampel adalah cara mengawetkan sampel dengan bahna kimia tertentu agar sel yang
terkandung dalam sampel tidak rusak/ lisis. Bahan kimia untuk fiksasi antara lain : alkohol 96 %,
alkohol 70 %, methanol, alkohol 50 %, either – alkohol 95 %. Bahan kimia yang biasa digunakan
untuk fiksasi sampel adalah alkohol 96%.

9.      Alat Pengambilan Sampel


Alat pengambilan sampel untuk pap smear dengan menggunakan spatula yang dapat terbuat dari
kayu maupun plastik. Jenis spatula antara lain : cervix brush, cytobrush, plastic spatula, maupun
wooden spatula.

10.   Teknik pemeriksaan Pap smear
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai obat-
obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah
beberapa hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed consent  dan formulirPap
Smear secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan. Ibu dalam posisi litotomi,
pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksadalam
sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, lalu
spatula diputar 180° searah jarum jam. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada
permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam.
Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam larutan alkohol 96%
selama 30 menit. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim
secara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan
tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiksa.

11.   Hal yang Harus Diperhatikan dalam Pembuatan Sediaan Apus


Hal yang harus diperhatikan dalam  pembuatan sediaan apus adalah membuat sediaan apusan tipis
merata; segera fiksasi sesuai metode pewarnaan PAP; membuat sediaan sedikit mungkin
mengandung darah; menjaga kebersihan obyek glass yang digunakan; menghindari bahan kimia
yang merusak sel; menyiimpan ditempat yang bersih, kering dan aman; memberi label pada obyek
glas yang digunakan.

12.   Ketepatan Diagnostik Sitologi
Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :
a.     Sensitivitas : Kelompok wanita dengan tes positif diantara yang sakit.
b.     Spesifisitas : Kelompok wanita dengan tes negatif diantara yang tidak sakit.
Angka negatif palsu diperkirakan berkisar 5-50%, kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan
sediaan yang tidak adekuat (62%), kegagalan skrining (15 %) dan kesalahan interpretasi (23%).
Sedangkan angka positif palsu berkisar 3-15 %. Ketepatan diagnostic perlu
memperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang dapat menggabungkan cytobrush dan
spatula.
Kesalahan yang sering terjadi :
a.     Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel.
b.     Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel bertumpuk-tumpuk sehingga
menyulitkanpemeriksaan.
c.      Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama diluar, tidak segera direndam di
dalam cairan fiksatif).
d.     Cairan fiksatif tidak memakai alkohol 96 %.
13.   Petunjuk untuk penapisan :
a.     Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam aktifitas seksual.
b.     Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali diambil setiap 2 tahun,
sedangwanita dengan kelainan atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih sering.
c.      Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun
terakhir.

14.   Interpretasi Hasil Pap Smear


Terdapat banyak sistem dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan Pap Smear, sistem
Papanicolaou, sistem Cervical Intraepithelial Neoplasma (CIN), dan sistem Bethesda.
Klasifikasi Papanicolaou membagi hasil pemeriksaan menjadi 5 kelas (Saviano, 1993), yaitu: 
a.     Kelas I : tidak ada sel abnormal. 
b.     Kelas II : terdapat gambaran sitologi atipik, namun tidak ada indikasi adanya keganasan. 
c.      Kelas III : gambaran sitologi yang dicurigai keganasan, displasia ringan sampai sedang. 
d.     Kelas IV : gambaran sitologi dijumpai displasia berat. 
e.     Kelas V : keganasan. 
Sistem CIN pertama kali dipublikasikan oleh Richart RM tahun 1973 di Amerika Serikat (Tierner &
Whooley, 2002). Pada sistem ini, pengelompokan hasil uji Pap Semar terdiri dari (Feig, 2001): 
a.     CIN I merupakan displasia ringan dimana ditemukan sel neoplasma pada kurang dari sepertiga
lapisan epitelium. 
b.     CIN II merupakan displasia sedang dimana melibatkan dua pertiga epitelium. 
c.      CIN III merupakan displasia berat atau karsinoma in situ yang dimana telah melibatkan sampai
ke basement membrane  dari epitelium. 
Klasifikasi Bethesda pertama kali diperkenalkan pada tahun 1988. Setelah melalui beberapa kali
pembaharuan, maka saat ini digunakan klasifikasi Bethesda 2001. Klasifikasi Bethesda 2001 adalah
sebagai berikut (Marquardt, 2002): 
a.     Sel skuamosa 
1)    Atypical Squamous Cells Undetermined Significance (ASC-US)
2)    Low Grade Squamous Intraepithelial Lesion (LSIL)
3)    High Grade Squamous Intraepithelial Lesion (HSIL)
4)    Squamous Cells Carcinoma
b.     Sel glandular 
1)    Atypical Endocervical Cells
2)    Atypical Endometrial Cells
3)    Atypical Glandular Cells
4)    Adenokarsinoma Endoservikal In situ
5)    Adenokarsinoma Endoserviks 
6)    Adenokarsinoma Endometrium 
7)    Adenokarsinoma Ekstrauterin 
8)    Adenokarsinoma yang tidak dapat ditentukan asalnya (NOS)

B.    IVA (Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat)


1.      Pengertian
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher
rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata
telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia,
2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat pra kanker
(high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96% dan spesifitas 64-98%.
Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective value) dan nilai prediksi negatif (negative
predective value) masing-masing antara 10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear karena biasanya
murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan sederhana serta dapat dilakukan
oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi asam
asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan
warna pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau
abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada
jaringan epitel.
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada larutan 3%. Efek
akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapat hasil
gambaran serviks yang normal (merah homogen) dan bercak putih (displasia) (Novel S
Sinta,dkk,2010).

2.      Tujuan IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi
pada leher rahim.

3.      Jadwal IVA
Program Skrining Oleh WHO :
a.     Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
b.     Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
c.      Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)
d.     Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun.
e.     Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
f.       Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan,
bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

4.      Keunggulan dari Test Pap Smear


Keunggulan dengan tes pap smear adalah pap smear harus menunggu waktu mendapatkan hasilnya
sedangkan IVA tidak perlu menunggul lama, karena hasilnya akan segera diketahui.
Sensitivitas IVA bahkan lebih tinggi dari Pap Smear. Dalam waktu 60 detik kalau ada kelainan di
serviks akan timbul plak putih yang bisa dicurigai sebagai lesi kanker. Dengan deteksi dini secara
teratur, kanker serviks dapat diketahui lebih awal dan ditangani lebih cepat.

5.      Metode skrining IVA mempunyai kelebihan, diantaranya:


a.     Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b.     Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
c.      Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
d.     Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di
setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
e.     Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
f.       Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.

6.      Prosedur Diagnosis IVA


a.     Siapa Yang Harus Menjalani Tes IVA
Menjalani tes kanker atau pra-kanker dianjurkan bagi semua wanita berusia 30 dan 45 tahun. Kanker
leher rahim menempati angka tertinggi diantara wanita berusia antara 40 dan 50 tahun, sehingga tes
harus dilakukan pada usia dimana lesi pra-kanker lebih mungkin terdeteksi, biasanya 10 sampai 20
tahun lebih awal. 
Sejumlah faktor resiko yang berhubungan dengan perkembangan kanker leher rahim, diantaranya
sebagai berikut: 
1)        Usia muda saat pertama kali melakukan hubungan seksual (usia<20) 
2)        Memiliki banyak pasangan seksual (wanita atau pasangannya) 
3)        Riwayat pernah mengalami IMS (Infeksi Menular Seksual), seperti Chlamydia atau gonorrhea, dan
khususnya HIV/AIDS 
4)        Ibu atau saudara perempuan yang memiliki kanker leher rahim 
5)        Hasil Pap Smear sebelumnya yang tak normal 
6)        Merokok 
7)        Tidak sedang datang bulan/haid
8)        Tidak sedang hamil
9)        24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
Selain itu, ibu yang mengalami masalah penurunan kekebalan tubuh (mis., HIV/AIDS) atau
mengunakan costicosteroid secara kronis (mis.,pengobatan asma atau lupus) berisiko lebih tinggi
terjadinya kanker leher rahim jika mereka memiliki HPV. (FK.UI.,dll., 2007).

b.     Kapan Harus Menjalani Tes IVA


Tes IVA dapat dilakukan kapan saja dalam siklus menstruasi, termasuk saat menstruasi, pada masa
kehamilan dan saat asuhan nifas atau paska keguguran. Tes tersebut dapat dilakukan pada wanita
yang dicurigai atau diketahui memiliki IMS atau HIV/AIDS. Bimbingan diberikan untuk tiap hasil tes,
termasuk ketika konseling dibutuhkan. Untuk masing-masing hasil akan diberikan beberapa instruksi
baik yang sederhana untuk ibu tersebut (mis., kunjungan ulang untuk tes IVA setiap 1 tahun secara
berkala atau 3/5 tahun paling lama) atau isu-isu khusus yang harus dibahas seperti kapan dan
dimana pengobatan dapat diberikan, risiko potensial dan manfaat pengobatan, dan kapan perlu
merujuk untuk tes tambahan atau pengobatan yang lebih lanjut. 

c.     Penilaian Klien.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain: 
1)     Riwayat menstruasi 
2)     Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur) 
3)     Paritas 
4)     Usia pertama kali berhubungan seksual 
5)     Penggunaan alat kontrasepsi 

d.     Peralatan dan Bahan Lain


IVA dapat dilakukan di klinik manapun yang mempunyai sarana sebagai berikut ini: 
1)     Meja periksa 
2)     Sumber cahaya/lampu 
3)     Spekulum Bivalved (Cusco or Graves) 
4)     Rak atau wadah peralatan 

e.     Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
1)     Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari serviks (leher rahim)
dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim. 
2)     Sarung tangan periksa harus baru 
3)     Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol melalui bilah
spekulum. 
4)     Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%) 
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim. 
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim (sel-sel epithel)
dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan
spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian
asam asetat dioleskan secara merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh
SSK (sambungan skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan epitel
glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes (positif atau negatif)
harus dibahas.

7.    Cara Penggunaan
a.     IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Pada
lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium.
b.     Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal
itu terjadi maka dapat dilakukan biposy.
c.      Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan.
d.     Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di Puskesmas atau di tempat
praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)

8.    Langkah-Langkah Melakukan Tes IVA


a.     Penilaian Klien
1)     Menyambut pasien dengan hormat dan penuh keramahan
2)     Menjelaskan mengapa tes IVA direkomendasi dan menjelaskan prosedurnya
3)     Memberitahukan pasien kemungkinan temuan dan apa follow up atau terapi yang dibutuhkan.
b.     Persiapan
1)     Cek apakah alat dan instrumen sudah tersedia
2)     Memastikan bahwa lampu tersedia dan siap digunakan
3)     Cek apakah pasien telah mengosongkan kandung kencing dan mencuci atau membilas daerah
genitalnya
4)     Mintakan pasien untuk menanggalkan pakaiannya sampai ke pinggang
5)     Membantu pasien naik ke meja pemeriksaan dan menutupinya.
6)     Cuci tangan dengan sabun dan air dan keringkan dengan udara atau kain bersih. Lalu palpasi perut.
7)     Pakai sepasang sarung tangan bedah yang telah disterilkan dengan desinfektan tingkat tinggi. Jika
tersedia pakai sarung tangna kedua pada satu tangan.
8)     Atur instrumen dan alat-alat di atas baki yang telah disterilkan, jika belum dilakukan.
c.      Inspeksi Visual Dengan Asam Asetat
1)     Periksa alat kelamin luar dan cek discharge pada urethra
2)     Raba kelenjar skena dan kelenjar bartholini
3)     Masukkan spekulum sehingga seluruh serviks dapat terlihat
4)     Letakkan spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap pada posisi dimana serviks tetap
kelihatan. Jika memakai sarung tangan sebelah luar, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% dan
pindahkan sarung tangan dengan cara memutarnya dari dalam keluar
**Jika membuang sarung tangan, letakkan di dalam satu tas plastik   atau container yang tahan
bocor.
**Jika menggunakan kembali sarung tangan, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi
5)     Gerakkan sumber cahaya sehingga dapat melihat serviks dengan jelas
6)     Pariksa serviks apakah ada radang serviks, ekstropion, tumor, kista nabothi atau ulkus.
7)     Pakai kapas lidi bersih untuk mengambil cairan, darah atau mukus dari serviks. Buang kapas lidi ke
dalam kantong plastik atau kotak yang tahan bocor
8)     Identifikasi mulut serviks, squamocolumnar junction (SCJ) dan daerah transformasi.
9)     Celupkan kapas lidi dalam larutan asam asetat dan oleskan pada serviks.
10)  Tunggu 1 menit agar asam asetat diserap dan perubahan aceto white kelihatan.
11)  Periksa SCJ dengan hati-hati, cek apakah serviks mudah berdarah dan cari aceto white epithelium.
12)  Jika perlu, oleskan lagi kapas lidi pada serviks untuk membersihkan mucus, darah, debris.
13)  Jika pemeriksaan visual telah selesai, pakai kapas lidi baru untuk membersihkan sisa-sisa asam
asetat pada serviks dan vagina.
14)  Lepaskan spekulum. Jika tes IVA negatif, masukkan ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
untuk dekontaminasi. Jika tes IVA positif, masukkan spekulum ke dalam kotak desinfektan tingkat
tinggi.
15)  Lakukan pemeriksaan bimanual dan rektovaginal (jika ada indikasi)

9.      Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a.     IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
b.     IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
c.      IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
d.     IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
C.    Biopsi
1.      Pengertian
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat benjolan pada
bagian tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat
didiagnosis dengan biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati,
ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat
keganasan yang terjadi.

2.      Cara Pengambilan dan Pengiriman Biopsi


Teknik Biopsi
a.     FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy) atau Si Bajah (Sitologi Biopsi Aspirasi Jarum
Halus) → Menggunakan alat yang terdiri dari tabung suntik plastik ukuran 10 ml,
jarum halus, gagang pemegang tabung suntik, kaca objek dan desinfektan alkohol
atau betadin. Tumor dipegang lembut lalu jarum diinsersi segera ke dalam tumor.
Piston di dalam tabung suntik ditarik ke arah proksimal; tekanan di dalam tabung
menjadi negatif; jarum manuver mundur-maju. Dengan cara demikian sejumlah sel
massa tumor masuk ke dalam lumen jarum suntik. Piston dalam tabung
dikembalikan pads posisi semula dengan cara melepaskan pegangan. Aspirat
dikeluarkan dan dibuat sediaan hapus, dikeringkan di udara dan dikirimkan ke
laboratorium. Sering terjadi false negative karena kemungkinan jarum tidak tepat
mengambil sel yang terkena kanker.
b.     Stereotactic Needle Biopsy (Core Biopsy) → Dilakukan pada suatu gumpalan
(bengkak) yang sulit untuk dilihat atau dirasakan. Jarum akan dituntun ke area yang
dicurigai dengan bantuan mammography atau ultrasound, dan X-ray akan
memastikan area yang ingin dibiopsi.
c.      Incisional Biopsy → Seperti operasi pembedahan pada umumnya. Pengambilan
irisan dari benjolan. Pada umumnya tipe ini dilakukan pada pembengkakan di
jaringan ikat seperti otot.
d.     Excisional Biopsy → Keseluruhan benjolan diambil. Sering dilakukan pada benjolan
di dada. False negative jarang terjadi.

3.      Pengiriman Biopsi
Jaringan harus dimasukkan ke dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah
diambil dari tubuh, apalagi bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati,
paru, usus dan organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai.
Fiksasi dapat dilakukan dengan formalin 10% atau alkohol 70%.
Beberapa Cara Pengiriman
a.     Fiksasi Basah (Wet Fixation)
Sediaan segar yang baru saja diperoleh segera  dicelupkan ke dalam fiksasi selama
30-40 menit. Kemudian dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi serta botol
perendamnya. Untuk mengatasi risiko pengiriman yang sulit dengan botol yang
berisi cairan yang mungkin tumpah, maka setelah sediaan tersebut difiksasi selama
30 menit, dikeluarkan dari cairan dan dikeringkan di udara kamar. Setelah kering
sediaan dapat dimasukkan ke dalam tabung atau di dalam karton yang telah
disiapkan. Bahan fiksasi sebaiknya digunakan alkohol yang mudah didapat.
b.     Fiksasi Pelapis (Coating Fixative)
Zat-zat ini adalah campuran dari alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan
seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis di atas sel.
c.      Aerosol yang dipakai dengan cara menyemprotkannya pada sedikit.
d.     Liquid basa diteteskan di atas sediaan sesegera mungkin

4.      Interpretasi Hasil Pemeriksaan Biopsi


a.     Posisif maligna disebut positif → "mandat" untuk melakukan tindakan lebih lanjut
antara lain survei metastasis, menentukan stadium, memilih alat diagnostik lain bila
diperlukan dan mendiskusikan pola pengobatan.
b.     Kelainan jinak disebut negatif → belum dapat menyingkirkan adanya kanker; perlu
dipikirkan kemungkinan negatif palsu.
c.      Mencurigakan maligna disebut suspek → mungkin memerlukan pemeriksaan lain
sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan beku ataupun
sitologi imprint atau kerokan durante operasionam.
d.     Tidak dapat diinterpretasi disebut inkonklusif → dapat terjadi karena
kesalahan teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi
jaringan ikat banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor.
Dalam praktek, sitologi inkonklusifmeningkatkan false negative.

MAKALAH KANKER SERVIK

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

Kanker Serviks Dan Pemeriksaan Pap Smear, IVA Test

   DISUSUN OLEH :

ISATRIOLA
POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
2013/2014

 
KATA PENGANTAR
Bismallahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullah hiwabarakatuh.
            Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala limpahan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan Kebidanan Komunitas ini. Makalah ini kami buat untuk mendapatkan nilai
mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
            Dalam hal ini tak luput kami ucapkan terima kasih kepada Dosen bidang
studi Asuhan Kebidanan Komunitas yang telah membimbing kami, sehingga
dapat  menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin, dan kami juga mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini. Demikianlah, makalah ini semoga
bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih.Wassalam mu’alaikum
warahmatullah hiwabarakatuh.

Bengkulu, Mei  2014

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR
ISI .................................................................................................................  ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A.                Latar belakang.....................................................................................1
B.                 Rumusan masalah.............................................................................. 1
C.                Tujuan................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....…        2
A.                Pengertian kanker serviks.................................................................   2
B.                 Gejala kanker serviks..........................................................................   2
C.                 Penyebab kanker serviks................................................................... 2
D.                Faktor resiko....................................................................................      3  
E.                 Doagnosis .......................................................................................       4
F.                  Pengobatan ....................................................................................       4
G.                Pemeriksaan penunjang...............................................................       6
BAB III
PENUTUP......................................................................................................12
A.               Kesimpulan.......................................................................................... 12
B.                Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB  I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejeniskanker yang
99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang
leher rahim.Di Indonesia hanya 5 persen yang melakukan Penapisan Kanker Leher
Rahim, sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium
Lanjut (IIIB ke atas), karena Kanker Leher Rahim biasanya tanpa gejala apapun
pada stadium awalnya. Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes Pap
smeardan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher
rahim mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau
lebih.Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human
papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim.
Perawatan termasuk operasi pada stadium awal,
dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa itu kanker serviks?
2.    Bagaimana gejala kanker serviks?
3.    Apa saja penyebab kanker serviks?
4.    Bagaimana factor resiko dan diagnosis kanker serviks ?
5.    Bagaimana pengobatan kanker serviks?
6.    Apa saja pemeriksaan penunjang kanker serviks?
C.   Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1.    Untuk mengetahui kanker serviks.
2.    Untuk mengetahui gejala dan penyebab kanker serviks.
3.    Untuk mengetahui factor resiko dan diagnosis kanker serviks .
4.    Untuk mengetahui pengobatan kanker serviks.
5.    Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kanker serviks.

BAB II
PEMBAHASAN
A.   PENGERTIAN
      Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker
serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC),
yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks.
Infeksi  Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor utama
tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,
adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma,merupakan tipe kanker
serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.

B.   GEJALA
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala.Segera temui dokter bila Anda
mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut:
 Pendarahan vagina
 Sakit punggung
 Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
 Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan
kosong.
 Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
 Salah satu kaki membengkak
 Kebocoran urin atau feses dari vagina
C.   PENYEBAB
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau faktor
utama terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan seksual,
baik oral maupun anal.Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko
terkena kanker serviks.Akan tetapi wanita dengan partner seks lebih dari satu
memiliki resiko yang lebih besar.Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa
pelindung sebelum umur 16 tahun memiliki tingkat resiko tertinggi.Beberapa
vaksinasi telah dikembangkan dan secara efektif membunuh HPV yang menjadi
penyebab dari 70 hingga 85 persen kanker serviks. Vaksin HPV ditujukan untuk
anak perempuan dan wanita dewasa dari usia 9 hingga 26 tahun karena vaksin
hanya dapat bekerja sebelum infeksi terjadi. Akan tetapi, vaksinasi masih dapat
dilakukan pada wanita yang belum aktif secara seksual pada usia dewasa.
Mahalnya harga vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan tetapi, karena
vaksin in hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap
harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi.

D.   FAKTOR RESIKO
a.    Faktor Alamiah
Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan
memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor
alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang
wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks.Tetapi hal ini tidak hanya
sekedar orang yang sudah berumur saja, yang berusia muda pun bisa terkena
kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan. Akan
tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya
risiko kanker serviks.Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu
berperan dalam terjadinya kanker serviks.Ini tidak berarti Anda yang memiliki
keluarga bebas kanker serviks dapat merasa aman dari ancaman kanker
serviks.Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda terhadap kanker serviks.
b.    Faktor Kebersihan
         Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan, 
yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna
bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut
tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah
berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak
normal.
         Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara
lainsifilis, gonore, herpes simpleks,HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.
         Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan
pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang
bekas, misalnya krayon, kardus, dan lain-lain.
         Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum
yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
c.    Faktor Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan
sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda.
Berganti-ganti partner seks. Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko
penularan penyakit kelamin, termasuk virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5
orang). Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada
serviks. Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula
terjadi trauma pada serviks. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear,
kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil
pengobatan semakin baik. Dokter yang tepat dalam melakukan pap smear adalah
Dokter kandungan, tetapi beberapa Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.

E.   DIAGNOSIS
Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian
diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks.
Biopsi umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan
yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel
abnormal pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan
tanpa menimbulkan rasa sakit.
 Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision
Procedure (LEEP), cone biopsies dan punch biposies.  Pap Smear merupakan cara
efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian diagnosa kanker serviks atau
diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi umumnya dilakukan
melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan yang diperbesar dengan
melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel abnormal pada permukaan
serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision Procedure
(LEEP), cone biopsies dan punch biposies.

F.    PENGOBATAN
Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur bedah
konservatif untuk wanita yang ingin mempertahankan kesuburan mereka, sementara
yang lain dianjurkan untuk mengangkat seluruh organ uterus dan serviks
(trachelectomy). Setelah prosedur pembedahan, umumnya direkomendasikan untuk
menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum melakukan program kehamilan.
Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar getah bening
disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan mengangkat beberapa
kelenjar getah bening dari sekitar uterus untuk bahan evaluasi patologi.
Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila kanker telah
sepenuhnya diangkat melalui trachelectomy.Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk
tetap melakukan pencegahan secara aktif dan melakukan pemeriksaan lanjutan,
termasuk melakukan skrining Pap smear.
Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi radikal
(pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah bening.Terapi
radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat diberikan setelah prosedur
pembedahan guna mengurangi resiko kembalinya kanker. Tumor usia dini
berukuran besar dapat diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi dahulu.
Histerektomi dapat dilakukan kemudian untuk mengendalikan kanker secara lokal
dengan lebih baik.

G.   PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.    PEMERIKSAAN DENGAN PAP SMEAR

A. PENGERTIAN
Test atau Pemeriksaan Pap Smear adalah metode (screening) ginekologi,
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan
speculum, dan bisa dilakukan oleh dokter kandungan. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab Kanker Leher
Rahim, sejak dini.Pemeriksaan ini lebih diutamakan pada perempuan yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual. Bahkan Perempuan yang pernah melakukan
hubungan seksual selama tiga tahun dari kontak seksual pertama kali WAJIB
melakukan pap smear. Namun saat ini apabila anda menginginkan hasil
pemeriksaan yang lebih akurat ada metode lain untuk mendeteksi adalah kanker
Leher Rahim (Kanker Serviks), yaitu dengan Pemeriksaan Thin Prep.
         Test Deteksi Dini Kanker Serviks
Pap smear atau Pap Test adalah tes spesifik yang digunakan untuk mendeteksi dini
kanker leher rahim / kanker serviks.  Aktivitas seksual merupakan salah satu
predisposisi kanker serviks, Sehingga Pap Smear menjadi salah satu pemeriksaan
yang penting dilakukan oleh perempuan yang telah aktif secara seksual. Meski Pap
smear hanya metoda skrining yang fungsinya untuk pencegahan Kanker Serviks,
namun metode ini mampu mendeteksi lebih dari 90 % kanker leher rahim tahap awal
yang masih mungkin untuk disembuhkan.

B. CARA KERJA PAP SMEAR


Pap smear sebaiknya dilakukan minimal satu kali dalam satu tahun. Pap Smear
dilakukan di atas meja ginekologi oleh seorang dokter kandungan, dengan langkah
pemeriksaan Pap Smear adalah sebagai berikut:
         Pemeriksaan dalam ini menggunakan spekulum yang berfungsi untuk membuka
liang vagina.
         Sesudah terbuka pemeriksa dilakukan dan cairan leher rahim diambil menggunakan
s spatula dan suatu sikat kecil yang halus. Cairan dari serviks tersebut kemudian
dioles pada object glass dan dibawa ke laboratorium untuk proses dan
membutuhkan waktu sekitar 3–7 hari untuk didapatkan hasilnya. 
         Dari hasil pemeriksaan diketahui apakah sel-sel leher rahim normal atau sudah
menunjukkan tanda-tanda tidak normal (gejala awal kanker serviks)
         Dari 80 persen sel yang tidak normal belum tentu merupakanGejala kanker Serviks,
karena hanya bisa disebabkan oleh virus yang terinfeksi atau karena peradangan
sebab lain pada Vagina. jika dilihat dari perbandingan, mungkin hanya sekitar 10 %
hasil pap smear yang bermasalah. Dan dari seluruh hasil papsmear yang
menunjukkan masalah, hanya sekitar satu persen saja yang berpotensi untuk
berkembang menjadi kanker serviks.

C. PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN PAP SMEAR


Apabila anda berencana melakukan Pemeriksaan Pap Smear sehingga hasil yang
dihasilkan akurat, sebaiknya anda menghindari beberapa hal sebagai berikut:
         Lakukan Pemeriksaan Pap Smear ketika anda Tidak sedang haid atau ada
perdarahan. Lakukan Pemeriksaan Jika tiga hari sesudah haid selesai.
         Tidak boleh berhubungan seksual, minimal tiga hari (3x24 jam).
         Tidak boleh memakai douch, cairan pembersih vagin atau antiseptik sejenisnya
yang dimasukkan ke dalam vagina (Namun untuk membersihkan daerah bagian luar
vagina masih diperbolehkan).
         Tidak sedang hamil. Lakukan Pemeriksaan papsmear sebaiknya dilakukan dua atau
tiga bulan setelah melahirkan, atau ketika darah nifas sudah bersih.

D. TEMPAT DAN BIAYA PEMERIKSAAN PAP SMEAR


Pap smear bisa dilakukan oleh dokter kandungan dan bidan terlatih, baik di
puskesmas sampai rumah sakit besar. Mengenai harga sangat bervariasi, jika
dilakukan di puskesmas atau rumah sakit yang mendapatkan subsidi dari
pemerintah biaya berkisar Rp 50.000 – Rp75.000, namun apabila dilakukan di
tempat praktek Dokter Kandungan (S.Pog) Biaya Pap Smear mencapai Rp 300.000
- Rp 350.000

2.    PEMERIKSAAN DENGAN METODE IVA TEST


A.   PENGERTIAN
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009) IVA
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung
(dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan
asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat pra kanker (high-Grade Precanceraus Lesions) dengan sensitivitas sekitar
66-96% dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predective
value) dan nilai prediksi negatif (negative predective value) masing-masing antara
10-20% dan 92-97% (Wijaya Delia, 2010).
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining alternatife dari pap smear
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan peralatan
sederhana serta dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan selain dokter ginekologi.
Pada pemeriksaan ini, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks
yantelah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan
asam asetat, akan terjadi perubahan warna pada serviks yang dapat diamati secara
langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu
sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada jaringan epitel. 
Serviks yang diberi larutan asam asetat 5% akan merespon lebih cepat daripada
larutan 3%. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian
asam asetat akan didapat hasil gambaran serviks yang normal (merah homogen)
dan bercak putih (displasia) (Novel S Sinta,dkk,2010).
B.   TUJUAN
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan
dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi
pada leher rahim.

C.   SYARAT IVA TEST


Sudah pernah melakukan hubungan seksual
Tidak sedang datang bulan/haid
Tidak sedang hamil    
24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual
D.   PELAKSAAN SKRINNING IVA
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat
sebagai berikut:
Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
Spekulum vagina
Asam asetat (3-5%)
Swab-lidi berkapas
Sarung tangan

E.   CARA KERJA
      Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
      Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk
dan kaki melebar).Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air
hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat
leher rahim.
      Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada
leher rahim sudah dapat dilihat.Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-
putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan
dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang
berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti hasilnya
negative
.
TALAKSANAAN IVA
      Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim
yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna
atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative.
Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih,
maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
      Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2
ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan
metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi
prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan
tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada
suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati
dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto.
H, 2010)
      Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan
atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan
merusak organ tubuh yang lain.

G.   TEMPAT PELAYANAN
      IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA
diantaranya oleh :
Perawat terlatih
Bidan
Dokter Umum
Dokter Spesialis Obgyn.

BAB  III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker
serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC),
yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks.
Infeksi  Human Papilloma Virus (HPV).
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
B.   Saran
      Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.Amin.

DAFTAR PUSTAKA

 Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: EGC


Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Prawiharjo, sarwono. 1998.  Ilmu Kebidanan. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai