BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pap Smear
1. Definisi Pap Smear
Tes Pap Smear adalah pemeriksaan sitologi dari serviks dan porsio untuk melihat adanya perubahan
atau keganasan pada epitel serviks atau porsio (displasia) sebagai tanda awal keganasan serviks
atau prakanker (Rasjidi, Irwanto, Sulistyanto, 2008).
Pap Smear merupakan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil dari leher rahim dan
kemudian diperiksa di bawah mikroskop. Pap Smear merupakan tes yang aman dan murah dan telah
dipakai bertahun-tahun lamanya untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel leher
rahim (Diananda, 2009).
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit, serta bisa dilakukan setiap saat, kecuali
pada saat haid (Dalimartha, 2004).
Pap Smear pertama kali diperkenalkan tahun 1928 oleh Dr. George Papanicolou dan Dr. Aurel Babel,
namun mulai populer sejak tahun 1943 (Purwoto & Nuranna, 2002).
5. Alur Pemeriksaan Pap Smear
Pengambilan sampel dapat dilakukan oleh dokter umum, dokter spesialis maupun bidan/ paramedis.
Sedangkan yang memproses sampel adalah analis/ teknisi laboratoriun dan yang mendiagnosa hasil
adalah ahli patologi anatomi (dokter spesialis PA).
8. Fiksasi Sampel
Fiksasi sampel adalah cara mengawetkan sampel dengan bahna kimia tertentu agar sel yang
terkandung dalam sampel tidak rusak/ lisis. Bahan kimia untuk fiksasi antara lain : alkohol 96 %,
alkohol 70 %, methanol, alkohol 50 %, either – alkohol 95 %. Bahan kimia yang biasa digunakan
untuk fiksasi sampel adalah alkohol 96%.
10. Teknik pemeriksaan Pap smear
Dua hari menjelang pemeriksaan, ibu dilarang melakukan senggama maupun memakai obat-
obatan yang dimasukkan ke dalam liang senggama. Waktu yang baik untuk pemeriksaan adalah
beberapa hari setelah selesai menstruasi. Terlebih dahulu mengisi informed consent dan formulirPap
Smear secara lengkap dan sesuaikan dengan nomor urut pengambilan. Ibu dalam posisi litotomi,
pasang spekulum vagina tanpa menggunakan pelicin, dan tanpa melakukan periksadalam
sebelumnya. Setelah portio tampak, maka spatula dimasukkan ke dalam kanalis servikalis, lalu
spatula diputar 180° searah jarum jam. Spatula dengan ujung pendek diusap 360° pada
permukaan serviks. Lendir yang didapat dioleskan pada objek glass berlawanan arah jarum jam.
Apusan hendaknya dilakukan sekali saja, lalu difiksasi atau direndam dalam larutan alkohol 96%
selama 30 menit. Sediaan dapat dikirim secara basah (tetap direndam dalam alkohol) atau dikirim
secara kering dengan mengeringkan sediaan setelah direndam dalam alkohol. Selanjutnya sediaan
tadi dikirim ke Ahli Patologi Anatomi untuk diperiksa.
12. Ketepatan Diagnostik Sitologi
Kualitas suatu tes penapisan dapat diukur dengan :
a. Sensitivitas : Kelompok wanita dengan tes positif diantara yang sakit.
b. Spesifisitas : Kelompok wanita dengan tes negatif diantara yang tidak sakit.
Angka negatif palsu diperkirakan berkisar 5-50%, kesalahan terbanyak disebabkan oleh pengambilan
sediaan yang tidak adekuat (62%), kegagalan skrining (15 %) dan kesalahan interpretasi (23%).
Sedangkan angka positif palsu berkisar 3-15 %. Ketepatan diagnostic perlu
memperhatikan komponen endoserviks dan ektoserviks yang dapat menggabungkan cytobrush dan
spatula.
Kesalahan yang sering terjadi :
a. Sediaan apus terlalu tipis, hanya mengandung sedikit sel.
b. Sediaan apus terlalu tebal dan tidak merata, sel bertumpuk-tumpuk sehingga
menyulitkanpemeriksaan.
c. Sediaan apus telah kering sebelum difiksasi (terlalu lama diluar, tidak segera direndam di
dalam cairan fiksatif).
d. Cairan fiksatif tidak memakai alkohol 96 %.
13. Petunjuk untuk penapisan :
a. Pemeriksaan tes Pap dilakukan setelah 2 tahun aktif dalam aktifitas seksual.
b. Interval penapisan. Wanita dengan tes Pap negatif berulang kali diambil setiap 2 tahun,
sedangwanita dengan kelainan atau hasil abnormal perlu evaluasi lebih sering.
c. Pada usia 70 tahun atau lebih tidak diambil lagi dengan syarat hasil 2 kali negatif dalam 5 tahun
terakhir.
2. Tujuan IVA
Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini
terhadap kasus-kasus yang ditemukan. Untuk mengetahui kelainan yang terjadi
pada leher rahim.
3. Jadwal IVA
Program Skrining Oleh WHO :
a. Skrining pada setiap wanita minimal 1X pada usia 35-40 tahun
b. Kalau fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun
c. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun (Nugroho
Taufan, dr. 2010:66)
d. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60
tahun.
e. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki
dampak yang cukup signifikan.
f. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan,
bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun
c. Penilaian Klien.
Tanyakan riwayat singkat kesehatan reproduksinya, antara lain:
1) Riwayat menstruasi
2) Pola pendarahan (mis.; paska coitus atau mens tak teratur)
3) Paritas
4) Usia pertama kali berhubungan seksual
5) Penggunaan alat kontrasepsi
e. Bahan-bahan yang diperlukan untuk melakukan tes IVA harus tersedia di tempat:
1) Kapas swab digunakan untuk menghilangkan mukosa dan cairan keputihan dari serviks (leher rahim)
dan untuk mengoleskan asam asetat ke leher rahim.
2) Sarung tangan periksa harus baru
3) Spatula kayu; digunakan untuk mendorong dinding lateral dari vagina jika menonjol melalui bilah
spekulum.
4) Asam asetat; adalah bahan utama cuka. Larutan asam asetat (3-5%)
Untuk melakukan IVA, petugas mengoleskan larutan asam asetat pada leher rahim.
Larutan tersebut menunjukkan perubahan pada sel-sel yang menutupi leher rahim (sel-sel epithel)
dengan menghasilkan reaksi “acetowhite”. Pertama-tama petugas melakukan menggunakan
spekulum untuk memeriksa leher rahim, lalu dibersihkan untuk menghilangkan keputihan, kemudian
asam asetat dioleskan secara merata pada serviks. Setelah minimal 1 menit, serviks dan seluruh
SSK (sambungan skuamokolumner), sebagai sambungan antara epitel skuamous dan epitel
glanduler diperiksa untuk melihat apakah terjadi perubahan acetowhite. hasil tes (positif atau negatif)
harus dibahas.
7. Cara Penggunaan
a. IVA test dilakukan dengan cara mengoleskan asam asetat 3-5% pada permukaan mulut rahim. Pada
lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelium.
b. Hasil dari pemeriksaan ini adalah bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif. Maka jika hal
itu terjadi maka dapat dilakukan biposy.
c. Untuk mengetahui hasilnya langsung pada saat pemeriksaan.
d. Pemeriksaan dengan metode ini bisa dilakukan oleh bidan atau dokter di Puskesmas atau di tempat
praktek bidan dengan biaya yang cenderung lebih ekonomis. (Sukaca, 2009 : 100)
9. Kategori IVA
Menurut (Sukaca E. Bertiani, 2009) Ada beberapa kategori yang dapat
dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
a. IVA negatif = menunjukkan leher rahim normal.
b. IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip
serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang
menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan
ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
d. IVA-Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium
kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA).
C. Biopsi
1. Pengertian
Biopsi adalah pengambilan sejumlah kecil jaringan dari tubuh manusia
untuk pemeriksaan patologis mikroskopik. Dilakukan apabila terdapat benjolan pada
bagian tubuh yang tidak diketahui penyebabnya. Banyak kondisi yang dapat
didiagnosis dengan biopsi, misalnya peradangan dalam organ dalam seperti hati,
ginjal, yang dapat dilihat dari sampel biopsi. Kita dapat mengetahui tingkat
keganasan yang terjadi.
3. Pengiriman Biopsi
Jaringan harus dimasukkan ke dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah
diambil dari tubuh, apalagi bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati,
paru, usus dan organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai.
Fiksasi dapat dilakukan dengan formalin 10% atau alkohol 70%.
Beberapa Cara Pengiriman
a. Fiksasi Basah (Wet Fixation)
Sediaan segar yang baru saja diperoleh segera dicelupkan ke dalam fiksasi selama
30-40 menit. Kemudian dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi serta botol
perendamnya. Untuk mengatasi risiko pengiriman yang sulit dengan botol yang
berisi cairan yang mungkin tumpah, maka setelah sediaan tersebut difiksasi selama
30 menit, dikeluarkan dari cairan dan dikeringkan di udara kamar. Setelah kering
sediaan dapat dimasukkan ke dalam tabung atau di dalam karton yang telah
disiapkan. Bahan fiksasi sebaiknya digunakan alkohol yang mudah didapat.
b. Fiksasi Pelapis (Coating Fixative)
Zat-zat ini adalah campuran dari alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan
seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis di atas sel.
c. Aerosol yang dipakai dengan cara menyemprotkannya pada sedikit.
d. Liquid basa diteteskan di atas sediaan sesegera mungkin
DISUSUN OLEH :
ISATRIOLA
POLITEKNIK KESEHATAN PROVINSI BENGKULU
JURUSAN KEBIDANAN
2013/2014
KATA PENGANTAR
Bismallahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullah hiwabarakatuh.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT.atas segala limpahan
rahmat, nikmat dan hidayah-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Asuhan Kebidanan Komunitas ini. Makalah ini kami buat untuk mendapatkan nilai
mata kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas.
Dalam hal ini tak luput kami ucapkan terima kasih kepada Dosen bidang
studi Asuhan Kebidanan Komunitas yang telah membimbing kami, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin, dan kami juga mohon
maaf jika terdapat kesalahan dalam makalah ini. Demikianlah, makalah ini semoga
bermanfaat bagi yang membacanya. Terima kasih.Wassalam mu’alaikum
warahmatullah hiwabarakatuh.
Bengkulu, Mei 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR
ISI ................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....… 2
A. Pengertian kanker serviks................................................................. 2
B. Gejala kanker serviks.......................................................................... 2
C. Penyebab kanker serviks................................................................... 2
D. Faktor resiko.................................................................................... 3
E. Doagnosis ....................................................................................... 4
F. Pengobatan .................................................................................... 4
G. Pemeriksaan penunjang............................................................... 6
BAB III
PENUTUP......................................................................................................12
A. Kesimpulan.......................................................................................... 12
B. Saran..................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejeniskanker yang
99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang
leher rahim.Di Indonesia hanya 5 persen yang melakukan Penapisan Kanker Leher
Rahim, sehingga 76,6 persen pasien ketika terdeteksi sudah memasuki Stadium
Lanjut (IIIB ke atas), karena Kanker Leher Rahim biasanya tanpa gejala apapun
pada stadium awalnya. Penapisan dapat dilakukan dengan melakukan tes Pap
smeardan juga Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA).
Di negara berkembang, penggunaan secara luas program pengamatan leher
rahim mengurangi insiden kanker leher rahim yang invasif sebesar 50% atau
lebih.Kebanyakan penelitian menemukan bahwa infeksi human
papillomavirus (HPV) bertanggung jawab untuk semua kasus kanker leher rahim.
Perawatan termasuk operasi pada stadium awal,
dan kemoterapi dan/atau radioterapi pada stadium akhir penyakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kanker serviks?
2. Bagaimana gejala kanker serviks?
3. Apa saja penyebab kanker serviks?
4. Bagaimana factor resiko dan diagnosis kanker serviks ?
5. Bagaimana pengobatan kanker serviks?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang kanker serviks?
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Untuk mengetahui kanker serviks.
2. Untuk mengetahui gejala dan penyebab kanker serviks.
3. Untuk mengetahui factor resiko dan diagnosis kanker serviks .
4. Untuk mengetahui pengobatan kanker serviks.
5. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang kanker serviks.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker
serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC),
yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan salah satu faktor utama
tumbuhnya kanker jenis ini.
Tipe-tipe lain kanker serviks seperti adenocarcinoma, small cell carcinoma,
adenosquamous, adenosarcoma, melanoma dan lymphoma,merupakan tipe kanker
serviks yang langka yang tidak terkait dengan HPV.Beberapa tipe kanker yang telah
disebutkan, tidak dapat ditanggulangi seperti SCC.
B. GEJALA
Kanker serviks tahap dini tidak menunjukkan gejala.Segera temui dokter bila Anda
mengalami gejala-gejala kanker serviks sebagai berikut:
Pendarahan vagina
Sakit punggung
Sakit saat buang air kecil dan air seni keruh
Konstipasi kronis dan perasaan kembung walaupun perut dalam keadaan
kosong.
Rasa nyeri saat berhubungan seks dan keputihan
Salah satu kaki membengkak
Kebocoran urin atau feses dari vagina
C. PENYEBAB
Terinfeksi Human Papilloma Virus (HPV) merupakan sebab paling umum atau faktor
utama terjadinya kanker serviks.Virus-virus ini ditularkan melalui hubungan seksual,
baik oral maupun anal.Setiap wanita yang aktif secara seksual memiliki resiko
terkena kanker serviks.Akan tetapi wanita dengan partner seks lebih dari satu
memiliki resiko yang lebih besar.Wanita yang melakukan hubungan seks tanpa
pelindung sebelum umur 16 tahun memiliki tingkat resiko tertinggi.Beberapa
vaksinasi telah dikembangkan dan secara efektif membunuh HPV yang menjadi
penyebab dari 70 hingga 85 persen kanker serviks. Vaksin HPV ditujukan untuk
anak perempuan dan wanita dewasa dari usia 9 hingga 26 tahun karena vaksin
hanya dapat bekerja sebelum infeksi terjadi. Akan tetapi, vaksinasi masih dapat
dilakukan pada wanita yang belum aktif secara seksual pada usia dewasa.
Mahalnya harga vaksin ini menjadi penyebab kekhawatiran. Akan tetapi, karena
vaksin in hanya ditujukan untuk beberapa tipe kanker beresiko tinggi, wanita tetap
harus melakukan Pap Smear, bahkan setelah vaksinasi.
D. FAKTOR RESIKO
a. Faktor Alamiah
Faktor alamiah adalah faktor-faktor yang secara alami terjadi pada seseorang dan
memang kita tidak berdaya untuk mencegahnya. Yang termasuk dalam faktor
alamiah pencetus kanker serviks adalah usia diatas 40 tahun. Semakin tua seorang
wanita maka makin tinggi risikonya terkena kanker serviks.Tetapi hal ini tidak hanya
sekedar orang yang sudah berumur saja, yang berusia muda pun bisa terkena
kanker serviks. Tentu kita tidak bisa mencegah terjadinya proses penuaan. Akan
tetapi kita bisa melakukan upaya-upaya lainnya untuk mencegah meningkatnya
risiko kanker serviks.Tidak seperti kanker pada umumnya, faktor genetik tidak terlalu
berperan dalam terjadinya kanker serviks.Ini tidak berarti Anda yang memiliki
keluarga bebas kanker serviks dapat merasa aman dari ancaman kanker
serviks.Anda dianjurkan tetap melindungi diri Anda terhadap kanker serviks.
b. Faktor Kebersihan
Keputihan yang dibiarkan terus menerus tanpa diobati. Ada 2 macam keputihan,
yaitu yang normal dan yang tidak normal. Keputihan normal bila lendir berwarna
bening, tidak berbau, dan tidak gatal. Bila salah satu saja dari ketiga syarat tersebut
tidak terpenuhi berarti keputihan tersebut dikatakan tidak normal. Segeralah
berkonsultasi dengan dokter Anda bila Anda mengalami keputihan yang tidak
normal.
Penyakit Menular Seksual (PMS). PMS merupakan penyakit-penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seksual. PMS yang cukup sering dijumpai antara
lainsifilis, gonore, herpes simpleks,HIV-AIDS, kutil kelamin, dan virus HPV.
Pemakaian pembalut yang mengandung bahan dioksin. Dioksin merupakan bahan
pemutih yang digunakan untuk memutihkan pembalut hasil daur ulang dari barang
bekas, misalnya krayon, kardus, dan lain-lain.
Membasuh kemaluan dengan air yang tidak bersih, misalnya di toilet-toilet umum
yang tidak terawat. Air yang tidak bersih banyak dihuni oleh kuman-kuman.
c. Faktor Pilihan
Faktor ketiga adalah faktor pilihan, mencakup hal-hal yang bisa Anda tentukan
sendiri, diantaranya berhubungan seksual pertama kali di usia terlalu muda.
Berganti-ganti partner seks. Lebih dari satu partner seks akan meningkatkan risiko
penularan penyakit kelamin, termasuk virus HPV. Memiliki banyak anak (lebih dari 5
orang). Saat dilahirkan, janin akan melewati serviks dan menimbulkan trauma pada
serviks. Bila Anda memutuskan untuk memiliki banyak anak, makin sering pula
terjadi trauma pada serviks. Pap Smear merupakan pemeriksaan sederhana yang
dapat mengenali kelainan pada serviks. Dengan rutin melakukan papsmear,
kelainan pada serviks akan semakin cepat diketahui sehingga memberikan hasil
pengobatan semakin baik. Dokter yang tepat dalam melakukan pap smear adalah
Dokter kandungan, tetapi beberapa Laboratorium Klinikpun dapat melakukannya.
E. DIAGNOSIS
Pap Smear merupakan cara efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian
diagnosa kanker serviks atau diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks.
Biopsi umumnya dilakukan melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan
yang diperbesar dengan melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel
abnormal pada permukaan serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan
tanpa menimbulkan rasa sakit.
Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision
Procedure (LEEP), cone biopsies dan punch biposies. Pap Smear merupakan cara
efektif sebagai tes skrining kanker serviks, kepastian diagnosa kanker serviks atau
diagnosa pra-kanker memerlukan biopsi dari serviks. Biopsi umumnya dilakukan
melalui colposcopy, inspeksi serviks melalui pencitraan yang diperbesar dengan
melarutkan cairan asam untuk memperjelas sel-sel abnormal pada permukaan
serviks. Proses ini memerlukan waktu 15 menit dan tanpa menimbulkan rasa sakit.
Prosedur diagnosa lanjutan meliputi prosedur Loop Electrical Excision Procedure
(LEEP), cone biopsies dan punch biposies.
F. PENGOBATAN
Pada tahap stadium 1, pasien dapat diberi pengobatan melalui prosedur bedah
konservatif untuk wanita yang ingin mempertahankan kesuburan mereka, sementara
yang lain dianjurkan untuk mengangkat seluruh organ uterus dan serviks
(trachelectomy). Setelah prosedur pembedahan, umumnya direkomendasikan untuk
menunggu sekurang-kurangnya satu tahun sebelum melakukan program kehamilan.
Karena terdapat kemungkinan penyebaran kanker pada kelenjar getah bening
disaat tahap akhir stadium 1, spesialis bedah mungkin akan mengangkat beberapa
kelenjar getah bening dari sekitar uterus untuk bahan evaluasi patologi.
Tumbuh kembalinya kanker pada sisa serviks sangatlah langka bila kanker telah
sepenuhnya diangkat melalui trachelectomy.Akan tetapi, pasien dianjurkan untuk
tetap melakukan pencegahan secara aktif dan melakukan pemeriksaan lanjutan,
termasuk melakukan skrining Pap smear.
Tumor pada tahap awal dapat diobati melalui prosedur histerektomi radikal
(pengangkatan seluruh uterus) dengan pengangkatan kelenjar getah bening.Terapi
radiasi dengan atau tanpa kemoterapi dapat diberikan setelah prosedur
pembedahan guna mengurangi resiko kembalinya kanker. Tumor usia dini
berukuran besar dapat diobati dengan terapi radiasi dan kemoterapi dahulu.
Histerektomi dapat dilakukan kemudian untuk mengendalikan kanker secara lokal
dengan lebih baik.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN DENGAN PAP SMEAR
A. PENGERTIAN
Test atau Pemeriksaan Pap Smear adalah metode (screening) ginekologi,
merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) menggunakan alat yang dinamakan
speculum, dan bisa dilakukan oleh dokter kandungan. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui adanya HPV ataupun sel karsinoma penyebab Kanker Leher
Rahim, sejak dini.Pemeriksaan ini lebih diutamakan pada perempuan yang sudah
pernah melakukan hubungan seksual. Bahkan Perempuan yang pernah melakukan
hubungan seksual selama tiga tahun dari kontak seksual pertama kali WAJIB
melakukan pap smear. Namun saat ini apabila anda menginginkan hasil
pemeriksaan yang lebih akurat ada metode lain untuk mendeteksi adalah kanker
Leher Rahim (Kanker Serviks), yaitu dengan Pemeriksaan Thin Prep.
Test Deteksi Dini Kanker Serviks
Pap smear atau Pap Test adalah tes spesifik yang digunakan untuk mendeteksi dini
kanker leher rahim / kanker serviks. Aktivitas seksual merupakan salah satu
predisposisi kanker serviks, Sehingga Pap Smear menjadi salah satu pemeriksaan
yang penting dilakukan oleh perempuan yang telah aktif secara seksual. Meski Pap
smear hanya metoda skrining yang fungsinya untuk pencegahan Kanker Serviks,
namun metode ini mampu mendeteksi lebih dari 90 % kanker leher rahim tahap awal
yang masih mungkin untuk disembuhkan.
E. CARA KERJA
Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien akan mendapat penjelasan mengenai
prosedur yang akan dijalankan. Privasi dan kenyamanan sangat penting dalam
pemeriksaan ini.
Pasien dibaringkan dengan posisi litotomi (berbaring dengan dengkul ditekuk
dan kaki melebar).Vagina akan dilihat secara visual apakah ada kelainan dengan
bantuan pencahayaan yang cukup.Spekulum (alat pelebar) akan dibasuh dengan air
hangat dan dimasukkan ke vagina pasien secara tertutup, lalu dibuka untuk melihat
leher rahim.
Bila terdapat banyak cairan di leher rahim, dipakai kapas steril basah untuk
menyerapnya.Dengan menggunakan pipet atau kapas, larutan asam asetat 3-5%
diteteskan ke leher rahim. Dalam waktu kurang lebih satu menit, reaksinya pada
leher rahim sudah dapat dilihat.Bila warna leher rahim berubah menjadi keputih-
putihan, kemungkinan positif terdapat kanker. Asam asetat berfungsi menimbulkan
dehidrasi sel yang membuat penggumpalan protein, sehingga sel kanker yang
berkepadatan protein tinggi berubah warna menjadi putih.
Bila tidak didapatkan gambaran epitel putih padadaerah transformasi bearti hasilnya
negative
.
TALAKSANAAN IVA
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim
yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna
atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative.
Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih,
maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker.
Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati
dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2
ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan
metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi
prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan
tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada
suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati
dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto.
H, 2010)
Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari
adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya
perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan
atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker
yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan
merusak organ tubuh yang lain.
G. TEMPAT PELAYANAN
IVA bisa dilakukan di tempat-tempat pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pemeriksaan dan yang bisa melakukan pemeriksaan IVA
diantaranya oleh :
Perawat terlatih
Bidan
Dokter Umum
Dokter Spesialis Obgyn.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks
(organ yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker
serviks. Tipe yang paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC),
yang merupakan 80 hingga 85 persen dari seluruh jenis kanker serviks.
Infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)
IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat
langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan
larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.Dalam pembuatan makalah ini kami tidak luput dari kesalahan.Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman.Amin.
DAFTAR PUSTAKA