Anda di halaman 1dari 34

BAB II TINJUAN TEORI

A. Teori 1. Konsep Dasar Pemeriksaaan Pap Smear a. Pengertian Pap Smear Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio dan endoserviks uteri untuk pemantauan adanya perubahan diporsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas (Sukaca, 2009, p.88). Test Pap Smear juga diartikan suatu metode pemeriksaan sel-sel yang diambil satu dari leher rahim dan kemudian di periksa di bawah mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut (Diananda, 2009, p.46). b. Tujuan test Pap Smear Tujuan dari test Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.89) sebagai berikut: 1) Mencoba menemukan sel-sel yang tidak normal dan dapat berkembang menjadi kanker serviks. 2) Alat untuk mendeteksi adanya gejala pra kanker leher rahim bagi seseorang yang belum menderita kanker. 3) Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada sel-sel kanker leher rahim. 4) Mengetahui tingkat berapa keganasan serviks.

c. Wanita yang dianjurkan test Pap Smear Wanita yang dianjurkan untuk melakukan test Pap Smear biasanya mereka yang tinggi aktivitas seksualnya. Namun tidak menjadi kemungkinan juga wanita yang tidak mengalami aktivitas seksualnya memeriksakan diri. Wanita-wanita sasaran test Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.89-90) sebagai berikut: 1) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berusia muda sudah menikah atau belum namun aktivitas seksualnya sangat tinggi. 2) Setiap 6-12 bulan untuk wanita yang berganti-ganti pasangan seksual atau pernah menderita infeksi HPV atau kutil kelamin. 3) Setiap tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. 4) Setiap tahun untuk wanita yang memakai pil KB. 5) Setiap 2-3 tahun untuk wanita yang berusia di atas 35 tahun. 6) Pap Smear test setahun sekali bagi wanita antara umur 40-60 tahun dan juga bagi wanita di bawah 20 tahun yang seksualnya aktif. 7) Sesudah 2 kali pap test (-) dengan interval 3 tahun dengan catatan bahwa wanita resiko tinggi harus lebih sering menjalankan pap test. 8) Sesering mungkin jika hasil Pap Smear menunjukan abnormal, sesering mungkin setelah penilaian dan pengobatan pra kanker maupun kanker serviks.

d. Syarat pendeteksian Pap Smear Jika ingin melakukan tes Pap Smear harus memperhatikan beberapa hal penting. Hal-hal penting yang harus diperhatikan menurut Sukaca (2009, p.90-91) sebagai berikut: 1) Waktu pengambilan sebaiknya memperhatikan waktu menstruasi anda yaitu pengambilan dimulai minimal 2 minggu setelah dan sebelum menstruasi berikutnya. 2) Pasien harus memberikan sejujur-jujurnya kepada petugas mengenai aktivitas seksualnya dan riwayat kesehatan yang pernah dideritanya. 3) Hindarilah hubungan intim yang tidak boleh dilakukan dalam waktu 24 jam sebelum pengambilan bahan pemeriksaan. 4) Pembilasan vagina dengan bermacam-macam cairan kimia tidak boleh dikerjakan dalam 24 jam sebelumnya. 5) Hindarilah pemakaian obat-obatan yang tidak menunjang

pemeriksaan Pap Smear. 6) Jika anda meminum obat maka informasikan kepada petugas sebab beberapa obat akan mempengaruhi hasil analisis sel. e. Mengelompokan hasil pemeriksaan Pap Smear Mengelompokan atau pengklasifikasian Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.91-92) sebagai berikut: 1) Kelas I Pada kelas I identik dengan normal smear. Pemeriksaan ulang 1 tahun sekali.

10

2) Kelas II Pada kelas II menunjukan adanya infeksi ringan non spesifik, terkadang disertai dengan kuman atau virus tertentu. Disertai pula dengan kariotik ringan. Pemeriksaan akan dilakukan 1 tahun lagi. Pengobatannya disesuaikan dengan penyebabnya. Bila ada radang bernanah maka akan dilakukan pemeriksaan ulang setelah

pengobatan. 3) Kelas III Kelas III dapat ditemukan sel diagnostik sedang keradangan berat. Pemeriksaan ulang dilakukan setelah pengobatan. 4) Kelas IV Di kelas IV telah ditemukan sel-sel yang mencurigakan dan ganas. 5) Kelas V Ditemukan sel-sel ganas. f. Cara pemeriksaan Pap Smear Cara pemeriksaan Pap Smear memang agak berisiko, sebab leher rahim berada di dalam. Namun petugas yang ahli sudah tentu mengatasi hal ini. Adapun cara pemeriksaan Pap Smear menurut Sukaca (2009, p.92-94) sebagai berikut: 1) Wajib mengisi wadah spesimen. Preparat yang digunakan diberi label dengan diisi tulisan tanggal serta nomer identitas pasien. 2) Menginsersi spekulum dengan ukuran tetap.

11

3) Empat metode pengumpulan spesimen: a) Menempatkan ujung spatula kayu. Sepatula kayu harus mengenai dan masuk kedalam mulut eksternal serviks. b) Mengambil spesimen kanalis servikalis dengan memutar spatula satu lingkaran penuh. Ujung kapas dilembabkan dengan normal saline. Menginsersi aplikator berujung kapas ke dalam saluran serviks 2 cm, memutar 360 derajat. c) Menginsersi alat gosok sepanjang 1-2 cm ke dalam saluran servik dan putar 90-180 derajat. d) Mengumpulkan sel-sel pada spatula kayu, tempatkan dekat label diatas setengah bagian atas preparat. Usap 1 kali sampai ujung preparat. Setelah itu membalikkan spatula, tempatkan sisi datar lain dekat label pada setengah bagian bawah preparat dan usap satu kali sampai ujung preparat. e) Memasukkan bahan preparat didalam tabung berisi larutan fiksasi. f) Melakukan pengamatan mikroskopik di laboratorium.

2. Kanker Serviks a. Kanker Serviks Kanker adalah terjadinya pembelahan sel yang tidak terkendali. Sel-sel tersebut kemudian menyerang dan merusak jaringan

12

biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Ghofar, 2009. p.11). Leher rahim adalah bagian dari sistem reproduksi perempuan yang terletak di bagian bawah yang sempit dari rahim (uterus atau womb). Sedangkan, rahim adalah suatu organ berongga yang berbentuk buah pir pada perut bagian bawah. Adapun penghubung rahim menuju vagina adalah mulut rahim (serviks) (Sabrina, 2009, p.77). Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang (Sukaca, 2009, p.24-25). Kanker servik adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker serviks dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut rahim atau keduanya (Nurwijaya, dkk., 2010, p.8) b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi adanya kanker

serviks adalah sebagai pemicu tumbuhnya sel tidak normal. Beberapa faktor predisposisi kanker serviks ada tiga faktor yaitu faktor individu, faktor resiko dan faktor pasangan laki-laki (Sukaca, 2009, p.37).

13

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kanker serviks menurut Sukaca (2009, p.37-49) sebagai berikut: 1) Faktor Resiko a) Makanan Makanan yang mungkin juga meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks pada wanita adalah makanan yang rendah : beta karoten, vit A, C, dan E. b) Pemakaian Kontrasepsi Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker serviks sebanyak 2 kali. c) Pemakaian DES (dietilstilbesterol) Pemakain DES pada obat penguat kandungan adalah untuk wanita hamil, yang bertujuan untuk mencegah keguguran bnyak digunakan pada tahun 1940-1970), ini sebenarnya dapat memicu kanker serviks. d) Golongan ekonomi lemah Golongan ekonomi lemah tidak mampu melakukan Pap Smear secara rutin. Pengetahuan mereka mengenai resiko kanker serviks juga sangat rendah. Oleh karena itu mereka banyak yang terjangkit penyakit ini.

14

2) Faktor Individu a) HPV (Human Papillomavirus) Infeksi HPV dapat menyebabakan kanker serviks. Dua sub tipe HPV dengan resiko tinggi keganasan, yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim. b) Herpes Simpleks Virus (HVS) tipe 2 Pada awal tahun 1970 herpes simpleks tipe 2 sebagai timbulnya kanker serviks. Virus ini hanya diduga sebagai faktor pemicu terjadinya kanker. c) Merokok Sebuah penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks disamping merupakan kokarsinogen infeksi virus. d) Umur Menopause memang akan dialami semua wanita. Pada masa itu sering terjadi perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. Pada usia 35-55 tahun memiliki resiko 2-3 kali lipat untuk menderita kanker serviks. e) Paritas Paritas merupakan seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat hidup. Paritas yang berbahaya adalah dengan memiliki jumlah anak lebih dari dua orang atu jarak

15

persalinan terlalu dekat. Sebab dapat menyebabkan timbulnya perubahan sel-sel abnormal pada mulut rahim. 3) Faktor Pasangan a) Hubungan seks dalam usia muda Faktor resiko ini merupakan faktor utama. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun, mempunyai resiko tiga kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun. b) Pasangan seksual lebih dari satu (multipartner sex) Perilaku berganti-ganti pasangan akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti HPV telah terbukti dalam meningkatkan timbulnya kanker serviks. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai teman seksual 6 orang atau lebih. Disamping itu, virus herpes simpleks tipe -2 dapat menjadi faktor pendamping. c. Gejala Kanker Serviks Ada beberapa gejala dan cara pemeriksaan serviks menurut Sukaca (2009, p.71-106) sebagai berikut: 1) Gejala penderita pra kanker serviks Pada fase sebelum terjangkitnya kanker sering penderita tidak mengalami gejala atau tanda khas. Beberapa gejala-gejala yang sering ditemukan menurut Sukaca (2009, p.71-72) sebagai berikut:

16

a) Keluar cairan encer dari vagina (keputihan). b) Pendarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi pendarahan yang abnormal. c) Timbulnya pendarahan setelah masa menopause. d) Pada fase invasi dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur darah. e) Timbul gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis. f) Terjadi nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. g) Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rektum). 2) Gejala Kanker Serviks Namun bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, menurut Sukaca (2009, p.75) gejalanya berupa: a) Perdarahan pada vagina dan tidak normal. Hal ini dapat ditandai dengan pendarahan di antara periode menstruasi yang regular, periode menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, perdarahan setelah hubungan seksual atau pemeriksaan panggul. b) Rasa sakit saat berhubungan seksual. c) Jika kanker berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejalagejala seperti berkurangnya nafsu makan, penurunan berat badan,

17

kelelahan, nyeri panggul dan tungkai, keluar air kemih dan tinja dari vagina. d. Pemeriksaan Kanker serviks Ada beberapa cara pemeriksaan kanker serviks menurut Sukaca (2009, p.88-106) sebagai berikut: 1) Mendeteksi kanker serviks dengan Pap Smear Test Pap Smear diartikan sebagai pemeriksaan epitel porsio dan endoservik uteri untuk pemantauan adanya perubahan di porsio atau serviks pada tingkat pra ganas dan ganas. 2) IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Tes IVA tes merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Alat ini begitu sederhana sebab saat pemeriksaannya tidak perlu ke laboratorium. 3) Mendiagnosis Serviks dengan Kolposkopi Kolposkopi merupakan suatu pemeriksaan untuk melihat permukaan leher rahim. Pemeriksaan ini menggunakan mikroskop berkekuatan rendah yang memperbesar permukaan leher rahim. Perbesaran dari 10-40 kali dari ukuran normal. Ini dapat membantu mengidentifikasi area permukaan leher rahim yang menunjukkan ketidaknormalan. 4) Vagina Inflammation Self Test Card Vagina Inflammation Self Test Card adalah alat

pendeteksian yang dapat menjadi Warning Sign. Di tes dengan

18

alat ini adalah tingkat keasaman (pH), tes ini cukup akurat, sebab pada umumnya apabila seorang wanita terkena infeksi, mioma, kista bahkan kanker serviks, kadar pH nya tinggi. Dengan begitu maka melalui tes ini paling tidak wanita dapat mengetahui kondisi vagina secara kasar. 5) Schillentest Cara kerja pemeriksaan ini adalah : 1) Serviks diolesi dengan larutan yodium. 2) Sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat. 3) Sedangkan sel abnormal warnanya menjadi putih atau kuning. Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen karena tidak mengikat yodium. Kalau porsio di beri yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedangkan yang terkena karsinoma tidak berwarna. 6) Kolpomikroskopi Kolpomikroskopi adalah pemeriksaan yang bergabung dengan Pap Smear. Kolpomikroskopi dapat melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200 kali. 7) Sitologi Sitologi adalah untuk mendeteksi lesi secara dini. Sejak kanker masih dalam tingkat displasia dan NIS (Neoplasia Intraepitelial Serviks). Ketelitian dilakukan dengan baik. sitologi melebihi 90% bila

19

8) Dilatasi dan Kuretase ( D & K) Dilatasi dan kuretase jarang digunakan. Sebab tindakan ini kadang-kadang perlu dilakukan untuk menilai perluasan proses ke atas. Terutama apabila diperlukan modifikasi dalam pengobatan. Kuretase dilakukan secara bertingkat, mencakup kanalis servikalis dan kavum uterus. e. Mencegah Kanker Leher Rahim Adapun cara mencegah pra kanker dan cara menghindari kanker serviks menurut Sukaca (2009, p.111-121) sebagai berikut: 1) Mencegah displasia atau pra kanker Pencegahan displasia atau pra kanker adalah pencegahan sebelum datangnya kanker leher rahim. Menghindari displasia kanker leher rahim sebagai berikut: a) Pencegahan Primer Cara-cara pencegahan primer adalah : (1) Tundalah hubungan seksual sampai usia diatas remaja. (2) Batasi jumlah pasangan. (3) Menolak berhubungan seksual dengan yang mempunyai banyak pasangan. (4) Menolak berhubungan seksual dengan orang yang terinfeksi genetalia. (5) Hubungan seksual yang aman, kondom tidak memproteksi infeksi HIV.

20

(6) Jika anda merokok maka hentikan merokok. b) Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah pencegahan yang dilakukan dengan cara uji Pap Smear dengan teratur. Hal ini dapat dilakukan pada : (1) Semua wanita usia 18 tahun atau telah melakukan hubungan seksual. (2) Bila telah tiga kali Pap Smear dan hasilnya normal maka pemeriksaan akan lebih jarang. (3) Wanita yang telah dilakukan pengangkatan rahim. (4) Wanita yang telah menopause masih dibutuhkan

pemeriksaan uji Pap Smear. 2) Cara Menghindari Kanker Serviks Menghindari dapat juga mencegah terjadinya kanker serviks, yang harus dilakukan untuk menghindari kanker ini dengan cara sebagai berikut: a) Menunda waktu untuk menjadi wanita yang memiliki aktivitas seksual yang tinggi Orang yang aktifitas seksualitasnya tinggi dapat terjangkitnya kanker rahim, maka semakin muda orang melakukan hubungan seksual maka akan semakin besar kemungkinan berkembangnya kanker serviks.

21

b) Jangan berganti-ganti pasangan pasangan Berganti-ganti pasangan dapat tertular virus HPV. Semakin banyak seorang wanita memiliki pasangan seks maka semakin besar pula kemungkinan tertular virus ini. c) Melakukan vaksinasi HPV (Human Papillomavirus) Vaksin HPV dapat dilakukan sebelum remaja. Bila dilakukan saat umur 9 tahun. Hal ini dilakukan agar dapat terhindar dari kanker yang mematikan ini. d) Melakukan pemeriksaan rutin Pemeriksaan rutin dapat dilakukan dengan bermacammacam. Namun yang paling sering adalah dengan menggunakan Pap Smear. e) Hindarilah rokok Zat yang terkandung dalam nikotin akan

mempermudah selaput sel lendir sel-sel tubuh beraksi. Sedangkan isi dari serviks adalah lendir. Dengan begitu resiko untuk berkembangnya sel yang abnormal akan semakin mudah. f) Jangan mencuci vagina terlalu sering Pencucian vagina terlalu sering dapat menimbulkan iritasi berlebihan. Dengan begitu maka akan merangsang terjadinya perubahan sel. Pada akhirnya dapat menyebabakan perubahan menjadi kanker.

22

g) Hindari lemak tinggi Wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan lebih beresiko terkena kenker. Untuk mencegah timbulnya kanker, sebaiknya hindari mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dan mulai mengkonsumsi makanan yang sehat dan segar. f. Cara pengobatan kanker serviks Ada beberapa cara kanker serviks Menurut Sukaca (2009, p.117-121) cara pengobatannya sebagai berikut: 1) Dengan vaksin HPV atau screening Vaksin HPV dapat berguna dalam pengobatan sedangkan screening untuk mengurangi kejadian kanker serviks. Kedua kombinasi ini juga bisa mengobati kondisi pra kanker dan serviks pada kasus yang ringan. 2) Vaksin menggunakan AS04 Sistem ajuvan nomor 4 (AS04) dapat merespon tubuh dibandingkan dengan sistem vaksin yang lain. Menurut penemuan dari penelitian dengan menggunakan AS04 maka dapat

menyebabkan: a) Antibodi yang tinggi terhadap HPV tipe 16 dan 18 (menyebabkan 70% kanker serviks di dunia). b) Perempuan yang di vaksinasi dengan rentang usia yang luas 10 tahun hingga 55 tahun.

23

c) Perlindungan 100% selama 5,5 tahun terhadap HPV tipe 16 dan 18 yang berhubungan dengan lesi pra kanker yang mengarah pada kanker serviks. 3) Cervarix Cervarix merupakan vaksin kanker. Vaksin ini ditujukan baik bagi remaja putri maupun perempuan dewasa (usia 10-55 tahun) untuk mencegah kanker. Vaksin ini bermanfaat untuk para penderita kanker. 4) Gardasir Gardasir dapat mencegah infeksi dua tipe HPV yang kanker, yaitu tipe 16 dan 18. Vaksin ini juga bekerja mencegah dua tipe HPV lain yang tidak menyebabkan kanker yaitu tipe 6 dan 11. 5) Terapi radiasi Terapi radiasi atau sering disebut dengan radioterapi dapat digunakan untuk mengobati kanker leher rahim. Pengobatan ini menggunakan sinar pengion, namun dapat juga menggunakan gelombang panas (hyperthermia). Gelombang panas ini digunakan untuk mendapatkan respon radiasi yang lebih baik untuk tumor tertentu. 6) Biopsi Pengobatan dengan biopsi adalah pengobatan dengan acara operasi. Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya. Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul

24

tampak suatu pertumbuhan atau luka pada serviks, atau jika Pap Smear menunjukkan suatu abnormalitas atau kanker. 7) Konisasi Konisasi adalah sebuah cara mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel gepeng serta kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas. 8) Histerektomi Histerektomi merupakan sebuah operasi pengangkatan kandungan (rahim/uterus) seorang wanita. Setelah menjalani histerektomi seorang wanita tidak mungkin lagi untuk hamil dan mempunyai anak. 9) Kemoterapi Kemoterapi adalah sebuah pengobatan yang bersifat pembantu (adjuvant atau paliatif). Sel yang aktif membelah dapat diperkecil dengan obat-obatan sitostatiska. Obat-obatan sitostatiska bekerja pada salah satu atau beberapa fase atau siklus sel. Dengan begitu maka memerlukan pengobatan yang berulang. 10) Terapi biologis Terapi biologis adalah pengobatan dengan menggunakan zat-zat untuk memperbaiki kekebalan tubuh melawan penyakit. Pengobatan ini dilakukan pada kanker yang telah menyebar ke tubuh

25

lain. Pengobatan ini sering menggunakan interferon dan bisa dikombinasikan dengan kemoterapi. g. Stadium kanker serviks Sistem yang umumnya digunakan untuk pembagian stadium kanker serviks adalah sistem yang diperkenalkan oleh Internasional Federation of Ginekology and Obstetrics (FIGO). Pada sistem ini, angka romawi 0 sampai IV menggambarkan stadium kanker. Semakin besar angkanya, maka kanker semakin serius dan dalam tahap lanjut. Stadium kanker serviks sebagai berikut : 1) Stadium 0 Stadium ini disebut juga carcinoma in situ (CIS). Tumor masih dangkal, hanya tumbah di lapisan sel serviks. 2) Stadium I Kanker telah tumbuh dalam serviks, namun belum menyebar kemanapun. Stadium ini dibagi menjadi: a) Stadium IA1, Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya kurang dari 3 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. b) Stadium IA2, Dokter tidak dapat melihat kanker tanpa mikroskop. Kedalamannya antara 3-5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm. c) Stadium IB1, Dokter dapat melihat kanker serviks dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih besar dari 4 cm.

26

d) Stadium IB2, Dokter dapat melihat kanker dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar dari 4 cm. 3) Stadium II Kanker berada dibagian dekat serviks tapi bukan diluar panggul. Stadium ini dibagi menjadi: a) Stadium IIA, kanker meluas sampai ke atas vagina, tapi belum menyebar ke jaringan yang lebih dalam dari vagina. b) Stadium IIB, kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina den serviks, namun belum sampai ke dinding panggul. 4) Stadium III Kanker telah menyebar ke jaringan lunak sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding panggul. Mungkin dapat menghambat aliran urin ke kandung kemih. 5) Stadium IV Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kandung kemih, rectum, atau paru-paru. Stadium IV dibagi menjadi: a) Stadium IVA, kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan rectum. b) Stadium IVB, kanker telah menyebar ke organ yang lebih jauh, seperti paru- paru.

27

3. Konsep Dasar Pasangan Usia Subur (PUS) Dikutip dari Statistik Indonesia (2011) dalam pengertian dan istilah Keluarga Berencana (KB) menjelaskan bahwa Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 15-49 tahun. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda atau cerai. Sedangkan menurut Hanafi (2004, p.45), PUS yaitu usia 15-49 tahun dengan jalan mereka bertahap menjadi peserta KB yang aktif dan rutin, sehingga memberi efek langsung penurunan fertilitas. Dengan mulainya PUS menggunakan KB, PUS juga harus waspada terhadap kanker serviks. Penggunaan KB seperti kontrasepsi pil dalam jangka waktu yang lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan resiko kanker serviks sebanyak 2 kali (Sukaca, 2009, p.37).

4. Konsep Dasar Pengetahuan a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng daripada tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003, p.121).

28

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku Dalam rangka pembinaan dan peningkatan perilaku

masyarakat, pendekatan edukasi (pendidikan kesehatan) lebih tepat dibandingkan dengan pendekatan korelasi. Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep menurut Notoatmodjo (2003, p.13-14) yaitu perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama : 1) Faktor Predisposisi (Predisposing Faktor) Faktor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan lainlain. 2) Faktor Pemungkin (Enabling Factor) Faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi dan lain-lain. 3) Faktor Penguat (Reinforcing Factor) Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas-petugas kesehatan.

29

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaiknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo, 2003, p.122). c. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003, p.122-124), ada 6 tingkatan pengetahuan, yaitu : 1) Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2) Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang tidak paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meramalkan, dan sebagainya. 3) Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi

30

sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan metode, hukum-hukum, rumus, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

31

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkatan pengetahuan Menurut Wawan&Dewi (2010, p.16-18), Ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu: 1. Faktor Internal a) Pendidikan Menurut YB Mantra yang dikutip Notoatmodjo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama motivasi untuk sikap berperan serta pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. b) Pekerjaan Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bejerja bagi ibu0ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c) Umur Menurut Huclok (1998) yang dikutip oleh

Wawan&Dewi (2010) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi

32

kedewasaannya. Hal ini sebagai pengalaman dan kematangan jiwa. Usia dewasa dikelompokkan menjadi 3 yaitu: a. Dewasa awal: 18- 40 tahun b. Dewasa tengah: 40-60 tahun c. Dewasa akhir: >60 tahun. 2. Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan Menurut Ann. Mariner yang dikutip dari Nursalam (2003) lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. e. Cara memperoleh pengetahuan Ada 2 cara untuk memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2005, p.11-14), yaitu: 1) Cara tradisional a) Cara coba salah (trial and error) Cara yang paling tradisional adalah melalui coba-coba atau dengan kata yang yang mudah dikenal trial and error. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

33

dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. b) Cara kekuasaan dan otoritas Pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan pada tradisi otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama maupun ahli ilmu pengetahuan. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh kebenaran pengetahuan. d) Melalui jalan pikiran Manusia menggunakan penalaran atau jalan pikiran dsalam memperoleh pengetahuannya. 2) Cara modern Cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah. f. Cara mengukur pengetahuan Dikutip oleh Wawan&Dewi (2010, p.16-18), menurut Arikunto (2003) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan

diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu: baik 76%-100%, cukup 56%-75%, dan kurang >56%.

34

5. Konsep Dasar Pendidikan a. Pendidikan Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani) dan jasmani (panca indra serta ketrampilan-ketrampilan). Pendidikan juga berarti pula hasil atau prestasi yang dicapai oleh perkembangan manusia dan usaha lembaga-lembaga tersebut dalam mencapai tujuannya (Ihsan, 2010, p.7). b. Faktor-faktor pendidikan Faktor-faktor pendidikan yang dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi, terutama terletak pada faktor pendidik dengan segala kemampuan dan keterbatasannya. Adapun faktor-faktor pendidik menurut Ihsan (2010, p.7-10) sebagai berikut: 1) Faktor tujuan Banyak sekali tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik agar dapat dicapai (dimiliki) oleh peserta didiknya. Menurut Langeveld dalam bukunya Beknopte Teoritischr

Pedagogic dibedakan adanya macam-macam tujuan sebagai berikut: a) Tujuan umum b) Tujuan tak sempurna c) Tujuan sementara d) Tujuan perantara

35

e) Tujuan insendental. 2) Faktor pendidik Ada dua kategori yang membedakan pendidik yaitu: a) Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua b) Pendidik menurut jabatan, yaitu guru. 3) Faktor peserta didik Peserta didik dalam usia dan tingkat kelas yang sama bisa memiliki profil materi pengetahuan yang berbeda-beda. Hal ini tergantung seseorang. Secara teoritis peserta didik bisa berkembang secara optimal dalam arti mampu berkembang kreatif optimal, jika mendapat lingkungan pendidikan optimal, di sekolah yang ideal dimana peserta dapat melakukan cara belajar siswa aktif sekaligus menghayati atau mengimplikasikan nilai-nilai. 4) Faktor isi atau materi pendidikan Materi pendidikan ialah segala sesuatu oleh pendidik langsung diberikan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Dalam usaha pendidikan yang diselenggarakan di keluarga, disekolah dan di masyarakat, ada syarat utama dalam pemilihan beban atau materi materi pendidikan, yaitu: a) Materi harus sesuai dengan tujuan pendidikan b) Materi harus dengan peserta didik. kepada konteks yang mendorong perkembangan

36

5) Faktor metode pendidikan Metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Untuk menentukan apakah ada sebuah metode dapat disebut baik diperlukan patokan (kriteria) yang bersumber dari beberapa faktor. Faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. 6) Faktor situasi lingkungan Situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisis, lingkungan teknis dan lingkungan sosia-kultural. c. Jenis pendidikan Jenis pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokkan sesuai sifat dan tujuannya. Jenis pendidikan menurut Ihsan (2010, p.20-21) sebagai berikut: 1) Pendidikan Sekolah Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang berjenjang, berstruktur dan berkesimanbungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, Indonesia. dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik

37

2) Pendidikan Luar Sekolah Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak selalu terikat oleh jenjang dan struktur perselakolahan, tetapi dapat berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah menyediakan program pendidikan yang memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang sosial, keagamaan, budaya dan ketrampilan dan keahlian. d. Jenjang pendidikan Jenjang pendidikan adalah tahap pendidikan yang

berkelanjutan, yang ditetapkan berdasarkan tingkat peekembangan peserta didik, tingkat kerumitan bahan pengajaran dan cara menyajikan bahan pengajaran. Jenjang pendidikan menurut Ihsan (2010, p.22-23) sebagai berikut: 1) Pendidikan Dasar Pendidikan dasar adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan ketrampilan, menumbuhkan sikap dasar yang diperlukan dalam masyarakat, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah. Termasuk pendidikan dasar adalah sekolah dasar (SD) dan SMP sebagai kesatuan dilaksanakan dalam masa program belajar 9 tahun. 2) Pendidikan Menengah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang

mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

38

memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan sosial budaya, dan alam sekitar, serta dapat

mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi. Pendidikan menengah terdiri dari sekolah menengah atas (SMU). 3) Pendidikan Tinggi Menurut Kepmendikbud (No. 0186/P/1984) Pendidikan tinggi adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang memiliki tingkat kemampuan tinggi yang bersifat akademik dan professional sehingga dapat mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam rangka pembangunan nasional dan meningkatkan kesejahteraan manusia. Termasuk pendidikan tinggi adalah

pendidikan di Universitas atau perguruan tinggi akademik seperti tingkat sarjana muda (S1).

39

B. Kerangka Teori

Faktor Pendorong (Predisposing) 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Umur 4. Sikap 5. Status sosial, ekonomi, dan budaya

Faktor Pemungkin (Enabling) 1. Ketersediaan fasilitas dan sarana 2. Keterjangkauan fasilitas

Pemeriksaan Pap Smear

Faktor Penguat (Reinforcing) 1. Perilaku masyarakat 2. Partisipasi masyarakat

Gambar 1. Kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan Sumber : Lawrence&Green dalam Notoatmodjo (2003).

40

C. Kerangka Konsep Variabel bebas Variabel terikat

Pengetahuan Ibu tentang kanker serviks Pemeriksaan Pap Smear

Pendidikan

Gambar 2. Kerangka konsep hubungan pengetahuan dan tingkat pendidikan Ibu tentang kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.

D. Hipotesis Ha: Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemeriksaan Pap Smear. Ha: Ada hubungan pengetahuan ibu tentang kanker serviks dengan pemeriksaan Pap Smear.

Anda mungkin juga menyukai