Universitas Indonesia
2
beberapa contoh sel dari leher rahim menggunakan cytobrush. Sel-sel tersebut
dikumpulkan dari lokasi yang berbeda pada leher rahim, seperti kanal
endoserviks yang berlokasi di ujung rahim dan bagian yang paling terlihat
dari leher rahim. Setelah contoh sel diambil, contoh sel tersebut diletakkan
pada permukaan kaca mikroskop, biasanya dicampur dengan larutan fiksatif,
sebelum dikirim ke laboratorium.
Ny. M melakukan pemeriksaan pap smear atas indikasi faktor resiko genetik
(ibu kandung klien menderita ca mammae) dan menometrorargi. Selain itu
terdapat beberapa faktor resiko kanker serviks di antaranya :
a. Infeksi Human Papiloma Virus (HpV)
Lebih dari 90% kasus kandiloma serviks, semua NIS dan kanker serviks
mengandung DNA virus HpV. Dari 70 tipe HpV yang diketahui saat ini,
ada 16 tipe HpV yang erat kaitannya dengan kejadian kanker serviks.
Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual. Wanita yang beresiko
terkena penyakit akibat hubungan seksual juga beresiko terinfeksi virus
ini sehingga mempunyai resiko terkena kanker serviks.
b. Perokok pasif
Wanita perokok mempunyai resiko 2 x lipat terhadap kanker serviks uteri
dibandingkan dengan wanita bukan perokok. Dalam lendir serviks wanita
perokok terkandung nikotin zat-zat tersebut menurunkan daya tahan dan
menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga timbul kanker
serviks uteri, di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.
Wanita yang sudah melakukan hubungan seksual dan berusia lebih dari 18
tahun dianjurkan untuk pap smear sekali setahun secara teratur. Bila
pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan
selanjutnya dapat dilakukan setiap tiga tahun. Pada wanita di atas usia 30,
Ppp smear terkadang dikombinasikan dengan Tes HPV karena penyakit leher
rahim seringkali disebabkan oleh HPV atau biasa disebut virus papilloma
pada manusia. Pada wanita di bawah umur 30 tahun, pap Smear saja biasanya
sudah cukup, tetapi mereka juga disarankan untuk mendapatkan suntikan
vaksin HPV sebagai tindakan pencegahan. Jika hasil pap smear ditemukan
adanya ketidaknormalan, pemeriksaan lebih lanjut sebaiknya dilakukan,
seperti menggunakan kolposkopi.
Universitas Indonesia
3
Referensi :
1. Mehmetoglu, Sadikoglu, Ozcakir & Bilgel. (2010). Pap smear screening in
the primary health care setting: A study from Turkey. North American
Journal of Medical Science.
2. Dalimarta. (2004). Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Jakarta :
Penebar Swadaya
3. Mukhlis dkk. (2005). Deteksi Dini Kanker. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia