Anda di halaman 1dari 48

Responsi Ilmu Bedah CPA TUMOR

Oleh : Lilyana Dian Tyagita W. 2007.04.0.0022

Identitas Pasien :
Nama Umur Jenis Kelamin Agama Alamat Status Perkawinan Suku Bangsa MRS Tanggal Pemeriksaan : Ny. Dewi Rohana : 39 Tahun : Perempuan : Islam : Jln.Pundung kecamatan Diwek Jombang : Menikah : Jawa : 4 Juli 2013 : 10 Juli 2013

Anamnesa :
a. Keluhan Utama b. Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri Kepala : Pasien datang ke Poli Saraf Rumah sakit Dr. Ramelan Surabaya dengan keluhan utama Nyeri Kepala sejak 2 tahun yang lalu dan makin memberat sejak 6 bulan yang lalu. Nyeri kepala yang dirasakan pasien terasa cekot-cekot di seluruh bagian kepala. Nyeri kepala terjadi terusmenerus, namun terasa lebih berat pada pagi hari, awalnya hanya terjadi kadang-kadang saja dan hilang saat diberi obat sakit kepala biasa, namun semakin lama menjadi terus menerus dan tidak menghilang dengan obat sakit kepala biasa. Nyeri kepala yang dirasakan pasien ini seringkali disertai mual dan kadang-kadang disertai muntah juga. Tidak ada pusing berputar yang dirasakan pasien. Pasien juga mengeluhkan penglihatan sebelah kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu dan perlahan-lahan semakin memberat belakangan ini. Sebelum mengeluh nyeri kepala, pasien mengeluh mengalami penurunan pendengaran pada telinga sebelah kanan kira-kira sejak 2,5 tahun yang lalu. Pasien mengaku masih bisa mendengar dengan jelas dari telinga kiri, namun telinga kanan kurang bisa mendengar dengan baik. Tidak ada telinga berdenging dan tidak ada riwayat trauma karena suara yang keras yg dirasakan pasien.

Selain keluhan tersebut diatas, pasien mengaku tidak memiliki keseimbangan sehingga selalu merasa ingin jatuh saat duduk, berdiri dan berjalan. Pasien juga seringkali merasa kesemutan pada tangan dan kaki terutama saat bangun tidur. Menurut pasien, tidak ada riwayat jatuh, kecelakaan atau terbentur benda keras di kepala sebelumnya, tidak ada riwayat sakit infeksi atau demam sebelumnya. Sebelumnya sekitar 3 bln yang lalu, pasien sudah sempat opname di rumah sakit di Kediri selama beberapa minggu, namun pasien merasa tidak ada perbaikan dari penyakitnya. Pasien juga sempat opname di rumah sakit jombang 3 hari yang lalu, pasien juga tidak merasakan perbaikan sehingga pasien memutuskan untuk berobat ke RSAL.

c. Riwayat Penyakit Dahulu: - Hipertensi - Diabetes Melitus - Riwayat trauma dan kecelakaan -Gastritis - Vertigo

: Disangkal : Disangkal : Disangkal : Disangkal

d. Riwayat Penyakit Keluarga: - tidak ada keluarga yang pernah memiliki keluhan seperti penderita - Hipertensi : Disangkal - Diabetes Melitus : Disangkal

Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum :Tampak Sakit sedang Kesadaran : Compos Mentis Vital Sign : TD: 120/ 80 mmHg Nadi: 80 x/ menit RR: 20 x/ menit Suhu: 36,6 oC Status Generalis : Kepala : Bentuk kepala normal Mata : Conjungtiva Anemis (-) Sklera Ikterus (-) Bola mata normal, exopthalmus (-) , strabismus (-) Pupil : bulat isokhor diameter 4 mm / 4mm Hidung Telinga Mulut : Bentuk normal, sekret (-), perdarahan (-) : Bentuk normal, sekret (-) : Bentuk Normal

Thorax : A. Paru Inspeksi Palpasi Perkusi Aukultasi

: Gerak nafas simetris : Gerak nafas simetris, fremitus raba simetris : Sonor pada kedua Hemithorax : Suara nafas vesikuler, Rh - /- Wz -/-

B. Jantung Ispeksi Palpasi Perkusi Aukultasi

: Ictus cordis tak tampak : Ictus cordis teraba pada ICS V MCL sin : Batas jantung dalam batas normal : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen : Inspeksi : Datar simetris Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba pembesaran Perkusi : Tympani Aukultasi : Bising Usus (+), Normal Extremitas: Atas Akral Hangat Oedema Bawah Akral hangat Oedema

:+/+ :-/:+/+ :-/-

Status Neurologis : GCS : 4-5-6 1. Rangsang Selaput Otak ( Meningeal Sign ) Kaku kuduk : (-) Brudzinski I : (-) Brudzinski II : (-) Kernig : (-) 2. Pemeriksaan nervus kranialis : N.II - Visus (OD/OS) : menurun/dbn - Yojana penglihatan : dbn - Melihat warna : Tde - Funduscopi : Tde

N. III, IV, VI - Kedudukan bola mata : di tengah / di tengah - Pergerakan bola mata: ke nasal : dbn / dbn ke temporal : dbn / dbn ke superior : dbn / dbn ke inferior : dbn / dbn ke temporal superior : dbn / dbn ke temporal inferior : dbn / dbn ke nasal superior : dbn / dbn ke nasal inferior : dbn / dbn - Celah mata (ptosis) : - / - Pupil : Bentuk : bulat, isokor Lebar : 3 mm / 3 mm Refleks cahaya langsung : + / + Refleks cahaya tidak langsung : + / +

N.VII Saat posisi diam: Kerutan dahi kiri lebih tinggi. Sudut mata kiri lebih tinggi. Lipatan nasolabial mendatar pada sisi dextra. Sudut mulut dextra lebih rendah. Saat posisi bergerak: Mengerutkan dahi simetris. Menutup mata simetris. Saat tersenyum sudut mulut tertinggal pada sisi dextra. N.XII Saat diam lidah miring ke arah sinistra. Saat menjulurkam lidah : lidah miring ke arah dextra, tidak ada atrofi dan fasikulasi.

3. Reflek Fisiologis Refleks biseps : +2+2 Refleks triceps : +2/+2 Refleks patella : +2/+2 Refleks Achiles : +2/+2 4. Refleks patologis Refleks Hoffmann: - / Refleks Tromner : - / Refleks Babinsky : - / Refleks Chaddock : - / -

5. Motorik

4 5 4 5

6. Sensorik : N N Cerebellar sign : Rebound sign : -/Dismetria : +/Diskinesia :/-

Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium Kimia Klinik: SGOT : 40 U/L SGPT : 46 U/L Glukose : 130 U/L HDL : 42 mg/dl LDL : 194 mg/dl Asam Urat : 6.0 mg/dl

Hasil CT kepala irisan axial T1W, T2W, FLAIR, DWI, Coronal dan Sagital T2W tanpa dan dengan kontras : Tampak gambaran massa di daerah inferior pons (medulla oblongata)/ CPA dengan ukuran 3,48 cm x 3,68 cm x 3,68 cm. Yang pada pemberian kontras tampak strongly kontras enhancement. Pada DWI tak tampak restricted lession area. Sistem ventrikel tampak dilatasi (ventrikel lateralis, III dan IV sebagian) Sulci-gyri & subarachnoid space tampak normal. Tak tampak deviasi midline structure. N. Acusticus& daerah cerebellopontine angle kanan dan kiri normal. Orbita kanan kiri normal. Kesimpulan : Massa di daerah medulla oblongata / CPA yang menyebabkan Hydrocephalus non communicating.

Resume:

Anamnesa : Penderita seorang wanita berusia 39 tahun, datang dengan keluhan: Nyeri kepala sejak 2 tahun yang lalu yang bertambah berat sejak 6 bulan terakhir. Nyeri kepala dirasakan di seluruh bagian kepala dan seringkali disrtai mual dan muntah. Mengeluh mengalami penurunan pendengaran pada telinga sebelah kanan sejak 2,5 tahun yang lalu. Mata kanan kabur sejak 2 tahun yang lalu dan memberat sejak 3 bulan yang lalu. Gangguan keseimbangan, terasa ingin jatuh saat duduk, berdiri dan berjalan. Tidak ada riwayat trauma, pingsan/tidak sadar, lumpuh sebelah ataupun infeksi sebelumnya.

Pemeriksaan Fisik Tanggal 7 Juli 2013 Cerebellar sign : Rebound sign : -/Dismetria : -/+ Disdiodokinesia : -/+ N. Cranialis : - N II : menurun/dbn - N III, IV, VI : dbn - N VII : Parese ringan dextra - N XII : Parese ringan dextra

Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Kimia Klinik: SGOT : 40 U/L SGPT : 46 U/L Glukose : 130 U/L HDL : 42 mg/dl LDL : 194 mg/dl Asam Urat : 6.0 mg/dl CT Scan : Massa di daerah medulla oblongata / CPA yang menyebabkan Hydrocephalus non communicating.

Assasment:
CPA TUMOR

Penatalaksanaan :
Planning Diagnosa - PA setelah operasi reseksi tumor. Planning Terapi - VP shunt (tgl 9 Juli 2013) - Total reseksi tumor dan jaringan sekitarnya. - Antibiotik Planning Monitoring - Kadar Hb post operasi - Jumlah drain post operasi Planning edukasi - Rajin kontrol ke poli bedah saraf setelah operasi

Follow up
Tgl 10 Juli 2013

S : Nyeri kepala kiri dan perut bekas operasi Mata kanan kabur bila melihat sesuatu BAB terakhir sebelum operasi. BAK terpasang kateter Flatus jam 01.00 Makan/minum baik. O : K.U : tampak sakit sedang Vital Sign : - Td : 110/ 80 mmHg - Nadi : 88 x / menit - RR : 24 x / menit - Suhu : 36,7 0C Status Neurologis : GCS : 4-5-6 Pemeriksaan Nervus Cranialis : N. II: menurun di sblh dextra N. III,IV,VI : dbn N. VII : parese ringan dextra N. XII : parese ringan dextra A : CPA Tumor + post VP shunt h1 P : - Infus RL 1500 cc/ 24 jam - Inj. Ceftriaxone 2 x 1 g - Inj. Ranitidine 3 x 1 amp - Inj Ketorolac 3x1 amp

Tanggal 26 Juli 2013 S : Pasien tidak mau dirawat inap lagi untuk dilakukan persiapan operasi pengangkatan tumor, pasien mmaksa ingin pulang karena ingin lebaran di rumah (pulang paksa)

Tanggal 31 Juli 2013


S : Pasien datang kembali ke RSAL dengan keluhan utama penurunan kesadaran sejak +/- 3 jam yang lalu. Sebelumnya pasien merasa mual dan diertai muntah sejak 1 hari yang lalu yang semakin memburuk sampai hari ini, pasien juga mengeluh badannya panas sejak ia merasa mual dan muntah. Setelah itu kondisi pasien semakin memburuk hingga pasien tidak sadar dan dibawa oleh keluarganya kembali ke RSAL. O : Status Generalis: Keadaan umum: Tampak sakit berat Vital sign: BP : 120/80 T : 40,3 C N : 152x/menit RR :22x/mnt Kepala : Bentuk kepala normal Mata : - Conjungtiva Anemis (-) Sklera Ikterus (-) Bola mata normal, exopthalmus (-) , strabismus (-) Pupil : bulat isokhor diameter 4 mm / 4mm Hidung Telinga Mulut : Bentuk normal, sekret (-), perdarahan (-) : Bentuk normal, sekret (-) : Bentuk Normal

Leher

: - Pembesaran KGB Pembesaran Tyroid JVP Deviasi Trachea

(-) (-) (-) (-)

Thorax : A. Paru Ispeksi : Gerak nafas simetris Palpasi : Gerak nafas simetris, fremitus raba simetris Perkusi : Sonor pada kedua Hemithorax Aukultasi : Suara nafas vesikuler, Rh - /- Wz -/B. Jantung Ispeksi : Ictus cordis tak tampak Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V MCL sin Perkusi : Batas jantung dalam batas normal Aukultasi : S1S2 tunggal, murmur (-), gallop (-) Abdomen : Ispeksi : Datar simetris Palpasi : Soepel, H/L/R tidak teraba pembesaran Perkusi : Tympani Aukultasi : Bising Usus (+), Normal Extremitas : Atas Akeal Hangat Oedema Bawah Akral hangat Oedema

:+/+ :-/:+/+ :-/-

Status Neurologis : 1. GCS : 3-3-4 Rangsang Selaput Otak ( Meningeal Sign ) Kaku kuduk : (-) Brudzinski I : (-) Brudzinski II : (-) Kernig : (-) 3. Pemeriksaan nervus kranialis : N.II - Visus (OD/OS) : menurun/dbn - Yojana penglihatan : dbn - Melihat warna : Tde - Funduscopi : Tde N. III, IV, VI - Kedudukan bola mata - Pergerakan bola mata

: di tengah / di tengah : ke nasal

ke inferior

: dbn / dbn ke temporal : dbn / dbn ke superior : dbn / dbn : dbn / dbn ke temporal superior : dbn / dbn ke temporal inferior : dbn / dbn ke nasal superior : dbn / dbn ke nasal inferior : dbn / dbn

Celah mata (ptosis) : - / Pupil

: Bentuk

: bulat, isokor
Lebar : 3 mm / 3 mm Refleks cahaya langsung :+/+ Refleks cahaya tidak langsung : + / +

N.VII Saat posisi diam: Kerutan dahi kiri lebih tinggi. Sudut mata kiri lebih tinggi. Lipatan nasolabial mendatar pada sisi dextra. Sudut mulut dextra lebih rendah. Saat posisi bergerak: Mengerutkan dahi simetris. Menutup mata simetris. Saat tersenyum sudut mulut tertinggal pada sisi dextra. N.XII Saat diam lidah miring ke arah sinistra. Saat menjulurkam lidah : lidah miring ke arah dextra, tidak ada atrofi dan fasikulasi. 4. Reflek Fisiologis Refleks biseps Refleks triceps Refleks patella Refleks Achiles 5. Refleks patologis Refleks Hoffmann Refleks Tromner Refleks Babinsky Refleks Chaddock 6. Motorik 3 5 1 4 7. Sensorik : N N

: +2+2 : +2/+2 : +2/+2 : +2/+2 :-/:-/:-/:-/-

Pemeriksaan Penunjang : DL : Leuko : 18.000 CT Scan : - Sisten ventrikel lateral kanan/kiri III lebih dilatasi, ventrikel IV lebih sempit - Gambaran perdarahan (ICH di ant) parietal kiri sudah menghilang - Kondisi massa di cerebellopontine serta sulcus dan gyrus relatif sama - Ujung selang VP Shunt berada dalam ventrikel III A : CPA Tumor + susp. infeksi P : pasang masker O2 Infus NS 20 tpm Antrain inj 3x1 amp Ciprofloksaxine 2x1 gr Dexametasone 3x2 amp Ranitidine 2x1 amp Ketorolac 3x1 amp

Tanggal 3 Agustus 2013 S : Pusing, Tidak bisa makan krn sering tersedak O : Vital Sign : - Td : 130/ 80 mmHg - Nadi : 80 x / menit - RR : 20 x / menit - Suhu : 37,7 0C Status Neurologis : GCS : 4-5-6 Pemeriksaan Nervus Cranialis : N. II,IV, VI : dbn N. VII : parese ringan dextra N. XII : parese dextra A : CPA Tumor + susp infeksi P : Pasang NGT Ceftriaxone 2x1 gram Antrain inj 3x1 amp Ranitidine 2x1 amp

Tanggal 14 Agustus 2013 S : Pasien mengalami penurunan kesadaran, pasien dipindah ke ICU Anasthesi dan direncanakan operasi begitu Keadaan umum membaik. Tanggal 19 Agustus 2013 Dilakukan operasi insisi dan pengangkatan sebagian tumor Laporan hasil operasi : Nama Ahli Bedah : dr Agus Guntoro Sp.BS Diagnosis : CPA Tumor 1. Insisi linear mulai dari midline occipital hingga cervical 4 2. Diseksi secara tajam hingga kebawah ke foramen magnum 3. Dibuat bone flat diameter 4x6 cm hingga foramen magnum 4. Duramater diinsisi hingga terekspos sisterna magna 5. Arachnoid diinsisi dengan menggunakan pisau arachnoid, tampak tumor 6. Batas tumor diidentifikasi, cerebellum diretraksi hingga terekspos massa tumor 7. Dilakukan the bulging intratumor hingga dinding tumor tipis 8. Tumor dievakuasi +- 60% 9. Perdarahan dirawat dengan menggunakan bipolar dan surgicele 10. Dipasang subdural drain 11. Duramater ditambal dengan fascia 12. Fragmen tulang disusun diatas duramater 13. Fascia ditutup lapis demi lapis

Instruksi post op: Ceftriaxone 2x1 gram Ketorolac 2x1 amp Ranitidine 2x1 amp Gotropil 3x3 gram Cek DL post op, bila rendah: tranfusi

Pendahuluan :
Tumor cerebellopontine angle (CPA) merupakan jenis neoplasma terbanyak yang ditemukan di fossa posterior, merupakan 6-10% dari seluruh angka kejadian tumor intrakranial. Kebanyakan tumor cerebellopontine angle itu jinak, dengan lebih dari 85% menjadi vestibular schwannoma (neuroma akustik), lipoma, malformasi vaskular, dan hemangioma. Tumor non-akustik CPA yang paling sering adalah meningioma, epidermoid (kolesteatoma primer), dan schwannoma n. fasialis. Angka kejadian tumor ganas atau tumor metastasis hanya 2% dari keseluruhan tumor CPA.

Anatomi CPA
Suatu Ruangan berbentuk segitiga Suatu ruangan di dalam fossa posterior kranialis yang dibatasi oleh os. Temporal, cerebellum dan batang otak. Bagian atasnya dibatasi oleh tentorium serebelli, bagian bawahnya dibatasi oleh tonsilla serebelli dan oliva medullaris. Batas anterior adalah permukaan dura posterior dari tulang petrous dan klivus, sedangkan batas posterior adalah permukaan ventral dari pons dan serebellum. Batas medialnya berupa sisterna pons dan medula, dan bagian apeksnya adalah daerah recessus lateralis ventrikel empat. Pintu lateral dari ventrikel 4, foramen Luschka, merupakan jalan masuk ke CPA. Nervus kranialis V-XI melintasi batas atas dan bawah CPA. Struktur di tengah-tengah yang melintasi CPA dari dan ke kanalis auditorius interna adalah nervus fasialis (n. VII) dan nervus vestibulokoklearis (n. VIII).

Neuroma Akustik
Neuroma Akustik (AN) atau sering pula disebut Vestibular Schwannoma merupakan tumor primer otak yang cukup banyak ditemukan di daerah infratentorial. Terbanyak ditemukan pada CPA. NA biasanya muncul dari medial IAC atau lateral CPA dan menyebabkan gejala-gejala klinis yang khas akibat adanya pergeseran, perubahan, atau penekanan struktur organ disekitar CPA. Jika tumor ini berkembang terus, maka ia juga dapat menekan batang otak dan serebellum.

Epidemiologi :
Penyakit ini merupakan penyakit yang jarang terjadi. Dapat mengenai siapapun di dunia tanpa ada kecenderungan etnis tertentu. Angka kejadiannya hanya 10 dari satu juta orang setiap tahunnya. Tidak terdapat kecenderungan terkena pada salah satu jenis kelamin, dan paling banyak terjadi pada usia 40 60 tahun. 95% NA muncul dengan etiologi yang belum diketahui dengan pasti. Sisanya 5% pasien memiliki neurofibromatosis tipe 2 (NF2) atau familial NA (non-sporadic NA), suatu gen yang diwariskan, dan dapat muncul gejalanya pada dekade ke-2.

Patogenesis :

NA berasal dari saraf vestibularis dengan gambaran makroskopis berkapsul, konsistensi keras, berwarna kekuningan kadang putih atautranslusen dan bisa disertai komponen kistik maupun perdarahan. Ia diduga bermula di dalam sel Schwann di superior atau inferior n. vestibularis dalam zona transisional (Obersteiner-Redlich zone) dari mielin perifer dan sentral. Zona transisi ini muncul pada lateral CPA atau medial IAC. Lebih sering pada saraf vestibularis daripada koklearis. Kecenderungannya untuk tumbuh pada saraf vestibularis mungkin diakibatkan oleh ganglion vestibular di IAC yang memiliki jumlah Schwann sel lebih banyak daripada ganglion koklearis.

Ia dapat muncul sebagai hasil mutasi dari protein supresor tumor, merlin, pada kromosom 22q12. Merlin adalah sebuah protein sitoskeletal yang dapat mengontrol proliferasi sel dengan mengatur reseptor sel permukaan yang jumlahnya banyak dan selalu mengalami pergantian. Kemungkinan adanya dua gen mutasi pada satu tempat, diprediksi dapat menyebabkan NA unilateral pada dekade ke-4 sampai ke- 6 dalam kehidupan seseorang. familial NA terjadi dengan hanya membutuhkan satu gen mutasi somatik saja, menyebabkan NA pada dekade ke 2.

Gejala klinis sangat tergantung pada ukuran tumor. Gejala AN yang tersering adalah tuli perseptif unilateral (96%), ketidakseimbangan (77%), tinitus (71%), nyeri mastoid atau otalgia (28%), wajah baal (7%) dan diplopia (7%). Disekuilibrium dan vertigo sering ditemukan pada tumor ini mengingat tumor ini memang berasal dari N. Vestibularis. Tinitus ditemukan pada 70% pasien dengan NA. Seringkali bersifat persisten, high-pitched dan ipsilateral tumor. Sakit kepala sangat jarang terjadi sebagai gejala NA kecil tetapi mungkin hadir di daerah frontal atau oksipital, atau seluruh kepala pada setengah dari pasien dengan tumor yang besar (lebih dari 30mm).

Dengan bertambahnya ukuran tumor, serebelum dan batang otak juga akan terkompresi. Kompresi serebelum menyebabkan gait ataxia dan gangguan koordinasi. Kompresi batang otak menimbulkan depresi pernapasan dan hemiparesis. Efek pendesakan tumor ini juga dapat mengobstruksi ventrikel 4 sehingga terjadi hidrosefalus non komunikan dan peningkatan tekanan intrakranial dengan manifestasi berupa sakit kepala, mual, muntah, menurunnya ketajaman penglihatan dan diplopia. Peningkatan tekanan intrakranial menyebabkan batang otak tertarik ke kaudal sehingga menekan N. VI yang melintasi apeks petrosus.

Pemeriksaan Radiologis :
CT Scan : dapat dilakukan untuk tumor dengan diameter > 5 mm, namun kurang bagus untuk tumor dengan diameter lebih kecil. MRI

Pemeriksaan Khusus :
1. Audiologi Tuli sensorineural frekuensi tinggi pada 70% kasus. 2. Vestibular ENG(elektronistagmogram) pada pasien NA menunjukkan respon terhadap kalori yang menurun pada telinga yang sakit. ENG juga dapat membedakan apakah tumor berada di saraf vestibularis superior atau inferior, karena ia menilai kanalis semisirkularis lateralis yang dipersarafi oleh n. vestibularis superior. 3. ABR (Auditori brainstem Respone) Pada pasien NA, respons dapat tidak muncul sama sekali, hilang timbul, atau terlambat pada gelombang V di telinga yang sakit, dibandingkan dengan gelombang V yang tersembunyi pada telinga sebelahnya. Secara keseluruhan ABR memiliki sensitifitas >90% dan spesifisitas >90% dalam mendeteksi NA.

Common CPA Lesion

Schwannoma (yang melibatkan n. V, VII, dan VIII) Meningioma Epidermoid

Congenital Rest Lesion

Epidermoid
Kista arakhnoid Lipoma

Vascular Lesion

Hemangioma Paraganglioma (glomus jugulare) Aneurisma Hemangioblastoma

Intra-Axial Tumors

Medulloblastoma Astrositoma Glioma Tumor ventrikel 4 Hemangioblastoma

Lesions Extending from the Skull Base Other Malignant Disorders

Kolesterol granuloma Tumor glomus Chordoma Kondrosarkoma

Metastasis

Terapi :
Dalam hal tatalaksana terdapat tiga strategi yang dapat digunakan yaitu observasi, radioterapi dan bedah mikro. Pengobatan utamanya adalah secara bedah. Observasi dan radiasi ditujukan untuk pasien dengan toleransi operasi yang rendah, atau pasien dengan harapan hidup yang terbatas.

Meningioma :
Meningioma menempati 10-20% kasus dari neoplasma intrakranial. Insiden meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia, rata-rata terdiagnosa pada usia 43,5 tahun. Hingga 10% dari semua kasus meningioma ditemukan di CPA,predominan pada wanita usia pertengahan. Aspek hormonal dari insiden dan pertumbuhan tumor telah diidentifikasi. Sel tumor meningioma terdiri dari konsentrasi tinggi dari reseptor progresterone, sejumlah dari reseptor androgen dan sedikit reseptor estrogen. Terapi hormonal potensial sedang diteliti.

Berbeda dengan vestibular scwanoma, meningioma jarang menunjukkan gejala audiovestibular (hilang pendengaran, tinitus, gangguan keseimbangan). Gejala saraf kranial lainnya cenderung untuk menanggung beban tumor ini.

Epidermoid :

Tumor primer epidermoid, atau sering disebut cholesteatoma adalah non-neoplastic, lesi kistik yang dibatasi oleh epitel berlapis pipih. Tumor ini dapat bersifat kongenital, dari sel epidermis yang terdapat pada tempat yag tidak seharusnya. Cholesteatoma dari tumor CPA harus dibedakan dari lesi didapat yang terjadi sekunder pada telinga tengah akibat penyakit supurative yang biasanya terdapat pada regio timpano-mastoid, namun erosi dari tulang petrous dapat terjadi, dengan apex petrous didapat cholesteatoma. Lesi yang didapat lebih sering terjadi. Cholesteatoma pada CPA sering didapat pada dewasa dengan umur rata-rata 43 tahun. Tumor ini terdiri dari lempengan keratin terdeskuamasi, sel debris dan variasi dari kristal kolesterol. Secara makroskopis lesi tampak seperti mutiara. Tumor ini berkembang dengan lambat, dengan suatu proses deskuamasi dan infiltrasi. Kelumpuhan nerves cranalis mendominasi dari gejala klinis.

Tumor Glomus:
Tumor Glomus terjadi dari transformasi neoplasma pada paraganglionik jugular bodies. Gejala yang mungkin keluar adalah kehilangan pendengaran, tinitus, disquilibrium, disphonia, disfagia dan aural bleeding.

Anda mungkin juga menyukai