: Tn. AL
Umur
: 49 tahun
Alamat
Pekerjaan
: Wiraswasta
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Suku
: Manado
No.Rekam Medis
: 437230
Ruang Rawat
Tanggal Masuk RS
: 02/06/2013
A. ANAMNESA (Autoanamnesa)
1. Keluhan utama :
Sesak nafas sejak 7 hari SMRS
2. Keluhan tambahan :
Batuk kering sejak 1 minggu SMRS, nafsu makan menurun, berat badan
menurun, lemas, cepat lelah, susah tidur, pucat, dan pusing.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar rebo dengan keluhan sesak nafas sejak 1
minggu SMRS. Pasien juga mengeluhkan pusing, lemas, dan cepat lelah.
Selain itu, juga terdapat batuk kering sejak 1 minggu SMRS dimana saat
terjadi batuk pasien merasa lebih sesak. Baik sesak maupun batuk dirasakan
cukup sering namun timbulnya tidak menentu. Pasien tidak memiliki alergi
terhadap dingin, debu, makanan, ataupun obat-obatan. Keluhan seperti ini
belum pernah dirasakan pasien sebelumnya.
Pasien mengaku nafsu makan menurun sehingga berat badannya pun menurun.
susah tidur dan sesak di malam hari. Pasien juga pucat. Pasien mengaku tidak
pernah merokok seumur hidupnya.
: Compos Mentis
: Sedang
: 190/130 mmHg
: 88 x /menit
: 36 C
: 32 x /menit
: Cukup
C. ASPEK KEJIWAAN
1. Tingkah laku
2. Proses pikir
3. Kecerdasan
D. PEMERIKSAAN FISIK
KULIT
1. Warna
2. Jaringan parut
3. Pertumbuhan rambut
4. Suhu raba
5. Lapisan lemak
6. Efloresensi
7. Pigmentasi
8. Pelebaran PD
9. Keringat
10. Kelembapan
11. Turgor
12. Ikterus
13. Edema
KEPALA
: Kecoklatan
: Tidak ada
: Normal
: sejuk
: Kurang
::: Tidak ada
: Umum
: Biasa
: Cukup
: Tidak ada
: Tidak ada
1. Bentuk
2. Posisi
3. Penonjolan
: Normocephal
: Simetris
: Tidak ada
MATA
1. Exophthalmus
2. Enoptashalmus
3. Edema kelopak
4. Konjungtiva anemis
5. Sklera ikterik
6. Refleks
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
: ada pada kedua mata
: Tidak ada
: (+)
TELINGA
1. Pendengaran
2. Membran timpani
3. Darah
4. Cairan
: Baik
: Tidak dilakukan
: Tidak ada
: Tidak ada
MULUT
1. Bau pernapasan
2. Trismus
3. Faring
4. Lidah
5. Uvula
6. Tonsil
: Tidak tercium
: Tidak ada
: Tidak dapat dinilai
: Tidak deviasi
: Tidak deviasi
: T1-T1
LEHER
1. Trakea
2. Kelenjar tiroid
3. Kelenjar limfe
: Tidak deviasi
: Tidak membesar
: Tidak membesar
PARU-PARU
1. Inspeksi
2. Palpasi
kanan
3. Perkusi
4. Auskultasi
JANTUNG
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Murmur (-)
ABDOMEN
1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. Palpasi
EKSTREMITAS
Lengan
Tonus otot
Massa otot
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Tungkai dan kaki
Tonus otot
Massa otot
Sendi
Gerakan
Kekuatan
Edema
Luka
Varises
: datar
: Bising usus (+) normal
: Timpani di seluruh kuadran abdomen
: Nyeri tekan epigastrium (-)
Hepar dan lien tidak teraba
Ginjal ballotement (+) kanan
Tes undulasi (+)
Kanan
Normal
Normal
Normal
Normal
4
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
4
Kanan
Normal
Normal
Normal
Normal
4
-
Kiri
Normal
Normal
Normal
Normal
4
-
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan elektrokardiogram (27/7/12)
Interpretasi
o QRS rate 90x/menit
o Sinus rhytm
o Gelompang P normal (0,08 s)
o PR inteval normal (0,16 s)
o Kompleks QRS normal (0.08 s)
o Axis normal (lead I dan aVF +)
o Segmen ST elevasi di V2
o Kesan : resting EKG normal
Pemeriksaan radiologi (10/08/12)
G. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Pasar rebo dengan keluhan sesak nafas sejak 1 minggu
SMRS. Pasien juga mengeluhkan pusing, lemas, dan cepat lelah. Selain itu, juga
terdapat batuk kering sejak 1 minggu SMRS dimana saat terjadi batuk pasien merasa
lebih sesak. Baik sesak maupun batuk dirasakan cukup sering namun timbulnya tidak
menentu. Pasien tidak memiliki alergi terhadap dingin, debu, makanan, ataupun obatobatan. Keluhan seperti ini belum pernah dirasakan pasien sebelumnya.
Pasien mengaku nafsu makan menurun sehingga berat badannya pun menurun. susah
tidur dan sesak di malam hari. Pasien juga pucat. Pasien mengaku tidak pernah
merokok seumur hidupnya.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan
H. DIAGNOSIS KERJA
Hipoglikemia
Gagal ginjal kronik
Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus
Hipertensi
Anemia
I. DIAGNOSIS BANDING
Hiperglikemia
Gagal ginjal akut
J. PENGKAJIAN MASALAH
o Hipoglikemia
- Kadar glukosa darah sewaktu rendah (<60mg/dl)
- Pasien mengeluh mual, lemah, sulit bicara dan penurunan
kesadaran (anamnesis)
- Riwayat penggunaan obat hipoglikemik/anti-diabetik
- Riwayat DM dan penyakit ginjal
o Gagal ginjal kronik
- Riwayat penyakit ginjal > dari 3 bulan
- Pasien mengeluh lemas, mual, muntah, sesak nafas, pucat
(anamnesis)
- Terdapat udema pada ekstremitas
- Adanya riwayat HT dan DM
o Non Insulin-Dependent Diabetes Mellitus
- Riwayat DM
- Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan, sering
kesemutan, lemas, sering kencing di malam hari (anamnesis)
- Riwayat penggunaan obat hipoglikemik/anti-diabetik
- GDS saat dirawat pernah mencapai 281mg/dl
o Hipertensi
- Riwayat hipertensi dan DM
- Riwayat penggunaan obat anti-hipertensi
- TD saat datang ke IGD pasar rebo 140/90 dan saat di follow-up
tertinggi mencapai 160/80
o Anemia
- Pasien tampak pucat dan mengaku lemas
- Hasil pemeriksaan laboratorium Hb kurang dari nilai normal
K. PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan LFG, BUN dan CCT
L. TATALAKSANA
Penatalaksanaan di IGD
- O2
- IVFD RA 1 kolf/8 jam
- Injeksi lasix 2 ampul
- Biknat 100meq + NaCl 200/4jam
M. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad functionam
Ad sanationam
: dubia
: dubia ad malam
: dubia ad malam
N. FOLLOW UP
Tanggal 15/08/2012
S : sesak dan susah tidur
O : KU
: lemah
KES
: compos mentis
TD
: 150/90 mmHg
N
: 112 x/menit
RR
: 28 x/menit
S
: 36,8 C
Thorax
: Dalam batas normal
Abdomen : agak cembung, BU (+), ginjal ballotement (+)
TINJAUAN PUSTAKA
B. Etiologi
Infeksi misalnya pielonefritis kronik
Penyakit peradangan misalnya glomerulonefritis
Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
C. Klasifikasi
Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik, klasifikasi stadium ditentukan oleh
nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih tinggi menunjukkan nilai laju
filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut membagi penyakit ginjal
kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal dengan fungsi ginjal
yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi ginjal yang
ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal,
stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5
adalah gagal ginjal.
D. Faktor risiko
Faktor risiko gagal ginjal kronik, yaitu pada pasien dengan diabetes melitus atau
hipertensi, obesitas atau perokok, berumur lebih dari 50 tahun, dan individu dengan
riwayat penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal dalam keluarga.
E. Patofisiologi
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 atadium
Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % 75 %). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum
merasasakan gejala gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam
masih dalam batas normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood
Urea Nitrogen) dalam batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi
ginjal mungkin hanya dapat diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat,
sepersti tes pemekatan kemih yang lama atau dengan mengadakan test GFR yang
teliti.
Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %). Pada tahap ini penderita
dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjal
menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan
cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan
yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya
dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap
ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % 50 %). Pada tahap ini penderita
dapat melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL
menurun. Pada stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan
cairan, kekurangan garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan
yang bersifat menggnggu faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya
dengan tepat dapat mencegah penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap
ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai
meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda beda,
tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai
meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama
menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter /
hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 %
25 % . faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah,
tekanan darah akan naik, , aktifitas penderita mulai terganggu.
Stadium III
Uremia
gagal
ginjal
(faal
ginjal
kurang
dari
10
%)
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan diman tak dapat
melakukan tugas sehari hair sebaimana mestinya. Gejal gejal yang timbul antara lain
mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak nafas, pusing, sakit kepala, air kemih
berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi penurunan kesadaran
sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa nefron telah hancur.
Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar 5-10
ml / menit atau kurang.
Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan
sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai
merasakan gejala yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis caiaran dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri
(pengeluaran kemih) kurang dari 500/ hari karena kegagalan glomerulus meskipun
proses penyakit mula mula menyerang tubulus ginjal, kompleks menyerang tubulus
gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang dinamakan sindrom
uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal,
penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk
transplantasi ginjal atau dialisis.
F. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis secara umum : Gangguan pernafasan, Udema, Hipertensi,
Anoreksia, nausea, vomitus, Ulserasi lambung, Stomatitis, Proteinuria, Hematuria,
Letargi, apatis, penurunan konsentrasi, Anemia, Perdarahan, Turgor kulit jelek, gatalgatal pada kulit, Distrofi renal, Hiperkalemia, dan Asidosis metabolic.
Manifestasi klinis:
a. Sistem kardiovaskuler
Hipertensi
Pitting edema
Edema periorbital
Pembesaran vena leher
Friction sub pericardial
b. Sistem Pulmoner
Krekel
Nafas dangkal
Kusmaull
Sputum kental dan liat
c. Sistem gastrointestinal
Anoreksia, mual dan muntah
Perdarahan saluran GI
Ulserasi dan pardarahan mulut
Nafas berbau amonia
d. Sistem muskuloskeletal
Kram otot
Kehilangan kekuatan otot
Fraktur tulang
e. Sistem Integumen
Warna kulit abu-abu mengkilat
Pruritis
Kulit kering bersisik
Ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
f. Sistem Reproduksi
Amenore
Atrofi testis
G. Diagnosis
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran berikut:
a. Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)
b. Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi
c. Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
d. Menentukan strategi terapi rasional
e. Meramalkan prognosis
Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila dilakukan pemeriksaan
yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik diagnosis dan
pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus.
H. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya jumlah
diuresis mencapai 2 L per hari.
4) Kebutuhan elektrolit dan mineral
Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung dari LFG
dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).
b. Terapi simtomatik
1) Asidosis metabolik
Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium
(hiperkalemia). Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat
diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera
diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat 20 mEq/L.
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu pilihan
terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi darah harus hatihati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3) Keluhan gastrointestinal
Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering dijumpai
pada GGK. Keluhan gastrointestinal ini merupakan keluhan utama (chief
complaint) dari GGK. Keluhan gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa
mulai dari mulut sampai anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program
terapi dialisis adekuat dan obat-obatan simtomatik.
4) Kelainan kulit
Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.
5) Kelainan neuromuskular
Beberapa terapi pilihan yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler
yang adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
6) Hipertensi
Pemberian obat-obatan anti hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chandrasoma dan Taylor. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Ed: ke-2. Jakarta :
EGC.
2. Ganong, William F. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 17th . Jakarta: EGC
3. Hadley, Mac E. 2000. Endocrinology. 5th . New Jersey: Prentice Hall, inc
4. Mansjoer, Arif, dkk.2007. kapita selekta kedokteran jilid 1. Edisi 3. Jakarta:Media
aesculapius FKUI.
5. Ners. 2007. Laporan Pendahuluan Gagal Ginjal Kronis.
6. Price dan Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed: Ke6. Jakarta: EGC.
7. Purnomo, Basuki. 2008. Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : CV Sagung Seto.
8. Reilly dan Paerazella. 2005. Nephrology in 30 Days. Singapore : Mc Graw Hill
Education Asia
9. Tjokronegoro, Arjatmo, dkk.2002.buku ajar ilmu penyakit dalam Jilid 1. Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI
10. http://arsip.info/kesehatan/pencegahan/penyakit/gagal/ginjal/08_06_03_170045.html