HIPERTENSI ESENSIAL
Oleh
dr. Nur Azizah
Pembimbing
dr. Beryl Rahmawati
WHO tahun 2015 sekitar 1,13 Penatalaksanaan hipertensi selain dari medikamentosa, juga dari non-
miliar orang di dunia menyandang medikamentosa terutama pola asupan diet. Banyak penderita
hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di hipertensi yang mesih minim pengetahuan mengenai hipertensi dan
dunia terdiagnosis hipertensi. belum mengetahui pola pengobatan hipertensi yang benar yaitu jangka
panjang dan rutin, sehingga kepatuhan akan pengobatan juga rendah.
ILUSTRASI
KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun
Alamat : Klompangan Randuagung
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Petani
Tanggal Pemeriksaan : 17 Oktober 2022
Anamnesis
Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mengatakan nyeri kepala terasa tegang dan terasa seperti tertimpa benda berat
terutama di bagian belakang kepala. Tengkuk pasien terasa berat. Sejak 2 hari terakhir
pasien sulit tidur. Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual muntah, pandangan
kabur atau keluhan lain. Riwayat trauma sebelum timbulnya keluhan disangkal. Pasien
mengatakan keluhan serupa sudah sering hilang timbul. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak kurang lebih 5 tahun lalu. Namun, pasien tidak rutin meminum obat.
Pasien hanya sesekali ke Puskesmas ketika merasakan gejala-gejala seperti nyeri kepala
atau sulit tidur yang kemudian mendapatkan obat hipertensi. Namun, pasien mengaku
ketika keluhan yang dirasakan hilang, pasien akan berhenti meminum obat. Pasien
mengatakan tidak mengetahui bahwa obat harus diminum rutin. Pasien menyangkal
adanya riwayat penyakit lain selain hipertensi.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien terdiagnosis hipertensi sejak 5 tahun lalu. Riwayat penyakit lain
disangkal.
Paru Abdomen
• Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris, gerak • Inspeksi : datar, bekas luka (-), lesi(-)
napas tertinggal (-), lesi (-) • Auskultasi : bising usus normal, bruits (-)
• Palpasi : tactile fremitus simetris, sama kuat, • Perkusi : timpani
ekspansi normal • Palpasi : nyeri tekan epigastrik (-),
• Perkusi : sonor pada semua lapang paru hepatomegali (-), splenomegali (-)
• Auskultasi : vesikuler, wheezing -/-, ronki -/-
Jantung Ekstremitas
• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat • Superior : Edema (-/-), deformitas (-/-) akral
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-) hangat, CRT <2s
• Perkusi : pekak, batas jantung kesan normal • Inferior : Edema (-/-), plantarfleksi (-/-), atrofi
• Auskultasi : S1/S2 normal, (-) murmur, (-) gallop (-/-). akral hangat, CRT <2s
Pemeriksaan Penunjang
Hipertensi merupakan
2
penyakit multifaktorial
yang munculnya oleh
karena interaksi Faktor risiko hipertensi 3
berbagai faktor. meliputi: Genetik, obesitas,
jenis kelamin, olahraga,,
Keluhan yang dapat muncul
stress, pola asupan garam
antara lain: nyeri kepala,
dalam diet, merokok
gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur,
nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi. 17
Kejadian Hipertensi
2
menderita hipertensi
20
Tatalaksana Hipertensi
Klasifikasi Sistolik Diastolik Modifikasi
Terapi
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg) Gaya Hidup
Pengendalian Faktor Risiko
Normal <120 Dan <80 Dianjurkan Tidak adaindikasi penggunaan antihipetensi
• Mengatasi
obesitas/menurunkan Atau 80 –
kelebihan berat badan. Pre Hipertensi 120 – 139 Ya Tidak adaindikasi penggunaan antihipetensi
89
• Mengurangi asupan garam
didalam tubuh. Diuretik (Tiazid) untuk sebagian besar kasus.
Hipertensi stage Atau 90 –
• Ciptakan keadaan rileks 1
140 – 159
99
Ya Dapat dipertimbangkan: Penghambat ACE, ARB,
• Melakukan olah raga teratur Penyekat Beta, CCB, atau kombinasi.
• Berhenti merokok
• Menghindari atau mengurangi Kombinasi dua jenis obat pada sebagian besar
Hipertensi stage
konsumsi alcohol (P2PTM, 2
≥160 ≥100 Ya kasus. (Diuretik (Tiazid) dan Penghambat ACE
2016). atau ARB atau Penyekat Beta atau CCB).
Komplikasi
Infark
miokard
Hipertensi
Gagal
Stroke
ginjal
22
Analisis Kasus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Kasus Literatur
• Keluhan nyeri kepala, tengkuk terasa berat, • Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sulit tidur ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
• Tidak ditemui gejala lain pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
• Tekanan darah 150/90 mmHg menit.
• Tidak ada riwayat trauma • Gejala yang dapat muncul : nyeri kepala, nyeri tengkuk,
• Riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun gelisah, palpitasi, gangguan penglihatan, dll.
• Tidak ada riwayat penyakit lain • Faktor risiko hipertensi meliputi: Genetik, obesitas, jenis
• Terdapat riwayat hipertensi di keluarga kelamin, olahraga, stress, pola asupan garam dalam diet,
• Pola diet tinggi garam merokok
• Tidak pernah berolahraga Klasifikasi tekanan Tek. Darah Sistolik Tek. Darah
• Tidak rutin minum obat dan kontrol ke Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
fasyankes
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80 -89
Hipertensi stage I 140-159 90-99
• Pada populasi umum <60 tahun terapi Diuretik (Tiazid) untuk sebagian besar
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah Hipertensi 140 – Atau 90 kasus. Dapat dipertimbangkan:
Ya
dimulai ketika tekanan darah diastolik ≥90 mm stage 1 159 – 99 Penghambat ACE, ARB, Penyekat Beta,
dengan taret tekanan darah diastolik <90 mm CCB, atau kombinasi.
• Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai Kombinasi dua jenis obat pada sebagian
dan mempertahankan target tekanan darah. Jika Hipertensi besar kasus. (Diuretik (Tiazid) dan
≥160 ≥100 Ya
target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 stage 2 Penghambat ACE atau ARB atau Penyekat
bulan perawatan tingkatkan dosis obat awal atau Beta atau CCB).
tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang
direkomendasikan dalam rekomendasi thiazide- Rekomendasi: Penggunaan 1 agen antihipertensi
type diuretic CCB, ACEI, atau ARB. sesuai rekomendasi JNC 8
TATALAKSANA Intervensi Pola Hidup
Olahraga teratur
• Disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamikberintensitas sedang (seperti: berjalan, joging,
bersepeda, atauberenang)5-7 hari per minggu
• Berhenti merokok
Kesimpulan
Tn.S usia 55 tahun, pengetahuan tentang hipertensi kurang, pengobatan kuratif, pola makan
tidak diatur, kurang olah raga dan kurang peran keluarga dalam mendukung upaya
pencegahan dan pengobatan penyakit
Pada pasien dilakukan edukasi mengenai definisi, faktor risiko, gejala klinis, komplikasi
sampai penatalaksanaan hipertensi. Dijelaskan juga pentingnya mengatur pola makan,
meminum obat, aktifitas fisik, dan kontrol rutin setiap bulan ke pelayanan kesehatan.
Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa kepatuhan Tn.S dalam
mengikuti anjuran terapi, baik terapi farmakologi maupun non farmakologi sudah
cukup baik.
Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan namun dapat di
kontrol untuk mencegah terjadinya komplikasi
DAFTAR
PUSTAKA
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia
Cheung BWY. 2010. Dala: Cheung BMY. 2012. NICE New Hypertension Guidelines. World Journal of Hypertension
2(5):45-9
Chobaniam AV et al. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. JAMA 289:2560-2572. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk
penyakit hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
Departemen kesehatan.
Depkes, RI. 2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta.
Kamso S. 2000. Nutritional Aspectt of Hypertension in the Indonesia Ederly : ACommunity Study in 6 Big Cities.
Dissertasion Post Graduate Program University of Indonesia. Depok
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusmana D. 2009. Hipertensi : definisi, prevalensi, farmakoterapi dan latihan fisik. Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskular FKUI. Cermin Dunia Kedokteran. 161-7
P2PTM. 2016. Pedoman teknis penemuan dan tatalaksana hipertensi. Tersedia di http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-
p2ptm/pedoman-teknis-penemuan-dan-tatalaksana-hipertensi.
Rahajeng dan Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya diIndonesia. Maj Kedokt Indon, Volume: 59,
Nomor: 12, Desember 2009.
Sudoyono AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2015.
The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. 1997. The
seventh report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure. Arch Intern Med 157: 2413-45
Terima Kasih