Anda di halaman 1dari 31

Laporan Kasus

HIPERTENSI ESENSIAL

Oleh
dr. Nur Azizah

Pembimbing
dr. Beryl Rahmawati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS RANDUAGUNG
PERIODE 17 MEI-16 NOVEMBER 2022
PENDAHULUAN
Penyakit kardiovaskuler merupakan Dari prevalensi hipertensi sebesar 34,1%    8,8% terdiagnosis hipertensi
masalah kesehatan utama di negara maju dan 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak minum obat serta
maupun negara berkembang dan menjadi 32,3% tidak rutin minum obat
penyebab kematian nomor satu di dunia Sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya
setiap tahunnya termasuk hipertensi.  hipertensi sehingga tidak mendapatkan pengobatan (Riskesdas, 2018).
(Kemenkes RI, 2019).

WHO  tahun 2015 sekitar 1,13 Penatalaksanaan hipertensi selain dari medikamentosa, juga dari non-
miliar orang di dunia menyandang medikamentosa terutama pola asupan diet. Banyak penderita
hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di hipertensi yang mesih minim pengetahuan mengenai hipertensi dan
dunia terdiagnosis hipertensi. belum mengetahui pola pengobatan hipertensi yang benar yaitu jangka
panjang dan rutin, sehingga kepatuhan akan pengobatan juga rendah.
ILUSTRASI
KASUS
Identitas Pasien

Nama : Tn. S
Umur : 55 tahun
Alamat : Klompangan Randuagung
Status : Sudah menikah
Pekerjaan : Petani
Tanggal Pemeriksaan : 17 Oktober 2022
Anamnesis

Keluhan Utama : Nyeri kepala

Keluhan tambahan: Tengkuk terasa berat, sulit tidur


Anamnesis
Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala yang dirasakan sejak 2 hari yang lalu. Pasien
mengatakan nyeri kepala terasa tegang dan terasa seperti tertimpa benda berat
terutama di bagian belakang kepala. Tengkuk pasien terasa berat. Sejak 2 hari terakhir
pasien sulit tidur. Pasien mengatakan tidak ada keluhan mual muntah, pandangan
kabur atau keluhan lain. Riwayat trauma sebelum timbulnya keluhan disangkal. Pasien
mengatakan keluhan serupa sudah sering hilang timbul. Pasien memiliki riwayat
hipertensi sejak kurang lebih 5 tahun lalu. Namun, pasien tidak rutin meminum obat.
Pasien hanya sesekali ke Puskesmas ketika merasakan gejala-gejala seperti nyeri kepala
atau sulit tidur yang kemudian mendapatkan obat hipertensi. Namun, pasien mengaku
ketika keluhan yang dirasakan hilang, pasien akan berhenti meminum obat. Pasien
mengatakan tidak mengetahui bahwa obat harus diminum rutin. Pasien menyangkal
adanya riwayat penyakit lain selain hipertensi.
Anamnesis
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien terdiagnosis hipertensi sejak 5 tahun lalu. Riwayat penyakit lain
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Ayah pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi dan stroke.
Anamnesis
Riwayat Pribadi dan Pola Makna

Pasien tidak merokok dan mengkonsumsi alkohol. Pasien tidak pernah


berolahraga karena mengaku tidak sempat. Riwayat pola makan teratur 3x sehari
dengan lauk pauk bervariasi. Pasien jarang makan sayur dan buah. Namun,
pasien sangat gemar mengkonsumsi ikan asin sejak usia muda. Selain itu, pasien
juga gemar makan dengan olahan santan di rumah. Pasien mengatakan, ikan asin
adalah menu wajib yang harus ada sehari-hari karena ia dan istrinya sangat
gemar. Bahkan, setelah terdiagnosis hipertensi pasien masih sangat sulit untuk
mengurangi konsumsi ikan asin dan santan.
Pemeriksaan Fisik
Status Present Status Generalis

• Kepala/leher : normosefal, deformitas(-),


Keadaan Umum : Tampak sakit ringan pembesaran KGB -/-, pembesaran kelenjar tiroid
Kesadaran : Compos mentis -/-
GCS : E4V5M6 • Mata : Reflek cahaya +/+, konjungtiva anemis -/-,
Nadi : 83 kali per menit sklera ikterik -/-, pupil isokor 3mm/3mm
Pernapasan : 20 kali per menit • Telinga: deformitas (-), nyeri (-), sekret (-), septum
Suhu : 36,7 C nasi ditengah
TD : 150/90 mmHg • Hidung: sekret (-), deviasi septum (-), darah (-)
BB : 56 kg • Mulut/faring : mukosa tidak pucat, hiperemis (-),
TB : 157 cm tonsil T1/T1, uvula ditengah
IMT : 22,7
Pemeriksaan Fisik
Thorax

Paru Abdomen
• Inspeksi : bentuk dada normal dan simetris, gerak • Inspeksi : datar, bekas luka (-), lesi(-)
napas tertinggal (-), lesi (-) • Auskultasi : bising usus normal, bruits (-)
• Palpasi : tactile fremitus simetris, sama kuat, • Perkusi : timpani
ekspansi normal • Palpasi : nyeri tekan epigastrik (-),
• Perkusi : sonor pada semua lapang paru hepatomegali (-), splenomegali (-)
• Auskultasi : vesikuler, wheezing -/-, ronki -/-

Jantung Ekstremitas
• Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat • Superior : Edema (-/-), deformitas (-/-) akral
• Palpasi : iktus kordis tidak teraba, thrill (-) hangat, CRT <2s
• Perkusi : pekak, batas jantung kesan normal • Inferior : Edema (-/-), plantarfleksi (-/-), atrofi
• Auskultasi : S1/S2 normal, (-) murmur, (-) gallop (-/-). akral hangat, CRT <2s
Pemeriksaan Penunjang

Kolesterol : 166 mg/dL


Diagnosis Kerja : Hipertensi Grade I
Tatalaksana

Medikamentosa Non Medikamentosa


• Amlodipin 1 x 10 mg • Edukasi pasien mengenai penyakit dan
hipertensi mencakup faktor risiko, pengobatan,
• Paracetamol 3 x 500 mg cara pencegahan, dan komplikasi yang mungkin
terjadi.
• Edukasi mengenai jenis olahraga yang sesuai
untuk pasien hipertensi
• Edukasi kepada pasien mengenai pola diet yang
benar  diet rendah garam dan rendah lemak
• Edukasi kepada keluarga mengenai pentingnya
minum obat dan kontrol teratur ke puskesmas
atau layanan kesehatan yang lain agar penyakit
pasien dapat terkontrol dan mencegah
timbulnya komplikasi.
Prognosis

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad Functionam : dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg
dan tekanan darah diastolik ≥90
mmHg pada dua kali pengukuran Etiologi
dengan selang waktu lima menit.
Hipertensi Esensial Hipertensi Sekunder
Belum diketahui Kelainan pembuluh darah,
ginjal, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid),
hiperaldosteronisme,
feokromasitoma, penyakit
parenkimal
Hipertensi

Hipertensi merupakan

2
penyakit multifaktorial
yang munculnya oleh
karena interaksi Faktor risiko hipertensi 3
berbagai faktor. meliputi: Genetik, obesitas,
jenis kelamin, olahraga,,
Keluhan yang dapat muncul
stress, pola asupan garam
antara lain: nyeri kepala,
dalam diet, merokok
gelisah, palpitasi, pusing,
leher kaku, penglihatan kabur,
nyeri dada, mudah lelah, dan
impotensi. 17
Kejadian Hipertensi

1 dari 4 orang dewasa

2
menderita hipertensi

Asia Tenggara Prevalensi hipertensi di 3


menduduki peringkat Indonesia berdasarkan data
ke-3 dengan prevalensi Riskesdas Kemenkes RI
Setengah penderita
hipertensi terbesar di tahun 2018 yang diukur
hipertensi yang diketahui
dunia yaitu sebesar 25% pada orang ≥18 tahun yaitu
hanya 25% yang mendapat
sebesar 34,1%
pengobatan.
Klasifikasi Hipertensi menurut
JNC 7

Klasifikasi Tekanan darah sistolik Tekanan darah diastolic


(mmHg) (mmHg)

Normal <120 <80

Prehipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100


Tatalaksana

20
Tatalaksana Hipertensi
Klasifikasi Sistolik Diastolik Modifikasi
Terapi
Tekanan Darah (mmHg) (mmHg) Gaya Hidup
Pengendalian Faktor Risiko
Normal <120 Dan <80 Dianjurkan Tidak adaindikasi penggunaan antihipetensi
• Mengatasi
obesitas/menurunkan Atau 80 –
kelebihan berat badan. Pre Hipertensi 120 – 139 Ya Tidak adaindikasi penggunaan antihipetensi
89
• Mengurangi asupan garam
didalam tubuh. Diuretik (Tiazid) untuk sebagian besar kasus.
Hipertensi stage Atau 90 –
• Ciptakan keadaan rileks 1
140 – 159
99
Ya Dapat dipertimbangkan: Penghambat ACE, ARB,
• Melakukan olah raga teratur Penyekat Beta, CCB, atau kombinasi.
• Berhenti merokok
• Menghindari atau mengurangi Kombinasi dua jenis obat pada sebagian besar
Hipertensi stage
konsumsi alcohol (P2PTM, 2
≥160 ≥100 Ya kasus. (Diuretik (Tiazid) dan Penghambat ACE
2016). atau ARB atau Penyekat Beta atau CCB).
Komplikasi

Infark
miokard

Hipertensi

Gagal
Stroke
ginjal
22
Analisis Kasus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Kasus Literatur

• Keluhan nyeri kepala, tengkuk terasa berat, • Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik
sulit tidur ≥140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg
• Tidak ditemui gejala lain pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima
• Tekanan darah 150/90 mmHg menit.
• Tidak ada riwayat trauma • Gejala yang dapat muncul : nyeri kepala, nyeri tengkuk,
• Riwayat tekanan darah tinggi sejak 5 tahun gelisah, palpitasi, gangguan penglihatan, dll.
• Tidak ada riwayat penyakit lain • Faktor risiko hipertensi meliputi: Genetik, obesitas, jenis
• Terdapat riwayat hipertensi di keluarga kelamin, olahraga, stress, pola asupan garam dalam diet,
• Pola diet tinggi garam merokok
• Tidak pernah berolahraga Klasifikasi tekanan Tek. Darah Sistolik Tek. Darah
• Tidak rutin minum obat dan kontrol ke Darah (mmHg) Diastolik (mmHg)
fasyankes
Normal <120 <80
Prehipertensi 120-139 80 -89
Hipertensi stage I 140-159 90-99

Hipertensi stage II ≥160 ≥100


TATALAKSANA
Tatalaksana
Medikamentosa pada Klasifikasi Sistolik Diastolik
Modifikasi
Kasus Tekanan Darah (mmHg) (mmHg)
Gaya Terapi
Hidup

Tidak adaindikasi penggunaan


Normal <120 Dan <80 Dianjurkan
Amlodipin 1 x 10 mg antihipetensi

120 – Atau 80 Tidak adaindikasi penggunaan


Rekomendasi JNC 8 Pre Hipertensi Ya
139 – 89 antihipetensi

• Pada populasi umum <60 tahun terapi Diuretik (Tiazid) untuk sebagian besar
farmakologis untuk menurunkan tekanan darah Hipertensi 140 – Atau 90 kasus. Dapat dipertimbangkan:
Ya
dimulai ketika tekanan darah diastolik ≥90 mm stage 1 159 – 99 Penghambat ACE, ARB, Penyekat Beta,
dengan taret tekanan darah diastolik <90 mm CCB, atau kombinasi.

• Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai Kombinasi dua jenis obat pada sebagian
dan mempertahankan target tekanan darah. Jika Hipertensi besar kasus. (Diuretik (Tiazid) dan
≥160 ≥100 Ya
target tekanan darah tidak tercapai dalam 1 stage 2 Penghambat ACE atau ARB atau Penyekat
bulan perawatan tingkatkan dosis obat awal atau Beta atau CCB).
tambahkan obat kedua dari salah satu kelas yang
direkomendasikan dalam rekomendasi thiazide- Rekomendasi: Penggunaan 1 agen antihipertensi
type diuretic CCB, ACEI, atau ARB. sesuai rekomendasi JNC 8
TATALAKSANA Intervensi Pola Hidup

Pembatasan konsumsi garam


• Rekomendasi penggunaan natrium tidak lebih dari 2 gram/hari (setara dengan 5-6 gram NaCl perhari atau 1 sendok teh garam
dapur)

Perubahan pola makan


• Disarankan untuk konsumsi makanan seimbang yang mengandung sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan segar, produk susu
rendah lemak, gandum, ikan, dan asam lemak tak jenuh (terutama minyak zaitun), serta membatasi asupan daging merah dan
asam lemak jenuh

Penurunan berat badan dan menjaga berat badan ideal


• Mencegah obesitas (IMT >25 kg/m2), dan menargetkan berat badan ideal (IMT 18,5 –22,9 kg/m2) dengan lingkar pinggang <90
cm pada laki-laki dan <80 cm pada perempuan

Olahraga teratur
• Disarankan untuk berolahraga setidaknya 30 menit latihan aerobik dinamikberintensitas sedang (seperti: berjalan, joging,
bersepeda, atauberenang)5-7 hari per minggu
• Berhenti merokok
Kesimpulan
Tn.S usia 55 tahun, pengetahuan tentang hipertensi kurang, pengobatan kuratif, pola makan
tidak diatur, kurang olah raga dan kurang peran keluarga dalam mendukung upaya
pencegahan dan pengobatan penyakit

Pada pasien dilakukan edukasi mengenai definisi, faktor risiko, gejala klinis, komplikasi
sampai penatalaksanaan hipertensi. Dijelaskan juga pentingnya mengatur pola makan,
meminum obat, aktifitas fisik, dan kontrol rutin setiap bulan ke pelayanan kesehatan.

Dari hasil evaluasi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa kepatuhan Tn.S dalam
mengikuti anjuran terapi, baik terapi farmakologi maupun non farmakologi sudah
cukup baik.

Hipertensi merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan namun dapat di
kontrol untuk mencegah terjadinya komplikasi
DAFTAR
PUSTAKA
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia

Cheung BWY. 2010. Dala: Cheung BMY. 2012. NICE New Hypertension Guidelines. World Journal of Hypertension
2(5):45-9

Chobaniam AV et al. 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure. JAMA 289:2560-2572. Dalam : Muchid A et al. 2006. Pharmaceutical untuk
penyakit hipertensi. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat kesehatan
Departemen kesehatan.

Depkes, RI. 2006. Kebijakan dan Strategi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular. Jakarta.

Kamso S. 2000. Nutritional Aspectt of Hypertension in the Indonesia Ederly : ACommunity Study in 6 Big Cities.
Dissertasion Post Graduate Program University of Indonesia. Depok

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5. 2014. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Hasil Riskesdas 2018. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Kusmana D. 2009. Hipertensi : definisi, prevalensi, farmakoterapi dan latihan fisik. Departemen Kardiologi dan Kedokteran
Vaskular FKUI. Cermin Dunia Kedokteran. 161-7

Nafrialdi. 2007. Antihipertensi. Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta: FKUI

Nuraini B. Risk factors of hypertension. J Majority (4)5: 10-19; 2015.

P2PTM. 2016. Pedoman teknis penemuan dan tatalaksana hipertensi. Tersedia di http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-
p2ptm/pedoman-teknis-penemuan-dan-tatalaksana-hipertensi.

Rahajeng dan Tuminah. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya diIndonesia. Maj Kedokt Indon, Volume: 59,
Nomor: 12, Desember 2009.

Sudoyono AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2015.

The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure. 1997. The
seventh report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure. Arch Intern Med 157: 2413-45
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai