Diagnosis
DD
Dx
• Tension
Hipertensi
headache
Pertanyaan Terjaring
1. Interpretasi Dat
2. Tabel DD
3. Hipertensi
a. Definisi
b. Etiologi
c. Epidemologi
d. Klasifikasi
e. Patofisiologi
f. Tanda dan gejala
g. Diagnosis
h. Faktor resiko
i. Tatalaksana
j. Komplikasi
k. Prognosis
l. Edukasi
Pertanyaan Terjaring
3. Kenapa pasien merasa sesak napas?
4. Kenapa rendang mempengaruhi hipertensi?
5. Kenapa merokok mempengaruhi hipertensi?
INTERPRETASI DATA
PEMERIKSAAN FISIK
TTV HASIL
TD 180/100 mmHg
Nadi 90 x/m
RR 20 x/m
T 36,6 ̊ C
HIPERTENSI
Definisi
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg, pada pemeriksaan berulang.
HIPERTENSI
Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi primer/essensial
dengan insiden 80-95% dimana pada hipertensi jenis ini tidak diketahui penyebabnya. Selain itu
terdapat pula hipertensi sekunder akibat adanya suatu penyakit atau kelainan yang mendasari,
seperti stenosis arteri renalis, penyakit parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan
sebagainya.
HIPERTENSI
Epidemiologi
Prevalensi Hipertensi pada umur ≥18 tahun di Indonesia yang pernah didiagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat Hipertensi sendiri sebesar 9,5%. Prevalensi Hipertensi di
Indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥18 tahun sebagian besar (63,2%) kasus
Hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis. Penderita Hipertensi di Indonesia menurut data
karakteristik kelompok umur dengan kasus tertinggi pada kelompok umur ≥ 75 tahun yaitu 63,8%
dan kasus terendah pada kelompok umur 15- 24 tahun yaitu 8,7%. Dan berdasarkan data di
Indonesia, penderita Hipertensi tertinggi pada perempuan (28,8%) dibandingkan dengan laki- laki
(22,8%) (Kemenkes RI, 2013).
HIPERTENSI
Epidemiologi
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi Hipertensi pada penduduk umur ≥ 18
pada tahun 2007 di Indonesia menurut provinsi, prevalensi Hipertensi tertinggi di Kalimantan
Selatan (39,6%) dan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan pada tahun 2013 prevalensi
tertinggi di Provinsi Bangka Belitung (30,9%), dan Papua yang terendah (16,8%). Berdasarkan
karakteristik tempat tinggal, prevalensi Hipertensi lebih tinggi di perkotaan (26,1%), dibandingkan di
perdesaan (25,5%) (Kemenkes RI, 2013).
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi Hipertensi pada penduduk umur 18 tahun
ke atas tahun 2007 di Indonesia adalah sebesar 31,7%. Sedangkan jika dibandingkan dengan
tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 5,9% (dari 31,7% menjadi 25,8%). Penurunan ini bisa terjadi
karena berbagai macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda dan masyarakat yang
sudah mulai sadar akan bahaya penyakit Hipertensi (Kemenkes RI, 2014).
HIPERTENSI
Patofisiologi
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tekanan perifer. Faktor genetik, aktivasi syaraf
simpatis, faktor hemodinamik, metabolisme natrium, faktor renin, angiotensin, dan aldosteron
merupakan faktor-faktor yang telah dibuktikan mempunyai kaitan dengan peningkatan tekanan
darah pada hipertensi (Soeparman et al., 1994 ; Kaplan, 1990). Pada lanjut usia, perubahan
struktural dan fungsional pada pembuluh perifer bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan
darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan
kemampuan distensi dan daya tegang pembuluh darah (Smeltzer S. & Bare B, 2001).
HIPERTENSI
Tanda dan Gejala
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual
dan muntah, akibat peningkatan tekanan darahintrakranial. Penglihatan kabur akibat kerusakan
retina akibat hipertensi. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan
pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba
-tiba, tengkuk terasa pegal dan lainlain.
HIPERTENSI
Diagnosis
HIPERTENSI
Faktor Resiko
1. Faktor demografi
• Umur
• Jenis kelamin
• Keturunan
• Suku/golongan etnik
• Status sosial ekonomi
• Geografi dan lingkungan
2. Faktor status kesehatan
• Kegemukan (obesitas)
• Diabetes melitus
3. Faktor perilaku
• Stress
• Merokok
• Alkohol
• Aktivitas fisik
• Diet tinggi garam
HIPERTENSI
Tatalaksana
• Non farmakologis
• Penurunan BB
• Mengurangi asupan garam
• Olahraga
• Mengurangi konsumsi alkohol
• Berhenti merokok
• Terapi farmakologi
Terapi farmakologi pada hipertensi dimulai bila pada pasien hipertensi derajat 1 yang tidak
mengalami penurunan tekanan darah setelah > 6 bulan menjalani pola hidup sehat dan pada
pasien dengan hipertensi derajat ≥ 2.
• Calcium channel
blocker (CCB
• ACE inhibitor (ACEi)
• Angiotensin Receptor
Blockers (ARB)
HIPERTENSI
Komplikasi
Hipertensi dapat meyebabkan komplikasi lain seperti DM, kolesterol yang tinggi, kelebihan berat
badan atau obesitas, dan gangguan kognitif lain (WHO, 2013).
HIPERTENSI
Klasifikasi