Oleh :
Supervisor Pembimbing :
Mengetahui,
Supervisor Pembimbing
i
DAFTAR ISI
3. Komplikasi ........................................................................................... 16
5. Prognosis ............................................................................................... 18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
dan disebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara
spontan, bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya
intraserebral adalah sekumpulan darah fokal pada parenkim otak atau sistem
tetapi persentase kematian lebih tinggi disebabkan oleh stroke. Sekitar 60%
Australia, dan 18-24% di Jepang dan Korea. Insiden ICH secara substansial
bervariasi antar negara dan etnis. Tingkat kejadian ICH primer di negara
berpenghasilan rendah dan menengah meningkat dua kali lipat dari angka di
2000-2008.2
1
adanya perdarahan intrakranial, edema, kontusi, udara, benda asing
mendiagnosisnya.
2
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Kepala
Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak), terdiri atas semua bagian
Sistem Saraf Pusat (SSP) diatas korda spinalis. Secara anatomis terdiri dari
cerebrum (otak besar), cerebellum (otak kecil), brainstem (batang otak) dan
teratas dari otak yang terdiri dari dua bagian, yaitu hemisfer kiri dan
Otak besar terdiri atas cortex (permukaan otak), ganglia basalis, dan
sistem limbik. Kedua hemisfer kiri dan kanan dihubungkan oleh serabut
padat yang disebut dengan corpus calosum. Setiap hemisfer dibagi atas 4
lobus, yaitu lobus frontalis (daerah dahi), lobus oksipitialis (terletak paling
bagian bawah dan belakang tengkorak dan melekat pada otak tengah.
korda spinalis. Batang otak terdiri atas diensefalon (bagian batang otak
3
paling atas terdapat diantara cerebellum dengan mesencephalon,
(bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit
4
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah
dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-
sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik
oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung
bentuk suara
5
Serebelum (Otak Kecil)
batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher
Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
serta pola makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka
gejala yang sering timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah baik satu
maupun dua sisi, kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika
bangun.5
6
Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan,
pendengaran
alba dan substansia grisea. Otak merupakan organ yang sangat kompleks
seperti : gerakan motorik, sensasi, berpikir, dan emosi. Sel-sel otak bekerja
kadang dapat terjadi cetusan listrik yang berlebihan dan tidak teratur dari
7
10 detik atau kurang. Kerusakan jaringan otak yang permanen terjadi bila
2 Gambaran Radiologis
pasien dicurigai kelainan pada sinus maupun mastoid. Foto skull jarang
digunakan untuk menemukan lokasi benda asing di daerah kepala dan leher,
untuk mengevaluasi udara yang terdapat pada sinus paranasal, tulang temporal
lunak dan pembuluh darah memberikan informasi yang lebih baik dan
Pada pemeriksaan CT-scan/ MRI dapat dilakukan secara real-time pada klinis
dapat juga menunjukkan malformasi pembuluh darah, dan lesi struktural yang
mendasarinya.11
8
2.2 USG Kepala
anak. Sejak awal tahun 1980 ketika ultrasound telah banyak tersedia, banyak
bayi prematur. semua bayi prematur (usia kehamilan <37 minggu) divaluasi
dan sagital melalui fontanel anterior dan posterior diperoleh pada setiap
ringan sampai sedang (kelas I dan II), dan derajat berat (kelas III dan IV).
9
2.3 CT-Scan Kepala
dan koronal. Saat pemeriksaan CT scan, tabung x ray berotasi dalam orbit
10
sinar yang sesuai dengan koefisien attenuation linier (μ). Koefisien linier
Water 0 (baseline)
11
diperiksa pada tahap akut (dalam waktu kurang lebih 4 jam), perdarahan
Oleh karena itu, pada pasien yang mengalami anemia harus perhatikan dengan
teliti untuk darah pada fase akut yang mungkin berupa isodense atau
edema otak atau serum yang ter-ekstrusi. Darah yang terlihat pada tahap
CT scan, tergantung pada berapa lama waktu perdarahan. Setelah 7-10 hari,
densitas darah yang tinggi mulai berkurang mulai dari pinggiran lesi. Dari 1-6
12
Gambar 1. Seorang wanita 59 tahun dengan hipertensi yang mengalami
kelemahan sisi kiri menunjukkan perdarahan putaminal kanan pada
pemeriksaan brain CT scan nonkontras. Gambaran fokal hyperdense kecil
pada ganglia basalis dan kelenjar pineal menunjukan kalsifikasi.14
dengan MRI. CT scan juga memiliki resolusi spatial superior, namun tingkat
pembatalan pemeriksaan.13
13
domain frekuensi radio (RF). Melalui penemuan MRI, teknik magnetic
resonance baru terus ditemukan dan MRI lebih disukai dalam banyak
pemeriksaan daripada CT dan tren ini disambut baik untuk tiga keunggulan
utamanya:13
rognosis pasien
14
Saat dalam keadaan darurat, CT scan seringkali merupakan pilihan
yang lebih baik. MRI dapat memakan waktu sekitar 45 menit untuk
10 menit. Dalam waktu yang dibutuhkan untuk melakukan MRI (untuk kasus
perdarahan intrakranial yang serius) seseorang bisa mati atau terluka parah.
MRI juga mengharuskan seseorang untuk diam selama periode waktu yang
RI paling baik mendeteksi lesi kecil atau halus seperti plak sklerosis multipel,
image. Dengan demikian, jumlah radiasi yang terpapar pada pasien sangat tin
ggi. Untuk alasan ini, CT scan tidak di anjurkan pada anak-anak. Di sisi lain,
ntuk sebagian besar pasien sebagai pemeriksaan yang harus diulang jika perlu.
MRI juga memberikan resolusi kontras tinggi antara jaringan lunak. Namun, a
misalnya implanted metals dan clips yang letaknya dekat dengan organ pentin
g aneurysm clips atau clips di otak, ataupun perangkat medis elektronik sepert
i alat pacu jantung atau implant telinga bagian dalam karena dapat merubah p
15
osisi perangkat-perangkat tersebut ataupun membuat perangkat-perangkat ters
diagnosis dan prognosis pada stroke akut. Terdapat dua teknik pemeriksaan
dan iskemik.20
pencitraan pasien stroke akut tetapi tidak sensitif untuk perdarahan lama. CT
Secara umum, CT scan kurang sensitif dibanding MRI, tetapi keduanya sama-
mata
16
Gambaran CT scan pada stroke hemoragik memiliki kriteria adanya
gambaran hiperdens pada substansia alba atau grisea dengan atau tanpa
dilakukan pemeriksaan foto CT-scan kepala dengan irisan axial non kontras
3 Komplikasi
Haematoma expansion
Kejang
Hiperglikemia
Demam
Infeksi
pemantau TIK. Jika terjadi efek massa atau herniasi, mungkin membutuhkan
tindakan operatif.
17
Indikasi operasi antara lain:17
perdarahan lobar yang estimasi volumenya >50 cm3, dengan atau tanpa
- Pasien dengan perdarahan serebelum dengan jarak antara dua titik terjauh
pemasangan drain.
(refleks Cushing).
invasif lain.
18
4 Diagnosis Banding
Pada kasus ini, berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat diagnosa
ICH regio lobar. Untuk itu, demi menetukan ketepatan diagnosa maka
5 Prognosis
Sekitar setengah dari seluruh mortalitas akibat ICH terjadi dalam 24 jam
besar (> 30 mL), lokasi hematoma di fossa posterior, usia yang lebih tua,
tekanan darah arteri rata-rata (mean arterial pressure, MAP) > 130 mmHg saat
pasien datang, dan GCS < 4. Faktor yang sama juga merupakan prediktor
mortalitas paling kuat pada mortalitas 30 hari. Ekspansi hematoma juga telah
Skor PIS dan skor FUNC adalah dua skala derajat klinis yang
19
faktor yaitu usia, volume ICH, skor GCS dan adanya perdarahan
intraventrikuler (tabel 2). Nilai antara 0-6, dimana nilai 6 berarti resiko
hidup pada 30 hari tanpa memperhitungkan luaran fungsional. Skor PIS harus
20
Tabel 3. Skor FUNC18
Komponen Poin
Volume PIS (cm3)
< 30 4
30-60 2
> 60 0
Umur (tahun)
<70 2
70-79 1
>80 0
Lokasi PIS
Lobar 2
Dalam 1
Infratentorial 0
Skor GCS
>9 2
<8 0
Gangguan kognitif pra-PIS
Tidak ada 1
Ada 0
pasca stroke. Rentang skor FUNC dari nol sampai sebelas berdasarkan
volume ICH, umur, lokasi ICH, GCS dan penurunan kognitif sebelum ICH
(Tabel 3). Skor yang lebih besar dikaitkan dengan peluang independensi
21
fungsional yang lebih besar, yang didefinisikan sebagai GCS ≥4 pada 90
hari.19
Skor pada FUNC score dimulai 0-11, skor ini tidak di kategorikan
dalam beberapa kelompok (misal ringan, sedang atau berat) tetapi dari hasil
kemungkinan sangat kuat bahwa outcome pasien dengan skor ini (11) secara
Kenyataan lain menunjukkan bahwa tidak ada pasien dengan nilai FUNC
besar nilai FUNC Score semakin besar pula kemungkinannya pasien akan
independensi fungsional pada 90 hari. Dengan deteksi dini dan penangan awal
yang tepat sasaran, diharapkan dapat memberikan prognosis yang baik bagi
pasien.
22
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : DR
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 17 Juli 1979 (39 tahun)
Alamat : Kelurahan Banjer, Lingkungan VII, Tikala
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Negeri
No. RM : 55.05.05
MRS : 11 November 2018
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Penurunan kesadaran
23
- Riwayat Penyakit jantung tidak diketahui
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
Keadaan Umum : Berat
Kesan : Sopor
GCS : E3M6Vx
Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 240/130mmHg
Nadi : 94 kali per menit
Respirasi Rate : 30 kali per menit
Suhu badan : 36,7oC
SpO2 : 97%
Kepala : Normosefali
Pupil Isokor ᴓ 2mm / ᴓ 2mm, RCL +/+, RCTL +/+
Konjungtiva anemi -/- ; sklera ikterik -/-
Kesan paresis Nervus VII UMN dextra
Leher : Normal
Thorax : Normal
Jantung : Normal
Abdomen : Normal
Ekstremitas : kesan paresis ekstremitas dextra
24
2. Status Lokalis ( Status Neurologis)
Kesadaran : Sopor, GCS : E3M6Vx
Tanda Rangsang Meningeal
- Kaku Kuduk : Negatif
- Laseque : >700 / > 700
- Kernig sign : >1350 / >1350
Nervus kranialis : Kesan paresis Nervus VII UMN dextra
STATUS MOTORIK
Ekstremitas Superior Ekstremitas Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Kekuatan Otot 3/3/3/3 5/5/5/5 3/3/3/3 5/5/5/5
Tonus Otot menurun normal menurun normal
Refleks +/+/+ ++/++/++ +/+ ++/++
Fisiologis
Refleks Patologis - - - -
SKOR SIRIRAJ
No. Gejala/Tanda Penilaian Indeks Skor
1. Kesadaran (0) Kompos
Mentis X 2,5 +
(1) Somnolen
(2) Sopor – koma
25
5. Ateroma (0) Tidak X (-3) -
a. DM
(1) Ya
b. Angina pectoris
Klaudikasio
6. Konstanta - 12 -
Catatan: Bila SSS > 1 = stroke hemoragik, bila SSS < -1 = stroke non
hemoragik
SSS = (2x2,5) + (0x2) + (1x2) + (0,1 x 130) + (0x3) – 12
= 5 + 2 + 13 – 12
= 8 Stroke Hemoragik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. 11 November 2018
Hematologi
Leukosit : 14.700
Eritrosit : 5.68 106
Hemoglobin : 13,5 g/dL
Hematokrit : 44,4%
Trombosit : 290 103
Kimia Klinik
SGOT : 17 U/L
SGPT : 16 U/L
Ureum darah : 42 mg/dL
Creatinin darah : 1.6 mg/dL
GDS : 87 mg/dL
Chlorida darah : 99.5 mEq/L
Kalium darah : 3.59 mEq/L
Natrium darah : 140mEq/L
26
Hemostasis
PT (pasien/kontrol) : 12,8 / 14,8
INR (pasien/kontrol) : 0,94 / 1,13
APPT (pasien/kontrol) : 30,7 / 37,4
b. Laboratorium Puasa (12 November 2018)
GDS : 53 mg/dL
Uric Acid Darah : 10.2 mg/dL
Kolesterol : 204 mg/dL
HDL : 47 mg/dL
LDL : 133 mg/dL
Trigliserida : 119 mg/dL
2. CT-Scan Kepala
27
Uraian hasil pemeriksaan :
E. RESUME
Seorang laki-laki usia 39 tahun dibawa ke UGD RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou dengan penurunan kesadaran secara tiba-tiba yang dialami sejak 6
jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya penderita baru bangun tidur
disertai bicara pelo dan nyeri kepala pada seluruh bagian kepala. Penderita
menjadi sulit dibanguni, kemudian dibawa ke rumah sakit.
Saat di rumah sakit dilakukan pemeriksaan ditemukan tekanan darah 240/130
mmHg, terdapat hemiparesis dextra dengan kekuatan otot 3/3/3/3 pada
ekstremitas superior dan inferior. Tonus otot dan refleks fisiologis pada
ekstremitas dextra menurun dan tidak dapat dilakukan pemeriksaan status
sensoik. Status otonom pasien, tidak ada inkontinensi urin et alvi. Pada
penghitungan skor siriraj didapatkan siriraj stroke score (sss) = 8.
Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan nilai dari gula darah puasa 53
mg/dL menunjukkan bahwa pasien hipoglikemi, nilai Uric Acid darah : 10.2
28
mg/dL menunjukkan bahwa pasien hiperurisemia. Pada gambaran CT-Scan
didapatkan ICH di regio ganglia basalis sinistra volume 14cc.
F. DIAGNOSIS
ICH ganglia basalis dengan volume ± 14cc
Hipertensi grade II
Hiperuricemia
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan di UGD
- Nikardipin titrasi dari 50 gtt target TD 140/110mmHg (target BAP
135)
- Simvastatin 1 x 20mg
- Ranitidin 2 x 50mg Intravena
- Paracetamol 2 x 500mg
Penatalaksanaan Rawat Inap
- Bed rest dan elevasi kepala 300 dan oksigenasi adekuat
- Amlodipine 1 x 10mg
- Telmisartan 1 x 80mg
- Lactulac syr 1 x 30cc
- Paracetamol 3 x 500 mg
- NaCl 3 x 500 cc
- Clonidin 1 x 0,15 mg
- Manitol 20% 400cc (loading) 4 x 200cc setelah 1 jam
- Nikardipin titrasi 2,5mg / jam
- Kolkisin 1 x 0.5 mg
- Allopurinol 2 x 100mg
H. PROGNOSIS
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad bonam
Quo ad sanationam : Bonam
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pasien perdarahan akut tetapi tidak sensitif untuk perdarahan lama. CT Scan
menunjukkan bahwa MRI lebih efisien dalam mendeteksi ICH dan melokalisasi ICH.
Selain itu, MRI dapat memberikan petunjuk penting tentang etiologi perdarahan.
B. Saran
Pemeriksaan MRI di sarankan untuk mengetahui usia dari perdarahan pada
pasien ini, karena diketahui pasien sudah 4 hari dari waktu kejadian. Selain
itu, pemeriksaan MRI juga disarankan untuk menggali lebih dalam etiologi
perdarahan pada pasien ini, apakah dari faktor vaskuler atau trauma.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
10. Alatas Z. Risiko radiasi dari computed tomography pada anak. JFN.
2014. Vol. 8 No. 2
11. Kidwell CS. Wintermark M. Imaging of intracranial haemorrhage.
Lanset Neural. 2008. Vol 7. P. 256-67
12. Brezan F. Dkk. Pretem screening by tranfontanelar untrasound- result
of a 5 years cohort study. Medical Ultrasonography. 2012. Vol 14 no.
3 hal. 204-10 Leandrou S. Magnetic Resonance Imaging and
Computed Tomography in the evaluation of stroke. Should Magnetic
Resonance Imaging replace Computed Tomography as the primary
imaging modality in stroke evaluation? [internet]. University of
Oxford. UK; 2010 [di akses pada tanggal 12 Oktober 2018]. Di unduh
dari:
https://www.researchgate.net/profile/Stephanos_Leandrou/publication/
275099312_Magnetic_Resonance_Imaging_and_Computed_Tomogra
phy_in_the_evaluation_of_stroke_Dissertation_submitted_in_partial_f
ulfillment_of_the_requirements_for_the_degree_of_MSc_in_Diagnost
ic_Imaging/links/5532ab3d0cf20ea0a074b27a/Magnetic-Resonance-
Imaging-and-Computed-Tomography-in-the-evaluation-of-stroke-
Dissertation-submitted-in-partial-fulfillment-of-the-requirements-for-
the-degree-of-MSc-in-Diagnostic-
Imaging.pdf?origin=publication_detail
13. Chang R. Brain imaging in hypertensive hemorrhage [internet].
Medscape. New York: 2018 [diakses pada tanggal 23 Maret 2018]. Di
unduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/338055-
overview#a1
14. Pressman P. Comparing MRI and CT Scans. Assessing Their Benefits,
Indications, and Shortcomings [internet]. Very Well Health. 2018. [Di
akses pada tanggal 31 Maret 2018]. Di unduh dari:
https://www.verywellhealth.com/mri-or-ct-scan-2488814
32
15. Balami JS, et al. Complication of intracerebral haemorrhage [internet].
Pubmed. UK; 2012 [di akses pada tanggal 1 Januari 2012]. Di unduh
dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/m/pubmed/22172625/
16. Mawuntu A. Trauma kepala [handout]. Manado: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi; 2013.
17. Hui D , Leung A, Padwal R. Approach To Internal Medicine: A
Resource Book For Clinical Practice, 4th Edition. Switzerland:
Springer; 2015
18. Magistris F, Bazak S, Martin J. Intracerebral hemorrhage:
pathophysiology, diagnosis and management. MUMJ. 2013;10(1):15-
22.
19. Standar Pelayanan Medik (SPM) Neurologi. PERDOSSI. 2013.
20. PERDOSSI. Guideline Stroke Tahun 2011. Jakarta: PERDOSSI;
2011.
33