OLEH:
RUANG 3
FAKULTAS KEDOKTERAN
2017
Skenario
Seorang anak laki-laki berusia 20 bulan dibawa ibunya ke Puskesmas karena belum bias bicara
dan berjalan dengan lancer. Ibu mengatakan anaknya bias menegluarkan saura mengoceh, namun
belum bias berbicara jelas seperti memanggil mama-papa. Anak belum bias berjalan sendiri, bias
memegang sendok saat makan tapi belum bisa makan sendiri.
Kata Sulit : -
Kata Kunci :
- Anak laki-laki 20 bulan
- Belum bisa bicara dan berjalan dengan lancer
- Hanya bisa mengoceh
- Tidak bisa memanggil mama-papa
- Bisa memegang sendok tapi belum bisa makan sendiri
Masalah Dasar :
Seorang Anak laki-laki berusia 20 bulan dibawa ke Puskesmas karena belum bisa bicara dan
berjalan dengan lancar
Pertanyaan :
1. Anamnesis
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tono
Umur : 20 bulan
Agama : Kristen
Alamat : Malalayang
ANAMNESIS
A. Keluhan Utama : Anak usia 20 bulan belum bisa bicara dan berjalan dengan lancar.
Orang tua pasien merasa pada usia 20 bulan anak bicara dan berjalan dengan lancar, anak bisa
mengeluarkan suara mengoceh, namun belum bisa berbicara jelas seperti memanggil papa-
mama, bisa memegang sendok saat makan tapi belum bisa makan sendiri.
Apakah ada keluhan lain seperti batuk, pilek, panas, diare, dll?
Apakah ibu rajin memeriksakan kesehatan dan melakukan ANC secara teratur?
G. Riwayat Postnatal
Bagaimana riwayat imunisasi dan monitoring perkembangan anak sebelumnya? Apakah ibu
rajin memonitoring perkembangan anak ke pusat pelayanan kesehatan?
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesan sakit
Kesadaran
Kesan status gizi
Tanda Vital
Tekanan Darah
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak, yang ukurannya
lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua per tiga lengan atas.
Tekanan darah waktu lahir 60–90 mmHg sistolik, dan 20–60 mmHg diastolik. Setiap tahun
biasanya naik 2–3 mmHg untuk kedua-duanya dan sesudah pubertas mencapai tekanan darah
dewasa.
Nadi
Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama, isi/kualitas nadi dan
ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas
Nafas
Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan.
Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Rectal
Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan kiri memisahkan
dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer dimasukkan anus dengan tangan kanan ibu.
Oral
Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak 6 tahun.
Aksiler
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit. Umumnya suhu
yang diperoleh 0,5° lebih rendah dari suhu rektal.
Data Antropometrik
Berat Badan
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan merupakan indeks untuk status
nutrisi sesaat. Interpretasi :
BB/U dipetakan pada kurve berat badan
BB< sentil ke 10: defisit
BB> sentil ke 90: kelebihan
BB/U dibandingkan dengan acuan standar, dinyatakan persentase :
> 120%: gizi lebih
80%-120% : gizi baik
60%-80% : tanpa edema, gizi kurang; dengan edema, gizi buruk
< 60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus), dengan edema (kwasiorkhor).
Tinggi Badan
Dinilai dengan :
TB/U pada kurva
< 5 sentil : deficit berat
Sentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan pendek akibat defisiensi
nutrisi kronik atau konstitusional
TB/U dibandingkan standar baku (%)
90% -110% : baik/normal
70% - 89% : tinggi kurang
< 70% : tinggi sangat kurang
BB/TB
Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus, bercak
‘café au kait’, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria.
Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak, bawah
lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri,
sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut,
tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan
daerah yang paling menonjol dari pada oksipital posterior.
Muka
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung dan
mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.
Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis,
eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan
kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa, sekresi,
perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
Mulut
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
Lidah: kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan, tepi hiperemis/tidak.
Palatum: warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh
mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada lidah
sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna, paradangan,
eksudat, kripte)
Telinga
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga, nyeri/tidak
(tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan menggunakan head lamp
dan spekulum telinga.
Leher
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea, pembesaran
kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher.
Thorax
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
Inspeksi
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada £ lingkar kepala Pada anak > 2 tahun : lingkar dada ³
lingkar kepala.
Perhatikan
Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot
Ictus cordis
Palpasi
Perhatikan :
Pengembangan dada : simetri/tidak
Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
Sela iga : retraksi/tidak
Perabaan iktus cordis
Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari lain, atau
secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu
keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil.
Tentukan :
Batas paru-jantung
Batas paru-hati : iga VI depan
Batas diafragma : iga VIII–X belakang.
Bedakan antara suara sonor dan redup.
Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara tambahan :
Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-wheel breath sound, metamorphosing breath
sound.
Suara tambahan: ronki, krepitasi, friksi pleura, Wheezing
Suara jantung normal, bising, gallop.
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan pembengkakan
tulang.
Persendian
Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan.
Otot
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
Alat Kelamin
Perhatikan :Untuk anak perempuan :
Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
Labia mayor: perlengketan / tidak
Himen: atresia / tidak
Klitoris: membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
Orifisium uretra :
hipospadi = di ventral / bawah penis
Epsipadia = di dorsal / atas penis.
Penis: membesar / tidak
Skrotum: membesar / tidak, ada hernia / tidak.
Testis: normal sampai puber sebesar kelereng.
Reflek kremaster: gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum
Anus dan Rektum
Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak. Untuk anus, perhatikan :
Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal.
Fisura ani
Prolapsus ani
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan jari kelingking masuk
ke dalam rektum.
Perhatikan :
Atresia ani
Tonus sfingter ani
Fistula rektovaginal
Ada penyempitan / tidak.
Bermain sendiri, tidak mau berkumpul dengan anggota keluarga atau orang lain.
Lesu dan tidak acuh terhadap orang lain yang mencoba berkomunikasi dengannya.
Mengerjakan sesuatu yang rutin tanpa dipikir dan berperangai buruk jika dilarang akan
membangkitkan kemarahan.
Pemeriksaan Penunjang
o CPK (Creatin Phospokinase) => meningkat
o Biopsi otot => adanya degenerasi otot. Ada penumpukan lemak.
o EKG dan uji paru
o EMG (Elektromiografi) => penurunan amplitudo dan durasi potensial unit motorik.
Miopati. Penurunan aktivitas otot.
4. Patofisiologi
5. Etiologi
PENYEBAB KETERLAMBATAN PERKEBANGAN GLOBAL
6. Panatalaksanaan
Terapi wicara adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang gangguan bahasa, wicara dan suara
yang bertujuan untuk digu-nakan sebagai landasan membuat diagnosis dan penanganan. Dalam
perkembangannya terapi wicara memiliki cakupan penger-tian yang lebih luas dengan
mempelajari hal-hal yang terkait dengan proses berbicara, termasuk di dalamnya adalah proses
menelan, gangguan irama/kelancaran dan gangguan neuromotor organ artikulasi (articulation)
lainnya.
Terapis wicara adalah seseorang yang telah lulus pendidikan terapi wicara baik di dalam maupun
luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (Peraturan
MENKES RI No: 867/MENKES/PER/VIII/2004).34 Terapis wicara memiliki tugas, tanggung
jawab, kewenangan serta memi-liki hak secara penuh untuk melaksanakan pelayanan terapi
wicara secara profesional di sarana pelayanan kesehatan.
Prosedur kerja terapi wicara secara lebih terperinci diuraikan sebagai berikut: 1) Asesmen,
bertujuan untuk mendapatkan data awal sebagai bahan yang harus dikaji dan dianalisa untuk
mem-buat program selanjutnya. Asesmen ini meliputi tiga cara, yaitu melalui anamnesa,
observasi, dan melakukan tes, di samping itu juga diperlukan data penunjang lainnya seperti
hasil pemeriksaan dari ahli lain. 2) Diagnosis dan prognosis, setelah terkumpul data, selanjutnya
data tersebut digunakan sebagai bahan untuk mene-tapkan diagnosis dan jenis
gangguan/gangguan untuk membuat prognosis tentang sejauh mana kemajuan optimal yang bisa
dicapai oleh penderita. 3) Perencanaan terapi wicara, perenca-naan terapi wicara ini secara
umum terdiri dari: (a) Tujuan dan program (jangka panjang, jangka pendek dan harian), (b)
Peren-canaan metode, teknik, frekuensi dan durasi, (c) Perencanaan penggunaan alat, (d)
Perencanaan rujukan (jika diperlukan), (e) Perencanaan evaluasi. 4) Pelaksanaan terapi wicara,
pelaksanaan terapi harus mengacu pada tujuan, teknik/metode yang digunakan serta alat dan
fasilitas yang digunakan. 5) Evaluasi, kegiatan ini terapis wicara menilai kembali kondisi pasien
dengan memban-dingkan kondisi, setelah diberikan terapi dengan data sebelum diberikan terapi.
Hasilnya kemudian digunakan untuk membuatprogram selanjutnya. 6) Pelaporan hasil,
pelaporan pelaksanaan dari asesmen sampai selesai program terapi dan evaluasi.
Metode ABA
Metode ABA adalah metode yang terstruktur dan mudah diukur hasilnya, sebagaimana metode
ABA. Dengan demikian metode ini dapat dengan mudah di ajarkan kepada para calon pasien
terapi. Selain untuk penyandang autisme, metode ABA yang tegas dan tanpa kekerasan ini
sangat baik bila diterapkan kepada anak-anak dengan kelainan perilaku lainnya, bahkan anak
normal.
Prinsip dasar metode ABA merupakan cara pendekatan dan penyampaian materi kepada anak
yang harus dilakukan seperti berikut ini:
1. Kehangatan yang berdasarkan kasih sayang yang tulus, untuk menjaga kontak mata yang lama
dan konsisten
2. Tegas (tidak dapat ditawar-tawar anak)
3. Tanpa kekerasan dan tanpa marah
4. Prompt (Bantuan, arahan) secara tegas tapi lembut.
5. Apresiasi anak dengan imbalan yang efektif, sebagai motivasi agar selalu bergairah
Dalam menciptakan suasanan yang kondusif dalam mendidik anak, terapis menggunakan prinsip
menciptakan suasana yang penuh kehangatan dan kedamaian. Diusahakan terapis tidak me-
libatkan emosi marah/jengkel dan kasihan sewaktu mengajar anak. Dengan begitu nantinya
dengan sendirinya tidak menyukai keke-rasan dalam bersosialisasi dengan yang lain. Selain itu
anak akan berkembang menjadi individu yang toleran terhadap perbedaan pendapat dan
sekaligus kreatif.
ABA terdiri dari tiga kata. Yaitu Applied yang berarti terapan, Behavior yang berarti perilaku
sedangkan Analysis memiliki pengertian: mengurai/memecah menjadi bagian-bagian kecil,
mempelajari bagian-bagian tersebut, melakukan dan memodi-fikasi. Dari tiga kata tersebut ABA
dapat diartikan sebagai ilmu terapan yang mengurai, mempelajari dan memodifikasi perilaku.
Menurut Sutady: Terapi ABA merupakan suatu bentuk modifikasi perilaku melalui pendekatan
perilaku secara langsung, dengan lebih mem-fokuskan pada perubahan secara spesifik. Baik
berupa interaksi sosial, bahasa dan perawatan diri sendiri. Adapun teknik ABA menurut Handojo
sebagai berikut:
1. DTT (Discrete Trial Training). Adalah salah satu tehnik utama dari ABA, sehingga kadang
ABA disebut juga DTT. Arti harfiah dari DTT adalah latihan uji coba yang jelas/nyata. DTT
terdiri dari “siklus” yang dimulai dengan intruksi, prompt, dan di akhiri dengan imbalan.
2. Discrimination Training atau Discriminating. Teknik membe-dakan ini dipakai untuk melabel
atau identifikasi. Tahap ko-gnitif atau kemmapuan reseptif ini digunakan untuk menamai atau
mengenal hal-hal seperti huruf, warna, bentuk, tempat, orang dan sebagainya. Untuk meyakinkan
bahwa anak benar-benar memahami/mengenali hal secara konsisten, diperlukan pembanding.
Apabila anak tetap dapat mengidentifikasi hat tersebut tanpa ragu, maka anak telah benar-benar
mengenal-nya.
3. Matching atau Mencocokkan. Teknik ini dapat dipakai seba-gai pemantap identifikasi maupun
sebagai permulaan latihan identifikasi. Mencocokkan dapat dipakai juga untuk melatih ketelitian
anak, yaitu dengan memberikan beberapa/banyak hal yang dicocokkan. Menurut terapis wicara,
jumlah hal yang dicocokkan jangan lebih dari 25 buah.
4. Fading berarti meluntur. Yang dilunturkan adalah prompt ke-pada anak. Dari prompt penuh
kemudian dikurangi secara bertahap sampai anak berhasil melakukan tanpa prompt lagi.
5. Shaping berarti pembentukan. Teknik ini biasanya dipakai saat mengajarkan kata-kata verbal.
6. Chaining adalah menguraikan perilaku kompleks menjadi beberapa mata rantai perilaku yang
paling sederhana. Tiap mata rantai diajarkan tersendiri dengan siklus DTT. Apabila anak
menguasai tiap mata rantai, maka diadakan pengga
bungan kembali sehingga menjadi perilaku yang utuh. Teknik ini dipakai sewaktu terapis
mengajarkan memasang kaos kaki, melepaskan kaos kaki, memakai baju kaos, melepaskan baju
kaos dan sebagainya.
Materi program kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus dikelompokkan ke dalam kategori,
materi dan aktivitas yang terdiri dari 3 tingkatan yaitu tingkat dasar, tingkat intermediate dan
tingkat advanced. Tingkat dasar intermediate dan tingkat advan-ced. Tingkat dasar dan
intermediate terdiri dari enam kategori:
1. Kemampuan mengikuti pelajaran, kepatuhan dan kontak mata adalah kunci masuk ke metode
ABA. Tetapi menurut penulis, kedua kemampuan ini adalah kunci setiap kali kita ingin
mengajarkan sesuatu kepada anak. Tanpa kedua hal itu mustahil kita dapat mengajarkan sesuatu
kepada anak secara efektif.
2. Kemampuan imitasi, Kemampuan menirukan adalah kemam-puan perilaku dasar seorang
anak. Kemampuan menirukan harus dimiliki oleh seorang anak, maka terapis harus
mengajarkannya sejak awal. Kemampuan meniru di mulai dengan latihan motorik kasar,
kemudian motorik halus, dan terakhir motorik mulut. Latihan motorik kasar berguna untuk
meningkatkan kemampuan fisik anak yang dapat meningkatkan rasa percaya dirinya. Sedangkan
motorik halus terutama ditujukan untuk melatih konsentrasi dan koordinasi. Tujuan utama dari
latihan motorik halus adalah memampukan anak untuk menulis. Motorik mulut berguna untuk
membentuk kemampuan berbicara, di mana akhirnya bertujuan untuk memberikan kemampuan
berbahasa yaitu bicara yang dipakai untuk berkomunikasi dengan orang lain. Goal terkhir yang
ingin dicapai adalah kemampuan berkomunikasi dua arah.
3. Kemampuan bahasa reseptif (kognitif), Kemampuan bahasa reseptif (kognitif) adalah
kemampuan mengenalkan akan beragam benda atau hal. Kemampuan ini disebut juga iden-
tifikasi dan dapat berlanjut ke kemampuan melabel, kemudian kemampuan bahasa ekspresif.
Bagi anak-anak dengan daya tangkap yang baik, pada saat diajarkan kemampuan bahasa reseptif,
dapat langsung dilanjutkan dengan kemampuan ekspresif. Akan tetapi pada anak-anak dengan
daya tangkap lemah sebaiknya kedua kemampuan ini diajarkan terpisah.
Sistem vestibular terletak pada bagian dalam telinga dan berfungsi mendeteksi gerakan dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada posisi kepala, apakah tegak lurus atau dimiringkan, dan
kelainan pada sistem ini terwujud dalam dua cara yang berbeda, beberapa anak hipersensitif
terhadap rangsangan vestibular dan bereaksi berlebihan terhadap aktivitas gerakan yang biasa.
Sebagian yang lain berperilaku undersensitif, sehingga seringkali mereka menunjukkan perilaku
yang berlebih seperti melompat dan memutar tubuh. Vestibular sense adalah indera yang
memproses infor-masi tentang pergerakan (movement), gaya berat (gravitasi), keseimbangan
(balance) yang diterima melalui telinga.44 Dan memberi info tentang aktivitas yang
berhubungan grafitasi (seperti ketika berputar, melompat, naik atau turun, berayun), pergerakan
dan mempertahankan posisi berdiri, seberapa cepat dan arah serta ketika seseorang berada dalam
ruang. Sistem vestibular berfungsi untuk: mempertahankan tonus otot dan postur sehingga bila
ada yang bergerak maka posisi tubuh akan mendukung, membantu mempertahankan visul field
secara stabil oleh mata dan otot leher untuk mengkompensasi gerakan kepala dan tubuh, dapat
melakukan aktivitas dengan menggunakan ke-2 sisi tubuh secara bersamaan, memacu cara
belajar yang lebih baik.45 Gejala dari gangguan vestibular bisa terwujud dalam bentuk perilaku-
perilaku, dan kemungkinan anak memiliki satu atau beberapa dari ciri perilaku di bawah ini:
a. Sistem vestibular juga berfungsi untuk memberikan keseimbangan pada tubuh, anak dengan
gangguan pada keseimbangan menunjukkan perilaku sebagai berikut: mudah jatuh atau
hilangnya keseimbangan ketika memanjat tangga, mengendarai sepeda, melompat, berdiri
dengan satu kaki, dan ketika menutup kedua matanya, bergerak dengan tidak teratur, canggung,
kaku dan geli-sah.46
b. Anak yang mengalami gangguan vestibular akan menunjukkan sikap tubuh yang lemah dan
tidak berdaya, hal ini dikarenakan tonus otot yang lemah, sehingga menunjukkan perilaku-
perilaku sebagai berikut: tubuh kendur dan lemas, terasa lemas atau lesu saat diangkat, merasa
pincang ketika berjalan, membantu keseimbangan tubuh ketika berjalan dengan cara berjalan
terhuyung-huyung, cenderung untuk merosot ketika duduk, lebih suka berbaring dari pada
duduk, dan terus menerus menyandarkan kepalanya pada salah satu tangannya, duduk di lantai
dengan posisi “W”, yaitu lutut-lututnya bengkok dan kakinya memperluas ke luar sisi-sisinya,
saat
tengkurap sulit menegakkan kepala, kaki, mempunyai kesukaran memutar tombol pintu atau
sesuatu yang memerlukan tekanan, genggamannya mudah lepas ketika memegang pensil,
gunting, atau sendok, menggenggam dengan sangat suatu benda karena takut untuk
melepaskannya, mempunyai masalah dengan pencernaan, seperti kurang bisa mengendalikan
kandung kemihnya, mudah lelah pada aktivitas-aktivitas fisik.
7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan KPG, yakni kemunduran perkembangan
pada anak-anak yang makin memberat. Jika tidak tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi
kemampuan yang lain , khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri. Salah satunya, anak
akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya dalam menghadapi permasalahannya.
Sehingga anak itu dapat bersikap negatif atau agresif.
8. Edukasi dan Pencegahan
Sebelum Menikah
Dalam UU Perkawinan disebutkan bahwa seorang wanita sebaiknya menikah setelah
berusia 21 tahun dan seorang laki-laki setelah usia 24 tahun. Hal ini pasti sudah
dipertimbangkan sebagai usia yang matang baik secara fisik, psikis, maupun ekonomi.
Sebelum menikah seorang wanita harus menjaga kesehatannya dengan makan makanan
bergizi, menghindari rokok dan alkohol, pantang seks bebas dan sebangsanya, serta jika
memiliki hewan peliharaan dirawat dan divaksinasi secara teratur. Sebelum menikah,
disarankan seorang wanita melakukan premarital screening
(periksa kesehatan) terutama periksa lab darah untuk penyakit TORCH.
Setelah Menikah
Setelah menikah, perlu diingat bahwa usia 20 tahun hingga 30 tahun adalah masa yang
aman untuk melahirkan. Sebelum menikah sebaiknya sudah mendapatkan imunisasi TT 1
x.
Setelah Hamil
Supaya janin selama dikandung dapat tumbuh dengan baik, harus dijaga agar setiap
kelainan dapat diketahui sedini mungkin. Upayakan menghindari kemungkinan
timbulnya masalah dalam kehamilan melalui pemeriksaan 5 T : Timbang badan, Tekanan
darah, Tinggi dasar rahim (fundus uteri ), Tablet besi 90 butir selama hamil, Tetanus. Dan
dianjurkan selama kehamilan ibu memeriksakan kesehatan secara teratur dan melakukan
ante-natal care.
Saat Persalinan
Saat persalinan mendapat perhatian mengingat beberapa kelainan tumbuh kembang
didapat karena trauma lahir (pertolongan terlambat, persalinan lama, bayi tidak segera
dirawat semestinya, dsb.
Pasca Persalinan
Perlu diperhatikan gizi anak, karena maanna memegang peranan penting dalam tumbuh
kembang pada anak. Pemberian ASI eksklusif hingga 6 bulan dan juga oemberian PASI.
Kesehatan anak juga merupakan hal yang harus diperhatikan oleh orang tua, yaitu dengan
membawa anak ke tempat pelayanan kesehatan terdekat untuk memonitoring
pertumbuhan anak dengan KMS. Selain memonitoring pertumbuhan anak, penting juga
melengkapi pemberian imunisasi. Memberikan perhatian dan kasih sayang merupakan
stimulasi yang penting bagi anak, misalnya bercakap-cakap dan bermain bersama anak.
Perumahan, sanitasi dan lingkungan keluarga juga mendukung perkembangan dan
pertumbuhan pada anak.
Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan umum, perlu
data / laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan
pada anak. Pemeriksaan skrining perkembangan penting dilakukan dan harus dilakukan dengan
menggunakan alat skrining perkembangan yang benar. Dengan mengetahui secara dini, maka
dapat dicari penyebab keterlambatannya dan segera dilakukan intervensi yang tepat.
Secara umum, orang tua sebaiknya mengenal tanda bahaya (red flags) perkembangan anak yang
sederhana seperti yang tercantum di bawah ini. Jika orang tua menemukan salah satu tanda
bahaya di bawah ini, sebaiknya jangan menunda dan segeralah memeriksakan buah hatinya ke
tenaga kesehatan terdekat.
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota tubuh bagian kiri
dan kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6
bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol
1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat
dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan
orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan
Anak dengan gangguan perkembangan umum tidak selalu mengalami retardasi mental di
kemudian hari. Pencegahan selalu lebih baik sebelum terlambat, namun jika sudah terjadi
mengacuhkan anak tidak menyelesaikan masalah. Dibutuhkan kesabaran dan kasih saying untuk
merawat dan menjaga anak dengan kelainan tumbuh kembang, namun peneliitian menunjukkan
bahwa anak berkelainan yang tumbuh di lingkungan asah, asih, asuh yang hangat akan
menunjukkan kemajuan luar biasa dan kemandirian.
9. Prognosis
Prognosis KPG pada anak-anak dipengaruhi oleh pemberian terapi dan penegakkan diagnosis
lebih dini (early identification and treatment). Dengan pemberian terapi yang tepat, sebagian
besar anak-anak memberikan respon yang baik terhadap perkembangannya. Walau beberapa
anak tetap menjalani terapi hingga dewasa. Hal tersebut karena kemampuan anak itu sendiri
dalam menanggapi terapinya. Beberapa anak yang mengalami kondisi yang progresif (faktor-
faktor yang dapat merusak sistem saraf seiring berjalannya waktu), akan menunjukkan
perkembangan yang tidak berubah dari sebelumnya atau mengalami kemunduran. Sehingga
terapi yang dilakukan yakni meningkatkan kemampuan dari anak tersebut untuk menjalani
kesehariannya.
10. Tahapan perkembangan motoric normal
Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan
yang terkoordinir antara susunan saraf, otot, otak, dan spinal cord. Perkembangan motorik
meliputi dua tahapan yaitu motorik kasar dan motorik halus.
• Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Contohnya
kemampuan duduk, menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
• Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian
anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,
kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting,
menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa berkembang
dengan optimal.
Berikut tahapan-tahapan perkembangannya:
Usia 1-2 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
•merangkak
• mengambil benda kecil dengan ibu jari atau
• berdiri dan berjalan beberapa langkah
telunjuk
•berjalan cepat
• membuka 2-3 halaman buku secara bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak jatuh
• menyusun menara dari balok
• merangkak di tangga
• memindahkan air dari gelas ke gelas lain
• berdiri di kursi tanpa pegangan
• belajar memakai kaus kaki sendiri
• menarik dan mendorong benda-benda
• menyalakan TV dan bermain remote
berat
• belajar mengupas pisang
• melempar bola
Usia 2-3 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1 tangan
• berjalan mundur dan jinjit • menggambar garis tak beraturan
• menendang bola • memegang pensil
• memanjat meja atau tempat tidur • belajar menggunting
• naik tangga dan lompat di anak tangga terakhir • mengancingkan baju
• berdiri dengan 1 kaki • memakai baju sendiri
Usia 3-4 tahun
Motorik Kasar Motorik Halus
• melompat dengan 1 kaki • menggambar manusia
• berjalan menyusuri papan • mencuci tangan sendiri
• menangkap bola besar • membentuk benda dari plastisin
• mengendarai sepeda • membuat garis lurus dan lingkaran cukup rapi
• berdiri dengan 1 kaki
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi
dibandingkan dengan masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai
meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –
ketrampilan motorik, anak – anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang
bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak – anak juga melibatkan diri
dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
Beberapa perkembangan motorik (kasar maupun halus) selama periode ini, antara lain :
a). Anak Usia 5 Tahun
- Mampu melompat dan menari
- Menggambarkan orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan
- Dapat menghitung jari – jarinya
- Mendengar dan mengulang hal – hal penting dan mampu bercerita
- Mempunyai minat terhadap kata-kata baru beserta artinya
- Memprotes bila dilarang apa yang menjadi keinginannya
- Mampu membedakan besar dan kecil