Anda di halaman 1dari 10

Seorang anak usia 2 tahun dibawa ke dokter karena berat badan menurun anak tidak mau

beraktivitas biasanya dab tampak lesu terus. Sudah diberi vitamin tapi tidak ada perubahan
1. Anamnesa
Keluhan pada pasien adalah berat badan menurun, tidak mau beraktivitas dan tampak
lesuh terus. Keluhan yang dapat menjadi keluhan utama dari keluarga untuk membawa
anaknya ke pusat kesehatan adalah penurunan berat badan.
Yang harus digali, penurunan berat badannya ini sejak kapan, apakah menurun terus atau
sempat naik, apakah ada gejala penyerta yang dapat juga menjadi penyebab turunnya
berat badan anak, seperti diare, demam, nyeri telan, nyeri kepala, tindakan apa yang
sudah dilakukan untuk mengatasi keluhan tersebut, penyakit penyerta, status gizi anak
sebelumnya, bagaimana pola makan, asuhan orang tua,sanitasi lingkungan. Yang penting
juga mengenai riwayat kelahiran, riwayat imunisasi riwayat tumbuh kembang, riwayat
budaya dan psikososial.
Umumnya penurunan berat badan pada anak diakibatkan oleh karena,asupan nutrisi yang
inadekuat, inadekuatnya asupan nutrisi dapat diakibatkan intake yang berkurang atau
output yang berlebih. Intake yang berkurang dapat diakibatkan karena, asupan nutrisi
yang kurang, gangguan pada pencernaan dan penyerapan, dan gangguan pada
metabolisme.
Untuk output dapat disebabkan, oleh karena anak dalam masa pertumbuhan, atau anak
menderita penyakit tertentu. Penyakit yang mendasari bervariasi, dapat merupakan suatu
kelainan kongenital, kelainan anatomis dari saluran cerna pasien, kelainan metabolic
pasien, gangguan hormone,dan infeksi.
Pada pasien, penurunan berat badan disertai dengan gejala anak tidak mau beraktivitas
dan tampak lesu terus.
Berdasarkan keluhan utama dan gejala lain, kecurigaan ke arah anemia. Dengan gejala
lemas dan tampak lesu.

2. Pemeriksaan fisik
Yang harus dilakukan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
- Kesan sakit
- Kesadaran
- Kesan status gizi
Tanda Vital
- Tekanan Darah
Pengukuran seperti pada dewasa, tetapi memakai manset khusus untuk anak, yang
ukurannya lebih kecil dari manset dewasa. Besar manset antara setengah sampai dua
per tiga lengan atas. Tekanan darah waktu lahir 60 – 90 mmHg sistolik, dan 20 – 60
mmHg diastolik. Setiap tahun biasanya naik 2 – 3 mmHg untuk keduaduanya dan
sesudah pubertas mencapai tekanan darah dewasa.
Nadi
- Perlu diperhatikan, frekuensi/laju nadai (N: 60-100 x/menit), irama, isi/kualitas nadi
dan ekualitas (perabaan nadi pada keempat ekstrimitas
Nafas
- Perlu diperhatikan laju nafas, irama, kedalaman dan pola pernafasan.
Suhu
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. Rectal
Anak tengkurap di pangkuan ibu, ditahan dengan tangan kiri, dua jari tangan kiri
memisahkan dinding anus kanan dengan kiri, dan termometer dimasukkan anus
dengan tangan kanan ibu.
2. Oral
Termometer diletakkan di bawah lidah anak. Biasanya dilakukan untuk anak > 6
tahun.
3. Aksiler
Termometer ditempelkan di ketiak dengan lengan atas lurus selama 3 menit.
Umumnya suhu yang diperoleh 0,5 ° lebih rendah dari suhu rektal.
c. Data Antropometrik
Berat Badan
Berat badan merupakan parameter yang paling sederhana dan merupakan indeks
untuk status nutrisi sesaat. Interpretasi :
BB/U dipetakan pada kurve berat badan
BB< sentil ke 10 : defisit
BB> sentil ke 90 : kelebihan 2. BB/U dibandingkan dengan acuan
standar, dinyatakan persentase :
> 120% : gizi lebih
80% – 120% : gizi baik
60% - 80% : tanpa edema, gizi kurang; dengan edema, gizi buruk
< 60% : gizi buruk, tanpa edema (marasmus), dengan edema
(kwasiorkhor).
Tinggi Badan Dinilai dengan :
TB/U pada kurva
< 5 sentil : deficit berat
Sentil 5-10 : perlu evaluasi untuk membedakan apakah perawakan
pendek akibat defisiensi nutrisi kronik atau konstitusional 2. TB/U
dibandingkan standar baku (%)
90% - 110% : baik/normal ∙ 70% - 89% : tinggi kurang
< 70% : tinggi sangat kurang 3. BB/TB
2.Kulit
Pada pemeriksaan kulit yang harus diperhatikan adalah : warna kulit, edema, tanda
perdarahan, luka parut (sikatrik), pelebaran pembuluh darah, hemangioma, nevus, bercak
‘café au kait’, pigmentasi, tonus, turgor, pertumbuhan rambut, pengelupasan kulit, dan stria.
3.Kelenjar Limfe
Kelenjar limfe yang perlu diraba adalah : submaksila, belakang telinga, leher, ketiak, bawah
lidah, dan sub oksipital. Apabila teraba tentukan lokasinya, ukurannya, mobil atau tidak.
4.Kepala
Pada pemeriksaan kepala perlu diperhatikan : besar, ukuran, lingkar kepala, asimetri,
sefalhematom, maulase, kraniotabes, sutura, ubun-ubun, pelebaran pembuluh darah, rambut,
tengkorak dan muka. Kepala diukur pada lingkaran yang paling besar, yaitu melalui dahi dan
daerah yang paling menonjol daripada oksipital posterior.
5.Muka
Pada pemeriksaan muka perhatikan : simetri tidaknya, paralisis, jarak antara hidung dan
mulut, jembatan hidung, mandibula, pembengkakan, tanda chovstek, dan nyeri pada sinus.
6.Mata
Pada pemeriksaan mata perhatikan : fotofobia, ketajaman melihat, nistagmus, ptosis,
eksoftalmus, endoftalmus, kelenjar lakrimalis, konjungtiva, kornea, pupil, katarak, dan
kelainan fundus. Strabismus ringan dapat ditemukan pada bayi normal di bawah 6 bulan.
7. Hidung
Untuk pemeriksaan hidung, perhatikan : bentuknya, gerakan cuping hidung, mukosa, sekresi,
perdarahan, keadaan septum, perkusi sinus.
8. Mulut
Pada pemeriksaan mulut, perhatikan :
Bibir : warna, fisura, simetri/tidak, gerakan.
Gigi : banyaknya, letak, motling, maloklusi, tumbuh lambat/tidak.
Selaput lendir mulut : warna, peradangan, pembengkakan.
Lidah : kering/tidak, kotor/tidak, tremor/tidak, warna, ukuran, gerakan,
tepi hiperemis/tidak.
Palatum : warna, terbelah/tidak, perforasi/tidak.
9. Tenggorok
Pemeriksaan tenggorok dilakukan dengan menggunakan alat skalpel, anak disuruh
mengeluarkan lidah dan mengatakan ‘ah’ yang keras, selanjutnya spaltel diletakkan pada
lidah sedikit ditekan kebawah. Perhatikan : uvula, epiglotis, tonsil besarnya, warna,
paradangan, eksudat, kripte)
10. Telinga
Pada pemeriksaan telinga, perhatikan : letak telinga, warna dan bau sekresi telinga,
nyeri/tidak (tragus,antitragus), liang telinga, membrana timpani. Pemeriksaan menggunakan
heat lamp dan spekulum telinga.
11. Leher
Pada leher perhatikanlah : panjang/pendeknya, kelenjar leher, letak trakhea, pembesaran
kelenjar tiroid, pelebaran vena, pulsasi karotis, dan gerakan leher.
12. Thorax
Untuk pemeriksaan thorax seperti halnya pada dewasa, meliputi urutan :
a. Inspeksi
Pada anak < 2 tahun : lingkar dada ≤ lingkar kepala
Pada anak > 2 tahun : lingkar dada ≥ lingkar kepala.
Perhatikan a. Bentuk thorax : funnel chest, pigeon chest, barell chest, dll
b. Pengembangan dada kanan dan kiri : simetri/tidak, ada retraksi.tidak
c. Pernafasan : cheyne stokes, kusmaul, biot d. Ictus cordis
Palpasi Perhatikan :
Pengembangan dada : simetri/tidak
Fremitus raba : dada kanan sama dengan kiri/tidak
Sela iga : retraksi/tidak
Perabaan iktus cordis
Perkusi
Dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan satu jari/tanpa bantalan jari lain, atau
secara tidak langsung dengan menggunakan 2 jari/bantalan jari lain. Jangan mengetok terlalu
keras karena dinding thorax anak lebih tipis dan ototnya lebih kecil.
Tentukan :
Batas paru-jantung
Batas paru-hati : iga VI depan
Batas diafragma : iga VIII – X belakang. Bedakan antara suara sonor dan redup.
Auskultasi
Tentukan suara dasar dan suara tambahan : Suara dasar : vesikuler, bronkhial, amforik, cog-
wheel breath sound, metamorphosing breath sound. Suara tambahan : ronki, krepitasi, friksi
pleura, wheezing Suara jantung normal, bising, gallop.
13. Abdomen
Seperti halnya pada dewasa pemeriksaan abdomen secara berurutan meliputi ;
Inspeksi Perhatikan dengan cara pengamatan tanpa menyentuh :
Bentuk : cekung/cembung
Pernafasan : pernafasan abdominal normal pada bayi dan anak kecil
Umbilikus : hernia/tidak
Gambaran vena : spider navy
Gambaran peristaltik
Auskultasi
Perhatikan suara peristaltik, normal akan terdengar tiap 10 – 30 detik.
Perkusi
Normal akan terdengar suara timpani. Dilakukan untuk menentukan udara dalam usus, atau
adanya cairan bebas/ascites.
Palpasi
Palpasi dilakukan dengan cara : anak disuruh bernafas dalam, kaki dibengkokkan di sendi
lutut, palpasi dilakukan dari kiri bawah ke atas, kemudian dari kanan atas ke bawah. Apabila
ditemukan bagian yang nyeri, dipalpasi paling akhir. Perhatikan : adanya nyeri tekan , dan
tentukan lokasinya. Nilai perabaan terhadap hati, limpa, dan ginjal.
HATI
Palpasi dapat dapat dilakukan secara mono/bimanual Ukur besar hati dengan cara :
Titik persilangan linea medioclavicularis kanan dan arcus aorta dihubungkan dengan
umbilikus.
Proc. Xifoideus disambung dengan umbilicus.
Normal : 1/3 – 1/3 sampai usia 5 – 6 tahun. Perhatikan juga : konsistensi, permukaan, tepi,
pulsasi, nyeri tekan.
LIMPA
Ukur besar limpa (schuffner) dengan cara :
Tarik garis singgung ‘a’ dengan bagian arcus aorta kiri. Dari umbilikus tarik garis ‘b’ tegak
lurus ‘a’ bagi dalam 4 bagian. Garis ‘b’ diteruskan ke bawah sampai lipat paha, bagi menjadi
4 bagian juga. Sehingga akan didapat S1 – S8.
GINJAL
Cara palpasi ada 2 :
Jari telunjuk diletakkan pada angulus kostovertebralis dan menekan keras ke atas, akan
teraba ujung bawah ginjal kanan. Tangan kanan mengangkat abdomen anak yang telentang.
Jari-jari tangan kiri diletakkan di bagian belakang sedemikian hingga jari telunjuk di angulus
kostovertebralis kemudian tangan kanan dilepaskan. Waktu abdomen jatuh ke tempat tidur,
ginjal teraba oleh jari-jari tangan kiri. 14. Ekstremitas
Perhatikan : kelainan bawaan, panjang dan bentuknya, clubbing finger, dan pembengkakan
tulang. Persendian
Periksa : suhu, nyeri tekan, pembengkakan, cairan, kemerahan, dan gerakan.
Otot
Perhatikan : spasme, paralisis, nyeri, dan tonus.
15. Alat Kelamin
Perhatikan : Untuk anak perempuan :
Ada sekret dari uretra dan vagina/tidak.
Labia mayor : perlengketan / tidak
Himen : atresia / tidak
Klitoris : membesar / tidak.
Untuk anak laki-laki :
Orifisium uretra : hipospadi = di ventral / bawah penis Epsipadia = di dorsal / atas penis.
Penis : membesar / tidak
Skrotum : membesar / tidak, ada hernia / tidak.
Testis : normal sampai puber sebesar kelereng.
Reflek kremaster : gores paha bagian dalam testis akan naik dalam skrotum
16. Anus dan Rektum
Anus diperiksa rutin sedangkan rektum tidak. Untuk anus, perhatikan :
Daerah pantat adanya tumor, meningokel, dimple, atau abces perianal.
Fisura ani
Prolapsus ani
Pemeriksaan rektal : anak telentang, kaki dibengkokkan, periksa dengan jari kelingking
masuk ke dalam rektum. Perhatikan :
Atresia ani
Tonus sfingter ani
Fistula rektovaginal
Ada penyempitan / tidak
Pemeriksaan fisik pada anemia defisiensi besi (ADB) dilakukan untuk mencari tanda klinis
ADB, gejala penyerta, serta komplikasinya. Tanda-tanda yang dapat ditemukan antara lain:
▪ Rambut: alopesia

▪ Mata: Konjungtiva anemis


▪ Mulut: mukosa pucat, kelitis angularis, atrofi papil lidah, glositis
▪ Kulit: rinofima, eritema, telangiectasia, papul, pustul, dermatitis seboroik
▪ JVP: meningkat (pada komplikasi gagal jantung)
▪ Disfagia
▪ Esophageal web
▪ Toraks : Murmur (bila terjadi komplikasi gagal jantung)
▪ Abdomen : Splenomegali
▪ Ekstremitas : Koilonikia, pucat

3. Pemeriksaan penunjang dan indikasi serta interpretasinya


Diagnosis anemia ditegakkan dengan melakukan pengukuran kadar Hb dalam darah.
Berdasarkan WHO, anemia didefinisikan sebagai:2
▪ Laki-laki > 15 tahun : Hb < 13.0 g/dL

▪ Wanita tidak hamil > 15 tahun : Hb < 12.0 g/dL


▪ Wanita hamil : Hb < 11.0 g/dL
▪ Anak 12 – 14 tahun : Hb < 12.0 g/dL
▪ Anak 5 – 11 tahun : Hb < 11.5 g/dL
▪ Anak 6 – 59 bulan : Hb < 11 g/dL
Menentukan Tipe Anemia
Anemia dibedakan berdasarkan ukuran sel darah merah menjadi: (1) anemia mikrositik, (2)
anemia normositik, dan (3) anemia makrositik. Hal ini dapat dibedakan dengan melakukan
pemeriksaan ukuran sel darah merah pada hitung eritrosit/RBC indices ataupun melakukan tes
morfologi sel darah merah dengan apusan darah tepi. ADB termasuk dalam jenis anemia
mikrositik. Bila ditemukan hasil pemeriksaan makrositik, pikirkan kemungkinan diagnosis
anemia lainya.
Menentukan Penyebab Anemia
Bila ditemukan anemia mikrositik, kecurigaan terhadap ADB meningkat. Akan terapi, anemia
mikrositik juga bisa disebabkan karena penyebab lain, sehingga perlu untuk dibedakan.
Pemeriksaan seperti studi besi darah/iron studies, aspirasi sumsum tulang, dsb. Diagnosis ADB
dapat ditegakkan apabila ditemukan:
▪ Serum ferritin rendah

▪ Serum transferrin/TIBC meningkat


▪ Serum besi/serum iron rendah
Hitung Eritrosit / RBC Indices
Pada pemeriksaan ini, dilakukan pengukuran terhadap mean corpuscular volume, mean
corpuscular hemoglobin, dan mean corpuscular hemoglobin concentration.
▪ Mean Corpuscular Volume (MCV) : Dilakukan untuk mengukur volume/ukuran sel darah. Nilai
normal MCV adalah 80-100 fL (normositik). Nilai MCV < 80 fL menunjukkan adanya sel darah
mikrositik, sedangnkan MCV > 100 fL menunjukkan sel darah makrositik. Pada ADB, sel darah
akan ditemukan mikrositik dan terkadang normositik.
▪ Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) : Dilakukan untuk menilai jumlah hemoglobin per sel
darah.
▪ Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) : Dilakukan untuk menghintung
konsentrasi hemoglobin. Pada ADB dapat ditemukan konsentrasi menurun atau hipokromik.
Studi Besi Darah
Kadar besi dalam darah yang dinilai adalah :

▪ Serum besi/serum iron (SI) : Kadar besi dalam darah umumnya ditemukan rendah pada ADB,
namun hal ini sering kali kurang spesifik dan kurang baik digunakan untuk mendiagnosis ADB,
karena juga bisa muncul pada jenis anemia lain. Pemeriksaan yang lebih spesifik adalah ferritin.
Kadar besi normal adalah 60 – 150 µg/dL. Pada ADB dapat ditemukan < 60 µg/dL dan < 40
µg/dL pada ADB berat.
▪ Serum Ferritin : Nilai normal ferritin adalah 40 – 200 µg/dL. Kadar ferritin akan menurun
terlebih dahulu pada defisiensi besi (<40 µg/dL) meskipun tanpa adanya anemia. Pada ADB
kadar ferritin umumnya < 20 µg/dL.
▪ TIBC : Kadar normal TIBC adalah 300 – 360 µg/dL. Pada ADB, TIBC umumnya ditemukan
meningkat sekitar 350 – 400 µg/dL dan > 410 µg/dL pada ADB berat.Perlu diperhatikan bahwa
penggunaan kontrasepsi oral dan kehamilan dapat menurunkan kadar TIBC, sehingga pada
pasien-pasien tersebut TIBC dapat ditemukan lebih rendah.
Sediaan Apusan Darah Tepi (SADT)
Pemeriksaan SADT dapat membantu penegakkan diagnosis ADB dan membantu menyingkirkan
kemungkinan diagnosis lain, seperti talasemia, anemia penyakit kronis, dan sferositosis.
Hasil SADT yang dapat ditemukan pada ADB adalah: sel mikrositik hipokromik dan sel pensil.
Sel makrosit dapat muncul pada kasus ADB campuran dengan anemia defisiensi folat. Pada 40%
kasus, ADB dapat menunjukkan sel normositik.
Lainnya
Pemeriksaan lain dapat dilakukan untuk mencari sumber perdarahan, seperti:
▪ Urinalisis : Dilakukan untuk menilai adanya perdarahan ginjal dan saluran kemih. Dapat
ditemukan hematuria baik mikro ataupun makro dan juga hemoglobinuria (perdarahan tanpa
ditemukan eritrosit).
▪ Tes feces darah okult (fecal occult blood test/FOBT) : Dilakukan untuk menilai adanya darah
samar pada feses. Umum ditemukan positif bila terdapat perdarahan gastrointestinal bagian atas.
▪ Aspirasi sumsum tulang/bone marrow aspiration (BMA) : Dapat dilakukan untuk
menyingkirkan kemungkinan diagnosis banding seperti anemia sideroblastik, dll. Pemeriksaan
BMA juga bisa menjadi pemeriksaan diagnostik untuk ADB. Ditemukannya spikula pada
pewarnaan Perls dapat menegakkan diagnosis ADB.
▪ Hitung Retikulosit : Retikulosit tinggi menunjukkan peningkatan respon eritropoietik karena
perdarahan atau hemolysis. Retikulosit rendah menunjukkan kurangnya reproduksi eritrosit
karena supresi sumsum tulang. [4,6]
▪ Endoskopi : Endoskopi dilakukan untuk mengidentifikasi adanya perdarahan pada saluran
gastrointestinal bawah dan atas.
Pemeriksaan Laboratorium Ascariasis
▪ Analisis mikroskopik feses basah langsung: telur A. Lumbricoides. Penghitungan telur per gram
feses dengan teknik kato-katz dipakai sebagai pedoman untuk menentukan berta ringannya
infeksi.
▪ Pemeriksaan cacing yang keluar melalui anus, mulut, atau hidung.
▪ Analisis sputum: larva atau kristal Charcot-Leyden (penumpukan protein eosinofilik yang
membentuk kristaloid)
▪ Pemeriksaan darah lengkap: eosinofilia

▪ Analisis konten gastrik: larva dan telur


▪ Pemeriksaan serologi: antibodi askaris-spesifik
▪ Imunoglobulin: peningkatan IgE dan IgG (kronis
Sumber
1.World Health Organization. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment of severity. Vitam Miner Nutr Inf Syst. 2011:1-6

2. Harper JL. Iron deficiency anemia. Medscape. 2016. Diunduh dari:


http://emedicine.medscape.com/article/202333-overview. Diakses tanggal 13 oktober 2017

3. Short M, Domagalski J. Iron deficiency anemia: evaluation and management. Am Fam


Physician. 2013;87:98–104

4. Schrier SL. Causes and diagnosis of iron deficiency and iron deficiency anemia in adults.
UpToDate. 2016. Diunduh dari: https://www.uptodate.com/contents/causes-and-diagnosis-of-
iron-deficiency-and-iron-deficiency-anemia-in-adults. Diakses tanggal 13 oktober 2017

5. Centers for Disease Control and Prevention. cdc.gov. [Online].; 2013. Available from:
https://www.cdc.gov/parasites/ascariasis/prevent.html

Anda mungkin juga menyukai