Anda di halaman 1dari 16

Penanganan Bayi Baru Lahir dengan Usia Cukup Bulan

Ruth Vinssagita Sambo

102017090

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta barat 11510
E-mail: ruth.2017fk090@civitas.ukrida.ac.id

Abstract

The main problem of newborns in the perinatal period can cause death, pain and disability. This is a
result of poor maternal health conditions, inadequate care during pregnancy, improper and unclean
delivery during labor, and inadequate neonatal care. A newborn (neonate) is said to be normal if the
gestational age is late (37-42 weeks) with birth weight 2500-4000 grams. In this case it is important
to take a history of the mother of the baby from the time of pregnancy to delivery. To determine
gestational age can be done using the Lubchenco curve. What needs to be considered or examined
when the baby is born includes APGAR score, maturity index using New Ballard Scoring, and other
physical examinations such as anthropometry and so on.

Keywords: Pregnancy, newborn/neonate.

Abstrak
Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian, kesakitan
dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan
selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan
tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bayi baru lahir (neonatus)
dikatakan normal bila usia kehamilannya yang aterm (37-42 minggu) dengan berat badan
lahir 2500-4000 gram. Dalam hal ini penting dilakukan anamnesis terhadap ibu dari bayi
tersebut mulai dari masa kehamilan sampai melahirkan. Untuk menentukan usia kehamilan
bisa dilakukan dengan menggunakan kurva Lubchenco. Yang perlu diperhatikan atau
diperiksa saat bayi lahir antara lain APGAR score, maturity indeks menggunakan New
Ballard Scoring, serta pemeriksaan fisik lainnya seperti antropometri dan sebagainya.
Kata kunci: Kehamilan, bayi baru lahir/neonatus.

Pendahuluan

Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian,
kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek,
perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak
tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat
melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil. Kematian
neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan

1
kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan
persalinan sesuai standar, harus disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upaya-
upaya untuk menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir.

Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan


dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir. Untuk mengukur keberhasilan
penerapan intervensi y.ang efektif dan efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan
pelayanan yang mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir.
Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa
neonatal.1,3

Maka dari itu, dalam makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami serta mengerti
mengenai neonates cukup bulan sesuai masa kehamilan (NCB-SMK).

Anamnesis

Anamnesis merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam menunjang diagnosis
dari pasien, terutama dalam hal ini neonates cukup bulan sesuai dengan masa kehamilan.
Anamnesis bisa dilakukan dengan dua cara yaitu autoanamnesis atau alloanamnesis. Adapun
hal-hal yang perlu ditanya dalam anamnesis tersebut:1 Tanyakan pada ibu dan atau keluarga
tentang masalah kesehatan pada ibu :

1. Keluhan tentang bayinya


2. Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD > 18
jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat).
3. Cara, waktu, tempat bersalin, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis /tidak) dan
tindakan yang diberikan pada bayi jika ada.
4. Warna air ketuban
5. Riwayat bayi buang air kecil dan besar
6. Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap

Pemeriksaan Fisik
Berikut ini adalah pemeriksaan yang merupakan pemeriksaan rutin pada bayi baru lahir,
antara lain:2,3

2
- Antropometri: berat badan (N 2500-4000gram), lingkar kepala (N 31-36cm), lingkar
dada (N 30-33cm), lingkar perut, panjang badan (N 44-53cm).

- Mata: periksa dengan oftalmoskop untuk melihat refleks merah dan bagian luar mata
seperti kornea, sklera, dan konjungtiva, iris, bilik mata depan, dan pupil.
- Plethora atau pucat: jika dicurigai, periksa hematokrit.
- Telinga: liat letak meatus akustikus eksternus dengan senter untuk melihat patensinya.
- Tangan: periksa jari tambahan, garis tangan palmar.
- Mulut : bibir harus berwarna merah muda dan berbentuk melengkung, merasakan
bagian dalam mulut anak dengan satu jari, mulut anak harus lembab dan hangat, serta
meraba atap mulut untuk memeriksa palatum mole dan palatum durum, melihat warna
membran mukosa yaitu merah muda.
- Leher: leher harus diangkat untuk melihat dan mempalpasi daerah bawah dagu guna
memeriksa adanya jala-jala serta menyingkirkan diagnosis tortikolis. Raba kelenjar
dan nodus limfe di sekitar dan di dalam lipatan kulit untuk menentukan ada tidaknya
kelainan. Raba denyut arteri karotis, pastikan tidak teraba getaran bising. Tulang bayi
baru lahir terasa lunak, sebagian besar tersusun atas kartilago dan hanya sedikit
mengandung kalsium. Otot bayi baru lahir harus terasa kuat, bentuknya mulus, tidak
bengkak atau mengecil.
- Ekstremitas atas: raba klavikula untuk menyingkirkan dugaan fraktur, ekstremitas atas
dimulai dari sendi bahu; humerus dan sendi siku; radius dan ulna; gerakan sendi putar
di pergelangan tangan dengan lembut ke belakang dan ke depan. Periksa adanya
akrosianosis. Jari biasanya fleksi menjadi kepalan dengan ibu jari berada di bawah
jari-jari tersebut. Inspeksi dan palpasi daerah bawah lengan (aksila) untuk memeriksa
ada tidaknya pembesaran kelenjar atau massa.
- Hidung: hidung harus terletak di tengah dan paten (tidak tersumbat).
- Ikterus: jika terjadi dalam 24 jam pertama, perlu pemeriksaan lebih lanjut.
- Jantung: auskultasi. Denyut jantung normal 110-160 kali/menit namun dapat menurun
sampai 80 kali/menit selama tidur. Murmur jantung.
- Punggung & Tulang belakang: periksa dari atas sampai bawah. Kerutan sakral di
bawah garis celah natal – umum dijumpai dan jinak. Jika terletak proksimal dari celah
natal maka memerlukan ultrasonografi untuk mengidentifikasi jika terdapat jalur ke
medula spinalis, walaupun jarang. Periksa punggung untuk pertumbuhan rambut,
pembengkakan, nervus, atau lesi lain di atas tulang belakang yang dapat menunjukkan

3
kelainan vertebra atau medula spinalis, misalnya spina bifida okulta atau penyatuan
medula. Jika ditemukan maka rencanakan ultrasonografi, dan MRI mungkin
diperlukan.
- Nadi femoralis: menurun pada koarktasio aorta. Jika dicurigai maka periksalah
dengan mengukur tekanan darah di keempat ekstremitas. Perbedaan > 15 mmHg
dianggap signifikan. Menguat pada duktus arteriosus paten.
- Tonus otot: amati pergerakan keempat ekstremitas. Rasakan ketika menggendong
(jaga kepala ketika mengangkat bayi). Pada posisi telungkup, bayi aterm (cukup
bulan) akan mengangkat kepalanya ke posisi horizontal.
- Tampilan umum, postur, pergerakan: apakah normal ?
- Fontanel: ukuran normal diameter fontanel anterior bervariasi antara 1,5 dan 5 cm.
Ubun-ubun besar berbentuk berlian dan seharusnya tidak cekung atau cembung.
Penutupan fonticulus terjadi sekitar 12-18 bulan. Palpasi hingga melewati suturan
koronalis, kemudian susuri sutura sagitalis dari depan ke belakang menuju fontanel
posterior. Ubun-ubun kecil sukar diraba karena ukurannya hanya sekitar 0,5 cm.
Periksa ada tidaknya rambut serta rasakan teksturnya, rambut seharusnya lembut.
- Wajah: setiap gambaran dismorfik misalnya trisomi 21 (sindrom down).
- Langit-langit/palatum: inspeksi dan palpasi untuk mengidentifikasi celah langit-langit.
- Sianosis Lidah: jika ragu periksa saturasi oksigen dengan oksimeter nadi.
- Pernapasan dan pergerakan dinding dada: amati adanya gawat napas. Peningkatan laju
pernapasan, napas cuping hidung, grunting (napas berbunyi), retraksi dada (sternal
dan interkostal).
- Abdomen: hati normal 1-2 cm di bawah tepi kosta, ujung limpa dan ginjal kiri
mungkin dapat teraba. Setiap masa – periksa lebih lanjut dengan ultrasonografi.
- Kulit : warna kulit, perfusi, tekstur, tonus dan turgor kulit dan kemunculan tanda lahir
- Panggul: periksa displasia perkembangan panggul.
- Punggung: telungkupkan bayi untuk melihat dan meraba tonus. Lihat pergerakan
kepala dan pastikan bahwa garis rambut sesuai, harus ada dua bahu yang simetris
disertai tulang belakang yang lurus, tidak tampak kelengkungan yang berlebihan,
tidak ada sumbing atau rambut. Perlahan, rabalah keseluruhan tulang belakang untuk
memastikan tidak ada kelengkungan yang abnormal, tidak ada sumbing, lesung atau
sinus. Dengarkan sistem pernapasan ketika bayi telentang.
- Genitalia: periksa testis di dalam skrotum dan penis normal pada bayi laki-laki serta
anatomi normal pada bayi perempuan.
4
- Anus: anus harus berada di garis tengah. Pastikan keluarnya mekonium untuk
menyingkirkan dugaan diagnosis anomali anorektal. Pemeriksaan dengan jari tidak
boleh dilakukan secara rutin pada bayi baru lahir.
- Kaki: pastikan terdapat dua tungkai yang bergerak bebas. Pada tiap tungkai, rasakan
femur, lutut, dan sendi engsel; ekstremitas bawah dan tibia serta fibula ke bawah
hingga mencapai sendi pergelangan kaki dan kaki. Periksa kelima jari kaki apakah
bantalan kuku utuh. Pastikan sendi pergelangan kaki dan kaki dalam keadaan lemas.
Akan terlihat lipatan plantar pada tiap kaki. Refleks babinski dapat dicetuskan dengan
menggerakan jari di sepanjang sisi luar kaki, yang membuat jari kaki meregang ke
luar. Inspeksi dan rasakan integritas kulit.
- Refleks: uji refleks bertujuan memastikan bahwa perkembangan neurologi berjalan
normal atau guna mengidentifikasi setiap masalah. Refleks moro biasanya diperiksa
terakhir. Refleks ini dicetuskan dengan mengangkat bayi ke depan hingga dagunya
menempel di dada. Dengan satu tangan menopang kepala bayi, biarkan kepala bayi
jatuh ke belakang di atas tangan kedua. Ketika bayi jatuh ke belakang, reaksi yang
normalnya mereka buat adalah melambai-lambaikan lengan ke arah luar lalu
membawanya ke depan menuju garis tengah. Selain menilai tonus bayi dan
kemampuannya menyokong kepala, refleks menggenggam dapat dinilai pula dari
pemeriksaan ini.3

Tabel 2. Pemeriksaan fisik pada Neonatus.2

5
 APGAR Score
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah kelahiran. Pengukuran
pada menit pertama digunakan untuk menilai bagaimana ketahanan bayi melewati proses
persalinan. Pengukuran pada menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi dapat
bertahan setelah keluar dari rahim ibu. Pengukuran nilai APGAR dilakukan untuk menilai
apakah bayi membutuhkan bantuan nafas atau mengalami kelainan jantung.

Apabila nilai APGAR kurang dari 7 maka penilaian tambahan masih diperlukan
yaitu 5 menit sampai 20 menit atau sampai dua kali penilaian menunjukan nilai 8 atau
lebih.4,5

Skor Apgar merupakan pemeriksaan awal yang penting untuk bayi segera setelah
kelahirannya. Pemeriksaan ini terdiri atas lima komponen untuk menggolongkan
pemulihan status neurologi neonatus dari proses kelahirannya dan kemampuan
adaptasinya yang segera terhadap kehidupan ekstrauteri (Lihat Tabel 1 dan 2).
A= Appearance (warna kulit)
P= Pulse (frekuensi jantung)
G= Grimace (refleks iritabilitas)
A= Activity (tonus otot)
R= Respiratory (usaha bernapas)

Tabel 2. Sistem penentuan skor APGAR yamg diterapkan pada 1 menit dan 5 menit
setelah lahir.4

Tabel 3. Derajat vitalista bayi lahir mneurut nilai APGAR.4

6
 Ballard score
Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian fisik
eksternal dan neurologis berdasarkan skor-skor yang ada (Lihat Gambar 1 dan 2). Jumlah
skor fisik dan neurologis dipadukan, kemudian dengan menggunakan grafik regresi tinier
dicari masa gestasinya: 4,5
 Maturitas neuromuskuler
Setiap kriteria itu terdiri dari angka 0 sampai 5, tapi new ballard score,terdapat score
-1,yang memungkinkan jarak -10 sampai 50,rumus ini hanya bisa dipakai saat kehamilan
di atas 20 minggu .
Terdapat rumus langsung dari ballard score sendiri [ 2 X score+120) /5 ]
Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan menggabungkan hasil penilaian fisik
eksternal dan neurologis berdasarkan skor-skor yang ada

Gambar 1. Ballard score,maturitas neuromuskuler4

7
Gambar 2. Ballard score,maturitas fisik.4

 Grafik Lub Chenco

Untuk klasifikasi menurut berat badan lahir, bisa ditentukan dengan kurva Lubchenco
(Lihat Gambar 3). Kurva Lubchenco adalah penyesuaian antara umur kehamilan dengan barat
badan bayi baru lahir, disebutkan dalam batas normal apabila berada dalam percentile 10
sampai persentil 90. Berdasarkan kurva tersebut, maka berat badan menurut usia kehamilan
dapat digolongkan sebagai berikut:6

a. Neonatus Cukup Bulan sesuai untuk Masa Kehamilan (NCB-SMK)


b. Neonatus Cukup Bulan kecil untuk Masa Kehamilan (NCB-KMK)
c. Neonatus Cukup Bulan besar untuk Masa Kehamilan (NCB-BMK)
d. Neonatus Kurang Bulan sesuai untuk Masa Kehamilan (NKB-SMK)
e. Neonatus Kurang Bulan kecil untuk Masa Kehamilan (NKB-KMK)
f. Neonatus Kurang Bulan besar untuk Masa Kehamilan (NKB-BMK)
g. Neonatus Lebih Bulan sesuai untuk Masa Kehamilan (NLB-SMK)
h. Neonatus Lebih Bulan kecil untuk Masa Kehamilan (NLB-KMK)
i. Neonatus Lebih Bulan besar untuk Masa Kehamilan (NLB-BMK)

8
Gambar 3. Kurva Lubchenco7

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk menyingkirkan differential diagnosis yang


ada:8
- Darah lengkap, terutama yang diperiksa leukosit, untuk mengetahui apakah anak
terkena infeksi atau tidak (karena ketuban ibu berwarna keruh).
- Amnioskopi
Pada kehamilan lanjut dapat dilakukan amnioskopi untuk dapat melihat kutub bawah
janin. Selain itu dapat dilihat pula cairan amnion. Bila cairan amnion mengandung
mekonium pada bayi dengan letak kepala, hal ini merupakan suatu tanda gawat janin
dan bayi harus segera diselamatkan.
- Elektrokardiografi janin
Hasil pemeriksaan EKG janin sangat dipengaruhi interferensi dari pihak ibu.
- Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat dinilai pertumbuhan dan kelainan morfologik serta
fungsional bayi. Pemeriksaan laboratoris ini mahal dan tidak selamanya hasil
pemeriksaan tersebut memberi informasi yang diharapkan. Kombinasi pemeriksan
klinis dan laboratoris dapat membantu dalam penilaian keadaan yang sebenarnya.

Perawatan Bayi Baru Lahir (Newborn Care)

9
Asuhan segera bayi baru lahir sangatlah penting dilakukan karena sebagian besar bayi
baru lahir akan menunjukkan usaha dalam pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau
gangguan. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:3,8,9

- Membersihkan jalan nafas


- Sambil menilai pernafasan secara cepat, bayi diletakkan di atas perut ibu dengan
handuk.

- Bersihkan darah/lendir dari wajah bayi dengan kain bersih dan kering/ kasa.


- Periksa ulang pernafasan.
- Bayi akan segera menangis dalam waktu 30 detik pertama setelah lahir.
Jika tidak mengangis, lakukan:
- Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
- Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi ekstensi.
- Bersihkan hidung, rongga mulut, dan tenggorokan bayi dengan jari tangan
yang dibungkus kassa steril.
- Tepuk telapak kaki bayi sebanyak 2-3x atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan
kasar.
- Gunakan alat penghisap lendir mulut (De Lee)/ alat lain yang steril, sediakan juga
tabung oksigen dan selangnya.
- Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung.
- Memantau mencatat usaha nafas yang pertama.
- Warna kulit, adanya cairan / mekonium dalam hidung / mulut harus diperhatikan.
 Perawatan tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dalam keadaan stabil, ikat atau jepit tali pusat
dengan cara;
- Celupkan tangan yang masih meggunakan sarung tangan ke dalam klorin 0,5%
untuk membersihkan darah & sekresi tubuh lainnya.
- Bilas tangan dengan air matang /DTT.
- Keringkan tangan (bersarung tangan).
- Letakkan bayi yang terbungkus diatas permukaan yang bersih dan hangat.
- Ikat ujung tali pusat sekitar 5 cm dari pusat dengan menggunakan benang DTT.
Lakukan simpul kunci/ jepitkan.

10
- Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
dan lakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian TP pada sisi yang
berlawanan.
- Lepaskan klem penjepit dan letakkan di dalam larutan klorin 0,5%.
- Selimuti bayi dengan kain bersih & kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup.
 Mempertahankan suhu tubuh
- Keringkan bayi secara seksama.
- Selimuti bayi dengan selimut/kain bersih, kering dan hangat.
- Tutup bagian kepala bayi.
- Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusukan bayinya.
- Lakukan penimbangan setelah bayi mengenakan pakaian.
- Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat.
 Pencegahan infeksi
- Memberikan obat tetes mata/salep
- Diberikan 1 jam pertama bayi lahir yaitu : eritromysin 0,5%/tetrasiklin 1%.
- Yang biasa dipakai adalah larutan perak nitrat/ neosporin dan langsung diteteskan
pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
Bayi baru lahir sangat rentan terjadi infeksi, sehingga perlu diperhatikan hal-hal
dalam perawatannya. 

- Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan bayi.


- Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
- Pastikan semua peralatan (gunting, benang tali pusat) telah di DTT, jika
menggunakan bola karet penghisap, pastikan dalam keadaan bersih.
- Pastikan semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi dalam
keadaan bersih.
- Pastikan timbangan, pipa pengukur, termometer, stetoskop dan benda-benda lainnya
yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi setelah
digunakan).
 Identifikasi bayi baru lahir
- Alat pengenal untuk memudahkan identifikasi bayi perlu di pasang segera pasca
persalinan. Alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada bayi setiap bayi baru
lahir dan harus tetap ditempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.

11
- Peralatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia di tempat penerimaan
pasien, di kamar bersalin dan di ruang gawat bayi.
- Alat yang digunakan hendaknya kebal air, dengan tepi yan halus tidak mudah
melukasi, tidak mudah sobek dan tidak mudah lepas.
- Pada alat atau gelang identifikasi harus tercantum nama (bayi, nyonya), tanggal lahir,
nomor bayi, jenis kelamin, unit, nama lengkap ibu. Dan pada tempat tidurnya harus
diberi tanda dengan mencantumkan nama, tanggal lahir, dan nomor identifikasinya.
 Asuhan bayi 1-24 jam setelah lahir
Tujuannya yaitu untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah BBL yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta
tindak lanjut petugas kesehatan. Pemantauan 2 jam pertama meliputi: kemampuan
menghisap (kuat atau lemah), bayi tampak aktif atau tidak, bayi kemerahan atau biru.

Waktu pemeriksaan BBL


:• Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
• Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
• Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
• Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)

Perubahan Fisiologi Normal pada Neonatus


Pada neonatus yang baru lahir akan mengalami beberapa perubahan fisiologis,
dimana neonatus harus menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan
ekstrauterin. Tiga faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi ini yaitu maturasi, adaptasi
dan toleransi. Maturasi mempersiapkan fetus untuk transisi dari kehidupan intrauterin ke
kehidupan Ekstrauterin dan ini berhubungan lebih erat dengan masa gestasi dibandingkan
dengan berat badan lahir. Adaptasi diperlukan oleh neonatus untuk dapat tetap hidup dalam
lingkungan baru yang dibandingkan dengan lingkungan selama menjadi fetus, kurang
menyenangkan. Toleransi dimiliki oieh neonatus. Hipoksia, kadar gula darah yang rendah,
perubahan pH darah yang drastis bagi orang dewasa mungkin sudah fatal, tetapi bagi
neonatus belum berakibat buruk. Toleransi dan adaptasi berbanding terbalik bila
dibandingkan dengan maturasi. Makin matur neonatus, makin baik adaptasinya tetapi makin
kurang toleransinya. Perubahan-perubahannya antara lain:4,11

 Respirasi

12
Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta.
Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru bayi. Sebelum terjadi pernafasan,
neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada
kelanjutan metabolisme anaerobik. Rangsangan untuk gerakan pernafasan pertama ialah (1)
tekanan mekanis dari toraks sewaktu melalui jalan lahir, (2) penurunan paO2 dan kenaikan
paC02 merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus, (3) rangsangan dingin di
daerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan, (4) refleks deflasi Hering
Breur. Selama ekspirasi, setelah inspirasi dengan tekanan positif, terlihat suatu inspiratory
gasp. Respirasi pada masa neonatus terutama di- afrakmatik dan abdominal dan biasanya
masih tidak teratur dalam hal frekuensi dan dalamnya pernafasan. Setelah paru berfungsi,
pertukaran gas dalam paru sama dengan pada orang dewasa, tetapi oleh karena bronkiolus
relatif kecil, mudah terjadi 'air trapping'.

 Jantung dan sirkulasi darah

Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena umbilikalis sebagian ke hati, sebagian
langsung ke serambi kiri jantung kemudian ke bilik kiri Jajantung. Dari bilik kiri darah
dipompa melalui aorta ke seluruh tubuh. Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru
dan sebagian melalui ductus arteriosus ke aorta. Setelah bayi lahir, paru akan berkembang
mengakibatkan tekanan arteri dalam paru menurun.1 Tekanan dalam jantung kanan turun,
sehingga tekanan jantung kiri lebih besar dari pada tekanan jantung kanan, yang
mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara fungsionil. Hal ini terjadi pada jam-jam
pertama setelah kelahiran. Oleh karena tekanan dalam paru turun dan tekanan dalam aorta
desenden naik dan pula karena rangsangan biokimia (pa02 yang naik), duktus arteriosus ber-
obliterasi. Hal ini terjadi pada hari pertama. Aliran darah paru pada hari pertama ialah 4-5
Iiter/menit/m2. Aliran darah sistemik pada hari pertama rendah, yaitu 1,96 liter/menit/m2
dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/menit/m2) karena penutupan duktus
arteriosus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh jumlah darah yang melalui
transfusi plasenta dan pada jam-jam pertama sedikit menurun, untuk kemudian naik lagi dan
menjadi konstan kira-kira 85/40 mmHg.2,13

 Hati

Segera setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfologis, yaitu
kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik juga
mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama. Enzim hati belum aktif benar pada

13
waktu bayi baru lahir, misalnya enzim dehidrogenase UDPG dan transferase glukoronil
sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Daya
detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna, contohnya pemberian obat
kloramfenikol dengan dosis lebih dari 50 mg/kgbb/hari dapat menimbulkan 'gray baby
syndrome'.

 Produksi panas
Bila suhu sekitar turun, ada 3 cara tubuh untuk meninggikan suhu, yaitu (1) aktifitas
otot, (2) 'shivering' dan (3) 'non shivering thermogenesis' (NST). Pada neonatus cara untuk
meninggikan suhu terutama dengan NST, yaitu dengan pembakaran 'brown fat' yang
memberikan lebih banyak energi per-gram daripada lemak biasa.

 Keseimbangan asam-basa
pH darah pada waktu lahir rendah karena glikolisis anaerobik. Dalam 24 jam
neonatus telah mengkompensasi asidosis ini.

 Keseimbangan air dan fungsi ginjal


Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak air dan kadar natrium relatif lebih
besar daripada kalium. Hal ini menandakan bahwa ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal
belum sempurna karena (1) jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa, (2) ada
ketidak-seimbangan antara luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal, (3)
'renal blood flow' pada neonatus relatif kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa.

Klasifikasi Berat Badan Lahir

Berat badan lahir pada nenonatus dibagi beberapa kelompok (lihat tabel 2).11

Tabel 4. Kategori Berat Badan Lahir Bayi.

Kategori Berat badan lahir (gram)


Bayi berat lahir lebih > 4000
Bayi berat lahir cukup ≥ 2500 – 4000
Bayi berat lahir rendah 1500 – 2500
Bayi berat lahir sangat rendah 1000 – 1500
Bayi berat lahir amat sangat rendah < 1000

Edukasi dan Pemulangan Bayi

14
Sebelum orang tua dan bayi dipulagnkan ada baiknya orang tua diberikan edukasi
cara merawat bayi, seperti pemberian nutrisi, mempertahankan kehangatan tubuh bayi,
mencegah infeksi, tanda-tanda bahaya pada bayi, dan lain-lain. Jika memungkinkan,
pemeriksaan bayi saat pemulangan harus dilakukan di depan ibu agar ibu memiliki
kesempatan bertanya kepada dokter mengenai hal-hal yang dianggapnya abnormal. Harus ada
suatu perjanjian pasti mengenai perawatan bayi sehat berikutnya. Bayi yang dipulangkan
dalam 48 jam setelah lahir harus dilihat lagi dalam 2 hingga 3 hari. Ibu juga harus dinasihati
bahwa jika bayi sakit selama periode neonatal dan berobat ke rumah sakit lain, rumah sakit
tempat bayi pertama kali dirawat harus diberitahu.9
Kesimpulan
Pada bayi baru lahir sangat penting dilakukan pemeriksaan fisik yang lengkap secara
langsung setelah lahir secara keseluruhan head to toe, jika memang diperlukan dapat
dilakukan juga pemeriksaan penunjang untuk menyingkirkan kemungkinan yang
menunjukkan kelainan pada bayi. Saat setelah bayi lahir, yang pertama di lihat adalah
APGAR score kemudian bisa juga kita lakukan pemeriksaan maturity indeks menggunakan
New Ballard scoring. Dari scenario bayi lahir cukup bulan, kecil masa kehamilan (NCB-
KMK). Beberapa hari setelah lahir dan dikatakan aman untuk dipulangkan, baik ibu dan bayi
tersebut, maka perlu diberikan edukasi untuk perawatan bayi sehingga gizi dan kesehatannya
tetap terkendali.

Daftar Pustaka
1. Pusponegoro HD, Hadinegoro SR, dkk. Buku standar pelayanan medis kesehatan
anak. Edisi I. Jakarta: IDAI; 2004.h. 325-7
2. Kementerian Kesehatan. Buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial. Jakarta :
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.2010
http://kesga.kemkes.go.id/images/pedoman/Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-
Neonatal-Esensial.pdf

3. Willms JL, Schneiserman H, Algranati PS. Diagnosis fisik. Jakarta: EGC;


2003.h.486-7, 502.
4. Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, dkk. Obstetri williams ed 21. Jakarta: EGC;
2009.h.284.

5. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD, penyunting. Buku ajar pediatri rudolph.
Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007. h. 229-63.

15
6. Neil D, Johnston DI. Dasar-dasar pediatri. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2008. h. 45.
7. Sihombing M. 2015. Kurva lubchenco. Diunduh dari
http://dokumen.tips/documents/kurva-lubchenco-55c817174862e.html, 22 April 2020.
8. Ilmu Kesehatan Anak. Perinatalogi. Jakarta: Infomedika: 2007; h.1044-64.
9. Bani AP, Limanjaya D, Aggraini D, dkk. Buku ajar pediatri rudolph. Jakarta: EGC;
2006.h.262-5.
10. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI; 2010.h.11-5.
11. Matondang CS, Wahidiyat I, Sastroasmoro S, penyunting. Diagnosis fisis pada anak.
Edisi ke-2. Jakarta: Sagung Seto; 2007. h. 146-58.

16

Anda mungkin juga menyukai