Anda di halaman 1dari 10

Nutrition-focused physical examination

Pemeriksaan fisik yang berfokus pada nutrisi (Nutrition-focused physical


examination / NFPE) adalah salah satu komponen penilaian gizi. Data yang
dikumpulkan pada pemeriksaan fisik ini kemudian akan digunakan bersama dengan
riwayat asupan makan, hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik, pengukuran
fisik, dan riwayat penyakit pasien untuk membuat satu atau lebih diagnosis gizi secara
akurat. Tidak seperti pemeriksaan klinis komprehensif yang meninjau semua sistem
tubuh, NFPE adalah penilaian terfokus yang membahas tanda dan gejala spesifik
dengan meninjau sistem tubuh tertentu. 1
Pendekatan
Pendekatan sistem digunakan saat melakukan NFPE, yang harus dilakukan
secara terorganisir dan logis untuk memastikan efisiensi dan ketelitiannya. Sistem
tubuh yang dimaksud termasuk:1
• Tampilan / keadaan umum
• Tanda-tanda vital
• Kulit
• Kuku
• Rambut
• Kepala
• Mata
• Hidung
• Mulut
• Leher/dada
• Perut
• Muskuloskeletal
Peralatan
Beberapa peralatan yang dapat digunakan pada NFPE yaitu: sarung tangan,
stetoskop, senter, spatel, timbangan, kaliper, pita pengukur, tensimeter, stopwatch, dan
handgrip dynamometer.1
Teknik pemeriksaan dan temuannya
Ada 4 pemeriksaan fisik dasar yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. 1
1. Keadaan umum
- Sakit ringan / sedang / berat
- Tingkat kesadaran: Glasgow Coma Scale
- Tanda defisiensi nutrisi: gizi baik, gizi kurang, gizi buruk

2. Tanda Vital
- Tekanan darah
- Mean arterial preassure
- Nadi: frekuensi, regular / tidak
- Pernafasan: frekuensi, menggunakan oksigen support / tidak
- Suhu tubuh
- Saturasi oksigen
3. Kepala
a. Inspeksi:2
1. Bentuk kepala (bulat / lonjong, besar / kecil, simetris / tidak, ada massa/tidak)
2. Posisi kepala terhadap tubuh (tegak lurus dan digaris tengah tubuh / tidak)
3. Kulit kepala (ada luka / tidak, bersih / kotor, berbau / tidak, ada ketombe / tidak, ada
parasit / tidak)
4. Rambut pasien
- pertumbuhan rata / tidak
- rambut rontok / tidak
- Warna rambut: hitam, merah, beruban, atau menggunakan cat rambut serta
- Bau rambut (berbau / tidak).
5. Wajah pasien
- Warna kulit wajah (pucat, kemerahan, kebiruan)
- Struktur wajah (simetris / tidak, ada luka / tidak, ada ruam dan pembengkakan /
tidak, udem ada/tidak, moon face
- Pelipis (musculus temporalis) untuk menilai penurunan massa otot (wasting) 3
o Malnutrisi berat: cekung
o Malnutrisi ringan sedang: sedikit cekung
o Gizi baik: tidak cekung, otot temporal terlihat dengan baik
- Mata: Konjungtiva anemi/tidak, sklera ikterus atau tidak, udem palpebra ada/ tidak,
pergerakan mata normal/ tidak
- Regio orbita3
o Malnutrisi berat: mata cekung, lingkar mata gelap, kulit kusam
o Malnutrisi ringan sedang: lingkar mata agak gelap, agak cekung
o Gizi baik: terlihat bantalan lemak di sekitar mata
- Bibir kering/tidak, cyanosis / tidak, cheilosis ada / tidak, sumbing/ tidak
- mukosa mulut pucat/tidak, sariawan ada/tidak
- Gusi: perdarahan ada/tidak, bengkak / tidak
- Gigi geligi: lengkap/tidak, karies ada/ tidak
- Lidah: atropi papil/ tidak, sariawan / tidak, candidiasis ada/tidak
- Rongga mulut: tonsil hiperemi/ tidak. Tonsil membesar/ tidak, dan uvula
b. Palpasi
- Ubun-ubun (datar / cekung / cembung, apakah sudah menutup atau belum) 
anak-anak
- Nyeri tekan / tidak, massa tumor ada/tidak
- Lingkar kepala
4. Leher

a. Inspeksi dan palpasi2


1. Bentuk leher simetris / tidak. Massa ada / tidak, tanda radang ada/tidak
2. Ada pembesaran kelenjar tiroid / tidak. Letakkan tangan pemeriksa pada leher
pasien, palpasi pada fossa suprasternal dengan jari telunjuk dan jari tengah, pasien
diminta untuk menelan. Bila teraba kelenjar tiroid, tentukan menurut bentuk, ukuran,
konsistensi, dan permukaannya.
3. Ada pembesaran kelenjar limfe / tidak (terutama pada leher, submandibula, dan
sekitar telinga)
4. Ada pembesaran vena jugularis / tidak. Nilai normal Jugular Venous Pressure
(JVP) adalah 2 – 5 cmHg
5. Kaji kemampuan menelan pasien dengan kepala sedikit mendongak
6. Perhatikan adakah perubahan suara dan cari penyebabnya
b. Dada

a. Inspeksi2
― Bentuk thorax: normal / ada kelainan
― Ukuran dinding dada: simetris / tidak
― Keadaan kulit, adakah luka dan tanda radang pada kulit atau tidak, Loss of
Subcutaneus Fat (LoSF)
― Klavikula, fossa supra dan infraklavikula, lokasi costa dan intercosta pada
kedua sisi, iga gambang
― Ada bendungan vena atau tidak
― Pemeriksaan dari belakang perhatikan bentuk atau jalannya vertebra, bentuk
skapula, penonjolan tulang scapula yang menandakan adanya (LoSF)
― bentuk, ukuran, warna kulit, ulkus dan adakah massa pada payudara

Untuk penilaian LoSF pada daerah dada dan punggung (iga, punggung bawah,
dan linea mid axilla) yaitu:3
o Malnutrisi berat: iga gambang, krista iliaka sangat menonjol
o Malnutrisi ringan sedang: sela iga tampak jauh
o Gizi baik: Dada tampak penuh, tulang iga tidak terlihat, krista iliaka tidak
menonjol

Untuk penilaian muscle wasting pada daerah klavikula-muskulus pectoralis


mayor, deltoid dan trapezius3
o Malnutrisi berat: tulang klavikula tampak sangat menonjol
o Malnutrisi ringan-sedang: tulang klavikula terlihat pada laki-laki, dan agak
menonjol pada perempuan
o Gizi baik; tulang klavikula tidak terlihat pada laki-laki, terlihat tapi tidak
menonjol pada perempuan

Untuk penilaian muscle wasting pada daerah acromion dan klavikula 3


o Malnutrisi berat: sendi bahu tampak menonjol, procesus acromion sangat
menonjol
o Malnutrisi ringan-sedang: procesus acromion, agak menonjol
o Gizi baik; area bahu, dada, dan leher tampak utuh dan bulat
Untuk penilaian muscle wasting pada daerah tulang scapular-musculus
trapezius, supraspinus, infraspinus3
o Malnutrisi berat: tulang gtampak menonjol, tampak cekungan antara
tulang iga-scapula ataupun bahu-tulang belakang
o Malnutrisi ringan-sedang: cekungan ringan atau tulang tampak sedikit
menonjol
o Gizi baik: tulang tidak menonjol, tidak ada cekungan tulang

b. Palpasi

Pada pemeriksaan palpasi perlu diperhatikan: 2


- Nyeri tekan atau tidak, adakah massa tumor di daerah dada dan payudara atau
tidak
- Apakah ada pembesaran kelenjar limfe supraklavikula dan axilla
- Pemeriksaan focal fremitus

c. Perkusi
Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan ini: 2

1. Posisi pasien terlentang. Lakukan perkusi paru anterior. Perkusi mulai dari
supraklavikula ke bawah pada setiap spatium intercosta sampai batas atas
abdomen. Bandingkan sisi kanan dan kiri

2. Lakukan perkusi paru-paru posterior. Perkusi mulai dari supraskapula ke


bawah sampai batas atas abdomen. Bandingkan sisi kanan dan kiri

3. Batas paru normal


Atas: Supraskapularis (seluas 3-4 jari di pundak)
Bawah: Setinggi vertebra torakal X di garis scapula,
Kiri: ICS VII – VIII
Kanan: ICS IV – V

4. Batas Jantung normal


Batas atas: ICS II Mid sternalis
Batas bawah: ICS V
Batas Kiri: ICS V Midclavikula Kiri
Batas Kanan: ICS IV Midsternalis Kanan

5. Bunyi perkusi paru: sonor, hipersonor, pekak

d. Auskultasi

Bunyi nafas didengarkan saat inspirasi maupun ekspirasi, lalu dibandingkan kiri
dan kanan. Bunyi jantung didengarkan saat fase sistolik dan diastolik 2
- Bunyi nafas: vesikuler, bronkial, brokovesikuler
- Bunyi nafas tambahan: ronchi, wheezing, pleural friction rub
- Bunyi jantung: bunyi jantung I, II
- Bunyi jantung tambahan: bunyi jantung III (gallop rhythm), murmur

4. Perut

a. Inspeksi

- Kulit perut: warna, permukaan (tegang/ tidak), adakah striae, pelebaran


pembuluh darah, luka, bekas operasi
- Permukaan perut: datar, cembung, cekung, adakah pembesaran perut lokal
akibat massa
- Gerakan dinding perut: Minta pasien untuk bernafas dalam dan perhatikan
gerakan perut saat inspirasi dan ekspirasi. Normal perut mengempis pada
ekspirasi dan mengembang pada inspirasi. Pada kelumpuhan diafragma
terdapat gerakan dinding perut yang berlawanan. Pada orang yang sangat kurus,
kadang peristaltik normal terlihat 2
b. Auskultasi

Sumber suara abdomen: suara dari struktur vaskuler, dan peristaltik usus
• Dengarkan di setiap kuadran dengan stetoskop selama 1 menit dan perhatikan:
intensitas, frekuensi, dan nada. Normal frekuensi peristaltik 5-35 x/menit
• Dengarkan suara vaskuler dari: aorta (di epigastrium), arteri hepatika (di
hipokondrium kanan), arteri lienalis: di hipokondrium kiri 2

c. Palpasi

Tahap awal palpasi dengan menggunakan satu tangan. Letakkan tangan kanan
di atas perut, telapak tangan dan jari-jari menekan dinding perut dengan tekanan
ringan. Dengan perlahan, rasakan di tiap kuadran 2

• Rasakan: adanya ketegangan otot atau tidak, nyeri tekan atau tidak
• Tahap berikutnya lakukan palpasi dalam untuk memeriksa massa di abdomen
• Rasakan konsistensinya: apakah padat keras, padat kenyal, lunak, atau kistik
(ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan
• Jika dirasakan adanya massa, maka ukuran massa ditentukan dengan meteran
/ jangka sorong panjang, lebar, tebal

d. Perkusi

Dengan perkusi abdomen dapat ditentukan: pembesaran organ, adanya udara


bebas, cairan bebas di dalam rongga perut. Perhatikan bunyi dan resistensinya.
Lakukan pada tiap kuadran untuk memperkirakan distribusi suara timpani dan
redup2
― Biasanya suara timpani yang dominan karena adanya gas pada saluran
pencernaan
― Cairan dan feses memberikan suara redup
― Perkusi di daerah epigastrium dan hipokondrium kiri menimbulkan timpani

5. Ekstremitas

a. Inpeksi

― Penampilan umum, gaya jalan, ketegapan, cara bergerak, simetris tubuh dan
extremitas (bandingkan sisi yang satu dengan yang lain → ekstemitas atas /
bawah, kanan/ kiri). Adanya perasaan tidak nyaman, pincang, atau nyeri saat
berjalan
― Kelumpuhan badan dan atau anggota gerak. Adanya fraktur atau tidak
― Warna kulit pada ekstremitas (kemerahan / kebiruan / hiperpigmentasi)
― Periksa adanya benjolan / pembengkakan pada ekstremitas.
― Apakah ada atrofi / hipertrofi otot, struktur tulang dan otot. Amati otot
kemungkinan adanya kontraksi abnormal dan tremor
b. Palpasi

Palpasi pada setiap ekstremitas dan rasakan:


1. Kekuatan / kualitas nadi perifer
2. Adanya nyeri tekan atau tidak
3. Adanya krepitasi atau tidak
4. Konsistensi otot (lembek / keras)
5. Udem: pitting atau non pitting
6. Wasting dan LoSF
7. Capillary refill

Mengukur massa lemak (LoSF) melalui Lingkar lengan atas (bisep/trisep) 3


o Malnutrisi berat; massa lemak terasa sedikit sekali
o Malnutrisi ringan sedang: Massa lemak masih terasa, tapi tidak cukup
penuh
o Gizi baik: Massa lemak terasa cukup
Mengukur penurunan massa otot (wasting) pada punggung tangan-
musculus interoseus3
o Malnutrisi berat; tangan daerah jempol tampak cekung dan antara jempol-
telunjuk juga cekung
o Malnutrisi ringan sedang: tangan daerah jempol agak cekung dan antara
jempol-telunjuk sedikit cekung
o Gizi baik: tampak penonjolan otot, meskipun tampak datar pada beberapa
orang
Mengukur penurunan massa otot (wasting) pada lutut 3
o Malnutrisi berat; tempurung lutut menonjol
o Malnutrisi ringan sedang: tempurung lutut agak menonjol
o Gizi baik: tempurung lutut tidak terlalu menonjol
Mengukur penurunan massa otot (wasting) pada paha atas 3
o Malnutrisi berat; paha bagian dalam tampak cekung, kecil dan kurus
o Malnutrisi ringan sedang: paha bagian dalam sedikit cekung
o Gizi baik: paha tampak utuh dan paha dalam tidak cekung
Mengukur penurunan massa otot (wasting) pada Betis 3
o Malnutrisi berat; kurus, otot tampak kecil dan bahkan tidak terlihat
o Malnutrisi ringan sedang: otot tidak terlalu tampak atau terbentuk
o Gizi baik: otot tampak jelas
Pemeriksaan menilai edema3
o Malnutrisi berat; edema pitting yang dalam hingga sangat dalam, indentasi
atau cekungan edema berlangsung 30-60 detik, pada ekstremitas bilateral
o Malnutrisi ringan sedang: edema pitting ringan-sedang, ekstremitas
superior dan inferior sedikit bengkak, indentasi atau cekungan edema
segera hilang, berlangsung 0-30 detik
o Gizi baik: edema pitting ringan, ekstremitas inferior sedikit bengkak,
indentasi atau cekungan edema segera menghilang

c. Perkusi
Berupa pemeriksaan refleks fisiologis dan patologis

d. Auskultasi
Pemeriksaan bising pada cimino

e. Pemeriksaan dan pengukuran lain

1. Ukuran tinggi lutut (knee height)


Pengukuran ini berkorelasi dengan tinggi badan. Pengukuran tinggi lutut
bertujuan untuk mengestimasi tinggi badan klien yang tidak dapat berdiri
dengan tegak, misalnya karena kelainan tulang belakang atau tidak dapat
berdiri. Pengukuran tinggi lutut dilakukan pada klien yang sudah dewasa.
Pengukuran tinggi lutut dilakukan dengan menggunakan alat ukur caliper
(kaliper). Pengukuran dilakukan pada lutut kiri dengan posisi lutut yang diukur
membentuk sudut sikusiku (90°). Pengukuran tinggi lutut dapat dilakukan
pada klien dengan posisi duduk atau dapat juga pada posisi tidur. 4

2. Mengukur lingkar lengan atas bagian tengah


Lingkar lengan atas bagian tengah (mid-upper arm circumference / MAC)
diukur dalam sentimeter pada bagian tengah lengan atas antara proses
acromion skapula dan prosesus olekranon di ujung siku. MAC harus diukur
ketika menilai status gizi anak dan dibandingkan dengan standar yang
ditetapkan oleh WHO untuk anak usia 6 sampai 59 bulan (de Onis et al,
1997). Ini adalah penilaian antropometrik independent dalam menentukan gizi
buruk pada anak. Cara pengukuran lingkar lengan tengah (MAC) pada orang
dewasa sama dengan anak-anak.1
Beberapa cara pengukuran
- Mengukur lingkar lengan atas
Lingkar lengan tengah (midarms circumference /MAC) diukur dalam sentimeter pada
bagian tengah lengan atas antara proses acromion skapula dan prosesus olekranon di
ujung siku. MAC harus diukur ketika menilai status gizi anak dan dibandingkan dengan
standar yang ditetapkan oleh WHO untuk anak usia 6 sampai 59 bulan (de Onis et al,
1997). Ini adalah penilaian antropometrik independent dalam menentukan gizi buruk
pada anak. Cara pengukuran lingkar lengan tengah (MAC) pada orang dewasa sama
dengan anak-anak.1
- Pengukuran Lingkar Pinggang
Lingkar pinggang (WC) diperoleh dengan mengukur jarak di sekitar daerah tersempit
pinggang antara tulang rusuk terendah dan krista iliaka dan di atas umbilicus
menggunakan pita pengukur yang tidak dapat diregangkan. 1
Lingkar pinggul diukur pada area terluas dari pinggul pada tonjolan terbesar dari
bokong. Karena distribusi lemak merupakan indikator risiko, pengukuran lingkar pinggul
dapat digunakan. Adanya kelebihan lemak tubuh di sekitar perut yang tidak
proporsional dengan total lemak tubuh merupakan faktor risiko untuk terjadinya
penyakit kronis yang berhubungan dengan obesitas dan sindrom metabolik. 1
Lingkar pinggang (WC) lebih besar dari 40 inci (102 cm) untuk pria dan lebih besar dari
35 inci (88 cm) untuk wanita merupakan faktor risiko independent untuk penyakit
metabolik (CDC, 2014; Stone et al, 2013).1
Pengukuran ini mungkin tidak dapat digunakan pada mereka yang tingginya kurang dari
60 inci atau dengan BMI 35 atau lebih (CDC, 2014). WC dianggap sebagai prediktor
risiko metabolik yang lebih valid daripada BMI, kecuali jika BMI lebih besar atau sama
dengan 35 (CDC, 2018)1
- Rasio pinggang - pinggul
Untuk menentukan rasio pinggang-pinggul (WHR), yaitu dengan membagi ukuran
lingkar pinggang dengan lingkar pinggul. WHO mendefinisikan rasio lebih besar dari 9,0
pada pria dan lebih besar dari 8,5 pada Wanita sebagai salah satu tolak ukur yang
menentukan untuk resiko terjadinya sindrom metabolik dan dapat memprediksi semua
penyebab kematian penyakit kardiovaskular (Srikanthan et al, 2009; Welborn dan
Dhaliwal, 2007)1
- Rasio pinggang-tinggi
Rasio pinggang-tinggi (WHtR) didefinisikan sebagai lingkar pinggang dibagi dengan
tinggi badan. WHtR adalah ukuran distribusi jaringan adiposa. Secara umum, semakin
tinggi nilai WHtR, semakin besar risiko terjadinya sindrom metabolik dan obesitas
terkait penyakit aterosklerotik kardiovaskular (Schneider et al, 2010) 1
Rasio yang diinginkan: < dari 0,5 pada orang dewasa 40 tahun dan lebih muda,
0,5 dan 0,6 pada orang dewasa berusia 40-50 tahun, dan
0,6 atau kurang pada orang dewasa di atas 50 tahun.
Target ini berlaku untuk pria dan wanita dan berbagai kelompok etnis. 1
- Pengukuran kekuatan
Handgrip dynamometry dapat memberikan penilaian nutrisi dasar dari fungsi otot
dengan mengukur kekuatan genggam dan daya tahan melalui pengukuran serial. Hasil
pengukuran handgrip dynamometry kemudian dibandingkan dengan standar referensi
yang disediakan oleh pabrikan. Penurunan kekuatan genggam merupakan tanda
penting dari kelemahan dan merupakan salah satu dari karakteristik gizi buruk (White et
al, 2012).1

Referensi
1. Litchford MD. Clinical: Biochemical, physical, and functional assessment. In:
L.Raymond J, Morrow K, editors. KRAUSE AND MAHAN’S FOOD & THE
NUTRITION CARE PROCESS, FIFTEENTH EDITION. 15 th. Canada: Elsevier
Inc.; 2021. p. 121–34.
2. Annisa F, Diana M, Putra KWR. Pemeriksaan Fisis Head To Toe. pertama. Putra
KWR, editor. Jawa Timur Indonesia: Kerta Cendikia; 2016.
3. PDGKI. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN TATA LAKSANA
MALNUTRISI PADA DEWASA. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
2019.
4. Candra A. Pemeriksaan Status Gizi. Semarang, Indonesia: Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro; 2020. 1–54 p.

Anda mungkin juga menyukai