Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH SGD 13

SEMESTER 6 – MODUL KEGAWATDARURATAN MEDIK


SKENARIO 1

DISUSUN OLEH:
WIDYA FEBRI WULANDARI
(71190811043)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
MEDAN
2022

1
Lembar Penilaian Makalah

No. Bagian yang Dinilai Skor Nilai


1. Ada Makalah 60
2. Kesesuaian dengan LO 0 – 10
3. Tata Cara Penulisan 0 – 10
4. Pembahasan Materi 0 – 10
5. Cover dan Penjilidan 0 – 10
TOTAL

Medan, 04 April 2022


Dinilai Oleh :

(dr. H. Saiful Batubara, M. Pd, M.KM)

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas SKENARIO 1 ini dengan baik. Dalam
penyelesaian makalah ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan yang kami miliki, untuk
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah kami harapkan demi dan untuk
pengembangan makalah ini kedepan.

Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
siapa saja yang membacanya dan sekaligus dapat menambah pengetahuan.

Wassalamualaikum wr.wb.

Medan, 04 April 2022


Hormat saya

(Widya Febri Wulandari)

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................3
DAFTAR ISI........................................................................................................................................4
BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................5
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.4 Tujuan Pembelajaran...................................................................................................................6
BAB II..................................................................................................................................................7
PEMBAHASAN...................................................................................................................................7
2.1 SKENARIO.................................................................................................................................7
2.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan prinsip triase................................7
2.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur triase di lapangan.............................9
2.4 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur triase di rumah sakit...............10
2.5 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manajemen transportasi........................11
2.6 Manajemen kegawatdaruratan pasien di rumah sakit.................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
1.1 Kesimpulan........................................................................................................................16
1.2 Saran..................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

E
vidence-based Medicine
(EBM) adalah
pengintegrasian antara (1)
bukti ilmiah
berupa hasil penelitan yang
terbaik dengan
(2) kemampuan klinis dokter
serta (3) preferensi
pasien dalam proses
pengambilan keputusan

5
pelayanan kedokteran , sedang
Geddes (2000)
menyatakan bahwa EBM adalah
strategi yang dibuat
berdasarkan pengembangan
teknologi informasi dan
epidemiologi klinik dan
ditujukan untuk dapat
menjaga dan mempertahankan
ketrampilan pelayan-
an medik dokter dengan basis
bukti medis yang
terbaik
Triage berasal dari bahasa prancis yaitu "Trier" yang berarti membagi kedalam tiga
kelompok ( department of emergency medicine Singapore general hospital . Sistem ini di
kembangkan di medan pertempuran dan di gunakan bila terjadi bencana.
Triase merupakan sebuah proses pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas
perawatan pasien berdasarkan keparahan kondisi dan kebutuhan mendesak mereka dalam
pelayanan kesehatan. stem triase yang sering di gunakan dan mudah dalam
mengaplikasikanya adalah mengunakan START (Simple triage and rapid treatment) yang
pemilahanya menggunakan warna .
Warna merah menunjukan prioritas tertinggi yaitu korban yang terancam jiwa jika
tidak segera mendapatkan pertolongan pertama. Warna kuning menunjukan prioritas tinggi

6
yaitu koban moderete dan emergent. Warna hijau yaitu korban gawat tetapi tidak darurat
meskipun kondisi dalam keaadaan gawat ia tidak memerlukan tindakan segera. Terakhir
adalah warna hitam adalah korban ada tanda-tanda meninggal

1.2 Identifikasi Masalah


1. Banyak korban dengan kondisi yang berbeda-beda.
2. Prosedur triase dengan Initial Assessment atau START
3. Evakuasi dan transportasi
4. Triase di lokasi kejadian (lapangan)
5. Prinsip triase di Rumah Sakit
6. Prinsip penatalaksanaan kegawatdaruratan (ABCDE Approach)

1.3 Rumusan Masalah


1. Untuk mengetahui definisi triase.
2. Untuk mengetahui prosedur triase.
3. Untuk mengetahui penanganan awal kegawatdaruratan.
4. Untuk mengetahui manajemen Transportasi pasien.
5. Untuk mengetahui manajemen pasien gawat darurat.

1.4 Tujuan Pembelajaran


1. Agar mahasiswa dapat memahami definisi triase.
2. Agar mahasiswa dapat memahami prosedur triase.
3. Agar mahasiswa dapat memahami penanganan awal kegawatdaruratan .
4. Agar mahasiswa dapat memahami manajemen Transportasi pasien.
5. Agar mahasiswa dapat memahami manajemen pasien gawat darurat.

7
8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SKENARIO

2.2 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan definisi dan prinsip triase.

vidence-based Medicine
(EBM) adalah

9
pengintegrasian antara (1)
bukti ilmiah
berupa hasil penelitan yang
terbaik dengan
(2) kemampuan klinis dokter
serta (3) preferensi
pasien dalam proses
pengambilan keputusan
pelayanan kedokteran , sedang
Geddes (2000)
menyatakan bahwa EBM adalah
strategi yang dibuat
berdasarkan pengembangan
teknologi informasi dan
epidemiologi klinik dan
ditujukan untuk dapat
menjaga dan mempertahankan
ketrampilan pelayan-
10
an medik dokter dengan basis
bukti medis yang
terbaik
1
Dengan demikian, EBM dapat
diartikan sebagai
pemanfaatan bukti ilmiah secara
seksama, ekplisit dan
bijaksana dalam pengambilan
keputusan untuk
tatalaksana pasien. Artinya
mengintegrasikan
kemampuan klinis individu
dengan bukti ilmiah yang
terbaik yang diperoleh dengan
penelusuran informasi
secara sistematis
Triase Adalah Proses khusus Memilah dan memilih pasien berdasarkan beratnya
penyakit menentukan prioritas perawatan gawat medik serta prioritas transportasi. artinya
memilih berdasarkan prioritas dan penyebab ancaman hidup.

11
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam mengidentifikasi korban
dengan cedera yang mengancam jiwa untuk kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau
dievakuasi ke fasilitas kesehatan.

Tujuan triase:

 Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini lebih ke perawatan
yang dilakukan di lapangan.

 Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan pembedahan

 Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. 

Pengelompokan triase:

 Prioritas Nol (Hitam)

 Prioritas Pertama (Merah)

 Prioritas kedua (kuning)

 Prioritas Ketiga (Hijau)

Klasifikasi triase:
● Triase di tempat
● Triase Medic
● Triase Evakuasi

Prinsip triase/triage:
Prinsip-prinsip triage yang utama sekali harus dilakukan adalah:
● Triage umumnya dilakukan untuk seluruh pasien
● Waktu untuk Triage per orang harus lebih dari 30 detik
● Prinsip utama triage adalah melaksanakan prioritas dengan urutan nyawa,fungsi, dan
penampilan.
● Pada saat melakukan triage, maka kartu triage akan dipasangkan kepadakorban luka
untuk memastikan urutan prioritasnya

12
Triase merupakan proses khusus memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan.Pada prosedur
triase pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna :
1. Kategori merah
Prioritas pertama (area resusitasi),pasien cedera berat mengancam jiwa yang
kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera. Pasien kategori merah dapat
langsung diberikan tindakan di ruang resusitasi, jika memerlukan tindakan medis lebih
lanjut, pasien dapat dipindahkan ke ruang operasi atau di rujuk ke rumah sakit lain.

2. Kategori kuning
Prioritas kedua (area tindakan), pasien memerlukan tindakan defenitif tidak ada
ancaman jiwa segera. Pasien dengan kategori kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan menunggu giliran setelah
pasien dengan kategori merah selesai ditangani.

3. Kategori hijau
Prioritas ketiga (area observasi), pasien degan cedera minimal, dapat berjalan dan
menolong diri sendiri atau mencari pertolongan. Pasien dengan kategori hijau dapat
dipindahkan ke rawat jalan atau jika memungkinkan untuk dipulangkan maka pasien
diperbolehkan untuk dipulangkan

4. Kategori hitam
Prioritas nol pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas dan tidak mungkin
diresusitasi. Pasien kategori hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar jenazah.

2.3 Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur triase di lapangan.


Penuntun Lapangan dengan system START (Simple Triase And Rapid Treatment
system) berupa penilaian pasien 60 detik yang mengamati ventilasi, perfusi, dan status mental
untuk memastikan kelompok korban seperti yang memerlukan transport segera atau tidak,
atau yang tidak mungkin diselamatkan, atau yang meninggal dunia.
Pertama yang dilakukan adalah dengan menentukan pasien sadar atau tidak dengan cara
memanggil , menepuk bahu korban, atau rangsangan nyeri.

13
Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cederanya yang harus di
prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan circulation sesuai dengan apa yang
terjadi pada pasien.
1. Respirasi
a) Pasien diperiksa rata-rata ventilasi dan adekuatnya
b) Jika pasien tidak bernapas, periksa apakah ada benda asing yang menyebabkan
obstruksi dan ambil benda asing tersebut.
c) Reposisi kepala pasien
d) Jika prosedur di atas tidak membantu inisiasi napas (napas tetap negative), tandai
(TAG) warna hitam.
e) Jika pernapasan >30 / menit. Tandai (TAG) warna merah.
f) Jika pernapasan < 30/menit, jangan tandai teruskan pemeriksaan perfusi (sirkulasi
darah
2. Perfusi
Cara termudah pemeriksaan perfusi adalah pengisian kapiler
a) Jika >2 detik Tandai (TAG) warna merah
b) Jika < 2 detik jangan ditandai dilanjutkan pemeriksaan mental status
c) Jika pemeriksaan pengisian kapiler tidak ditemukan, palpasi arteri radialis.
3. Status mental
Untuk menilai, penolong meminta korban untuk mengikuti perintah sederhana seperti
membuka atau menutup mata. Jika pasien tidak dapat mengikuti perintah ini, tandai
(TAG) warna merah
a) Jika pasien dapat mengikuti perintah ini, tandai (TAG) warna kuning

2.4Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan prosedur triase di rumah


sakit.
Rumah sakit harus dapat melaksanakan pelayanan triase, survei primer, survei
sekunder, tatalaksana definitif dan rujukan. Apabila diperlukan evakuasi, rumah sakit yang
menjadi bagian dari SPGDT (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu) yang dapat
melaksanakan evakuasi tersebut. Setiap rumah sakit harus memiliki standar triase yang
ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit. (Permenkes RI No. 47 tahun 2018).

14
Prinsip triase diberlakukan sistem prioritas yaitu penentuan/penyeleksian mana yang
harus di dahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul berdasarkan:

1) Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit


2) Dapat mati dalam hitungan jam
3) Trauma ringan
4) Sudah meninggal
Prosedur triase :

1) Pasien datang diterima tenaga kesehatan di IGD rumah sakit


2) Di ruang triase dilakukan pemeriksaan singkat dan cepat untuk menentukan derajat
kegawatdaruratannya oleh tenaga kesehatan dengan cara:
a) Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
b) Menilai kebutuhan medis
c) Menilai kemungkinan bertahan hidup
d) Menilai bantuan yang memungkinkan
e) Memprioritaskan penanganan definitive
3) Jika jumlah pasien lebih dari 50 orang, maka triase dapat dilakukan di luar ruang
triase.
4) Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna.

2.5Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan manajemen transportasi.


Persiapan Mobilisasi Lapangan Menuju RS

Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi


1) Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah
diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu
jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang
cukup saat diletakkan di atas usungan.

2) Amankan posisi tandu di dalam ambulans.

15
Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisi aman selama perjalanan ke rumah
sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan
brgerak saat ambulans telah melaju.

3) Posisikan dan amankan pasien.


Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke
usungan. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus
disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya.
Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi
ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan
drainage cairan.
Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera
spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat
ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci.

4) Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu.


Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke
ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien
dengan aman tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi
bahkan menyebabkan nyeri.

5) Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.


Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan
spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans
dijalankan.

6) Melonggarkan pakaian yang ketat.


Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan
sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang
tertekuk di bawah tali ikat pengaman.
Sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda
lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.

16
7) Periksa bidainya.
Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans.
Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya.
Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap
terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal,
fungsi motorik dan sensasinya.

8) Naikkan barang-barang pribadi.


Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta,
pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah
dibawa, pastikan telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan
isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9) Tenangkan pasien.
Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke
ambulans. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang
simpatik.

10) Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri
tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit.
Jika yang ditangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan,
melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien,
bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama
perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke
rumah sakit.

Mobilisasi RS Menuju Rs Rujukan

1. Komunikasi
Komunikasi dapat dilakukan menggunakan telepon untuk memberikan
informasi kepada petugas RS rujukan . informasi yang berisi identitas
pasien,diagnosis medis , tingkat kesadaran,dan alasan mengapa dirujuk .

17
Untuk informasi pasien yang lebih lanjut dilakukan dengan menggunakan
surat rujukan yang didalam nya sudah tercatat Tindakan dan terapi medis.

2. Kelayakan pasien
Kondisi pasien sebelum dilakukan transportasi stabil atau tidak .
a) Dinilai dengan lembar penilaian stabilisasi dengan menggunakan
prinsip A,B,C . Airway harus baik dan disediakan tabung oksigen
tambahan dan bantuan ventilasi .
b) Monitoring sirkulasi diketahui dari pengukuran tekanan darah dan
frekuensi denyut jantung yang dapat dinilai dari kesadaran,warna kulit
dan nadi.

3. Petugas transportasi
Petugas dalam ambulans gawat darurat terdiri dari 1 sopir perawat gawat
darurat dengan kemampuan mengemudi dan komunikasi , 1 perawat gawat
darurat, 1 dokter gawat darurat.

4. Kelengkapan alat Tersedia :


a) Mobil ambulans
b) Oksigen dan perlengkapannya
c) Peralatan ekg
d) Suction pump manual
e) Alat bedah minor
f) Peralatan resusitasi
g) Obat dan cairan infus
h) Tensimeter
i) Stetoskop
j) Nierbeken
k) Gantungan infus
l) Selimut
m) Tisu

18
2.6 Manajemen kegawatdaruratan pasien di rumah sakit.
Pasien gawat darurat adalah pasien yang tiba-tiba berada didalam keadaaan gawat
atau akan menjadi gawat dan terancam nyawanya atau anggota badannya(akan menjadi
cacat) bila tidak mendapat pertolongan secepatnya, seperti pasien dengan syok, penurunan
kesadaran, patah tulang dll.

Prosedur :

1. Pasien masuk ke IGD di trease Dr. Jaga

2. Bila kondisi, pasien gawat darurat masuk keruang resusitasi melalui jalur merah

3. Keluarga pasien mengurus administrasi pasien ke IRI

4. Dr. jaga IGD memeriksa pasien dari surveri primary (A.B.C) dan langsung di beri
penanganan sesuia kondisi pasien

5. Selanjutnya Dr. jaga IGD/Perawat melakukan tindakan yang diperlukan yang sesuai
dengan tindakan-tindakan yang akan dilakukan

6. Jika keadaan pasien mulai stabile dan keluarga telah menyetujui pasiennya untuk di
rawat di ICU, pasien akan segera di bawake R. ICU

7. Jika pasien memerlukan tindakan OP segera, maka Pasien akan dibawa ke R.O

19
BAB III

PENUTUP

1.1Kesimpulan
Triase adalah pengelompokan pasien berdasarkan berat cederanya yang harus
di prioritaskan ada tidaknya gangguan airway, breathing, dan circulation sesuai
dengan sarana, sumberdaya manusia dan apa yang terjadi pada pasien. Pada prosedur
triase pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya maka diberikan kategori warna
yaitu merah,kuning,hijau dan hitam.

Pada triase di lapangan bantuan segera dilakukan dengan system START


selama 60 detik.Setelah bantuan datang maka perlu dilakukan persiapan segera untuk
dibawa ke Rumah sakit.Begitupun pada triase di Rumah sakit beberapa tindakan
dilakukan.Jika kondisi seorang pasien segera harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih
lengkap fasilitasnya makan dilakukan persiapan seperti mengisi form surat rujukan.

1.2Saran
Untuk kesempurnaan makalah ini maka saya sangat mengharapkan komentar dan
saran dari pembaca. Adapun kesalahan kata maupun materi yang berlawanan dengan
sumber lain saya mohon maaf.

20
DAFTAR PUSTAKA

Sackett, D. Evidence-based Medicine:


How to Practice and
Teach EBM. 2nd edition. Churchill
Livingtone, 2000.
2. Bordley DR. Evidence-based
medicine: a powerful edu-
cational tool for clerkship education.
American Journal
of Medicine. 102(5):427-32, May1997
1. Aryono, D.2016. Kegawatdaruratan dan Bencana. Jakarta: Rayyana Komunikasi Indo.
2. Liu et al. (2012). Comparison of the Emergency Severity Index (ESI) and the Taiwan
Triage System in predicting resource utilization. J Formos Med Assoc. 105(8):617-
625.
3. Marti (2016). Validitas Triase Dilihat Dari Hubungan Level Triase Terhadap Length
Of Stay Pasien di IGD. The Indonesian Journal Of Health Science, Vol. 7, No. 1,
Desember 2016
4. Mentri Kesehatan RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 Tentang Pelayanan Kegawatdaruratan.

21

Anda mungkin juga menyukai