Disusun oleh :
Kelompok 1
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun uantuk
memenuhi salah satu tugas berjudul ” Akses Kerumah Sakit Dan Kontinuitas Pelayanan
(ARK) ”
Dalam pembuatan makalah tentunya banyak hambatan dan rintangan yang kami alami
namun hambatan dan rintangan itu dapat diatasi berkat bimbingan, semangat, motivasi, dan
dukungan dari dosen pembimbing, teman-teman dan berbagai pihak. Untuk itu kami mengucapkan
terima kasih kepada:
2. Teman-teman/para mahasiswa Stikes Yayasan Rumah Sakit Dr.Soetomo yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu Makalah ini.
3. Pihak-pihak yang ikut membantu dalam pembuatan makalah yang tidak bisa penulis sebutkan.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Akreditasi Rumah Sakit merupakan suatu pengakuan dari Pemerintah yang diberikan
kepada Rumah Sakit yang telah memenuhi standar. Tujuan Akreditasi untuk mencapai sejauh
mana Rumah Sakit dapat memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan oleh Komisi
Akreditasi Rumah Sakit, sehingga peningkatan mutu terhadap pelayanan di Rumah Sakit dapat
ditingkatkan, dipertahankan dan dipertanggungjawabkan. Manfaat Akreditasi untuk
meningkatkan mutu Rumah Sakit itu sendiri, pemilik, pasien dan lingkungan masyarakat yang
ada disekitarnya.
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik
tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan
pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, bahwa dalam rangka peningkatan mutu dan jangkauan pelayanan
rumah sakit serta pengaturan hak dan kewajiban masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan, perlu mengatur rumah sakit dengan undang-undang (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, 2009).
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan akses ke rumah sakit dan kontinuitas
pelayanan (ARK).
2. Untuk enam fokus are kontinuitas pelayanan.
1.4 MANFAAT
4
Adapun manfaat dari pembuatan makalah ini :
1. Untuk memberikan masukan kepada pimpinan rumah sakit
2. Institusi pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Dr. Soetomo Surabaya,
sebagai bahan tinjauan keilmuan dibidang rekam medis.
3. Untuk peneliti lain agar menjadi acuan atau referensi dalam melakukan pengembangan
penelitian ini selanjutnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 6 fokus area akses ke rumah sakit dan kontinuitas pelayanan (ARK)
2.2.1 Skrining untuk admisi ke rs
Skrining adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengindentifikasi apakah
kebutuhan dan kondisi pasien dapat dipenuhi oleh sumber daya atau fasilitas yang ada di
6
rumah sakit yang dilakukan pada kontak pertama dengan pasien. Instalasi gawat darurat
adalah unit pelayanan dirumah sakit yangmemberikan pelayanan pertama pada pasien
dengan ancaman kematiandan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai
multidisiplin. Triase adalah proses pemilahan pasien berdasarkan keadaan/kondisi
pasienyang datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang dilakukan oleh dokter jaga
atau perawat Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang mahir dan berpengalaman. Prioritas
adalah penetuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan
yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.
A. Ruang lingkup skrining:
1. Skrining di dalam RS
a. Saat dating di unit/instalasi RSU Proklamasi, yaitu:
1) Intalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Penunjang (Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Gizi)
4) Admisi
b. Melalui komunikasi telepon
2. Skrining di luar RS
a. Pra rumah sakit (ditempat perujuk atau tempat kejadian)
b. Saat transportasi (di ambulance)
B. Skrining dilakukan melalui:
1. Kriteria triase (IGD)
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik
4. Pemeriksaan penunjang atau diagnostic imajing sebelumnya
C. Prinsip :
1. Skrining dilaksanakan pada kontak pertama di dalam atau diluar rumah sakit,
petugas pendaftaran melakukan skrining tentang klinis umum, data / berkasadm.
2. Keputusan pasien diterima rawat inap/rawat jalan di RSU Proklamasi bilarumah
sakit mampu menyediakan pelayanan yang dibutuhkan.
3. Jika fasilitas dan sarana di RSU Proklamasi tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelayanan pasien tersebut, maka dirujuk ke rumah sakit rujukan denganfasilitas
dan sarana yang memadai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien tersebut.
7
D. Prioritas :
1. Pasien IGD
2. Pasien rawat jalan yang sedang ada jam pelayanan
3. Pasien geriatric
4. Kunjungan pertama pasien dengan curiga TB Paru
2.2.2 Admisi ke RS
2.2.3 Kesinambungan Pelayanan
Rumah sakit memiliki proses untuk melaksanakan kesinambungan pelayanan di rumah
sakit dan integrasi antara profesional pemberi asuhan (PPA) dibantu oleh manajer pelayanan
pasien (MPP)/case manager.
Pelayanan berfokus pada pasien diterapkan dalam bentuk Asuhan Pasien Terintegrasi
yang bersifat integrasi horizontal dan vertikal. Pada integrasi horizontal kontribusi profesi
tiap-tiap profesional pemberi asuhan (PPA) adalah sama pentingnya atau sederajat. Pada
integrasi vertikal pelayanan berjenjang oleh/melalui berbagai unit pelayanan ke tingkat
pelayanan yang berbeda maka peranan manajer pelayanan pasien (MPP) penting untuk
integrasi tersebut dengan komunikasi yang memadai terhadap profesional pemberi asuhan
(PPA).
Agar kesinambungan asuhan pasien tidak terputus, rumah sakit harus menciptakan
proses untuk melaksanakan kesinambungan dan koordinasi pelayanan di antara profesional
9
pemberi asuhan (PPA), manajer pelayanan pasien (MPP), pimpinan unit, dan staf lain sesuai
dengan regulasi rumah sakit di beberapa tempat.
a) Pelayanan darurat dan penerimaan rawat inap;
b) Pelayanan diagnostik dan tindakan;
c) Pelayanan bedah dan nonbedah;
d) Pelayanan rawat jalan; dan
e) Organisasi lain atau bentuk pelayanan lainnya.
Proses koordinasi dan kesinambungan pelayanan dibantu oleh penunjang lain seperti
panduan praktik klinis, alur klinis/clinical pathways, rencana asuhan, format rujukan, daftar
tilik/check list lain, dan sebagainya. Diperlukan regulasi untuk proses koordinasi tersebut.
Rumah sakit menetapkan bahwa setiap pasien harus memiliki dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP) untuk memberikan asuhan kepada pasien.
Asuhan pasien diberikan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) yang bekerja sebagai tim
interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional dan dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) berperan sebagai ketua tim asuhan pasien oleh profesional pemberi asuhan
(PPA) (clinical leader).
Untuk mengatur kesinambungan asuhan selama pasien berada di rumah sakit, harus
ada dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai individu yang bertanggung jawab
mengelola pasien sesuai dengan kewenangan klinisnya, serta melakukan koordinasi dan
kesinambungan asuhan. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) yang ditunjuk ini
tercatat namanya di rekam medis pasien. Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP)/para
DPJP memberikan keseluruhan asuhan selama pasien berada di RS dapat meningkatkan
antara lain kesinambungan, koordinasi, kepuasan pasien, mutu, keselamatan, dan termasuk
hasil asuhan. Individu ini membutuhkan kolaborasi dan komunikasi dengan profesional
pemberi asuhan (PPA) lainnya.
Bila seorang pasien dikelola oleh lebih satu dokter penanggung jawab pelayanan
(DPJP) maka harus ditetapkan DPJP utama. Sebagai tambahan, rumah sakit menetapkan
kebijakan dan proses perpindahan tanggung jawab dari satu dokter penanggung jawab
pelayanan (DPJP) ke DPJP lain.
3. Rekam medis pasien berisi salinan resume pelayanan medis pasien pulang :
Resume pelayanan pasien disiapkan waktu pasien pulang dari rumah
sakit .Resume pasien pulang dibuat rangkap 3 (tiga). Staf yang mampu mengkomplikasi
resume tersebut, misalnya dokter, dokter ruangan atau staf lain.
Salinan resume pelayanan pasien pulang ditempatkan dalam rekam medis dan
sebuah salinan diberikan kepada pasien atau keluarganya, jika ada indikasi dan sesuai
peraturan perundang-undangan. Salinan resume pelayanan tersebut diberikan kepada
praktisi kesehatan yang akan bertanggung jawab untuk pelayanan berkelanjutan bagi
pasien atau tindak lanjutnya.
a. Resume pelayanan pasien pulang disiapkan oleh tenaga yang mampu pada waktu pasien
pulang.
b. Ringkasan berisi pula instruksi untuk tindak lanjut.
c. Salinan ringkasan pelayanan pasien didokumentasikan dalam rekam medis
d. Kalau tidak bertentangan dengan kebijakan rumah sakit, hukumatau budaya, pasien juga
diberikan salinan ringkasan pelayanan pasien pulang.
e. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan yang bertanggung
jawab terhadap tindak lanjut pelayanan.
f. Kebijakan dan prosedur menetapkan kapan resume pasien pulang harus dilengkapi dan
dimasukan ke status pasien.
4. Resume pelayanan pasien pulang lengkap.
Resume pelayanan pasien pulang menggambarkan tindakan yang dilakukan selama
pasien tinggal di rawat di puskesmas. Resume dapat dipergunakan oleh praktisi kesehatan
yang bertanggung jawab untuk pelayanan selanjutnya mencakup :
a. Alasan masuk rumah sakit
b. Penemuan kelainan fisik dan lainnya yang penting.
c. Prosedur diagnosis dan pengobatan yang telah dilakukan
d. Pemberian medikamentosa dan pemberian obat waktu pulang.
12
e. Status/ kondisi pasien waktu pulang.
f. Instruksi follow-up/ tindak lanjut.
5. Pasien dan keluarga yang tepat, diberikan pengertian tentang intruksi tindak lanjut.
Untuk pasien yang tidak langsung dirujuk ke rumah sakit lain instruksi yang jelas
dimana dan bagaimana menerima pelayanan lanjutan adalah sangat penting
untukmendapatkan hasil yang optimal sesuai dengan yang dibutuhkan.
Instruksi mencakup nama dan lokasi untuk pelayanan lanjutan, kapan kembali ke
rumah sakit untuk kontrol dan kapan pelayanan yang mendesak harus didapatkan. Keluarga
diikutsertakan dalam proses apabila pasien kurang dapat mengerti dan mengikuti instruksi.
Keluarga juga diikutsertakan apabila mereka berperan dalamproses pemberian pelayanan
lanjutan.
a. Instruksi untuk tindak lanjut diberikan dalam bentuk dan cara yang mudah dimengerti
pasien dan keluarganya.
b. Instruksi mencakup kapan kembali untuk pelayanan tindak lanjut.
c. Instruksi mencakup kapan mendapatkan pelayanan yang mendesak.
d. Keluarga diberikan instruksi untuk pelayanan bila diperlukan dengan kondisi pasien.
6. Rumah sakit mempunyai proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien
yang pulang karena menolak nasehat medis.
Apabila pasien rawat inap atau pasien rawat jalan memilih pulang karena menolak
nasehat medis, ada resiko berkenaan dengan pengobatan yang tidak adekuat yang dapat
berakibat cacat permanen atau kematian. Rumah sakit perlu mengerti alasan kenapa pasien
menolak nasehat medis sehingga dapat berkomunikasi secara lebi baik dengan mereka.
Apabila pasien mempunyai keluarga dokter, maka untuk mengurangi resiko rumah sakit
dapat memberitahukan dokter tersebut. Proses dilaksanakan sesuai dengan hukum dan
peraturan yangj berlaku
a. Ada proses untuk penatalaksanaan dan tindak lanjut bagi pasien rawat inap dan pasien
rawat jalan yang pulang karena menolak nasehat medis.
b. Apabila diketahui ada keluarganya yang dokter, kepadanya diberitahu. Proses
dilaksanakan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
14
Berdasarkan Kepmenkes No.828 MENKES/SK/IX/2008 Definisi Operasional
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota pelayanan kesehatan
rujukan terdiri dari 2 cakupan yaitu Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat
miskin dan Cakupan Pelayanan Gawat Darurat level 1 yang harus diberikan.
Prosedur Rujukan :
Pada dasarnya, prosedur fasilitas pemberi pelayanan kesehatan pengirim rujukan adalah
sebagai berikut (Pedoman Sistem Rujukan Nasional KemenKes tahun 2012) :
1. Menjelaskan kepada para pasien atau keluarganya tentang alasan rujuk;
2. Melakukan komunikasi dengan fasilitas kesehatan yang dituju sebelum merujuk;
3. Membuat surat rujukan dan juga melampirkan hasil diagnosis pasien dan catatan
medisnya;
4. Mencatat pada register dan juga membuat laporan rujukan;
5. Stabilisasi keadaan umum pasien, dan dipertahankan selama dalam perjalanan;
6. Pendampingan pasien oleh tenaga kesehatan;
7. Menyerahkan surat rujukan kepada pihak-pihak yang berwenang di fasilitas pelayanan
kesehatan di tempat rujukan;
8. Surat rujukan pertama harus berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan primer, kecuali
dalam keadaan darurat;
9. Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada Askes, Jamkesmas, Jamkesda, SKTM dan
badan penjamin kesehatan lainnya tetap berlaku.
kondisi pasien.
2.2.6 Transportasi
Rumah sakit menetapkan regulasi tentang transportasi dalam proses
merujuk, memindahkan atau pemulangan, serta pasien rawat inap dan rawat jalan
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Proses merujuk, memindahkan, dan memulangkan pasien membutuhkan
pemahaman tentang kebutuhan transport pasien. Misalnya, pasien dari unit
pelayanan kronik atau pusat rehabilitasi yang membutuhkan pelayanan rawat jalan
atau evaluasi asuhan di unit darurat mungkin tiba dengan ambulans atau
transportasi lainnya. Setelah selesai, pasien mungkin minta bantuan transpor untuk
kembali ke rumahnya atau fasilitas lain. Pada situasi lain, misalnya pasien
mengemudi kendaraannya sendiri menuju ke rumah sakit untuk mendapatkan
tindakan yang kemudian karena tindakan tadi mengganggu kemampuannya
mengemudi sendiri untuk pulang (seperti, operasi mata, prosedur yang
memerlukan sedasi dan sebagainya). Merupakan tanggung jawab rumah sakit
melakukan asesmen kebutuhan transpor pasien dan memastikan pasien mendapat
transportasi aman. Bergantung pada kebijakan rumah sakit dan peraturan
perundang-undangan apakah ongkos transpor dapat atau tidak menjadi tanggung
jawab rumah sakit.
Jenis kendaraan untuk transportasi berbagai macam, mungkin ambulans
atau kendaraan lain milik rumah sakit atau berasal dari sumber yang diatur oleh
keluarga atau teman. Jenis kendaraan yang diperlukan bergantung pada kondisi
dan status pasien.
Kendaraan transportasi milik rumah sakit harus tunduk pada peraturan
perundangan yang mengatur tentang kegiatan operasionalnya, kondisi, dan
perawatan kendaraan. Rumah sakit mengidentifikasi kegiatan transportasi yang
berisiko terkena infeksi dan menentukan strategi mengurangi risiko infeksi.
Persediaan obat dan perbekalan medis yang harus tersedia dalam kendaraan
bergantung pada pasien yang dibawa. Misalnya, membawa pasien geriatri dari unit
16
rawat jalan pulang ke rumahnya sangat berbeda dengan jika harus transfer pasien
dengan penyakit menular atau transpor pasien luka bakar ke rumah sakit lain.
Jika rumah sakit membuat kontrak layanan transportasi maka rumah sakit
harus dapat menjamin bahwa kontraktor harus memenuhi standar untuk mutu dan
keselamatan pasien dan kendaraan. Jika layanan transpor diberikan oleh
Kementerian Kesehatan atau Dinas Kesehatan, perusahaan asuransi, atau
organisasi lain yang tidak berada dalam pengawasan rumah sakit maka masukan
dari rumah sakit tentang keselamatan dan mutu transpor dapat memperbaiki
kinerja penyedia pelayanan transpor.
Dalam semua hal, rumah sakit melakukan evaluasi terhadap mutu dan
keselamatan pelayanan transportasi. Hal ini termasuk penerimaan, evaluasi, dan
tindak lanjut keluhan terkait pelayanan transportasi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19