Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PELAYANAN REKAM MEDIS DI UNIT TPPGD


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Manajemen Mutu
Dosen Pengampu : Dedi Setiadi, SKM, M.Kes

OLEH :
Asri Yusria P20637020043
Eva Sofwatul Azizah P20637020052
Lestari Dwi Mulyani P20637020058
Listia Febiani P20637020059
Rossi Sofiyanti Maharani P20637020066
Syalma Putri Maulidiati P20637020067
Salza Nadia Farda P20637020070

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
PRODI D3 REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN
TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan laporan Manajeman Mutu. Atas
rahmat dan hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan laporan yang berjudul
(Pelayanan Rekam Medis di Unit TPPGD) dengan tepat waktu. Laporan
(Pelayanan Rekam Medis di Unit TPPGD) disusun untuk memenuhi tugas Bapak
Dedi Setiadi, SKM, M.Kes pada mata kuliah Manajemen Mutu Poltekkes Kemenkes
Tasikmalaya. Selain itu, kami juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca.
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dedi
Setiadi, SKM, M.Kes selaku dosen mata kuliah Manajemen Mutu. Tugas yang telah
diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang
dibahas dalam makalah yang dikerjakan. Kami juga mengucapkan terima kasih
pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Tasikmalaya, 29 Oktober 2021


Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Kemenkes RI, 2010). Hakikat dasar dari rumah sakit adalah memberikan
pelayanan terbaik kepada pasien yang diharapkan mampu untuk
menyelesaikan masalah kesehatan pasien. Perbaikan mutu pelayanan
senantiasa ditingkatkan demi menunjang fasilitas rumah sakit. Salah satu
mutu pelayanan yang harus dijaga di rumah sakit adalah adanya
penyelenggaraan rekam medis (Fachriza et al., 2019).
Pelayanan IGD merupakan tindakan untuk memberi pertolongan
pertama bagi pasien untuk menghindari resiko seperti kematian,
menanggulangi korban bencana lainnya yang langsung membutuhkan
tindakan.(Katarina & Ambarsari, 2018). Upaya pemberian pelayanan
terhadap pasien, tentu gerbang utama dari sebuah pelayanan rumah sakit
adalah unit rekam medis yang salah satunya adalah unit TPPGD. Bagian
TPPGD merupakan bagian yang paling utama sekaligus terpenting bagi
rumah sakit. Karena bagian ini merupakan ujung tombak pelayanan rumah
sakit khususnya untuk kegawat daruratan, sehingga petugas dituntut untuk
cekatan dalam melakukan pendaftaran pasien.(Sakit & Pusat, 2017) Pada
bagian ini resiko penularan penyakit sangat besar, dikarenakan petugas
pendaftaran melakukan kontak langsung dengan pasien atau keluarga
pasien. Oleh karena itu berbagai upaya perlu dilakukan untuk mengurangi
tingginya penularan penyakit termasuk virus Covid-19 (Sagala, 2020).
Pengelolaan manajemen kualitas memerlukan pengetahuan
mengenai harapan pelanggan terhadap kualitas sehingga dapat dipakai
dalam pembuatan kebijakan dan prosedur untuk mencapai kualitas yang
diharapkan. Penting untuk mengenali hal kritis dalam sistem pelayanan
IGD dalam menganalisis tahapan yang berguna dalam identifikasi aktifitas
yang memiliki nilai tambah sehingga mampu meningkatkan kualitas
pelayanan atau sebaliknya menghilangkan hal yang dapat menurunkan
kualitas. Kualitas dapat diartikan mampu memberi sesuatu yang berbeda
untuk orang yang berbeda. Kualitas merupakan totalitas penampilan dan
karakteristik produk atau pelayanan yang memberi kepuasan atau mampu
memenuhi kebutuhan. Mendefinisikan harapan terhadap kualitas
merupakan hal kritis dalam manajemen operasional secara efektif dan
efisien (Heizer et al., 2014)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Rumah Sakit?
2. Bagaimana standar pelayanan Rumah Sakit?
3. Siapa sasarann Rumah Sakit?
4. Apa pengertian dari TPPGD dan apa tugas pokok dan fungsi TPPGD?
5. Bagaimana alur kegiatan di TPPGD?
6. Bagaimana standar pelayanan minimal TPPGD di Rumah Sakit?
7. Apa pengertian Triage?
8. Bagaimana strategi pebaikan mutu dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengertian dari Rumah Sakit.
2. Mengetahui standar pelayanan Rumah Sakit.
3. Mengetahui sasaran Rumah Sakit.
4. Mengetahui pengertian TPPGD, tugas pokok dan fungsi TPPGD.
5. Memahami dan mengetahui alur kegiatan di TPPGD.
6. Mengetahui standar pelayanan minimal TPPGD di Rumah Sakit.
7. Mengetahui pengertian Triage.
8. Mengetahui strategi perbaikan mutu dan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Rumah Sakit


Beberapa pengertian rumah sakit, antara lain:
a. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (UU RI No. 44, 2009).
b. Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat
menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan
terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan Kesehatan
(Permenkes RI No. 1204, 2004).
Dari definisi di atas diketahui bahwa rumah sakit melakukan
beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan
penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi,
pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan
dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian
dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk
menghindari risiko dan gangguan kesehatan.
Berdasarkan Pasal 4 Undang Undang No 44 tahun 2009 Tentang
Rumah Sakit menjelaskan Rumah Sakit mempunyai tugas
memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna.Untuk
menjalankan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Rumah
Sakit mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit;
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui
pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga
sesuai kebutuhan medis;
c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia
dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian
pelayanan kesehatan, dan;
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
Kesehatan.
Pengaturan tugas dan fungsi Rumah Sakit yang terkait dengan
banyaknya persyaratan yang harus dipenui dalam pendirian Rumah
Sakit merupakan salah satu bentuk pengawasan preventif terhadap
Rumah Sakit. Di samping itu penetapan sanksi yang sangat berat
merupakan bentuk pengawasan represifnya. pengaturan tersebut
sebenaranya dilatarbelakangi oleh aspek pelayanan kesehatan sebagai
suatu hal yang menyangkut hajat hidup sangat penting bagi
masyarakat.
Pengaturan tentang peran dan fungsi Rumah Sakit sebelumnya
meliputi hal berikut ini:
a. Menyediakan dan menyelenggarakan :
1) Pelayanan medik;
2) Pelayanan penunjang medik;
3) Pelayanan perawat;
4) Pelayanan Rehabilitas;
5) Pencegahan dan peningkatan Kesehatan
b. Sebagai tempat Pendidikan dan atau Latihan tenaga medik atau
tenaga paramedik
c. Sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi
bidang Kesehatan.
Menurut Djojodibroto (1997) menyatakan bahwa organisasi rumah
sakit mempunyai sejumlah sifat atau karakteristik yang tidak dipunyai
organisasi lainnya, antara lain:
a. Sebagian besar tenaga kerja rumah sakit adalah tenaga
professional, wewenang kepala rumah sakit berbeda dengan
wewenang pimpinan perusahaan. Tugas-tugas kelompok
profesional lebih banyak dibandingkan tugas kelompok
manajerial, beban kerjanya tidak bisa diatur berdasarkan jumlah
pekerjaan dan sifat pekerjaan di unit kerja beragam. Hampir
semua kegiatannya bersifat penting, pelayanan rumah sakit juga
bersifat individualistik.
b. Setiap pasien harus dipandang sebagai individu yang utuh, aspek
fisik, aspek mental, aspek sosiokultur dan aspek spiritual harus
mendapat perhatian penuh pelayanan bersifat pribadi, cepat dan
tepat pelayanan berjalan terus menerus selama 24 jam dalam
sehari.
B. Standar Pelayanan di Rumah Sakit
Standar pelayanan kesehatan di rumah sakit yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan, berarti hal tersebut harus
sesuai dengan yang ada di dalam peraturan menteri kesehatan. Dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2016 Tentang Standar
Pelayanan Minimum Bidang Kesehatan pasal 1 mengatakan bahwa
“Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan, yang selanjutnya
disingkat SPM Bidang Kesehatan merupakan acuan bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam penyediaan pelayanan kesehatan yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal.” Pemerintah
mempunyai tanggung jawab untuk menjamin setiap warga negara
memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhan. Sebagai suatu kebutuhan dasar, setiap individu
bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan
orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga pada
dasarnya pemenuhan kebutuhan masyarakat terhadap kesehatan adalah
tanggung jawab setiap warganegara.
Menurut Pohan S, (2007) Secara luas standar rumah sakit juga
termasuk dalam standard pelayanan kesehatan. Standar pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari layanan kesehatan itu sendiri dan
memainkan peranan yang penting dalam menagatasi masalah mutu
layanan kesehatan.
Menurut Kemenkes RI (2010) dalam A.A. Gde Muninjaya
(2011), mutu pelayanan kesehatan meliputi kinerja yang menunjukkan
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, tidak saja yang dapat
menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata
penduduk tapi tetapi juga sesuai dengan standard dan kode etik profesi
yang telah ditetapkan.
Menurut Azwar 1996 menjelaskan bahwa mutu adalah tingkat
kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang sedang diamati dan juga
merupakan kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan
sedangkan,  sedangkan menurut tappen 1995 menjelaskan mutu adalah
penyesuaian terhadap keinginan pelanggan dan sesuai dengan standar
yang berlaku serta tercapainya tujuan yang diharapkan. Mutu adalah
faktor keputusan mendasar dari pelanggan mutu adalah penentuan
pelanggan ,bukan ketetapan Insinyur ,pasar atau ketetapan
manajemen.  berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan
sebagai kondisi dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan
pelanggan,  standar yang berlaku dan tercapainya  tujuan. 
Dimensi mutu pelayanan kesehatan antara lain :
a. Dimensi kompetensi teknis, meliputi keterampilan, kemampuan dan
penampilan atau kinerja pemberi layanan kesehatan. Dimensi ini
berhubungan Bagaimana pelayanan kesehatan standar layanan
kesehatan yang telah disepakati yang meliputi kepatuhan,
ketepatan, kebenaran dan konsistensi.
b. Dimensi keterjangkauan atau akses, artinya layanan kesehatan itu
harus dapat dijangkau oleh masyarakat, tidak terhalang geografis,
ekonomi, sosial ,organisasi dan bahasa.
c. Definisi efektivitas artinya harus mampu mengobati atau
mengurangi keluhan yang ada ada, mencegah terjadinya penyakit
serta berkembangnya atau meluasnya penyakit yang ada
d. Definisi efisiensi pelayanan kesehatan yang efisien dapat melayani
lebih banyak pasien atau masyarakat. 
e. Definisi kesinambungan  artinya nya  dapat kebutuhan termasuk
rujukan , mengulangi prosedur diagnosis dan terapi yang tidak
perlu.
f. Definisi Keamanan Maksud hal ini pelayanan kesehatan itu harus
aman bagi pasien bagi pemberi layanan maupun masyarakat sekitar.
g. Definisi  kenyamanan  dalam hal ini  pasien  dan masyarakat harus
diberikan kenyamanan sehingga mereka dapat kembali berobat ke
tempat tersebut
1) Standar Layanan Kesehatan
Untuk mengetahui standar pelayanan kesehatan maka harus
melihat pada standar pelayanan kesehatan yang harus dimiliki oleh
pemberi pelayanan kesehatan dalam hal ini penyedia layanan
kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit dan dari tenaga
kesehatan itu sendiri seperti dokter, perawat, apoteker, sarana dan
prasarana dan lain-lain. Pelayanan kesehatan baik di puskesmas, rumah
sakit atau institusi pelayanan kesehatan lainnya merupakan suatu
sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling terkait, saling
tergantung, saling mempengaruhi antara satu sama lain. Standar
pelayanan kesehatan yang baik terdiri dari 3 (tiga) komponen yang
harus dimiliki yaitu adanya masukan (input), proses yang dilakukan,
dan hasil yang di capai (outcome).
1) Masukan (input)
Masukan (Input) yang dimaksud di sini adalah sarana fisik,
perlengkapan dan peralatan, organisasi dan manajemen
keuangan, serta sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
di puskesmas dan rumah sakit. Beberapa aspek penting yang
harus mendapat perhatian dalam hal ini adalah kejujuran,
efektivitas, serta kuantitas dan kualitas dari masukan yang ada.
Pelayanan kesehatan yang baik memerlukan dukungan input
yang bermutu yaitu sumber daya yang ada perlu diorganisasikan
dan dikelola sesuai dengan perundang-undangan dan prosedur
kerja yang berlaku dalam hal ini adalah memiliki tenaga
kesehatan yang baik yang bekerja secara profesional
2) Proses yang dilakukan
Proses adalah semua kegiatan atau aktivitas dari seluruh
karyawan
dan tenaga profesi dalam interaksinya dengan pelanggan. Baik
tidaknya proses yang dilakukan di puskesmas atau rumah sakit
dapat diukur dari:
a) Relevan atau tidaknya proses yang diterima oleh pelanggan
dalam hal ini pasien;
b) Efektif atau tidaknya proses yang dilakukan;
c) Dan mutu proses yang dilakukan.
Variable proses merupakan pendekatan langsung terhadap
pelayanan kesehatan. Semakin patuh petugas atau tenaga
kesehatan terhadap standar pelayanan kesehatan, maka semakin
baik pula standar pelayanan kesehatan yang dimiliki.
3) Hasil yang dicapai (outcome)
Hasil yang dicapai disini adalah merupakan tindak lanjut dari
pelayanan kesehatan yang diberikan terhadap pasien, apakah
pelayanan kesehatan yang diberikan telah sesuai dengan standar
pelayanan kesehatan yang ada atau tidak dapat dilihat dari hasil
pengobatan yang diberikan kepada pasien dan apakah pasien
tersebut dengan melihat dari kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan tersebut.
Mutu pelayanan kesehatan adalah derajat atau tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai
dengan standar pelayanan yang berlaku. Menurut Azwar (1996), mutu
pelayanan kesehatan bersifat multidimensi sebab mutu pelayanan
kesehatan dapat dilihat dari tiga sudut pandang yaitu dari pihak
pemakai jasa pelayanan, pihak penyelenggara pelayanan, dan pihak
dan pihak penyandang dana mutu.
Peningkatan mutu merupakan suatu proses pengukuran derajat
kesempurnaan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan standar atau
prinsip dengan tindakan perbaikan yang sistematik dan
berkesinambungan untuk mencapai mutu pelayanan yang optimum
atau prima sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kemampuan sumber daya yang ada (Supriyanto & Wulandari,
2011).
Mutu pelayanan Rumah Sakit adalah derajat kesempurnaan
pelayanan Rumah Sakit untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar
profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber
daya yang tersedia di Rumah Sakit secara wajar, efisien dan efektif
serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma,
etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan keterbatasan
dan kemampuan Rumah Sakiit dan masyarakat konsumen.
Di Rumah Sakit upaya peningkatan mutu pelayanan adalah
kegiatan yang bertujuan memberikan asuhan atau pelayanan sebaik-
baiknya kepada pasien. Upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah
Sakit akan sangat berarti dan efektif bilamana upaya peningkatan
mutu menjadi tujuan sehari-hari dari setiap unsur di Rumah Sakit
termasuk pimpinan, pelaksana pelayanan langsung dan staf
penunjang.
Upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat diartikan
keseluruhan upaya dan kegiatan secara komprehensif dan integratif
memantau dan menilai mutu pelayanan Rumah Sakit, memecahkan
masalah-masalah yang ada dan mencari jalan keluarnya, sehingga
mutu pelayanan Rumah Sakit akan menjadi lebih baik.
C. Sasaran Rumah Sakit
Menurut Supriyanto (2007), dalam buku pemasaran jasa
pelayanan kesehatan, ada beberapa sasaran rumah sakit :
a. Masyarakat umum : golongan masyarakat bebas dan tidak terikat
oleh instansi apapun.
b. Masyarakat terkoordinir : yaitu masyarakat dalam wadah suatu
organisani, misalnya ; perkantoran, pabrik, dan hotel.
c. Masyarakat yang telah mempunyai langganan seorang dokter
keluarga. Umumnya golongan ini bila memerlukan pelayanan
rumah sakit selalu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter
keluarganya.
D. Pengertian TPPGD
TPPGD (Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat) adalah
kontak awal antara pasien dengan Rumah Sakit serta merupakan
mekanisme kerja tertib administraso yang meliputi pelayanan yang
cepat, rapi, teliti, dan , menjaga kerahasiaan.
Tugas Pokok dan Fungsi TPPGD.
1. Melakukan pendaftaran pasien gawat darurat.
2. Mencatat data dasar pasien kedalam formulir dan memberikan
nomor RM.
3. Mendistribusikan RM ke UGD.
4. Memberikan informasi tentang pelayanan-pelayanan di RS.
E. Alur Kegiatan di TPPGD
1) Menyiapkan formulir, catatan, dan buku-buku yang digunakan di
TPPGD.
2) Menanyakan pasien sudah pernah berobat sebelumnya, kemudian
menanyakan membawa surat rujukan atau tidak
3) Pelayanan pasien baru :
a) Menananyakan identitas pasien lengkap dan dicatat pada KIB,
KIUP, formulir Gawat Darurat, serta buku register pendaftaran
Gawat Darurat.
b) Menyerahkan KIB pada pasien dengan pesan agar selaludibawa
setiap kalai berobat
c) Menyerahkan KIUP pada TTPRJ
d) Jika membawa surat rujukan :
(a) Membaca surat rujukan tersebut, ditujukan untuk dokter
siapa.
(b) Memperkenalkan surat rujukan pada DRM.
4) Pelayanan pasien lama :
a) Menanyakan membawa KIB atau tidak
b) Jika membawa, catat nama dan nomor RM pada tracer
kemudian minta DRM pasien ke bagian Filing.
c) Jika tidak membawa, petugas menanyakan nama dan alamat
pasien, petugas mencari KIUP di TPPRJ, setelah ditemukan
petugaslangsung menuliskan nama dan nomor RM pasien pada
tracer, kemudian menggunakan tracer untuk meminjam DRM
pasien ke bagian Filling, jika sudah selesai petugas menyimpan
KIUP ke TPPRJ.
d) Menerima DRM dari filing dengan menandtangani buku
ekspedisi filling.
e) Mencatat identitas pasien dan nomor pada buku register.

F. Standar Minimal Pelayanan di TPPGD


Standar Pelayanan Minimal, adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang
berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Juga merupakan
spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang
diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat. SPM ini
dapat dijadikan acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait
dalam melaksanakan perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap
jenis pelayanan.
Standar dan indikator mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit
dengan jenis pelayanan Gawat Darurat mengacu pada Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal. Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit diharapkan dapat membantu pelaksanaan penerapan
Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit.
Tabel 1 Standar Pelayanan TPPGD di Rumah Sakit

Jenis
Indikator Standar
Pelayanan
Gawat 1. Kemampuan menangani life 1.100%
Darurat saving anak dan dewasa

2. Jam buka pelayanan gawat 2.24 jam


darurat
3.100%
3. Pemberi pelayanan gawat
darurat yang bersertifikat yang
masih berlaku, BLS/ PPGD/
GELS/ ALS 4.Satu tim

4. Ketersediaan tim
penanggulangan bencana 5.≤ lima menit
terlayani, setelah
5. Waktu tanggap pelayanan pasien dating
dokter di gawat darurat
6.≥ 70%
6. Kepuasan pelanggan
7.≤ dua per seribu
7. Kematian pasien < 24 jam (pindah ke
pelayanan rawat
inap setelah 8 jam)

8.100%
8. Khusus untuk rumah sakit
jiwa pasien dapat ditenangkan
dalam waktu ≤ 24 jam
9.100%
9. Tidak adanya pasien yang
diharuskan membayar uang
muka

G. Pengertian Triage
Triase Adalah Proses khusus memilah dan memilih pasien
berdasarkan beratnya penyakit menentukan prioritas perawatan gawat
medik serta prioritas transportasi. artinya memilih berdasarkan prioritas
dan penyebab ancaman hidup.
Triase/Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian diberikan prioritas untuk dirawat atau dievakuasi ke fasilitas
kesehatan.
Tujuan Triase perawatan gawat darurat:
1) Identifikasi cepat korban yang memerlukan stabilisasi segera, Ini
lebih ke perawatan yang dilakukan di lapangan.
2) Identifikasi korban yang hanya dapat diselamatkan dengan
pembedahan
3) Untuk mengurangi jatuhnya korban jiwa dan kecacatan. Inilah tiga
alasan dan tujuan dilakukannya.

H. Strategi Perbaikan Mutu dan Peningkatan Pelayanan


Kesehatan
Peningkatan mutu merupakan suatu proses pengukuran
derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan dibandingkan dengan
standar atau prinsip dengan tindakan perbaikan yang sistematik dan
berkesinambungan untuk mencapai mutu pelayanan yang optimum
atau prima sesuai dengan standar ilmu pengetahuan dan teknologi
serta kemampuan sumber daya yang ada (Supriyanto & Wulandari,
2011).
Upaya peningkatan mutu termasuk kegiatan yang
melibatkan mutu asuhan atau pelayanan dengan penggunaan
sumber daya secara tepat dan efisien. Walaupun disadari bahwa
mutu memerlukan biaya, tetapi tidak berarti mutu yang lebih baik
selalu memerlukan biaya lebih banyak atau mutu rendah biayanya
lebih sedikit. Berdasarkan hal di atas maka disusunlah definisi dan
tujuan dari upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit.
Strategi perbaikan mutu, diantaranya:
a. Quality Assurance (Jaminan mutu)
 Jaminan mutu adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk menetapkan melaksanakan dan memonitor pelaksanaan
standar dan rangkaian peningkatan kinerja melalui upaya perbaikan
secara berkesinambungan Sehingga pelayanan yang diberikan
memenuhi bahkan melebihi harapan pelanggan dan dilakukan
dengan efektif seaman mungkin. 
 dalam upaya perbaikan mutu pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan perlu diperhatikan empat kaidah sebagai berikut:
1) Jaminan mutu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan dan
harapan pasien masyarakat
2) Jaminan mutu berfokus pada sistem dan proses
3) Jaminan mutu menggunakan data untuk menganalisis proses
penyediaan pelayanan
4) Jaminan  pendekatan tim untuk memecahkan masalah dan
perbaikan mutu secara berkesinambungan
b. Continous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Yang
Berkelanjutan)
  Peningkatan ini sering diartikan sama dengan total quality
management karena semuanya mengacu pada kepuasan pasien dan
perbaikan secara menyeluruh. Wijno 2000 Mengatakan bahwa
peningkatan mutu bertujuan untuk meningkatkan mutu yang tinggi
dalam pelayanan keperawatan yang komprehensif dan baik-baik,
tidak hanya memenuhi harapan aturan yang ditetapkan standar yang
berlaku . Continuous quality management dalam pelayanan
kesehatan dapat diartikan adalah upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan secara terus-menerus yang memfokuskan
pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan kepuasan pasien. oleh
oleh karena perlu mengenai karakter dan yang yang ditandai yang
dapat mempengaruhi mutu dari outcome  yang ditandai dengan
kepuasan pasien Rakhmawati 2009. 
c. Total quality management
Manajemen kualitas menyeluruh atau total quality
management adalah suatu cara meningkatkan performansi secara
terus-menerus pada setiap waktu operasi atau proses, dalam setiap
area fungsional dari suatu organisasi, Dengan menggunakan kan
semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus
pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu secara menyeluruh .
shewat dan deming  mengemukakan langkah-langkah perbaikan
mutu sebagai siklus pemecahan masalah. 
1) Plan  adalah langkah perbaikan proses yang dapat dicapai
pada setiap organisasi. perbaikan ini ditujukan pada
persyaratan yang diajukan oleh pelanggan maupun input
dari rekam pelanggan internal
2) Do adalah ketika inisiatif untuk melakukan yang telah
direncanakan maka inilah saatnya melakukan uji coba dalam
skala kecil . 
3) Check/Study adalah hasil uji coba analisis dan didiskusikan
bersama sehingga dapat di pahami keterkaitan antara
masalah yang satu dengan yang lain dapat memberikan
rekomendasi yang perlu dilakukan untuk perbaikan.
4) Act adalah berdasarkan hasil uji coba dapat diambil
keputusan untuk melakukan adopsi perubahan, melakukan
penyesuaian atau alternatif lain.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan ;
1. Rumah Sakit adalah jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan
rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat
pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat
penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan
serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan.
2. TPPGD (Tempat Pendaftaran Pasien Gawat Darurat) adalah kontak
awal antara pasien dengan Rumah Sakit serta merupakan mekanisme
kerja tertib administrasi yang meliputi pelayanan yang cepat, rapi,
teliti, dan , menjaga kerahasiaan.
Tugas Pokok dan Fungsi TPPGD.
a. Melakukan pendaftaran pasien gawat darurat.
b. Mencatat data dasar pasien kedalam formulir dan memberikan
nomor RM.
c. Mendistribusikan RM ke UGD.
d. Memberikan informasi tentang pelayanan-pelayanan di RS
3. Strategi Perbaikan Mutu yaitu Quality Assurance (Jaminan mutu),
Continous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Yang
Berkelanjutan), Total quality management.
4. Sasaran Rumah Sakit yaitu masyarakat umum, masyarakat
terkoordinir, dan masyarakat telah mempunyai langganan seorang
dokter keluarga.
5. Tiga komponen standar pelayanan kesehatan yang baik yaitu adanya
masukan (input), proses yang dilakukan, dan hasil yang di capai
(outcome).
6. Indikator mutu Rumah Sakit meliputi indikator klinik, indikator yang
berorientasi pada waktu dan indikator ratio yang berdasarkan pada
efektifitas (effectivenes), efisiensi (efficiency), keselamatan (safety)
dan kelayakan (appropriateness).
B. Saran
1. Teknologi yang tersedia di runah sakit haruslah ditingkatkan guna
memberikan pelayanan dan jaminan kesehatan yang lebih baik lagi.
2. Pihak Rumah sakit lebih meningkatkan pelayanan TPPGD agar lebih
sistematis lagi guna memberikan kenyamanan terhadap keluarga
pasien

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Budi, Citra Savitri. (2011). “Manajemen Unit Kerja Rekam Medis”.
Yogyakarta : Quantum sinergi Media.
[2]. Fazani, Aswidha. (2012). “Sistem Pelayanan Rekam medis.
http://aswidhafm.blogspot.co.id/2012/sistem-pelayanan-rekam-medis-part-3.html.
[3]. Kartikasari, D. (2019). Administrasi Rumah Sakit. Indonesia: Wineka Media. SAKIT,
U.-U. R. (2009). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO 44 TAHUN
2009 TENTANG RUMAH SAKIT.
[4] RSUD SULTAN IMANUDDIN PANGKALAN BUN . (2016). From
http://rssi.kotawaringinbaratkab.go.id:90/berita-31-pengenalan-kriteria-
pasien-igd.html.
[5]. Shofari, Bambang. (2002). “Sistem dan Prosedur Pelayanan Kesehatan Rekam
Medis”. Semarang: PORMIKI
[6]. Sujono, I. (2015). Mutu Pelayanan Instalasi Gawat Darurat RSU BLUD
DR.H Soemarno Sostroatmojo Tanjung Selor Tahun 2015. Disertasi. Bandung:
Universitas terbuka Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pengembangan Pasien IGD
Lampiran 2 Assesmen Pasien Gawat Darurat
Lampiran 3 Triase IGD
Lampiran 4 Pengkajian Gawat Darurat
Lampiran 5 Buku Register IGD

Anda mungkin juga menyukai