Oleh :
Swens A. Rompis, S.Ked
Supervisor Pembimbing
Dr. dr. O. I. Palandeng, SpTHT-KL (K)
Abstrak
• Tujuan: Untuk menilai perbedaan terapi antara anti-vitamin K (AVK) dan antikoagulan
oral baru (NOAC) terhadap tingkat keparahan komplikasi epistaksis
• Bahan dan metode: Semua pasien epistaksis yang dirawat di departemen THT di
University Hospital Center dengan terapi antikoagulasi oral antara Januari 2010 sampai
Juni 2015 dimasukkan dalam studi retrospektif. Tingkat keparahan dinilai dalam hal
manajemen dan tingkat hemoglobin saat masuk. Dua kelompok dibedakan: pengobatan
dengan AVK atau dengan NOAC.
• Hasil: Seratus tiga puluh empat pasien yang terbagi: 126 di bawah AVK dan 8 di bawah
NOAC. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal lama perawatan rumah sakit: 4,5
hari untuk AVK versus 3,5 hari untuk NOAC (P = 0,019; 95% CI [0,1921; 0,8907]). Tidak
ada perbedaan signifikan untuk kriteria keparahan penyakit. Tidak ada pasien yang
meninggal.
• Kesimpulan: Penanganan komplikasi epistaksis dengan terapi NOAC adalah rendah, dan
jauh lebih rendah daripada terapi AVK. Penanganan perdarahan setara dengan kedua
terapi. NOAC secara signifikan mengurangi waktu perawatan di rumah sakit. Berlawanan
dengan hipotesis penelitian sebelumnya, dari studi ini disimpulkan bahwa epistaksis
dengan komplikasi dapat menjadi tidak serius dengan terapi NOAC dibandingkan dengan
terapi AVK.
Pengenalan
• Pengobatan dan pencegahan tromboemboli adalah masalah kesehatan masyarakat utama dalam hubungannya
dengan peningkatan risiko kematian, timbulnya masalah medis dan dampak sosial ekonomi serta peningkatan
jumlah pasien. Anti-vitamin K (AVK) adalah pengobatan yang direkomendasikan, terutama untuk kasus non-
valvular atrial fibrilasi.
• Sejak 2008, ada alternatif untuk AVK yaitu anti-koagulan oral baru (NOAC). Ini adalah penghambat koagulasi
langsung, yang bekerja pada trombin (anti-faktor IIa) atau faktor X. Kelas pertama hanya terdiri dari dabigatran
etexilate (Pradaxa®), dan rivaroxaban kedua (Xarelto®) dan apixaban (Eliquis®), dipasarkan sejak 2008, 2009
dan 2012, masing-masing. Statistik asuransi kesehatan nasional Prancis menunjukkan bahwa hampir setengah
(48%) dari pasien telah memulai terapi antikoagulasi oral antara Oktober 2012 dan September 2013. Penjualan
telah melonjak sejak produk diperkenalkan, dengan 1 juta dosis perhari (DDD) pada 2009 dan 117 juta pada 2013.
Peningkatan penggunaan disebabkan karena kemudahan penggunaan untuk pasien yakni tidak seperti AVK, tidak
ada pemantauan biologis atau penyesuaian dosis. NOACs juga tidak mempunyai kontraindikasi dengan
penggunaan obat atau makanan tertentu sehingga tidak menyulitkan pengobatan, yang ditemukan pada
penggunaan AVK
• Tetapi, Badan Keamanan Narkoba Nasional Prancis (Agence nationale desécurité du médicament: ANSM),
memperingatkan para dokter tentang resiko perdarahan terkait dengan penggunaan semua jenis antikoagulan.
Epistaksis salah satu komplikasi hemoragik yang terdiri dari perdarahan yang berulang dan berpotensi menjadi
berbahaya,.
• Dengan meningkatnya penggunaan NOAC, dapat diasumsikan bahwa tingkat epistaksis dengan penggunaan
NOAC juga meningkat. Tidak adanya pemantauan biologis, dengan modulasi dosis sesuai dengan konteks klinis,
kurangnya antagonis dan pedoman dalam kasus perdarahan menunjukkan bahwa epistaksis mungkin menjadi lebih
serius daripada dengan penggunaan terapi AVK.
• Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki perbedaan yang mungkin dalam keparahan epistaksis
dengan terapi AVK dibandingkan dengan NOACs.
Bahan dan metode
• Sebuah penelitian deskriptif retrospektif mencakup semua
pasien berusia > 18 tahun yang dirawat di departemen THT
University Hospital Center untuk epistaksis spontan di bawah
terapi antikoagulan dengan AVK atau NOAC antara 1 Januari
2010 dan 30 Juni 2015.
• Data terdiri dari variabel demografis (usia dan jenis kelamin),
jenis pengobatan dan indikasi, pemeriksaan biologis saat masuk
(hemostasis, urea dan kreatinemia), faktor risiko perdarahan
(tekanan darah tinggi dan / atau terapi antiplatelet bersamaan),
dan komorbiditas seperti gagal ginjal atau hati.
• Dua kelompok perlakuan dibedakan: AVK (fluindione, warfarin
atau acenocoumarol), dan NOAC (dabigatran etexilate,
rivaroxaban atau apixaban).
Hasil
• Antara 1 Januari 2010 dan 30 Juni 2015, 134 pasien yang dirawat karena
epistaksis dengan komplikasi diterapi dengan antikoagulasi oral: 126 dengan
terapi AVK dan 8 dengan NOAC. Molekul terdiri dari fluindione, 84,2% (n =
139); acenocoumarol, 6,1% (n = 10); warfarin, 4,9% (n = 8); rivaroxaban,
3% (n = 5); dan dabigatran, 1,8% (n = 3). Tidak ada pasien NOAC yang
menerima apixaban.
• Jumlah pasien yang dirawat karena epistaksis dengan komplikasi yang diberikan
pengobatan NOAC rendah, dan jauh lebih rendah daripada pengobatan AVK. NOAC juga
menyebabkan perdarahan menjadi tidak parah (berkurang), sehingga secara langsung
mengurangi waktu rawat inap pasien di rumah sakit. epistaksis dengan komplikasi juga
dapat menjadi tidak progresif dengan pengobatan NOAC dibandingkan dengan
pengobatan AVK.
• NOAC diindikasikan untuk pasien usia lanjut yang menunjukkan komorbiditas ganda.
Perlu untuk dilakukan pemantauan mengenai penyesuaian dosis sesuai kebutuhan. Sebuah
penelitian retrospektif pada pasien dengan terapi antikoagulan oral yang datang ke IGD
dengan epistaksis akan menjelaskan dengan lebih baik, apakah pemberian NOAC
mempengaruhi jumlah dan keparahan kasus epistaksis iatrogenic. Angka MRS kemudian
dapat dijadikan sebagai kriteria keparahan. Penelitian yang demikian dapat menggunakan
cohort yang lebih besar dan periode inklusi yang lebih singkat.
TERIMA KASIH