Anda di halaman 1dari 22

Laporan Kasus

HIFEMA

Oleh:

Kevin Arsastha Liang, S.Ked - 18014101011

Residen Pembimbing

dr. Vennie Mayulu

Supervisor Pembimbing

dr. Imelda Najoan, SpM

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus dengan judul:

HIFEMA

Oleh

Kevin Arsastha Liang, S.Ked- 18014101011

Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada :

November 2018

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

Dr. Imelda Najoan, SpM

Residen Pembimbing

dr. Vennie Mayulu

1
BAB I

PENDAHULUAN

Trauma okuli merupakan trauma atau cedera yang terjadi pada mata yang
dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata dan
rongga orbita, kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu
fungsi mata sebagai indra penglihat. Trauma okuli merupakan salah satu
penyebab yang sering menyebabkan kebutaan unilateral pada anak dan dewasa
muda, karena kelompok usia inilah yang sering mengalami trauma okuli yang
parah. Dewasa muda (terutama laki-laki) merupakan kelompok yang paling sering
mengalami trauma okuli. Penyebabnya dapat bermacam-macam, diantaranya
kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan, cedera olahraga, dan kecelakaan lalu
lintas.1
Prevalensi kebutaaan akibat trauma okuli secara nasional belum diketahui
dengan pasti, namun pada Survey Kesehatan Indra Penglihatan dan Pendengaran
pada tahun 1993-1996 didapatkan bahwa trauma okuli dimasukkan ke dalam
penyebab kebutaan lain-lain sebesar 0,15% dari jumlah total kebutaan nasional
yang berkisar 1,5%. Trauma okuli juga bukan merupakan 10 besar penyakit mata
yang menyebabkan kebutaan.1
Secara umum trauma okuli dibagi menjadi dua yaitu trauma okuli
perforans dan trauma okuli non perforans. Sedangkan klasifikasi trauma okuli
berdasarkan mekanisme trauma terbagi atas trauma mekanik (trauma tumpul dan
trauma tajam), trauma radiasi (sinar inframerah, sinar ultraviolet, dan sinar X) dan
trauma kimia (bahan asam dan basa).2
Sebagai seorang dokter harus memikirkan apakah kasus yang dihadapi
merupakan true emergency yang merupakan kasus sangat gawat dan harus
ditangani dalam hitungan menit atau jam, ataukah urgent case yang harus
ditangani dalam hitungan jam atau hari. Sehingga membutuhkan diagnosa dan
pertolongan cepat dan tepat. Trauma okuli merupakan kedaruratan mutlak di
bidang ocular emergency. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat trauma
okuli adalah erosi kornea, iridoplegia, hifema, iridosiklitis, subluksasi lensa,
luksasi lensa anterior, luksasi lensa posterior, edema retina dan koroid, ablasi
retina, ruptur koroid, serta avulsi papil saraf optik. 2

2
Hifema merupakan keadaan dimana terjadi perdarahan pada bilik mata
depan dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata. Darah ini berasal dari iris
atau badan siliar yang robek. Menurut Duke Elder (1954), hifema disebabkan oleh
robekan pada segmen anterior bola mata yang kemudian dengan cepat akan
berhenti dan darah akan diabsorbsi dengan cepat. Hal ini disebut dengan hifema
primer. Bila oleh karena sesuatu sebab misalnya adanya gerakan badan yang
berlebihan, maka timbul perdarahan sekunder atau hifema sekunder yang
pengaruhnya akan lebih hebat karena perdarahan lebih sukar hilang.3,4
Adanya hifema memiliki beberapa konsekuensi, yaitu peningkatan tekanan
intraokuler, kornea terkena darah, pembentukan sinekia posterior atau anterior,
dan katarak. Oleh karena hifema dapat menyebabkan penurunan penglihatan yang
signifikan, maka setiap dokter harus memperhatikan diagnosis, evaluasi, dan tata
laksana hifema.3,4
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus dengan diagnosis hifemapada pasien
yang dirawat di RSUP Prof. dr. R. D. Kandou.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Bola Mata


Mata adalah suatu struktur sferis berisi cairan yang dibungkus oleh
tiga lapisan. Dari luar ke dalam, lapisan–lapisan tersebut adalah : (1)
sklera/kornea, (2) koroid/badan siliaris/iris, dan (3) retina. Sebagian besar
mata dilapisi oleh jaringan ikat yang protektif dan kuat di sebelah luar,
sklera, yang membentuk bagian putih mata.1

Bola mata terbenam dalam corpus adiposum orbitae, namun terpisah


darinya oleh selubung fascia bola mata. Bola mata terdiri atas tiga lapisan dari
luar ke dalam, yaitu :
1. Tunica Fibrosa
Tunica fibrosa terdiri atas bagian posterior yang opaque atau sklera dan
bagian anterior yang transparan atau kornea. Sklera merupakan jaringan ikat
padat fibrosa dan tampak putih. Daerah ini relatif lemah dan dapat menonjol
ke dalam bola mata oleh perbesaran cavum subarachnoidea yang mengelilingi
nervus opticus. Jika tekanan intraokular meningkat, lamina fibrosa akan

4
menonjol ke luar yang menyebabkan discus menjadi cekung bila dilihat
melalui oftalmoskop.
Sklera juga ditembus oleh n. ciliaris dan pembuluh balik yang terkait
yaitu vv.vorticosae. Sklera langsung tersambung dengan kornea di depannya
pada batas limbus. Kornea yang transparan, mempunyai fungsi utama
merefraksikan cahaya yang masuk ke mata. Tersusun atas lapisan-lapisan
berikut ini dari luar ke dalam sama dengan: (1) epitel kornea (epithelium
anterius) yang bersambung dengan epitel konjungtiva. (2) substansia propria,
terdiri atas jaringan ikat transparan. (3) lamina limitans posterior dan (4)
endothel (epithelium posterius) yang berhubungan dengan aqueous humour.
2. Lamina vasculosa
Dari belakang ke depan disusun oleh sama dengan : (1) choroidea
(terdiri atas lapis luar berpigmen dan lapis dalam yang sangat vaskular) (2)
corpus ciliare (ke belakang bersambung dengan choroidea dan ke anterior
terletak di belakang tepi perifer iris) terdiri atas corona ciliaris, procesus
ciliaris dan musculus ciliaris (3) iris (adalah diafragma berpigmen yang tipis
dan kontraktil dengan lubang di pusatnya yaitu pupil) iris membagi ruang
diantara lensa dan kornea menjadi bilik mata depan dan bilik mata belakang,
serat-serat otot iris bersifat involunter dan terdiri atas serat-serat sirkuler dan
radier.
Bilik mata depan terletak antara persambungan kornea perifer dengan
iris. Pada bagian ini, terdapat jalinan trabekula yang dasarnya mengarah ke
badan siliar. Bagian dalam jalinan ini yang menghadap ke bilik mata depan
dikenal sebagai jalinan uvea. Bagian luar jalinan ini yang terletak dekat
kanalis schlemm dikenal sebagai jalinan korneoskleral. Serat-serat
longitudinal otot siliaris menyisip ke dalam jalinan trabekula tersebut. Kanal
schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi yang mengelilingi kornea.
Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel. Pada dinding sebelah dalam terdapat
lubang – lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan langsung antara
trabekula dan kanal schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran kolektor, 20
– 30 buah, yang menuju ke pleksus vena di dalam jaringan sclera dan
episkelera dan vena siliaris anterior di badan siliar.

5
Anatomi Bilik Mata Depan dan Jaringan Sekitar
3. Tunica sensoria (retina)
Retina terdiri atas pars pigmentosa luar dan pars nervosa di dalamnya.
Permukaan luarnya melekat pada choroidea dan permukaan dalamnya
berkontak dengan corpus vitreum. Tiga perempat posterior retina merupakan
organ reseptornya. Ujung anterior membentuk cincin berombak, yaitu ora
serrata, di tempat inilah jaringan syaraf berakhir. Bagian anterior retina
bersifat non-reseptif dan hanya terdiri atas sel-sel pigmen dengan lapisan
epitel silindris di bawahnya. Bagian anterior retina ini menutupi procesus
ciliaris dan bagian belakang iris.

Vaskularisasi Bola Mata


Pemasok utama orbita dan bagian-bagiannya berasal dari arteri
ophtalmica, yaitu cabang besar pertama arteri karotis interna bagian intrakranial.
Cabang ini berjalan di bawah nervus optikus dan bersamanya melewati kanalis
optikus menuju ke orbita. Cabang intraorbital pertama adalah arteri sentralis
retina, yang memasuki nervus optikus sebesar 8-15 mm di belakang bola mata.
Cabang-cabang lain arteri oftalmika adalah arteri lakrimalis, yang
memvaskularisasi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas, cabang-cabang
muskularis ke berbagai otot orbita, arteri siliaris posterior longus dan brevis, arteri

6
palpebra medialis ke kedua kelopak mata, dan arteri supra orbitalis serta supra
troklearis.5

Vaskularisasi pada Bola Mata


Arteri siliaris posterior brevis memvaskularisasi koroid dan bagian nervus
optikus. Kedua arteri siliaris longus memvaskularisasi badan siliar,
beranastomosis satu dengan yang lain, dan bersama arteri siliaris anterior
membentuk sirkulus arteriosus major iris. Arteri siliaris anterior berasal dari
cabang-cabang muskularis dan menuju ke muskuli rekti. Arteri ini
memvaskularisasi sklera, episklera, limbus, konjungtiva, serta ikut membentuk
sirkulus arteriosus major iris. 1,2,5
Drainase vena-vena di orbita terutama melalui vena oftalmika superior dan
inferior, yang juga menampung darah dari vena verticoasae, vena siliaris anterior,
dan vena sentralis retina. Vena oftalmika berhubungan dengan sinus kavernosus
melalui fisura orbitalis superior dan dengan pleksus venosus pterigoideus melalui
fisura orbitalis inferior.5

7
Vaskularisasi pada Segmen Anterior
B. Definisi
Hifema merupakan keadaan dimana terdapat darah di dalam bilik mata
depan, yaitu daerah di antara kornea dan iris, yang dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar dan bercampur
dengan humor aqueus (cairan mata) yang jernih. Darah yang terkumpul di bilik
mata depan biasanya terlihat dengan mata telanjang. Walaupun darah yang
terdapat di bilik mata depan sedikit, tetap dapat menurunkan penglihatan.4,6
Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat terjadi akibat trauma
tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Bila pasien duduk
hifema akan terlihat terkumpul dibawah bilik mata depan dan hifema dapat
memenuhi seluruh ruang bilik mata depan.4,6
Penglihatan pasien akan sangat menurun. Kadang-kadang terlihat
iridoplegia dan iridodialisis. Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora
dan blefarospasme.6
Gaya-gaya kontusif sering merobek pembuluh darah di iris dan merusak
sudut bilik mata depan. Darah di dalam aqueous dapat membentuk suatu lapisan
yang dapat terlihat (hifema). Glaukoma akut terjadi bila anyaman trabekular
tersumbat oleh fibrin dan sel atau bila pembentukan bekuan darah menimbulkan
bokade pupil.7

8
C. Klasifikasi
a) Berdasarkan penyebabnya hifema dibagi menjadi:5,6,7
1. Hifema traumatika adalah perdarahan pada bilik mata depan yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah iris dan badan silier akibat trauma
pada segmen anterior bola mata.
2. Hifema akibat tindakan medis (misalnya kesalahan prosedur operasi
mata).
3. Hifema akibat inflamasi yang parah pada iris dan badan silier, sehingga
pembuluh darah pecah.
4. Hifema akibat kelainan sel darah atau pembuluh darah (contohnya
juvenile xanthogranuloma).
5. Hifema akibat neoplasma (contohnya retinoblastoma).
b) Berdasarkan waktu terjadinya, hifema dibagi atas 2 yaitu:
1. Hifema primer, timbul segera setelah trauma hingga hari ke 2.
2. Hifema sekunder, timbul pada hari ke 2-5 setelah terjadi trauma.
c) Berdasarkan tampilan klinisnya dibagi menjadi beberapa grade (Sheppard)
1. Grade I : darah mengisi kurang dari sepertiga COA
2. Grade II : darah mengisi sepertiga hingga setengah COA
3. Grade III : darah mengisi hampir total COA
4. Grade IV : darah memenuhi seluruh COA

9
D. Etiologi
Hifema biasanya disebabkan oleh trauma tumpul pada mata seperti terkena
bola, batu, peluru senapan angin, dan lain-lain. Selain itu, hifema juga dapat
terjadi karena kesalahan prosedur operasi mata. Keadaan lain yang dapat
menyebabkan hifema namun jarang terjadi adalah adanya tumor mata (contohnya
retinoblastoma), dan kelainan pembuluh darah (contohnya juvenile
xanthogranuloma).8
Hifema yang terjadi karena trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan
oleh kerusakan jaringan bagian dalam bola mata, misalnya terjadi robekan-
robekan jaringan iris, korpus siliaris dan koroid. Jaringan tersebut mengandung
banyak pembuluh darah, sehingga akan menimbulkan perdarahan. Pendarahan
yang timbul dapat berasal dari kumpulan arteri utama dan cabang dari badan
ciliar, arteri koroid, vena badan siliar, pembuluh darah iris pada sisi pupil.
Perdarahan di dalam bola mata yang berada di kamera anterior akan tampak dari
luar. Timbunan darah ini karena gaya berat akan berada di bagian terendah.6,8

E. Patofisiologi

Trauma tumpul menyebabkan kompresi bola mata, disertai peregangan


limbus, dan perubahan posisi dari iris atau lensa. Hal ini dapat meningkatkan
tekanan intraokuler secara akut dan berhubungan dengan kerusakan jaringan pada
sudut mata. Perdarahan biasanya terjadi karena adanya robekan pembuluh darah,
antara lain arteri-arteri utama dan cabang-cabang dari badan siliar, arteri
koroidalis, dan vena-vena badan siliar.9

Mekanisme Perdarahan akibat Trauma Tumpul Mata


Inflamasi yang parah pada iris, sel darah yang abnormal dan kanker
mungkin juga bisa menyebabkan perdarahan pada COA. Trauma tumpul dapat

10
merobek pembuluh darah iris atau badan siliar. Gaya-gaya kontusif akan merobek
pembuluh darah iris dan merusak sudut COA. Tetapi dapat juga terjadi secara
spontan atau pada patologi vaskuler okuler. Darah ini dapat bergerak dalam ruang
COA, mengotori permukaan dalam kornea.9
Perdarahan pada bilik mata depan mengakibatkan teraktivasinya
mekanisme hemostasis dan fibrinolisis. Peningkatan tekanan intraokular, spasme
pembuluh darah, dan pembentukan fibrin merupakan mekanisme pembekuan
darah yang akan menghentikan perdarahan. Bekuan darah ini dapat meluas dari
bilik mata depan ke bilik mata belakang. Bekuan darah ini biasanya berlangsung
hingga 4-7 hari. Setelah itu, fibrinolisis akan terjadi. Setelah terjadi bekuan darah
pada bilik mata depan, maka plasminogen akan diubah menjadi plasmin oleh
aktivator kaskade koagulasi. Plasmin akan memecah fibrin, sehingga bekuan
darah yang sudah terjadi mengalami disolusi. Produk hasil degradasi bekuan
darah, bersama dengan sel darah merah dan debris peradangan, keluar dari bilik
mata depan menuju jalinan trabekular dan aliran uveaskleral.9
Perdarahan dapat terjadi segera sesudah trauma yang disebut perdarahan
primer. Perdarahan primer dapat sedikit dapat pula banyak. Perdarahan sekunder
biasanya timbul pada hari ke 5 setelah trauma. Perdarahannya biasanya lebih
hebat daripada yang primer. Oleh karena itu seseorang dengan hifema harus
dirawat sedikitnya 5 hari. Dikatakan perdarahan sekunder ini terjadi karena
resorpsi daribekuan darah terjadi terlalu cepat sehingga pembuluh darah tak
mendapat waktu yang cukup untuk regenerasi kembali.9
Penyembuhan darah pada hifema dikeluarkan dari COA dalam bentuk sel
darah merah melalui sudut COA menuju kanal schlem sedangkan sisanya akan
diabsorbsi melalui permukaan iris. Penyerapan pada iris dipercepat dengan adanya
enzim fibrinolitik di daerah ini.Sebagian hifema dikeluarkan setelah terurai dalam
bentuk hemosiderin. Bila terdapat penumpukan dari hemosiderin ini, dapat masuk
ke dalam lapisan kornea, menyebabkan kornea menjadi bewarna kuning dan
disebut hemosiderosis atau imbibisi kornea, yang hanya dapat ditolong dengan
keratoplasti. Imbibisio kornea dapat dipercepat terjadinya oleh hifema yang penuh
disertai glaukoma.9

11
Adanya darah pada bilik mata depan memiliki beberapa temuan klinis
yang berhubungan. Resesi sudut mata dapat ditemukan setelah trauma tumpul
mata. Hal ini menunjukkan terpisahnya serat longitudinal dan sirkular dari otot
siliar. Resesi sudut mata dapat terjadi pada 85 % pasien hifema dan berkaitan
dengan timbulnya glaukoma sekunder di kemudian hari. Iritis traumatik, dengan
sel-sel radang pada bilik mata depan, dapat ditemukan pada pasien hifema. Pada
keadaan ini, terjadi perubahan pigmen iris walaupun darah sudah dikeluarkan.
Perubahan pada kornea dapat dijumpai mulai dari abrasi endotel kornea hingga
ruptur limbus. Kelainan pupil seperti miosis dan midriasis dapat ditemukan pada
10 % kasus. Tanda lain yang dapat ditemukan adalah siklodialisis, iridodialisis,
robekan pupil, subluksasi lensa, dan ruptur zonula zinn. Kelainan pada segmen
posterior dapat meliputi perdarahan vitreus, jejas retina (edema, perdarahan, dan
robekan), dan ruptur koroid. Atrofi papil dapat terjadi akibat peninggian tekanan
intraokular.9
F. Penegakan Diagnosis
Adanya riwayat trauma, terutama mengenai matanya dapat memastikan
adanya hifema. Pada gambaran klinik ditemukan adanya perdarahan pada COA
(dapat diperiksa dengan flashlight), kadang-kadang ditemukan gangguan visus.
Ditemukan adanya tanda-tanda iritasi dari conjunctiva dan pericorneal, fotofobia
(tidak tahan terhadap sinar), penglihatan ganda, blefarospasme, edema palpebra,
midriasis, dan sukar melihat dekat, kemungkinan disertai gangguan umum yaitu
letargic, disorientasi atau somnolen.6

12
BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : Tn. CS

Umur : 17 tahun

Pekerjaan : Mahasiswa

Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia

Agama : Kristen Protestan

B. Anamnesis

1. Keluhan Utama

Mata kanan perih

2. Riwayat Penyakit sekarang

Mata kanan perih dialami penderita sejak beberapa jam sebelum


masuk rumah sakit, awalnya penderita sedang bermain futsal, tiba-tiba
mata kanan nya terkena pukulan/ sikutan dari tangan temannya, mata
kanan langsung terasa perih, merah, dan terlihat ada darah di mata.
Mual muntah juga dialami penderita sebanyak 1 x
3. Riwayat penyakit dahulu
Penderita pernah dioperasi juga pada mata kanan tahun 2012 karena
terkena parang.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum : tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tekanan Darah : 114/57 mmHg

13
Nadi : 81 x/menit, reguler, isi dan tekanan cukup

Pernafasan : 20 x/menit

Suhu : 35,6oC

Kelenjar Getah Bening : Dalam batas normal

2. Status Oftalmikus

Okulus Dextra Okulus Sinistra


Visus NLP 6/6
Tekanan Intraokuler N+1/ palpasi Normal/palpasi
Segmen Anterior
Palpebra Edema (-) Edema (-)

Konjungtiva Injeksi Dalam batas normal

Sklera injeksi Dalam batas normal

Sikatriks (+), edema Jernih


Kornea
(+)min
COA Full hifema Cukup dalam
Pupil: RAPD (-), bulat,
Iris/Pupil Sulit di evaluasi refleks cahaya (+)/(+)
Iris: sinekia (-)
Lensa Sulit di evaluasi Jernih

14
D. Diagnosis

Full hifema ec trauma tumpul okulus dekstra

15
E. Tatalaksana

 MRS

 Bed rest total (Posisi semi-fowler 45 derajat)

 Tropin eye drop 2x1 gtt OD

 Levofloxacin eye drop 4x1 gtt OD

 P-pred eye drop 4x1 gtt OD

 Timol eye drop 2x1 gtt OD

 Asetazolamid 3x250mg

 Aspar K 1x1

 Paracetamol 3x500mg

 Ranitidin 2x150mg

 Asam tranexamat 3 x 500 mg

F. Prognosis

 ad vitam : dubia ad bonam


 ad sanationam : dubia ad malam
 ad fungsionam : malam

G. Resume

Seorang pasien laki-laki, umur 17 tahun dating ke IGD Mata RSUP


Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tanggal 07 November 2018 dengan
keluhan utama mata kanan perih dialami penderita sejak beberapa jam
sebelum masuk rumah sakit. Awalnya penderita sedang bermain futsal,
tiba-tiba mata kanan nya terkena pukulan/ sikutan dari tangan
temannya, mata kanan langsung terasa perih, merah, dan terlihat ada
darah di mata. Mual muntah juga dialami penderita sebanyak satu kali.

16
Pada pemeriksaan fisik pasien tampak sakit sedang. Pada pemeriksaan
visus didapatkan mata kanan NLP dan mata kiri 6/6. Pada pemeriksaan
segmen anterior mata kanan didapatkan TIO n+1/palpasi, injeksi
konjungtiva dan skera, COA full hifema. Iris, pupi;, dan lensa mata
kanan sulit dievaluasi. Pada pemeriksaan segmen anterior mata kiri,
dalam batas normal. Penderita pernah dioperasi juga pada mata kanan
tahun 2012 karena terkena parang
.

17
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus, dari anamnesis pasien didapatkan mata kanan nyeri, merah
dan sakit kepala sejak tadi malam akibat terkena pukulan/sikutan saat ketika
bermain futsal. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa usia anak dan
dewasa muda (terutama laki-laki) adalah kelompok yang paling sering mengalami
trauma okuli karena berbagai penyebab, yang salah satunya adalah olahraga.1

Pada kasus ini, pasien didiagnosis full hifema berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang mana ditemukan COA mata kanan penuh terisi darah dan
COA mata kiri normal. Pada pemeriksaan visus didapatkan mata kanan No Light
Perception dan mata kiri 6/6. Pasien sudah tidak bias melihat pada mata kanannya
sejak beberapa tahun yang lalu karena ada riwayat terkena parang dan di operasi
pada tahun 2012. Sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa pasien hifema akan
mengalami pengelihatan yang sangat menurun, tetapi pada pasien ini karena ada
riwayat trauma sebelumnya sehingga penglihatan mata kanannya sudah tidak
berfungsi lagi bahkan sebelum terjadi hifema. Menurut grade Sheppard, pasien ini
mengalami hifema grade IV atau full hifema dimana darah memenuhi seluruh
COA.1,2,6

Untuk penatalaksanaan pada kasus diberikan obat tetes mata, Tropin 2x1
tetes untuk melebarkan pupil, Levofloxacin 4x1 tetes untuk menangani infeksi, P-
pred 4x1 tetes sebagai anti radang, Timol 2x1tetes untuk menurunkan TIO.
Sedangkan obat oral diberikan Asetazolamid untuk menurunkan TIO, Aspar K
untuk memenuhi kebutuhan kalium pasien, Paracetamol untuk mengatasi nyeri,
Ranitidin untuk mual jika diperlukan, dan Asam tranexamat untuk mengatasi
perdarahan.10,11

Didasari oleh teori bahwa prognosis hifema tergantung pada derajat


hifema, seberapa jauh komplikasi dan defek pada ketajaman pengelihatan, maka
prognosis ad vitam pasien bonam karena tidak mengancam kehidupan pasien,
namun prognosis ad sanctionamnya dubia ad malam dan prognois ad

18
fungsionamnya malam melihat dari komplikasi glaukoma sekunder pada pasien
ini, derajat hifema, serta visus pasien NLP.

19
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan
Pasien laki-laki, umur 17 tahun, datang ke IGD Mata RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou dengan keluhan mata kanan perih dan sakit kepala setelah terkena
pukulan saat bermain futsal. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan oftalmologi
didiagnosis dengan full hifema ec trauma tumpul okuli dextra. Prognosis ad
sanationam dan ad fungsionam yaitu malam, sedangkan prognosis ad vitamnya
dubia.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas. Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI press; 2009.

2. Ilyas. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Jakarta: FKUI press; 2009.

3. Ilyas. Trauma Tumpul Mata. Jakarta : Sagung Seto; 2009

4. Vaughan, Daniel, G. Trauma : Oftamologi Umum edisi ke-14. Jakarta :


Widya Medika; 2009

5. Yanoff M, Duker JS. Ophtalmology. 2nd ed, p. 416-419. St Louis, MO:


Mosby; 2004

6. Nurwasis, dkk. Pedoman Diagnosis dan Terapi SMF Ilmu Penyakit Mata:
Hifema pada Rudapaksa Tumpul. Surabaya: FK Unair; 2006

7. Sumarsono, Contusio Oculi. Available at


http://www.portalkalbe/kalbe_ContusioOculi.html.

8. Sheppard J, Crouch E. Hyphema. 2008. Available at


http://emedicine.medscape.com/ophthalmology#anterior.

9. Rahman A, 2009. Trauma Tumpul Okuli. Available at http://belibis-


a17.com/2009/10/11/trauma-tumpul-okuli/.

10. Ilyas, Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2001

11. Ilyas, Kedaruratan dalam Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2000

21

Anda mungkin juga menyukai