Anda di halaman 1dari 2

9.

Soal kasus:
Perempuan, 21 tahun, datang dengan keluhan utama kelemahan tungkai kanan.
Kelemahan tungkai kanan dirasakan pertama kali satu tahun lalu. Saat itu penderita
mengeluh sering keseleo tungkai kanan karena kaki kanannya menjadi lemah. Tidak ada
riwayat trauma saat itu. Kelemahan ini berangsur-angsur membaik dalam dua minggu
dan penderita dapat kembali berjalan. Sejak itu, penderita pernah sekali mengalami
kelemahan tungkai kanan yang ringan sekitar tiga bulan dengan pola yang sama. Satu
minggu lalu, setelah bekerja di lapangan seharian, penderita beristirahat tidur. Pagi
harinya, penderita terbangun dan merasa tungkai kanannya baal. Rasa baal diikuti oleh
kelemahan kaki kanan yang kemudian diikuti kelemahan tungkai kanan. Kelemahan ini
dirasakan makin memberat. Dua hari berikutnya, tungkai kiri penderita juga terasa baal
dan sulit digerakkan. Pada pemeriksaan didapatkan paraparesis dengan tonus otot sedikit
meningkat, refleks patologis Babinski (+) di kedua kaki. Terdapat hipestesi mulai dari
lipat paha ke bawah untuk modalitas raba halus dan nyeri. Tes Lhermitte (-). Pemeriksaan
neurologis lain dalam batas normal.
a. Jika anda mencurigai ini sebagai MS, pemeriksaan apa yang anda sarankan?

Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan pungsi lumbal harus dilakukan bukan untuk menegakkan diagnosis,


tetapi menyingkirkan kemungkinan infeksi otak.
 Pemeriksaan oligoclonal band tidak lagi menjadi standar emas penegakan diagnosis
MS
 Pemeriksaan MRI kepala dapat ditemukan lesi hiperintens di periventrikular,
jukstakortikal, infratentorial, dan medula spinalis. Gambaran yang cukup khas pada
lesi MS adalah ovoid lesion dan dawson finger
 Pemeriksaan funduskopi pada fase awal akan memperlihatkan papil edema,
sedangkan pada fase lanjut akan tampak papil yang sudah mengalami atrofi.
b. Apa yang anda harapkan dari pemeriksaan tersebut untuk memenuhi kriteria
McDonald?

Penegakan diagnosis sklerosis multiple menggunakan kriteria McDonald revisi 2010

Anda mungkin juga menyukai