REFERAT
Disusun oleh:
Pembimbing:
MAUMERE
2023
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Referat ini dengan judul: Dislokasi di Regio Shoulder Pada Foto Rontgen oleh
dokter muda atas nama Ryan Arnold Ethelbert, S. Ked pada Program Studi Profesi
kegiatan kepaniteraan klinik bagian Radiologi RSUD DR. T.C. Hiller Maumere
Mengetahui Pembimbing:
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
“Dislokasi di Regio Shoulder Pada Foto Rontgen”. Referat ini dibuat untuk
(1) dr. Martina Widayanti, M.Sc, Sp.Rad selaku pembimbing yang telah
(2) Seluruh staf dan karyawan Instalasi Radiologi RSUD dr. T, C. Hillers
Maumere.
Hillers Maumere.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu semua saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan untuk
perbaikan selanjutnya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat kepada serta
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
adalah pemisahan os. Humerus dari glenoid di os. Scapula di sendi glenohumeral.
Dislokasi shoulder mewakili 50% seluruh kasus dislokasi sendi mayor, dengan tipe
bergantung pada umur dan jenis kelamin. Pada rentang umur 20-30 tahun, pria
memiliki resiko yang jauh lebih besar dibandingkan dengan wanita, dengan
perbandingan 9:1.1,2
Gaya yang besar dibutuhkan, seperti hentakan tiba-tiba pada bahu, untuk
dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan arah dari os. humerus keluar dari sendi,
yaitu dislokasi anterior, dislokasi posterior dan dislokasi inferior, dengan dislokasi
anterior yang paling umum. Setiap jenis dislokasi shoulder memiliki patofisiologi
kelemahan dan memar. Pada saat menangani dislokasi shoulder, dibutuhkan 2 sudut
di dislokasi shoulder adalah reduksi tertutup yang tepat pada sendi glenohumeral.
Umur pasien pada saat kejadian pertama dislokasi menentukan angka rekurensi,
dengan umur semakin muda dapat kemungkinan besar menyebabkan rekurensi. 4,5
1
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Sendi bahu yang merupakan titik pangkal dari anggota gerak atas,
semua sendi yang kita miliki. Sendi ini memiliki kebebasan gerak yang
memungkinkan anggota gerak atas untuk bergerak menurut tiga bidang gerak pada
ketiga axis gerak utama. Akibat adanya derajat gerak yang sangat bebas ini maka
sendi bahu harus mengorbankan aspek stabilitasnya. Komponen sendi dari shoulder
Costovertebral.6
oleh caput humeri dan cavum glenoidalis. Terdapat perbedaan luas permukaan
kontak sendi antara caput dan cavum glenoidalis. Luas permukaan kontak caput
humeri luasnya 1350 sedangkan luas permukaan kontak cavum humeri yang tidak
tertampung oleh cavum glenoidalis (seluas 780). Untuk menambah stabilitas sendi
ini maka terdapat perluasan permukaan cavum berupa labrum glenoidalis. Lima
dari Sembilan otot yang terdapat pada sendi glenohumeral dapat dianggap sebagai
prime mover sendi bahu. Kadang-kadang kelompok otot ini disebut sebagai “the
glenohumeral disebabkan oleh empat otot yang terakhir yang secara keseluruhan
disebut sebagai “ the musculotendinous cuff muscles” atau “the rotator cuff
2
muscles”. Otot-otot ini berperan sebagai rotator melalui insersinya pada caput
berinsersi pada tuberculum minor, medial dari sulcus intertubercularis. Gerak sendi
otot-otot Rotator cuff dan M. deltoid. Gerakan terdiri dari abduksi dan penekanan
3
Sendi suprahumeral, sendi ini bukan merupakan sendi sejati. Ia lebih
bersifat sebagai sendi protektif antara caput humeri dan lengkungan yang dibentuk
acromion (lig. Coracoacromiale). Fungsinya adalah mencegah trauma dari arah atas
dan mencegah dislokasi caput humeri ke arah atas, serta menahan caput humeri di
tempatnya pada saat abduksi anggota atas. Pada sendi suprahumeral ini dapat
dijumpai bagian dari bursa subacromial, bursa subcoracoid, tendo dan otot
supraspinatus, bagian atas kapsul glenohumeral, dan sebagian dari tendo M. biceps.
Di daerah yang terlindungi ini banyak terdapat jaringan yang sensitif. Pada gerakan
abduksi lengan, caput humeri harus dapat bergerak melewati bagian bawah
Oleh karena itu gerakan ini memerlukan koordinasi yang baik, kelenturan jaringan
lunak, dan rotasi yang tepat dari caput humeri. Berbagai gangguan pada faktor-
dinding thorax oleh os. clavicula yang berhubungan dengan sternum dan acromion.
Scapula membentuk jembatan antara pars acromialis clavicula dan dinding thorax,
sehingga margo vertebralis scapula kontak erat dengan dindig tersebut. Sifat gerak
sendi scapulothoracic adalah gabungan dari gerakan melucur (gliding) dan berputar
(rotator). Hasil akhir dari gerakan ini adalah berputarnya cavitas glenoidalis ke atas
atau ke bawah. Gerakan scapula disebabkan oleh 2 otot prime mover, yaitu M.
Trapezius dan M. Serratus anterior. M. Trapezius terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian
atas, tengah dan bawah. Otot bagian atas dan bawah berfungsi untuk memutar
4
cavitas glenoidalis ke atas, sedangkan bagian tengah berfungsi untuk menarik sisi
medial scapula ke tangan dan ke bawah selama proses abduksi lengan. Fungsinya
adalah menarik scapula ke atas, dan karena insersinya terdapat di sebelah bawah
hubungan gerak yang teratur dan sinkron antara os. humerus dan os. scapula pada
bidang koronal, yaitu pada setiap pergerakan umerus sebanyak 10 0 terjadi gerakan
scapulohumeral rhythm. Gerak scapulohumeral rhythm hanya akan terjadi bila ada
sternoclaviculare.6
kapsula sendi yang lemah dan longgar, diperkuat oleh ligamen acromioclaviculare
superior dan inferior yang kuat yang mencegah dislokasi posterior os. clavicula
terhadap acromion.6
permukaan superolateral manubrium sterni dan cartilage iga pertama. Sendi ini
costoclaviculare, yaitu suatu ligamen yang kuat yang berasal dari bagian medial iga
5
pertama dan berjalan ke arah lateral untuk melekat pada permukaan bawah os.
clavicula.6
2.1.1 Tulang
a. Os. Humerus
humeri.
6
b. Os. Clavicula
huruf ‘S’. 2/3 cembung ke medial 1/3 cekung ke arah lateral. Os.
7
c. Os. Scapula
8
2.1.2 Ligamen
Kapsul sendi sendi bahu diperkuat oleh berbagai ligament dan tendo otot-
2.1.3 Otot
9
ventral, M. supraspinatus dari superior, dan M. infraspinatus dan M. teres minor
dari aspek dorsal. Oleh sebab itu, aspek inferior merupakan bagian capsula
dalam suatu selubung yang disebut axillary sheath yang berhubungan dengan fasia
di daerah leher. Selubung beserta isinya memasuki daerah axilla melalui celah
berbentuk segitiga yang dibatasi 3 tulang, yaitu os. clavicula, costa pertama dan tepi
atas scapula.6
mencapai tepi bawah costa pertama. Dari bagian ini sampai tepi bawah teres major,
ia berada di daerah axilla dan disebut A. Axillaris. Setelah keluar dari daerah axilla
10
minor. Bagian kedua berada tepat di belakang M. Pectoralis minor, sedikit di bawah
processus coracoideus. Bagian ini memiliki arti klinis yang penting. Pada bagian
pertama, terdapat satu percabangan, pada bagian kedua terdapat 2 percabangan dan
scapula. Vena Axillaris terdapat di bagian medial atau sisi konkaf arteri, tetapi ia
akan menyilang arteri dan menutupinya pada saat abduksi humerus. Vena ini
merupakan lanjutan dari V. Basilica, dan pada daerah costa I menjadi V. Subclavia.
Plexus brachilais dibentuk oleh 5 rami ventral dari segmen C5-T1. Ke 5 rami dan
trakus terletak di daerah leher, divisi berada di belakang os. clavicula, sedangkan
2.2.1 Definisi
2.2.2 Epidemiologi
umum. Walaupun dislokasi shoulder paling umum terjadi secara anterior, akan
tetapi dislokasi shoulder juga dapat terjadi secara posterior dan inferior. Pasien
11
rekuren di kemudian hari. Hal ini dapat terjadi karena jaringan pengikat sekitar
sendi tidak sembuh dengan baik. Jenis kelamin dan umur berpengaruh pada tingkat
kejadian dislokasi shoulder. Pasien usia muda berjenis kelamin pria lebih rentan
terjadi dislokasi shoulder dikarenakan faktor resiko yang besar terjadinya trauma
akibat olahraga. Pada umur 20-30 tahun, dislokasi shoulder lebih banyak terjadi
pada pria, dengan perbandingan 9:1 dibandingkan wanita. Sedangkan, pada pasien
yang lebih tua, dengan rentang umur 60-80 tahun, wanita lebih sering mengalami
2.2.3 Etiologi
besar, dan hanya 5% yang terjadi akibat proses atraumatik. Posisi paling lemah
sendi shoulder adalah ketika dalam kondisi abduksi dan eksternal rotasi. Trauma
olahraga dan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab umum yang paling sering
terjadi. Dislokasi shoulder juga dapat terjadi rekuren, dimana pasien dengan riwayat
hari. Menentukan penyebab utama dari dislokasi shoulder sangatlah penting untuk
a. Dislokasi anterior
shoulder yang paling umum terjadi, sekitar 97% dari seluruh kasus
12
rotasi dan terekstensi. Pada pemeriksaan, biasanya ditemukan lengan
seperi ligament dan fraktur di labrum, fossa glenoid dan caput os.
humerus.1
b. Dislokasi posterior
pukulan pada anterior bahu atau pembebanan aksila saat lengan dalam
keadaan adduksi dan internal rotasi. Dislokasi ini juga dapat terjadi
akibat kontraksi otot yang hebat, seperti pada kejang dan tersengat
13
listrik. Pada saat pemeriksaan, umumnya lengan dalam keadaan
adduksi dan internal rotasi serta pasien tidak dapat menrotasi eksternal
adalah fraktur tuberositas dan leher os. Humerus, lesi reverse Hill-
Sachs dan trauma pada labrum glenoid atau tendon rotator cuff. 1,11
c. Dislokasi Inferior
cedera saraf aksila dan arteri jika dibandingkan dengan tipe dislokasi
lainnya.1
sendi yang bergeser dari tempat seharusnya. Pada kasus dislokasi shoulder, saraf
dapat terdampak sehingga beberapa pasien melaporkan sensasi tersetrum dan kebas
14
Pemeriksaan fisik wajib dilakukan untuk mendiagnosis pasien suspek
dislokasi shoulder.
• Dislokasi anterior, lengan dalam posisi abduksi dan eksternal rotasi. Pada
pasien kurus, caput os. Humerus dapat teraba diposisi anterior, dan ruang
kerusakan pada tulang dan otot rotator cuff, serta kerusakan vascular
dalam keadaan adduksi dan internal rotasi. Pada pasien kurus, caput os.
Humerus dapat terpalpasi di posterior dan kontur deltoid dapat ada atau
jarang terjadi, akan tetapi dislokasi houlder posterior dapat berakibat pada
Cedera saraf aksila dapat terjadi pada 40% kasus dislokasi shoulder. 1
15
2.2.6 Langkah Diagnosis
a. Anamnesis
posisi lengan, jumlah gaya yang diberikan, dan lokasi titik tumpuan.
Kejut listrik, kejang, atau jatuh pada lengan ekstensi dan adduksi
apakah radiografi tersedia dengan bahu keluar dari sendi, dan cara apa
didokumentasikan.13
b. Pemeriksaan Fisik
aktif dibatasi oleh rasa nyeri. Karena kemungkinan terjadi cidera saraf
16
yang mengikuti dan kemungkinan cidera vaskular, pemeriksaan fisik
c. Pemeriksaan Radiologi
lebih lanjut fraktur pada tepi glenoid dan cedera ligament atau tendon. 2
humerus dan garis batas glenoid tidak selaras. Dislokasi posterior dapat
caput os. humerus keluar ke arah posterior dan kongruensi dapat terjadi.2
foto lateral view. Ketika caput huumerus dalam posisi alignment yang
caput os. humerus terdislokasi ke arah medial dan inferior ke arah fossa
17
glenoid serta menutupi glenoid. Pada lateral view, caput os. humerus
akan terdislokasi ke arah anterior dan inferior dari fossa glenoid, serta
coracoid.11,14
akan tampak melebar (rim sign) dan caput os. Humerus akan tampak
seperti “light bulb” akibat internal rotasi yang berlebihan dari os.
18
Humerus. Pada lateral view, caput os. Humerus akan terletak di posterior
19
Gambar 2.12 Caput humeri dextra terproyeksi di superior dari cavitas glenoidalis,
dikesampingkan.14
20
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menilai foto
shoulder joint:
a. Arah dislokasi
i. Hill-Sachs defect
21
iii. Fraktur 1/3 proksimal os. Humerus
22
v. Gangguan sendi acromioclavicular
23
vii. Fraktur Tuberositas besar (Greater tuberosity)
2.2.7 Tatalaksana
1. Metode Hipocrates
24
Gambar 2.20 Metode Hipocrates
2. Metode Kocher
memicu reduksi.19
25
Gambar 2.21 Metode Kocher
dan tanpa fraktur dapat stabil setelah reduksi tertutup. Setelah reduksi
26
netral, abduksi dan fleksi. Kemudian pasien dikonsultasikan ke fisioterapis
2.2.8 Komplikasi
rekurensi. Hal ini dapat terjadi karena kapsul dan ligament sekitar sudah teregang
dan terdeformitas selama dislokasi. Sebanyak 90% kasus dislokasi shoulder pada
adalah terjadinya fraktur, seperti lesi Hill-Sachs atau fraktur kompresi dari caput
posterios os. Humerus. Fraktur dari proksimal os. Humerus, tuberositas, coracoid
Robeknya otot rotator cuff juga sering terjadi pada dislokasi shoulder, dan
terjadi pada 30-35% pasien dengan umur lebih dari 40 tahun. Pemulihan perlahan
untuk kembali ke fungsi normal pada pasien usia menengah harus dilakukan
cuff.4
Kerusakan vascular jarang terjadi, akan tetapi dapat terjadi pada pasien
usia tua. Cedera vascular lebih umum terjadi pada dislokasi posterior, yang
27
biasanya melibatkan cabang dari arteri aksilaris. Kerusakan saraf lebih umum
dan inferior. Saraf aksilaris merupakan saraf yang sering terjadi cedera, dengan
kemungkinan terjepit oleh caput os. humerus dan batas aksila dari scapula atau
cedera karena traksi dari caput os. Humerus. Cedera saraf dilaporkan terjadi pada
2.2.9 Prognosis
Tingkat keberhasilan reduksi bergantung pada umur dan bentuk tubuh pasien serta
lamanya sendi terdislokasi. Semakin muda dan berotot seorang pasien, akan
komplikasi yang mungkin terjadi. Pasien muda dengan dislokasi shoulder anterior
Dislokasi shoulder sering dikaitkan dengan robeknya otot rotator cuff pada
pasien usia lanjut, meningkat pada usia 40 tahun dengan puncak pada pasien lebih
dari 60 tahun. Morbiditas mayor yang berkaitan dengan rupture rotator cuff yang
tidak diobati dapat dihindari dengan pemeriksaan klinis yang kompeten. Hasil
28
BAB III
PENUTUP
dengan glenoid dari os. Scapula. Sekitar 95% dari dislokasi shoulder terjadi akibat
peristiwa traumatik besar, dan hanya 5% yang terjadi akibat proses atraumatik.
Trauma olahraga dan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab umum yang
bergeser dari tempat seharusnya. Pemeriksaan foto polos shoulder joint 2 posisi
dislokasi shoulder adalah reduksi, baik reduksi tertutup atau reduksi terbuka.
rekurensi. Sebanyak 90% kasus dislokasi shoulder pada remaja akan mengalami
rekurensi di masa depan. Tingkat keberhasilan reduksi bergantung pada umur dan
bentuk tubuh pasien serta lamanya sendi terdislokasi. Semakin muda dan berotot
29
DAFTAR PUSTAKA
7. Paulsen F, Waschke J. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. 23rd ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2010. 1–406 p.
11. Davies AM, Pettersson H. The WHO Manual of Diagnostic Imaging. Ostensen H,
Pettersson H, editors. Vol. 2. Malta: World Health Organization; 2002.
30
16. Lloyd-Jones G. Trauma X-ray-Upper Limb Gallery 1.
https://www.radiologymasterclass.co.uk/gallery/trauma/x-
ray_arm_1/fractures_3#top_2nd_img. 2018.
19. Alkaduhimi H, van der Linde JA, Flipsen M, van Deurzen DFP, van den Bekerom
MPJ. A systematic and technical guide on how to reduce a shoulder dislocation.
Vol. 16, Turkish Journal of Emergency Medicine. Emergency Medicine Association
of Turkey; 2016. p. 155–68.
21. Penanganan Non-operatif Dislokasi Bahu Akut. Banda Aceh: Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala; 2022.
31