Anda di halaman 1dari 29

ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JUNI


UNIVERSITAS HASANUDDIN 2023

REHABILITASI MEDIK PADA


LOW BACK PAIN

DISUSUN OLEH :

SUPERVISOR :

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FISIK DAN REHABILITASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

1
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama :
NIM :
Judul Referat : Rehabilitasi Medik pada Low Back Pain
Adalah benar telah didiskusikan dan disetujui untuk dipresentasikan tugas referat ini
dengan judul di atas dalam rangka kepaniteraan klinik pada Departemen Ilmu
Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2023

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .....................................................................................................1


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
2.1 ATANOMI DAN FISIOLOGI ........................................................................ 6
2.2 DEFINISI ...................................................................................................... 11
2.3 EPIDEMIOLOGI........................................................................................... 11
2.4 ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO ........................................................... 11
2.5 KLASIFIKASI .............................................................................................. 13
2.6 MANIFESTASI KLINIS .............................................................................. 13
2.7 DIAGNOSIS ................................................... ............................................. 14
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................. 18
2.9 TATALAKSANA ......................................................................................... 18
2.10 REHABILITASI MEDIK PADA LBP........................................................ 20
BAB III. PENUTUP ....................................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 26

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Low Back Pain (nyeri punggung belakang) bukan merupakan suatu penyakit atau
diagnosis suatu penyakit melainkan suatu gejala nyeri dipunggung belakang. Low
back pain sering dijumpai dalam praktek sehari- hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70 ― 85 % dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15 ― 45 %, dengan point
prevalensi rata-rata 30%. Sebesar 60 – 80% populasi di dunia terdampak nyeri
pinggang bawah selama hidupnya (1,2).
Di Amerika Serikat, nyeri pinggang bawah merupakan kondisi kedua terbanyak
yang menyebabkan kunjungan pasien berobat ke dokter dengan biaya pengobatan
akibat kondisi ini mencapai 100 juta dolar per tahunnya. Nyeri pinggang bawah dapat
disebabkan oleh kondisi yang mengenai berbagai struktur yang terdapat pada tulang
belakang seperti otot, facet, sendi, diskus, serta saraf (3-5).
Etiologi dari nyeri pinggang bawah dapat berupa infeksi, kondisi degeneratif,
neoplasma, trauma, gangguan kongenital, penyakit metabolik, dan autoimunitas
(6,7). Sesuai dengan onsetnya, nyeri pinggang bawah dapat dikategorikan menjadi
nyeri pinggang bawah akut, subakut dan kronis, di mana nyeri pinggang bawah akut
merupakan nyeri 3 bulan.4 Nyeri pinggang bawah juga dapat dikelompokkan
menjadi nyeri pinggang bawah spesifik, nyeri radikular dan nyeri pinggang bawah
nonspesifik(8).
Mengingat berbagai etiologi serta beban akibat penyakit dari nyeri pinggang
bawah, perlu dilakukan penegakan diagnosis yang tepat dan akurat agar pasien
segera mendapatkan tatalaksana yang sesuai dengan kondisinya. Nyeri yang
dilaporkam pasien dapat berupa nyeri nosiseptif maupun neuropatik. Gejala yang

4
banyak dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri seperti ditekan dan serangan nyeri (4).
Di samping nyeri punggung seperti yang sudah dijelaskan, terdapat pula red flags
atau tanda bahaya yang harus segera ditangani (5).
Manajemen nyeri pinggang bawah dilakukan dengan tatalaksana terapeutik
maupun rehabilitatif. Pemberian obat-obatan analgesik, terapi fisik, dan terapi
psikologis dilakukan sesuai dengan indikasi dan intensitas nyeri yang dirasakan
pasien. Pengobatan nyeri pinggang bawah kronis seringkali membutuhkan perawatan
multidispliner dan akhirnya, dapat meningkatkan biaya pengobatan (8-10).
Dalam referat ini akan menjelaskan tentang low back pain mulai dari definisi
hingga penatalaksanaannya.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi

a. Columna Vertebralis

Columna vertebralis terbentang dari kranium sampai ujung Os


coccygeus dan merupakan unsur utama kerangka aksial. Columna
vertebralis menyokong kepala dan melindungi medulla spinalis. Columna
vertebralis terdiri dari 33 vertebra yang terbagi menjadi 7 vertebra
cervicalis, 12 vertebra thorakalis, yang berhubungan dengan costae, 5
vertebra lumbalis, 5 vertebra sacral yang menyatu membentuk sacrum, dan
4 vertebra koksigeal (Gambar 1.). 1

Gambar 1. Columna Vertebralis.

6
Columna vertebralis membentuk saluran untuk s pinal cord yang
merupakan struktur sangat sensitif dan penting karena menghubungkan otak
dengan sistem saraf perifer. Di antara vertebra terdapat discus
intervertebralis yang berfungsi mengabsorbsi pergerakan berat. Vertebra
bersama diskus intervertebralis membentuk columna yang elastis. Columna
vertebralis lumbal terdiri dari 5 buah vertebra lumbal yang menyangga
sebagian besar berat badan. Walaupun strukturnya lebih tebal karena
berfungsi menyangga sebagian besar berat badan, tidak menjamin vertebra
lumbalis tersebut dapat terhindar dari kerusakan. 1,2
b. Medulla Spinallis dan Meningen

Medulla spinalis dan meningen terletak di dalam canalis vertebralis dan


merupakan pusat refleks dan jalur konduksi utama antara tubuh dan otak.
Medulla spinalis terlindung oleh vertebra, ligamentum serta ototnya dan
cairan serebrospinal (CSS). Medulla spinalis berawal sebagai lanjutan
medulla oblongata, bagian kaudal truncus encephali. Pada orang dewasa
medulla spinalis terbentang dari foramen magnum os occipitale sampai
diskus intevertebralis antara vertebra lumbal I dan vertebral lumbal II,
tetapi dapat berakhir pada vertebra thorak ke XII atau vertebra lumbal III.
Dengan demikian medulla spinalis hanya memenpati bagian dua pertiga
kranii canalis vertebralis (Gambar 2.). 2

7
Gambar 2. Dermatom Nervus Spinalis.

Struktur internal terdapat substansi abu-abu dan substansi putih. Substansi


abu-abu membentuk seperti kupu-kupu dikelilingi bagian luarnya oleh substansi
putih. Terbagi menjadi bagian kiri dan kanan oleh anterior median fissure dan
median septum yang disebut dengan posterior median septum. Keluar dari
medulla spinalis merupakan akral ventral dan dorsal dari saraf spinal. Substansi
abu-abu mengandung badan sel dan dendrit dan neuron efferent, akson tak
bermyelin, saraf sensoris dan motorik dan akson terminal dari neuron. Substansi
abu-abu membentuk seperti huruf H dan terdiri dari 3 bagian yaitu: anterior,
posterior dan commisura abu-abu. Bagian posterior sebagai input/afferent,
anterior sebagai output/efferent, commisura abu-abu untuk refleks silang dan
substansi putih merupakan kumpulan serat saraf bermyelin.1

8
Gambar 3. Anatomi medulla spinalis

Keterangan:

1. Spinal nerve
2. Dorsal root ganglion

3. Dorsal root (sensori)

4. Ventral root (motor)

5. Central canal

6. Grey matter

7. White matter

Peran medulla spinalis :

1. Pusat processing data.

2. Jalur sensoris
3. Sistem piramidal dan ekstra-piramidal.

c. Nervus Spinalis, Cauda Equina dan Conus Medullaris

Tiga puluh satu pasang saraf spinal (nervus spinalis) keluar dari
medulla spinalis yang terdiri dari 8 pasang nervus (n.) servikalis, 12 pasang
n. thorakalis, 5 pasang n. lumbalis, 5 pasang n.lumbalis dan 1 pasang n.
coccygeus. Masing-masing n. spinalis terbagi menjadi sebuah ramus

9
anterior dan ramus posterior. Ramus posterior mempersarafi kulit dan
otot-otot punggung dan ramus anterior mempersarafi extemitas dan
bagian batang tubuh lainnya. Masing-masing dari ramus ini membawa akar
dorsal (serabut aferen) dan akar ventral (eferen). 1,3
Medulla spinalis dewasa lebih pendek dari columna vertebralis. Karena
jarak antara segmen medulla spinalis dan vertebra yang sesuai makin
bertambah, akar-akar saraf pun bertambah secara progresif ke arah kaudal
columna vertebralis. Akar-akar saraf lumbal dan sakral adalah terpanjang
yang melintas ke kaudal mencapai foramen intervertebralis di daerah
lumbal dan sacral untuk keluar dari canalis vertebralis.

Kumpulan akar-akar saraf spinal di spatium subarachnoid kaudal dari ujung


medulla spinalis ini disebut cauda equina (Gambar 3.). Cauda equina terdiri
atas akar dorsal (aferen) dan ventral (eferen). Saraf-saraf cauda equina
membawa sensasi dari ekstrimitas inferior dan perineal serta menyalurkan
impuls eferen sesuai miotom ekstrimitas inferior. Ujung kaudal medulla
spinalis meruncing menjadi conus medullaris. Dari ujung kaudal bagian ini
seutas piamater spinalis yang menyerupai benang yakni filum terminale
menurun antara saraf-saraf cauda equina. 1,3

Gambar 4. Cauda Equina dan Conus Medullaris.

10
2.2 Definisi
Nyeri pinggang bawah merupakan gejala yang dapat disebabkan oleh berbagai
abnormalitas, baik yang diketahui maupun yang tidak diketahui; dan didefinisikan
dari lokasinya, yaitu di antara costae XII dan lipatan pantat. Nyeri ini seringkali
disertai dengan nyeri pada salah satu maupun kedua kaki dan berkaitan dengan
gejala neurologis pada ekstremitas inferior. Kondisi ini seringkali berkomorbid
dengan kondisi lain seperti keadaan psikologis, sosisal dan biofisika sehingga
berdampak pada proses penghantaran nyeri dan pengalaman nyeri individual(11-
15).

2.3 Epidemiologi
Sebesar 60 – 80% individu pernah mengalami nyeri pinggang bawah seumur
hidupnya (2). Prevelensi nyeri pinggang bawah diperkirakan sebesar 49-90% dan
sekitar 25% pasien yang datang untuk berobat dengan nyeri pinggang bawah akan
memiliki episode lain nyeri pinggang bawah dalam 1 tahun (9). Prevalensi dan
insiden nyeri pinggang bawah dari penelitian yang dilakukan oleh Fatoye et al.
adalah 1,4 – 20% dan 0,024 – 7,0%, dan lebih banyak mengenai populasi lakilaki
dibandingkan perempuan (10).

2.4 Etiologi dan Faktor Risiko


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, nyeri pinggang bawah dapat
disebabkan oleh karena kondisi infeksi, kondisi degeneratif, neoplasma, trauma,
gangguan kongenital, penyakit metabolik, dan autoimunitas (Tabel 1) (7). Dari
berbagai etiologi tersebut, penyebab tersering dari nyeri pinggang bawah adalah
penyebab mekanik seperti trauma pada vertebra, diskus maupun jaringan lunak di
sekitarnya. Penyebab kedua terbesar adalah akibat proses degeneratif seperti
osteoartritis dan osteoporosis (11). Faktor risiko untuk terjadinya nyeri pinggang
bawah antara lain aktivitas fisik yang berlebihan dalam jangka waktu yang
panjang, stres dan ansietas, mengangkat beban berat secara regular, overweight
dan obesitas, serta duduk dalam jangka waktu yang lama (12).

11
12
2.5 Klasifikasi
Nyeri pinggang bawah dapat diklasifikasikan sesuai onsetnya yaitu nyeri
pinggang bawah akut (3 bulan) (4). Berdasarkan penyebabnya, nyeri pinggang
bawah dapat dibedakan menjadi nyeri pinggang bawah spesifik, sindroma
radikular dan nyeri pinggang bawah nonspesifik. Penyebab spesifik meliputi 1%
kasus di praktik primer, terdiri atas: fraktur vertebrae, malignansi, infeksi tulang
belakang, spondiloartritis aksial, dan sindroma kauda equina. Sedangkan
sindroma radikular meliputi 5-10% kasus pada praktik primer, yaitu: nyeri
radikular, radikulopati, dan stenosis spinalis. Kasus yang terbanyak pada fasilitas
kesehatan primer adalah nyeri pinggang bawah nonspesifik (90-95% kasus) yang
seringkali disebabkan oleh gangguan mekanik dan kondisi degeneratif pada
sistem muskuloskeletal (8).

2.6 Manifestasi Klinis


Untuk Nyeri pinggang bawah dapat bermanifestasi sebagai nyeri neuropatik
maupun nyeri nosiseptif. Gejala neurologis yang berhubungan dengan nyeri
pinggang bawah adalah nyeri radikular dan radikulopati. Nyeri ini merupakan
nyeri yang timbul apabila terdapat keikutsertaan radiks; yang banyak disebut
sebagai sciatica. Diagnosis sciatica didasari dengan temuan klinis, termasuk
riwayat nyeri kaki dermatomal, nyeri kaki yang lebih berat dibandingkan dengan
nyeri pinggang dan perburukan nyeri kaki di saat pasien batuk, mengejan atau
bersin. Sedangkan radikulopati ditandai dengan adanya kelemahan, penurunan
sensasi sensorik, atau penurunan motorik yang berkaitan dengan radiks, maupun
kombinasi di antara keduanya serta dapat timbul bersamaan dengan nyeri
radikular. Individu yang memiliki gejala ini dilaporkan lebih terdampak dan
memiliki outcome yang lebih buruk dibandingkan dengan individu yang hanya
memiliki keluhan nyeri pinggang bawah (15).
Herniasi diskus dengan inflamasi pada jaringan sekitarnya merupakan salah
satu penyebab utama nyeri radikular dan radikulopati (15). Tanda yang wajib
diwaspadai pada pasien dengan nyeri pinggang bawah adalah red flags (tabel 2),

13
di mana apabila terdapat komponen yang disebutkan, pasien harus mendapatkan
rujukan dana terapi dengan segera (16).

2.7 Diagnosis

a) Anamnesis

Sebesar 85% pasien datang dengan keluhan nonspesifik yang menyebabkan


kausa dari nyeri tidak dapat diketahui pada saat pasien pertama kali datang.
Terdapat beberapa karakteristik nyeri pinggang bawah yang harus digali:
 Durasi (akut, subakut, dan kronis)
 Lokasi dan radiasi nyeri (aksial atau radikular)
 Keparahan nyeri (VAS maupun skala numerik)
 Karakteristik nyeri (terbakar, perih, nyeri tumpul, kekebasan, dan rasa seperti
tersengat listrik)
 Hal-hal yang menginisasi nyeri
 Hal-hal yang memperringan nyeri
 Faktor sosial (pekerjaan dan kebiasaan)
 Riwayat nyeri sebelumnya
 Derajat fungsi hidup pasien
 Red flags
 Keadaan psikologis pasien
Hal-hal di atas dapat membantu proses penegakan diagnosis terutama pada
pasien dengan keluhan non-spesifik (3). Pasien dengan nyeri pinggang bawah
spesifik yang disebabkan oleh kondisi-kondisi seperti fraktur vertebrae,
malignansi, infeksi tulang belakang, spondiloartritis aksial, dan sindroma kauda
equina seringkali datang dengan red flags. Pasien yang dicurigai memiliki
sindroma kauda equina harus dirujuk ke spesialis bedah saraf dengan segera,
namun pada pasien dengan kecurigaan abses maupun kanker masih dapat
dilakukan beberapa prosedur diagnostik untuk menegakkan diagnosis etiologik
(8). Pada pasien yang datang dengan kecurigaan sindroma radikular, perlu

14
diidentifikasi keterlibatan radiks yang ditandai dengan nyeri radikular,
radikulopati dan stenosis spinal. Sindroma radikular dapat disebabkan oleh
adanya herniasi diskus, kista sendi facet, osteofit, spondilolistesis, dan stenosis
kanal degeneratif maupun didapat. Malignansi seperti tumor spinal dapat
memperparah kondisi sindroma radikular dan berkembang menjadi sindroma
kauda equina (8).

b) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien nyeri pinggang bawah meliputi beberapa


pemeriksaan neurologis:
 Pergerakan lumbal (sudut fleksi dan ekstensi, tanda Kemp, dan one point
tenderness
 Refleks tendon dalam (patella, achilles dan klonus kaki)
 Tenderness (otot paravertebral, nervus supragluteal, truncus nervus
ischiadicus, dan lesi suralis)
 Manual muscle test (iliopsoas, quadriceps, hamstrings, TA, GC, EHL, FHL)
 SLR (Straight Leg Rising) test
 Tes Bragard
 Tes femoral nerve stretch
 SLR bilateral (17)

Beberapa macam tes provokasi, yang dapat dilakukan untuk melihat apakah
terdapat LBP atau tidak ialah tes Laseque, Tes Bragard, Tes Sicard, Tes Patrick,
tes kontra Patrick, dan tes Valsalva. Berikut penjelasannya:

Tes Laseque ialah tes yang dilakukan dengan cara meluruskan tungkai dan
menaikkan nya setinggi 60 derajat sehingga sendi coxae tertarik. Lalu saraf
ischiadicus akan tertarik. Positif apabiila nyeri punggung dirasakan, maka terjadi
iritasi pada saraf tersebut.(21)

15
Tec Rragard ialah test yang hampir sama seperti tes Laseque, namun
menambahkan dorsofleksi pada kaki. Positif apabila nyeri, menandakan terjadi
iritasi pada saraf terkait.(21)

Tes Sicard ialah test ialah tes yang hampir sama seperti dengan tes Laseque
namun ditambah dengan dorsofleksi pada ibu jari kaki.

Tes Patrick ialah tes dengan cara membengkokkan send lutut dan menekan

16
sendi lutut tersebut. Positif apabila terdapat nyeri dan dicurigai terkena coxitis.
(22)

Tes kontra Patrick alah tes yang berlawanan dengan tes Patrick, yaitu dengan
cara merotasikan lutut kearah dalam, dan tangan penguji memegang bagian
lateral. Apabila ditemukan hail positif, maka terjadi kelainan pada sendi
sakroiliaka.(22)

Tes Valsalva ialah tr it )repositor uneracid rasien menutup mulut dan hidung
secara bersamaan, lalu pasien meniup secara sekuat kuat nya. Apabila ditemukan
nyeri, maka pasien tersebut kemungkinan terkena Hernia Nucleus Pulposus.(23)

2.8 Pemeriksaan Penunjang

17
Modalitas penunjang yang dapat digunakan dalam mendeteksi etiologi dari
nyeri pinggang bawah antara lain:
 Laboratorium: kecurigaan malignansi atau infeksi. Pada pemeriksaan LED
maupun CRP dapat meningkat
 Radiografi: pada pasien dengan kecurigaan fraktur vertebrae maupun
malignansi, dapat dilakukan pada posisi AP dan lateral pada vertebrae lumbalis
 Pencitraan yang lebih tinggi: MRI dan CT idealnya dilakukan pada pasien
dengan red flags
 Pemeriksaan elektrodiagnostik: EMG (electromyography) dan NCV (nerve
conduction velocity) dapat membedakan radikulopati kronis dan akut dan
melokalisasi lesi patologis (3).

2.9 Tatalaksana
1) Terapi Non Farmakologis :
Tujuan dari terapi nyeri pinggang bawah adalah untuk menghilangkan nyeri,
menghambat progresivitas dan meningkatkan aktivitas maupun mobilitas untuk
meningkatkan fungsi hidup pasien serta disabilitas yang dapat ditimbulkan oleh
kondisi ini. Seluruh modalitas terapi harus didasari dengan rekomendasi untuk
tidak melakukan bed rest, tetap aktif dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti
biasanya. Pendekatan nonfarmakologis dapat dimulai dengan latihan fisik.
Latihan fisik yang direkomendasikan untuk nyeri pinggang bawah adalah dengan
durasi >12 minggu yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan mencegah
perburukan disabilitas. Tidak ada rekomendasi khusus terkait latihan fisik ini
sehingga latihan fisik yang dilakukan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan
individual, preferensi pasien dan kemampuan pasien untuk melakukannya.
Beberapa rekomendasi praktik tidak merekomendasikan terapi pasif seperti
manipulasi spinal atau mobilisasi spinal, masase dan akupunktur. Modalitas fisik
lain seperti ultrasonografi, TENS, dan lain-lain juga secara umum tidak
direkomendasikan. Terapi psikologis seperti relaksasi progresif, CBT dan

18
mindfulness-based stress reduction juga direkomendasikan dilakukan pada pasien
dengan nyeri pinggang bawah persisten maupun pada pasien dengan nyeri
radikular yang tidak merespon dengan baik pada pengobatan sebelumnya (18-19).

2) Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis dilakukan pada pasien yang tidak mengalami perbaikan
dengan terapi nonfarmakologis. Obatobatan yang direkomendasikan saat ini
adalah NSAID yang dapat digunakan pada pasien nyeri pinggang bawah akut
maupun kronis, terlepas dari efek sampingnya terhadap sistem gastrointestinal,
hepar dan cardiorenal. Relaksan otot skeletal seperti diazepam, baclofen dan
gabapentin dapat dilakukan jangka-pendek; begitu pula dengan analgesik opioid.
Terapi intervensional dengan injeksi glukokortikoid untuk herniasi diskus dengan
radikulopati dikatakan bermanfaat pada keadaan kronis (18).

3) Tindakan Operatif
Tindakan pembedahan seperti disektomi dan laminektomi bermanfaat sebagai
pilihan tambahan terapi pada nyeri pinggang bawah kronis. Disektomi dapat
dilakukan pada pasien yang mengalami herniasi diskus, sedangkan laminektomi
dilakukan pada pasien dengan stenosis spinal simtomatik. Terapi lain seperti fusi
spinal pada pasien dengan nyeri pinggang nonradikular dengan temuan
degeneratif pada diskus dikatakan tidak memiliki peranan yang jelas dan memiliki
hasil pengobatan yang sama dengan rehabilitasi multidisipliner. Pembedahan juga
memiliki biaya pengobatan yang lebih tinggi dan membawa risiko kondisi
komplikasi dibandingkan dengan pendekatan non-pembedahan (19-20).

2.10 Rehabilitasi Medik pada Low Back Pain

19
Berdasarkan definisi, dokter spesialis KFR dalam menangani para
penderitanya, sebagaimana hal-nya dengan dokter spesialis kedokteran bidang
lain, harus berpikir secara ilmiah Ilmu Kedokteran yaitu berpikir Logiko ―
Hipotetiko ― Verivikatif untuk melakukan pemeriksaan dengan menganalisis
semua data yang ada mulai dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis penyakit dan diagnosis kecacatan
(Impairment, Disability, Handicap) dan selanjutnya menentukan
manajemen atau program yang komprehensif dengan tepat dan profesional dan
terbukti benar secara medis (eνidence based). Dalam prakteknya disabilitas
paling sering disebabkan oleh penyakit atau cidera yang mengenai sistem
neuro- muskulo skeletal dan kardio-respirasi.

Pelayanan medis tidak lengkap jika penderita yang mengalami disabilitas


tidak dapat hidup dan bekerja kembali menurut kemampuan fungsi yang masih
ada. Strategi upaya rehabilitatif dilaksanakan melalui paduan intervensi
medik, keterapian fisik, keteknisan medik dan upaya rehabilitatif lainnya
melalui pendekatan psiko sosio-edukasiokupasi-vokasional yang bertujuan
mengembalikan dan meningkatkan kemampuan fungsi dan meningkatkan
kemampuan partisipasi (posisi dan peran) di masyarakat sehingga terjadi
peningkatan kualitas hidup.

Harus dipahami oleh semuanya bahwa menangani penderita dengan


kecacatan fisik harus dilakukan secara Tim yang kompak dan berfilosofi yang
sama yaitu bahwa tujuan terpenting dari pekerjaan secara tim ini adalah untuk
kepentingan penderita.

A. LATIHAN
Rehabilitasi medik : latihan peregangan dan penguatan, senam punggung,
penggunaan Back Braces.

Latihan atau exercise diperlukan untuk:

20
1. meningkatkan dan mempertahankan rentang sendi (ROM = Range of Motion)
2. mengajar kembali (re-edukasi) dan menguatkan otot
3. meningkatkan ketahanan statik dan dinamik
4. memungkinkan sendi berfungsi secara biomekanik lebih baik
5. meningkatkan fungsi menyeluruh dan rasa nyaman penderita
Latihan terdiri dari :

Latihan Aktif dan Pasif ROM


Latihan fleksibilitas (ROM) yang dilakukan pada latihan fisik tahap
pertama dapat meningkatkan panjang dan elastisitas otot dan jaringan
sekitar sendi. Untuk pasien LBP, latihan fleksibilitas ditujukan untuk
mengurangi kekakuan, meningkatkan mobilitas sendi, dan mencegah
kontraktur jaringan lunak.

Latihan Penguatan
Latihan kekuatan otot secara isometrik, isotonik, maupun isokinetik
dapat mengurangi nyeri dan disabilitas. Latihan isotonik memberikan
perbaikan lebih besar dalam menghilangkan nyeri. Latihan ini
dianjurkan untuk latihan kekuatan awal pada pasien LBP dengan nyeri
punggung saat latihan. Latihan isokinetik menghasilkan peningkatan
kecepatan berjalan paling besar dan pengurangan disabilitas sesudah
terapi dan saat evaluasi, sehingga latihan ini disarankan untuk
memperbaiki stabilitas sendi dan ketahanan berjalan.
Latihan isometrik diindikasikan apabila sendi mengalami peradangan
akut atau sendi tidak stabil. Kontraksi isometrik memberikan tekanan
ringan pada sendi dan ditoleransi baik oleh penderita LBP dengan
pembengkakan dan nyeri punggung. Latihan ini dapat memperbaiki
kekuatan otot dan ketahanan statis dengan cara menyiapkan sendi untuk
gerakan yang lebih dinamis dan merupakan titik awal program
penguatan. Peningkatan kekuatan terjadi saat kontraksi isometrik

21
dikenakan pada otot saat panjang otot sama dengan kondisi istirahat.
Apabila instabilitas sendi dan nyeri berkurang program latihan bertahap
diubah ke latihan yang dinamis (isotonik).

Latihan Peregangan (Stretching)


Teknik peregangan dilakukan untuk memperbaiki ruang gerak sendi.
Latihan peregangan ini dilakukan dengan menggerakkan otot-otot,
sendisendi dan jaringan sekitar sendi. Semua gerakan sebaiknya
menjangkau ruang gerak sendi yang tidak menimbulkan rasa nyeri.

Latihan Endurance (Ketahanan)

William Flexion Exercise

McKenzie Exercise

22
Edukasi

1. Saat berdiri

 Bila mengambil sesuatu di tanah, jangan membungkuk, tetapi tekuklah


pada lutut

 Bila harus mengangkat barang berat, renggangkan kedua kaki lalu


tekuklah pada paha, lutut, dan punggung tetap tegak dan angkatlah barang
tersebut sedekat mungkin dengan tubuh.

2. Saat duduk

 Punggung kursi dianjurkan mempunyai postur tulang punggung

 Kursi jangan terlalu tinggi sehingga bila duduk, lutut lebih rendah dari
paha.

 Bila duduk, seluruh punggung harus sebanyak mungkin kontak dengan


punggung kursi.

3. Saat tidur

pungggung dalam keadaan mendatar (alas padat)

4. Saat berolahraga:

23
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat perorangan,
misalnya: renang dan jogging.

BAB III
PENUTUP

24
3.1 Kesimpulan
Nyeri pinggang bawah merupakan gejala yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai abnormalitas maupun penyakit. Kondisi ini merupakan penyebab
disabilitas nomor satu di dunia dengan beban akibat penyakit yang terus
meningkat terutama pada negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan
menengah. Sebagian besar kasus nyeri pinggang bawah merupakan nyeri
nosiseptif yang tidak spesifik dan tidak dapat diidentifikasi penyebabnya. Oleh
karenanya, rekurensi banyak terjadi pada pasien dan menyebabkan nyeri yang
kronis serta penurunan fungsi hidup pasien. Dalam melakukan diagnosis, red flags
penting untuk diidentifikasi agar pasien segera mendapatkan rujukan dan
tatalaksana yang sesuai. Prinsip pengobatan nyeri pinggang bawah sampai saat ini
masih berfokus pada pengobatan nonfarmakologis dan bertujuan untuk melimitasi
disabilitas yang dapat timbul akibat kondisi ini. Pengobatan farmakologis dan
pembedahan dapat dipikirkan pada pasien yang tidak berespon pada pendekatan
nonfarmakologis.

DAFTAR PUSTAKA

25
1. Pfieffer ML. Evaluating and managing low back pain in primary care. Nurse Pract
[Internet].2019;44(8).Availablefrom:https://journals.lww.com/tnpj/Fulltext/
2019/08000/Eval uating_ and_managing_low_back_pain_in_primary.10.aspx

2. Grøn S, Jensen RK, Jensen TS, Kongsted A. Back beliefs in patients with low back
pain: A primary care cohort study. BMC Musculoskelet Disord [Internet]; 2019 Dec 1
[cited 2021 Jan 8]. 20(1):1–12. Available from:
https://link.springer.com/articles/10.1186/s12891- 019-2925-1

3. Urits I, Burshtein A, Sharma M, Testa L, Gold PA, Orhurhu V, et al. Low Back Pain,
a Comprehensive Review. Pathophysiology, Diagnosis, and Treatment. Curr Pain
Headache Rep [Internet]; 2019. 23(3):23. DOI: https://doi.org/10.1007/s11916-019-
0757-1

4. Hüllemann P, Keller T, Kabelitz M, Gierthmühlen J, Freynhagen R, Tölle T, et al.


Clinical manifestation of acute, subacute, and chronic low back pain in different age
groups: Low back pain in 35,446 patients. Pain Pract [Internet]; 2018 Nov 1 [cited 2021
Jan 8]. 18(8):1011–23. DOI: http://doi.wiley.com/10.1111/papr.12704

5. Ramanayake RJC, Basnayake BT. Evaluation of red flags minimizes missing serious
diseases in primary care. J Fam Med Prim Care [Internet]; 2018 [cited 2021 Jan 8].
7(2):315. Available from: /pmc/articles/PMC6060920/?report=abstract

6. Traeger A, Buchbinder R, Harris I, Maher C. Diagnosis and management of low-back


pain in primary care [Internet]. CMAJ. Canadian Medical Association; 2017 [cited 2021
Jan 8]. 189:1386–95. Available from: www.cmaj.ca/lookup/suppl/

7. Hauser SL, Josephson SA. Harrison’s neurology in clinical medicine, 4th edition. 4th
ed. San Francisco, CA: McGraw-Hill Education; 2016.

26
8. Bardin LD, King P, Maher CG. Diagnostic triage for low back pain: A practical
approach for primary care. Med J Aust [Internet]; 2017 Apr 3 [cited 2021 Jan 9].
206(6):268–73. Available from:
https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.5694/mja16.0 0828

9. Edwards J, Hayden J, Asbridge M, Gregoire B, Magee K. Prevalence of low back


pain in emergency settings: A systematic review and meta-analysis. BMC Musculoskelet
Disord [Internet]; 2017 Apr 4 [cited 2021 Jan 9]. 18(1):1–12. Available from:
https://link.springer.com/articles/10.1186/s12891-017- 1511-7

10. Fatoye F, Gebrye T, Odeyemi I. Real-world incidence and prevalence of low back
pain using routinely collected data [Internet]. Rheumatology International. Springer
Verlag; 2019 [cited 2021 Jan 9]. 39:619–26. DOI: https://doi.org/10.1007/s00296-019-
04273-0

11. Casiano VE, Dydyk AM, Varacallo M. Back Pain; 2020 Oct 24 [cited 2021 Jan 9].
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538173/

12. Ramdas J, Jella V. Prevalence and risk factors of low back pain. Int J Adv Med;
2018.

13. Allegri M, Montella S, Salici F, Valente A, Marchesini M, Compagnone C, et al.


Mechanisms of low back pain: A guide for diagnosis and therapy. F1000Research; 2016.

14. Jasvinder Chawla, MD M. Low back pain and sciatica: Overview, pathophysiology,
characteristics of painsensitive structures [Internet]. Medscape; 2018 [cited 2021 Jan 9].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1144130- overview#a2

27
15. Hartvigsen J, Hancock MJ, Kongsted A, Louw Q, Ferreira ML, Genevay S, et al.
What low back pain is and why we need to pay attention. The Lancet. Lancet Publishing
Group; 2018. 391:2356–67.

16. DePalma MG. Red flags of low back pain. J Am Acad Physician Assist [Internet];
2020 Aug 1 [cited 2021 Jan 9]. 33(8):8–11. Available from:
https://journals.lww.com/10.1097/01.JAA.0000684112. 91641.4c

17. Suzuki H, Kanchiku T, Imajo Y, Yoshida Y, Nishida N, Taguchi T. Diagnosis and


characters of non-specific low back pain in Japan: The Yamaguchi low back pain study.
Sumitani M, editor. PLoS One [Internet]; 2016 Aug 22 [cited 2021 Jan 9].
11(8):e0160454. Available from: https://dx.plos.org/10.1371/journal.pone.0160454

18. Foster NE, Anema JR, Cherkin D, Chou R, Cohen SP, Gross DP, et al. Prevention
and treatment of low back pain: Evidence, challenges, and promising directions. The
Lancet. Lancet Publishing Group; 2018. 391:2368– 83.

19. Shahdevi NK, Made AHS, Sri BR, Masruroh R. Complex Regional Pain Syndrome
(CRPS) diagnosis : A case report. Journal of Pain, Headache and Vertigo (JPHV); 2020.
1(1):1-3. DOI : https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2020.001.01.1

20. Shahdevi NK, Nidia S, Eko AM, Dessika R. Myofascial Pain Syndrome. Journal of
Pain, Headache and Vertigo (JPHV); 2020. 1(1):17-21. DOI
:https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2020.001.01.5

21. Sumber: Wahyuningtyas. 2018. Perbandingan pengaruh back exercise dan mc kenzie
http://repository.unej.ac.id/ ) low back pain myogenik pada sopir bus bagong di
Terminal Landungsari. Skripsi. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

28
22. Nurrahman, R. 2016. Hubungan Masa Kerja Dan Sikap Keria Terhadap Kejadian
http://repository.unej.ac.id/ da Penenun Di Kampong BNI Kab.Wajo. Skripsi. Makassar:
Fakultas Kedoktersan Universitas Hassanudin.

23. Fadhila, N. F. dan Hila. 2017. Hubungan antara tinggi hak sepatu dengan keluhan
low back pain pada karyawati Matahari Department Store Malang Town Square. Skripsi.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

29

Anda mungkin juga menyukai