Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENATALAKSANAAN MASSAGE PADA KASUS


NECK PAIN

Dosen Pembimbing :

Ruhana Fithrotul Mujahadah, S.Fis

DisusunOleh :

Lulu Fitrotul A.
(17114010008)

DIII FISIOTERAPI
STIKes NGUDIA HUSADA MADURA
TAHUN AJARAN 2017/2018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................4

a. Prognosis.....................................................................5
B. Rumusan Masalah................................................................6

C. Tujuan...................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi..................................................................................7

B. Anatomi................................................................................8

C Patofisiologi..........................................................................8

D. Klasifikasi.............................................................................8

E. Problematika Ft..................................................................10

F. Modalitas terapi Alternatif................................................11

G. Penatalaksanaan Massage.................................................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................12

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Neck
pain”

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
gung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling
benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali kali lagi kami menyadari bahwa tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah kami terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

Bangkalan, 16 Oktober 2018

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nyeri leher adalah nyeri yang dirasakan pada bagian atas tulang
belakang. Ini merupakan tanda bahwa sendi, otot, atau bagian lain dari
leher terluka, tegang, atau tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Nyeri
leher adalah masalah yang umum ditemukan. Dua dari tiga orang akan
mengalaminya selama hidup (1,2). Leher manusia adalah struktur yang
kompleks dan sangat rentan terhadap iritasi. Bahkan, 10% dari semua
orang akan mengalami nyeri leher dalam 1 bulan. Potensi pembangkit
nyeri termasuk tulang, otot, ligament, sendi, dan diskus intervertebralis.
Hampir setiap cedera atau proses penyakit pada struktur leher atau yang
berdekatan akan menghasilkan spasme otot dan hilangnya gerak (3).
Sebuah studi menunjukkan prevalensi nyeri muskuloskeletal pada leher di
masyarakat selama 1 tahun besarnya 40% dan prevalensi ini lebih tinggi
pada wanita. Selama 1 tahun, prevalensi nyeri muskuloskelatal di daerah
leher pada pekerja besarnya berkisar antara 6-76% dan wanita ternyata
juga lebih tinggi dibandingkan pria. Di Kanada, sebanyak 54% dari total
penduduk pernah mengalami nyeri di daerah leher dalam 6 bulan yang
lalu. Pada perawat, prevalensi nyeri di daerah leher selama 1 tahun
besarnya 45,8% (4).Diagnosis diferensial dari nyeri leher sangat luas.
Sebagian besar gejala bersumber dari biomekanik, seperti nyeri leher
aksial, whiplash-associated disorder (WAD), dan radikulopati. Suatu akar
saraf mungkin diiritasi atau dikompresi oleh : 1. Penonjolan tulang atau
osteofit yang tumbuh keluar melalui jalur saraf, 2. Penonjolan bagian dari
diskus yang terletak di depan saraf, 3. Herniasi nukleus pulposus melalui
bagian luar annulus, 4. Fraktur atau cedera yang menyebabkan fragmen
tulang yang yang mempersempit atau menekan saluran saraf (3,5). Dari
banyaknya penyebab nyeri leher ini maka diperlukan diagnosis dan

4
tatalaksana yang tepat untuk mencegah progresifitas maupun komplikasi
dari penyakit tersebut. Inilah uraian singkat dari penyaji yang lebih
lengkapnya dapat dibaca di uraian selanjutnya.
 Prognosis
Studi prognostik pada nyeri leher langka dan biasanya terbatas
pada tindak lanjut jangka pendek saja. Dalam penelitian kohort prospektif
ini, indikator hasil jangka pendek dan jangka panjang dari nyeri leher
diidentifikasi yang dapat dengan mudah diukur dalam praktik umum.
Pasien yang berusia antara 18 dan 70 tahun, menderita setidaknya 2
minggu dari nyeri leher direkrut oleh 42 dokter umum (dokter umum).
Pemulihan yang dirasakan, intensitas nyeri dan disfungsi leher setelah 7
dan 52 minggu dianggap sebagai ukuran hasil. Indikator prognosis
diidentifikasi dengan cara analisis regresi logistik (pemulihan yang
dirasakan) dan analisis regresi linier (intensitas nyeri dan disfungsi leher).
Secara total, 183 pasien dilibatkan. Setelah 1 tahun, 63% telah pulih.
Model prognostik menunjukkan perbedaan antara indikator jangka pendek
dan jangka panjang. Pada jangka pendek, selain nilai-nilai dasar dari
pengukuran hasil masing-masing, hanya usia yang lebih tua (> atau = 40)
dan nyeri punggung dan sakit kepala yang bersamaan terkait dengan hasil
yang buruk. Pada jangka panjang, di samping usia dan nyeri punggung
bawah, trauma sebelumnya, durasi panjang nyeri leher, nyeri leher stabil
selama 2 minggu sebelum pengukuran awal, dan nyeri leher sebelumnya
memprediksi prognosis buruk. Kekuatan prediktif model lemah: varians
yang dijelaskan (R (2)) bervariasi dari 24 hingga 36%. Riwayat pasien dan
pemeriksaan fisik memberikan dokter kecil pegangan untuk memprediksi
prognosis untuk pasien dengan nyeri leher sub-akut dan kronis. Beberapa
indikator prognosis yang kurang baik dari nyeri leher diidentifikasi, di
mana usia yang lebih tua dan nyeri punggung bawah bersamaan adalah
yang paling konsisten.

5
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, anatomi,
Patofisiologi, Klasifikasi, Problematika ft, Modalitas terapi alternatif,
Penatalaksanaan massage
C. Rumusan Masalah

1. Apa yang definisi neck pain?


2. Apa patofisiologi pada neck pain?
3. Bagaimana klasifikasi pada neck pain?
4. Bagaimana cara menangani Traumatic Brain Injury?

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Neck Pain

Nyeri leher (neck pain) adalah gejala yang disebabkan oleh tekanan
(stress) pada jaringan-jaringan lunak, tulang-tulang, atau sendi-sendi dari
cervical spine (tulang belakang servikal) atau struktur-struktur yang
berdekatan. Pada beberapa kasus-kasus, neck pain mungkin jua berakibat
dari penyakit-penyakit yang mendasarinya pada leher atau bagian lain dari
tubuh.

Nyeri leher (Neck Pain) yang mengganggu aktivitas seseorang,


telah diketahui sejak abad pertengahan, yang ditemukan tertulis dalam
Papyrus 4600 tahun yang lalu. Tulisan ini mengandung uraian berbagai
kondisi tulang di spina servikal, antara lain dislokasi vertebra dan sprain.
Tutankhamen di zaman purba telah menjelaskan tentang laminektomi
servikal yang pertama dan pada tahun 460 SM Hippocrates mempostulasi
kejadian paralisis akibat cedera servikal, serta menjadi salah satu penemu
terapi traksi servikal. Ambrose Pare (1559) telah melakukan reduksi pada
dislokasi spina servikal dengan traksi dan melakukan bedah membuang
osteofit yang menyebabkan kompresi medulla spinalis. Pada tahun 1928
Crowe memberi istilah whiplash untuk cedera kepala-leher sebagai akibat
hiperekstensi melewati batas fisiologik gerakan kepala-leher (6).

Menurut Douglass dan Bope (2004) nyeri leher adalah nyeri yang
dihasilkan dari interaksi yang kompleks antara otot dan ligamen serta
faktor yang berhubungan dengan postur, kebiasaan tidur, posisi kerja,
stress, kelelahan otot kronis, adaptasi postural dari nyeri primer lain (bahu,
sendi temporo mandibular, kranioservikal), atau perubahan degeneratif
dari diskus servikalis dan sendinya (3).

Menurut Finkelstein (2012) nyeri leher adalah nyeri ujung saraf


yang terletak di berbagai ligament dan otot leher, serta sendi unco-
vertebral dan lapisan luar diskus (annulus fibrosus) (5).

7
Menurut American College of Rheumatology (2012) nyeri leher
adalah rasa sakit di leher yang bisa dilokalisasi pada tulang belakang leher
atau dapat menyebar ke lengan bawah (radikulopati) (7).

B. Anatomi

Anatomi leher terdiri dari susunan otot-otot penggerak leher,


ligament, 7 ruas tulang leher, bantalan tulang leher (discus vertebralis) dan
8 level susunan saraf pusat dan perifer. Semua susunan anatomi tersebut
dapat menjadi bagian dari penyebab sakit leher. Setiap susunan tersebut
mempunyai ciri –ciri tertentu dalam menghasilkan jenis nyeri yang
dirasakan serta manifestasi lainnya.

C. Patofisiologi
Nyeri leher juga dikaitkan dengan perubahan koordinasi otot leher
rahim dan gangguan proprioception di leher dan bahu. Bukti menunjukkan
bahwa fenomena ini disebabkan oleh rasa sakit, tetapi juga bahwa mereka
bisa memperburuk kondisi. Untuk nyeri leher dengan onset pasca-trauma,
cedera jaringan lunak dapat merusak informasi dari mechanoreceptors di
jaringan yang cedera, yang dapat menyebabkan disfungsi sensorik dan
motorik.

D. Klasifikasi

Menurut Onset

Menurut Spine-Health (2013) nyeri leher dapat dibedakan atas (8) :

8
1. Akut

Nyeri berlangsung kurang dari 3 sampai 6 bulan atau nyeri yang


secara langsung berkaitan dengan kerusakan jaringan.

2. Kronik

Setidaknya ada dua jenis masalah nyeri kronis yaitu akibat


pembangkit nyeri yang dapat diidentifikasi (misalnya cedera, penyakit
diskus degeneratif, stenosis tulang, dan spondilosthesis) dan nyeri kronis
akibat pembangkit nyeri yang tidak dapat diidentifikasi (misalnya cedera
yang telah sembuh, fibromialgia).

3. Neuropatik

Nyeri neuropatik telah diselidiki dan relatif baru. Saraf tertentu


terus mengirim pesan rasa sakit ke otak meskipun tidak ada kerusakan
jaringan yang sedang berlangsung. Nyeri neuropatik dirasakan berupa rasa
berat, tajam, pedih, menusuk, terbakar, dingin, dan atau mati rasa,
kesemutan atau kelemahan.

Nyeri leher dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat keparahan


dan struktur anatomi yang terlibat menurut Whisplash Asociated disorder
(WAD).

1. Grade 0: Tidak ada keluhan nyeri leher dan tidak ada tanda-
tanda fisik.

2. Grade I: Cedera yang melibatkan keluhan leher nyeri, kekakuan


atau nyeri, tapi tidak ada tanda-tanda fisik.

3. Grade II: Keluhan nyeri leher dengan penurunan rentang gerak


dan titik nyeri

4. Grade III: Nyeri leher disertai dengan tanda-tanda neurologis


seperti penurunan atau tidak ada refleks tendon, kelemahan atau defisit
sensorik.

9
5. Grade IV: Keluhan leher disertai dengan fraktur atau dislokasi
(Crowther, 2010).

Klasifikasi nyeri leher berdasarkan proses patofisiologi yang


mendasarinya di bedakan menjadi:

1. Nyeri leher non spesifik atau axial atau nyeri leher mekanik
yaitu nyeri leher yang disebabkan proses patologi pada otot-otot leher
tanpa ada proses penyakit tertentu yang mendasarinya, nyeri leher tipe ini
biasanya terlokalisir, sering kali dihubungkan dengan postur atau posisi
leher yangtidak ergonomis dalam jangka waktu tertentu saat melakukan
pekerjaan.

2. Nyeri leher radikulopati yaitu nyeri leher yang diikuti dengan


gangguan sensoris atau kelemahan pada sistem motorik, nyeri ini timbul
sebagai akibat kompresi atau penekanan akar saraf.

3. Mielopati yaitu nyeri yang dirasakan sebagai akibat kompresi


atau penekanan pada medula spinalis dengan gejala seperti nyeri radikular,
kelainan sensoris dan kelemahan motorik (Robert, 2014).

E. Problematika Ft

1. Impairment
Merupakan gangguan abnormalitas yang bersifat sementara atau
menetap yang mengenai sistem organ. Keterbatasan fisik yang dijumpi
pada pasien dengan kondisi Neck pain :
 Adanya penurunan kekuatan otot-otot pada leher
 Adanya spasme otot
 Nyeri pegal atau tajam (seperti tertusuk jarum)
2. Fungsional Limitation
Adanya gangguan fungsi atau keterbatasan fungsi yang disebabkan
oleh impairment yang berhubungan dengan motoric. Seperti
keterbatasan menoleh, menunduk, dan menengadah.

F. Modalitas Terapi Alternatif

10
 Mobilisasi: perhatikan pola gerak dalam beraktifitas, kurangi
pembebanan pada tulang punggung, terutama saat posisi duduk,
berdiri, tidur maupun saat mengangkat beban berat.

 Manipulasi sendi dan otot: dengan latihan kelenturan serta


penguatan otot punggung (stretching & strengthening).

 Elektroterapi: dengan mempergunakan modalitas terapi


Diathermy(pemanasan dalam), TENS (stimulasi syaraf),
Ultrasound (gelombang suara) maupun Traksi (melebarkan jarak
antar dua sendi punggung).

G. Penatalaksaan Massage
Teknik-teknik massage :
Ada beberapa teknik massage, seperti: stroking, effleurage,
petrissage, kneading, finger kneading, picking up, tapping, friction dan
tapotemen (hacking, claping, beating, pounding). Tetapi yang digunakan
pada neck pain hanya teknik stoking, effleurage, patrissage C, dan
kneading.

11
BAB III
PENUTUP

Nyeri leher (neck pain) adalah gejala yang disebabkan oleh tekanan
(stress) pada jaringan-jaringan lunak, tulang-tulang, atau sendi-sendi dari
cervical spine (tulang belakang servikal) atau struktur-struktur yang
berdekatan. Pada beberapa kasus-kasus, neck pain mungkin jua berakibat
dari penyakit-penyakit yang mendasarinya pada leher atau bagian lain dari
tubuh.

12
Daftar Pustaka

https://hellosehat.com/penyakit/sakit-leher/
https://fisioterapimenjadisehat.blogspot.com/2017/01/peran-fisioterapi-pada-
nyeri-leher.html?m=1
http://www.mday.info/result/detail/detail.php?idN=145&title=Nyeri%20Leher
%20(Neck%20Pain)

13

Anda mungkin juga menyukai