Anda di halaman 1dari 20

Pediatric Appendicitis –

Factors Associated With


Surgical Approach,
Complications, and
Readmission

Ira Munawwarah
C014212100
Supervisor Pembimbing
DEPARTEMEN ILMU BEDAH dr. Tommy Rubianto, Sp.BA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Latar Belakang
• Metode apendektomi terbuka telah menjadi pendekatan bedah utama untuk apendisitis sampai tahun 1980-an, setelah itu

apendektomi laparoskopi diperkenalkan dan pendekatan laparoskopi secara umum lebih sering digunakan untuk

penatalaksanaan apendisitis hingga sekarang

• Keuntungan laparoskopi : rawat inap yang lebih singkat, komplikasi luka yang lebih sedikit, kembali ke aktivitas normal

lebih cepat, kosmetik yang lebih baik, visualisasi rongga peritoneum yang lebih baik

• Dalam penelitian ini dikarakterisasi faktor-faktor terkait pendekatan bedah apendisitis pada anak-anak berusia ≤18 tahun
Bahan & Metode Desain Studi

• Dilakukan studi kohort retrospektif berbasis populasi menggunakan Nationwide Readmissions Database (NRD) dari

2014, yang disusun oleh Healthcare Costs and Utilization Project (HCUP) dari Healthcare Research and Quality.

• Kode International Classification of Diseases, Ninth Revision, Clinical Modification (ICD9-CM) : 540.0 (apendisitis

dengan perforasi atau peritonitis); 540.1, 567.22, 567.38, 569.5 (apendisitis dengan abses intraabdominal); 540.9

(apendisitis tanpa komplikasi); 47.01 (apendektomi laparoskopi); 47.09 (open appendectomy); V64.41 (laparoskopi

diubah menjadi perosedur terbuka).


Bahan & Metode Analisa Statistik
• Asosiasi bivariat dari data kategori dinilai menggunakan Pearson’s chi- squared test. Hasil primer : open appendectomy, hasil sekunder
: tingkat dan lama rawat inap kembali dalam 30 hari.

• Faktor yang berkaitan dengan Open appendectomy vs laparoskopi dibandingkan menggunakan multivariable logistic regression; Cox
proportional hazards regression dilakukan untuk menilai hasil rawat inap kembali dalam 30 hari setelah keluar dari rumah sakit

• Dimasukan karakteristik dalam model regresi untuk menyesuaikan faktor perancu : usia, jenis kelamin, asuransi primer, status rumah
sakit, status masuk, klasifikasi kuartil pendapatan rumah tangga rata-rata penduduk dalam kode pos pasien, klasifikasi kuartil volume
apendektomi, dan status apendisitis dengan komplikasi.

• Data dianalisis menggunakan perangkat lunak R versi 3.5.0 (R Foundation for Statistical Computing; Vienna, Austria) dan perangkat
lunak Stata versi 15 (StataCorp; College Station).
Hasil
Hasil
• 46.147 kasus apendisitis yang

menjalani operasi

• Mayoritas pada laparoskopi yaitu

sebanyak 39.312 kasus (85.2%)

• Mayoritas pada laki-laki

• > pada usia 16-18 (laparoskopi) dan

usia 5-9 (open appendectomy), >

asuransi publik, > pendapatan

rumah tangga pada 1st quartile, >

rumah sakit pendidikan


Hasil
• Tingkat readmission dalam 30

hari setelah keluar lebih tinggi

pada pasien yang menjalani

operasi usus buntu terbuka (5,9%)

• Rata-rata lama rawat inap adalah

2 hari (IQR 1-4) -> laparoskopi,

dan 3 hari (IQR 1-5) -> open

appendectomy

• > Kasus pada 4th quartile

(laparoskopi) & 2nd quartile (open

appendectomy), >uncomplicated,

>penerimaan pada hari kerja


Hasil
• Abses intraabdominal

adalah diagnosis yang

paling umum pada

readmission setelah

laparoskopi (45,9%) dan

open appendectomy

(45,9%), tanpa perbedaan

yang signifikan (P = 0,998).

• Readmission terkait open appendectomy lebih sering dikaitkan dengan infeksi luka atau dehisensi (P = 0,007), dan insisi dan drainase luka (P

<0,001) dibandingkan dengan laparoskopi.


Hasil
• Rumah sakit dengan volume usus

buntu pediatrik yang lebih

rendah (terutama kuartil pertama

dan kedua) dan rumah sakit non-

pendidikan di pinggir kota

memiliki kemungkinan lebih

tinggi untuk open appendectomy.

• Kemungkinan open

apppendectomy secara bertahap

lebih tinggi pada usia yang lebih

muda (terutama <5 tahun).


Hasil
• Faktor lain yang terkait

dengan open appendectomy

termasuk apendisitis dengan

komplikasi oleh abses

intraabdominal, tempat tinggal

di lingkungan berpenghasilan

rendah, dan asuransi publik.


Hasil
• Durasi rawat inap untuk

laparoskopi didapatkan 23%

lebih pendek (rasio tingkat

kejadian: 0,77 [CI: 0,69-0,87])

dibandingkan dengan open

appendectomy pada analisis

multivariabel
Diskusi
• Sebagian besar anak-anak AS dengan apendisitis dilakukan apendektomi laparoskopi, namun apendektomi terbuka

banyak dilakukan pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit non-pendidikan di pinggir kota dengan jumlah kasus

apendisitis pediatrik yang lebih rendah

• Apendektomi laparoskopi dikaitkan dengan durasi rawat inap yang lebih singkat, dan tingkat rawat inap kembali

dengan infeksi pada area operasi yang lebih rendah


• Apendektomi laparoskopi saat ini merupakan standard untuk apendisitis pediatrik, karena

kelebihannya : rawat inap yang lebih singkat, risiko infeksi pada luka operasi lebih rendah

(dikonfirmasi dengan penelitian ini), kembali ke aktivitas normal lebih cepat, kosmetik

yang lebih baik, visualisasi rongga peritoneum yang lebih baik


• Menurut American Academy of Pediatrics guidelines, tindakan laparoskopi harus dilakukan oleh ahli bedah anak

yang terlatih dengan baik untuk tekniknya. Sehingga rumah sakit dengan pengalaman yang kurang dalam menangani

apendisitis pediatrik cenderung melakukan apendektomi terbuka

• Dari hasil yang didapatkan, ahli bedah yang terlatih masih kurang tersedia di rumah sakit non-pendidikan di

pinggiran kota dengan kasus apendisitis yang rendah, sehingga dapat menghambat akses anak-anak yang tinggal di

daerah tersebut untuk mendapatkan prosedur standard untuk apendisitis


• Dari hasil yang didapatkan, status sosioekonomi yang rendah juga merupakan faktor yang dikaitkan dengan prosedur apendektomi

terbuka dan insidens perforasi, kemungkinan akibat ketidaksetaraan akses kesehatan

• Pada studi ini didapatkan, lebih cenderung dilakukan apendektomi terbuka pada anak-anak, semakin muda pasienx semakin tinggi

kemungkinan dilakukan apendektomi terbuka. Pada usia <5 tahun, apendisitis sering disertai perforasi, yang juga merupakan faktor

dilakukan apendektomi terbuka

• Dari hasil yang didapatkan, pada apendektomi laparaskopi disimpulkan lebih aman dan efektif karena didapatkan tidak ada peningkatan

risiko untuk rawat inap kembali dalam 30 hari, rawat inap yang lebih singkat, infeksi luka operasi yang lebih rendah maupun untuk

komplikasi-komplikasi lainnya (sesuai dengan penelitian-penelitian terbaru lainnnya)


• Apakah seorang anak yang dirawat di rumah sakit tanpa kemampuan untuk tindakan laparoskopi pediatrik harus

dipindahkan ke rumah sakit dengan keahlian laparoskopi masih kontroversial, dan perlu dievaluasi lebih lanjut.

Namun Children’s Surgery Verification Program yang disediakan oleh American College of Surgeons bekerja sama

dengan Task Force for Children’s Surgical Care menetapkan laparoskopi sebagai standard pemilihan operasi pada

pediatrik.
● Pemilihan prosedur operasi dipengaruhi oleh faktor klinis dan
non klinis

● Kesadaran akan faktor tingkat pasien dan rumah sakit yang

Kesimpulan terkait dengan apendektomi terbuka memungkinkan distribusi


sumber daya di masa depan atau peningkatan akses ke
perawatan, yang nantinya dapat menghasilkan dampak pada
tingkat populasi.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai