Anda di halaman 1dari 11

LUARAN PASIEN DENGAN METODE ENHANCED RECOVERY

AFTER CAESAREAN SURGERY (ERACS) DI RSUP DR. KARIADI


SEMARANG

Luthfi Alfinsyah*, Alini Hafiz**

*Program Studi Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP RSUP Dr. Kariadi.
*Divisi Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP RSUP Dr. Kariadi.

ABSTRAK

Pendahuluan: Berdasarkan Riskesdas, 2018, tindakan sectio caesarea (SC) di


Indonesia mencapai 17,6%. Komplikasi pasca salin ibu yang menjalani SC lebih
banyak dibandingkan dengan persalinan normal. Enhanced recovery after caesarean
section (ERACS) merupakan panduan klinis multidisiplin yang disusun berdasarkan
Evidence based medicine (EBM) yang dapat memberikan luaran pasca operasi lebih
baik pada ibu dan bayi. Penelitian ini bertujuan untuk menilai luaran pasien RSUP
Dr. Kariadi yang bersalin dengan metode ERACS.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional. Sampel
penelitian adalah 41 ibu yang bersalin dengan metode ERACS pada bulan Desember
2021 hingga Maret 2022 dengan data rekam medis lengkap. Metode ERACS
diterapkan sesuai protokol yang telah disusun RSUP Dr. Kariadi. Variabel terikat
penelitian adalah luaran pasien antara lain skala nyeri VAS, waktu mulai mobilisasi
dalam 12 jam pertama dan waktu ASI keluar dalam 1 jam pertama pasca operasi,
lama rawat inap, serta komplikasi dalam 24 jam pertama pasca operasi.
Hasil: Metode ERACS mulai diterapkan di RSUP Dr. Kariadi pada bulan Desember
tahun 2021. Protokol ERACS diterapkan pada 57 kasus dari 348 kasus SC (16,37%).
Skala nyeri VAS rata-rata 3,32±0,82, rata-rata pasien mampu berjalan disekitar
tempat tidur dalam 7,72±2,11 jam pasca operasi. Rata-rata keluarnya ASI dalam
33,97±35,18 menit pada 1 jam pertama. Pasien dirawat inap selama 1–2 hari.
Kesimpulan: Metode ERACS memberikan luaran maternal yang baik terhadap
pasien dalam hal penurunan skala nyeri, mobilisasi pasca operasi yang cepat dan
keberhasilan menyusui.
Kata Kunci: ERACS, sectio caesarea, mobilisasi, nyeri, ASI, rawat inap.
PENDAHULUAN Komplikasi pasca persalinan
pada ibu yang menjalani operasi caesar
Persalinan merupakan proses lebih banyak dibandingkan dengan ibu
keluarnya janin dan plasenta dari yang bersalin melalui persalinan
rahim. Secara umum persalinan dapat normal. Diketahui beban pemulihan
dibagi menjadi 2 yaitu persalinan kembali setelah operasi obstetri
pervaginam dan perabdominam. mencapai 140 juta kelahiran setiap
Persalinan perabdominam atau sering tahunnya dengan estimasi tingkat
disebut sectio caesarea (SC) persalinan secara caesar 32%.
merupakan proses persalinan janin Diketahui jumlah hari rawat inap lebih
melalui sayatan abdomen terbuka lama dan komplikasi berupa nyeri
(laparotomi) dan sayatan di uterus umumnya terjadi. Nyeri otot, sakit
(histerektomi).1–5 kepala sering dikaitkan dengan metode
anestesi yang digunakan pada saat
Tingkat persalinan secara SC operasi. Diketahui nyeri selama 1
secara global meningkat sekitar 40% tahun pasca operasi mencapai 11%
sekitar tahun 2000-2015. Dimana dimana 10% kasus mengalami nyeri
puncaknya pada tahun 2009 sebesar berat. Hal ini meningkatkan konsumsi
32,9% dan tahun 2016 sebesar obat anti nyeri. Selain itu komplikasi
31,9%.6–9 Peningkatan angka operasi lain seperti infeksi luka, terbukanya
caesar juga terjadi di Indonesia. Data kembali luka operasi, trombosis vena
Survey Demografi dan Kesehatan dalam juga sering terjadi pasca operasi
Indonesia (SKDI) menunjukkan caesar.12
adanya peningkatan angka operasi
caesar di Indonesia dari tahun 1991- Tingginya risiko komplikasi
2017 sebanyak 1,2%-6,8%. Pada tahun ini penerapan metode ehanced
2018, Riskesdas mencatat operasi recovery after surgery (ERAS) pada
caesar di Indonesia mencapai tindakan SC untuk mengurangi
persentase 17,6% dengan prevalensi komplikasi dan stres operasi, serta
paling tinggi di DKI Jakarta 31,3% mempercepat proses penyembuhan
dan terendah di Papua yaitu 6,7%. Di pasien. Enhanced recovery after
Jawa Tengah tindakan operatif untuk caesarean section (ERACS)
persalinan pada wanita sebesar 17,1% merupakan panduan klinis
dari 50 sampel.10,11 Di Indonesia faktor multidisiplin yang disusun berdasarkan
yang mempengaruhi peningkatan evidence based medicine (EBM), yang
tindakan SC antara lain status ekonomi memberikan hasil pasca operasi lebih
dan pendidikan tinggi, daerah baik yang dapat meningkatkan luaran
perkotaan, usia ibu >35 tahun, usia maternal dan neonatal. Penerapan
kehamilan >42 minggu, primipara, dan metode ini diketahui menurunkan lama
persalinan dengan komplikasi.9 rawat inap pasca operasi tanpa
peningkatan kasus rawat inap Penelitian ini merupakan
kembali,13 penurunan biaya rumah penelitian prospektif analitik
sakit,14 penurunan skala nyeri VAS observasional. Sampel penelitian
pasca operasi dibandingkan teknik SC adalah ibu hamil yang bersalin dengan
umumnya sehingga menurunkan metode ERACS dengan data rekam
konsumsi obat anti nyeri opioid secara medis lengkap. Metode sampling
signifikan.15 Selain itu, metode ini menggunakan teknik konsekutif
meningkatkan persentase keluarnya dimana semua ibu yang memenuhi
ASI pada 1 jam postpartum kriteria inklusi dimasukkan sampai
dibandingkan dengan SC.16 Pasien juga jumlah sampel yang diperlukan
lebih cepat mobilisasi dalam 12 jam terpenuhi. Berdasarkan rumus Ahmad
postpartum, akibat proses pemulihan Dahlan didapatkan besar sampel
yang lebih cepat, terjadi peningkatan minimal penelitian ini sebanyak 41.
kepuasan ibu.17,18
Variabel bebas penelitian ini
Metode ini termasuk baru adalah persalinan metode ERACS
diterapkan di Indonesia dan mulai dengan variabel terikat berupa luaran
terkenal pada tahun 2019. Pada tahun pasien antara lain skala nyeri pasca
2021, metode ini mulai diterapkan di operasi dihitung menggunakan VAS,
berbagai rumah sakit di Semarang lama rawat inap dihitung dalam hari,
termasuk RSUP Dr. Kariadi. Metode waktu mulai mobilisasi level 4 dalam
ini menarik perhatian masyarakat 12 jam pertama pasca operasi, waktu
karena masa pemulihan yang lebih keluarnya ASI pasca operasi dalam 1
cepat serta pembiayaannya yang sudah jam pertama pasca operasi, dan
ditanggung dengan jaminan kesehatan komplikasi dalam 24 jam pasca
masyarakat yaitu BPJS. Karena operasi. Data penelitian berupa data
penerapannya yang masih baru, kami sekunder yang didapatkan dari rekam
meneliti luaran pasien RSUP Dr. medis ibu yang bersalin dengan
Kariadi yang menjalani persalinan metode ERACS pada bulan Desember
dengan metode ERACS pada 2021 hingga Maret 2022. Selain luaran
Desember 2021 hingga Maret 2022, pasien, diambil data berupa usia ibu
berupa skala nyeri VAS pasca operasi, dan usia gestasinya. Data kemudian
lama rawat inap, waktu mulai diolah dalam bentuk persentase, min,
mobilisasi, waktu mulai keluarnya max, median, dan mean ± standar
ASI, serta komplikasi, sehingga dapat deviasi (SD). Penelitian ini telah
memberikan edukasi serta informasi memperoleh ethical clearance dari
yang tepat bagi ibu yang hendak Komisi Etik Penelitian Kesehatan
menentukan cara bersalin. (KEPK) RSUP Dr. Kariadi, Semarang.
Protokol ERACS
METODE Pra-Operasi
1. Berikan makan pasien sesuai mencegah hipotensi durante
jadwal: operasi.
a. 8 jam sebelum operasi : 5. Anestesi spinal dengan
makanan padat. Bupivacaine spinal 0,5% dosis
b. 6 jam sebelum operasi : snack rendah (6,25–10 mg), fentanyl atau
(biskuit, roti, termasuk jus dan morfin intratekal.
atau susu), pasien boleh minum 6. Disarankan melebarkan insisi
clear liquid (air putih, teh), uterus secara tumpul, tidak
pasien akan diberikan 1 saset melakukan ekteriorasi uterus, tidak
maltodextrin (50gram) dengan melakukan cuci perut.
perisa dalam 300 cc – 400 cc 7. Melakukan delayed cord clamping.
air (200 kkal) yang dapat 60 detik untuk bayi aterm, 30 detik
diminum sampai 2 jam pre untuk bayi prematur dengan
operasi. pengawasan
2. Pasien disarankan mandi sebelum 8. Pemberian uterotonika optimal
operasi dengan sabun yang dengan dosis rendah secara efektif
mengandung antiseptik untuk mencapai kontraksi uterus
3. Tidak melakukan preparasi usus. yang adekuat dan meminimalkan
4. Pasang jalur intravena (IV) dan efek samping.
siapkan darah untuk kemungkinan 9. Pemberian analgesik non-opioid:
transfusi sesuai indikasi. paracetamol bolus iv dan NSAID
5. Antibiotik profilaksis Cefazolin 2 segera setelah bayi lahir.
gram IV, diberikan 30-60 menit 10. Penjahitan uterus double layer,
sebelum insisi. peritoneum ditutup, lemak subkutis
6. Pencegahan mual muntah dengan dijahit jika tebal >2 cm. Penutupan
pemberian antasida, histamin kulit dengan teknik jelujur
antagonis reseptor H2, antiemetik subkutikuler.
dan dexametason sebelum 11. Maksimal lama operasi 1 jam.
dilakukan pembiusan.
Pasca Operasi
Intra-operatif 1. Dapat dipertimbangkan infiltrasi
1. Suhu kamar operasi 23-24℃. luka anestesi lokal (kontinu) atau
2. Vaginal toilet dengan povidone blok regional, seperti: blok
iodine disarankan terutama untuk transversus abdominis plane
pasien dengan ketuban pecah dini. (TAP) atau blok quadratus
3. Lakukan active warming system lumborum (QLB).
dengan menggunakan blanket 2. Pastikan pasien tetap hangat saat
penghangat dan infus/cairan hangat di recovery room.
untuk mencegah hipotermia pasien. 3. Pemberian medikamentosa untuk
4. Dapat dilakukan pre-loading cairan mencegah mual dan muntah.
atau pemberian phenylephrine atau 4. Pemberian permen karet saat di
ephedrine intraoperatif untuk ruang recovery room untuk
merangsang motilitas usus.
5. Dalam 2 jam pasca operasi pasien Bulan ERACS SC
diperbolehkan makan seperti biasa TOTAL
jika tidak ada mual muntah.
6. Kateter dilepas 2-6 jam pasca
operasi, tetap melihat klinis.
7. Infus dilepas 6 jam pasca operasi,
menyesuaikan klinis.
8. Mobilisasi dini mulai di Ruang
Pulih Sadar apabila pasien tidak
mual dan pusing dengan skor
Bromage minimal 2
9. Mobilisasi di ruangan secara
bertahap sesuai klinis
a. Level 1: Pasien duduk
bersandar bertahap di tempat
tidur selama 15–30 menit
b. Level 2: Pasien duduk di sisi
tempat tidur dengan kaki
menjuntai (ongkang-ongkang)
selama 5–15 menit
c. Level 3: Berdiri
d. Level 4: Berjalan di sekitar
tempat tidur
10. Berikan multimodal analgesia
(Opioid Sparing: Paracetamol dan
NSAID)
11. Pasien boleh pulang dalam 24 jam
perawatan, jika klinis baik, rasa
nyeri terkendali dan bisa
menyusui dengan baik.

HASIL
Metode ERACS mulai
diterapkan di RSUP Dr. Kariadi pada
bulan Desember tahun 2021. Terhitung
jumlah persalinan yang menggunakan
protokol ERACS sebanyak 57 kasus
dari 348 persalinan metode SC
(16,37%) (Tabel 1).
Tabel 1. Jumlah ERACS dan SC.
Desember 2021 9 78 (Minggu)
Januari 2022 19 90 Berdasarkan analisis data
Februari 2022 13 113 didapatkan skala nyeri VAS rata-rata
Maret 2022 16 67 pasien yang menjalani ERACS sebesar
Total 57 348 3,32±0,82. Mobilisasi level 4 berupa
mampu berjalan-jalan disekitar tempat
tidur paling cepat dilakukan dalam 5
jam dan paling lambat 12 jam pada 12
jam pertama pasca operasi. Waktu
keluar ASI rata-rata adalah
Diambil 41 sampel untuk 33,97±35,18 menit dalam 1 jam pasca
penelitian dengan rata-rata usia ibu operasi. Terdapat 10 pasien yang ASI-
hamil 26,17 ± 3.43 dan usia gestasi nya keluar >1 jam pasca operasi. Lama
rata-rata 38,15 ± 1,35 (Tabel 2). rawat inap pasien bervariasi antara 1–2
hari. Pada 24 jam pertama pasca
Tabel 2. Usia ibu hamil dan usia operasi didapatkan komplikasi
gestasinya. terbanyak berupa nyeri kepala diikuti
nyeri perut.
Variabel Median Mean ± SD
(Min-
Max)
Usia Ibu 26 26,17 ±
Hamil (20–32) 3.43
(Tahun)
Usia 38 38,15 ± 1,35
Gestasi (36–41)

Tabel 3. Luaran pasien


Variabel Frekuensi Persentase Median Mean ± SD
(%) (Min-Max)
Skala nyeri VAS 3 (2–5) 3,32 ± 0,82
Ringan: 1-3 29 70,73%
Sedang: 4-6 12 29,27%
Berat: 7-10 0 0%
Waktu mulai 7,5 7,72 ± 2,11
Mobilisasi (jam) (5 – 12)
Waktu keluar 18 (2–180) 33,97 ± 35,18
ASI (menit)
<1 jam 31 75,61%
>1 jam 10 24,39%
Komplikasi
Nyeri kepala 10 24,39%
Nyeri perut 8 19,51%
Lama rawat inap 1 1,24 ± 0,43
(hari) (1–2)
DISKUSI menggunakan metode ERACS adalah
26,17±3.43 dan usia gestasi rata-rata
Enhanced recovery after 38,15±1,35. Sebanyak 38 kasus
surgery (ERAS) adalah pendekatan persalinan aterm dan hanya terdapat 3
interdisiplin, untuk meningkatkan kasus preterm.
pemulihan dari respon katabolik dan
inflamasi operasi, dengan komponen Nyeri pasca SC merupakan
seperti meminimalkan periode puasa komplikasi paling umum yang sangat
pra operasi, memberikan beban mengganggu. Diketahui nyeri selama 1
karbohidrat pra operasi, menyediakan tahun pasca SC mencapai 11% dimana
manajemen nyeri multimodal standar, 10% kasus mengalami nyeri berat.
dan mobilisasi dini dan pemberian Tingginya skala nyeri dan nyeri kronik
makan pasca operasi.14 Metode baru juga berpengaruh pada peningkatan
SC ini mulai diterapkan di RSUP Dr. penggunaan analgesik opioid.12
Kariadi, Semarang pada bulan Konsumsi opioid berlebih dapat
Desember 2021. Indikasi penggunaan mempengaruhi luaran ibu dan bayi.
metode ini serupa dengan metode SC Pada metode ERACS digunakan
pada umumnya dan dapat dilakukan analgesik multimodal sesuai
pada ibu hamil yang baru pertama kali rekomendasi ACOG yaitu parasetamol
atau sudah pernah SC atau yang tidak dan NSAID.14,19 Penerapan analgesik
direncanakan. Pada ibu hamil dengan multimodal seperti NSAID membantu
kondisi DM dengan terapi insulin, menurunkan inflamasi dan
preeklamsia gejala berat yang meringankan nyeri viseral dengan efek
memerlukan MgSO4 atau ≥2 obat samping yang lebih rendah.
antihipertensi, wanita dengan riwayat
komplikasi intraoperatif tidak Pada penelitian ini skala nyeri
disarankan menggunakan metode ini.14 VAS dihitung 24 jam pasca operasi,
dimana 0 tidak ada nyeri hingga 10
Pada penelitian ini didapatkan sangat nyeri dan mengganggu
jumlah keseluruh metode ERACS aktivitas. Didapatkan skala nyeri VAS
sebanyak 57 dari 348 kasus SC rata-rata sebesar 3,32±0,82 dengan
keseluruhan (16,37%). Jumlah ini skala nyeri terendah 2 dan tertinggi 5.
masih sangat kecil, hal ini disebabkan Pasien umumnya mengalami nyeri
metode ERACS masih baru ringan (29 kasus, 70,73%), diikuti 12
diperkenalkan sehingga beberapa ibu kasus nyeri sedang (29,27%). Pada
memilih untuk bersalin dengan metode penelitian ini tidak ada pasien yang
SC pada umumnya. Dari 57 kasus mengalami nyeri berat. Hasil ini
tersebut diambil sejumlah 41 sampel serupa dengan hasil peneitian Pan et
menggunakan metode sampling al., yaitu terjadi penurunan signifikan
konsekutif. Rerata usia ibu yang skala nyeri VAS 24 jam pertama pasca
operasi (VAS <3) dan terus menurun keberhasilan menyusui. Pada
pada hari berikutnya. Skala nyeri VAS penelitian ini waktu mobilisasi dicatat
>3 secara signifikan lebih sedikit oleh suster saat pasien di bangsal
dibandingkan kelompok SC. Skala hingga 12 jam pertama pasca operasi.
nyeri yang lebih rendah pada Pasien dapat berjalan di sekitar tempat
penelitian tersebut dapat disebabkan tidur dalam waktu rata-rata 7,72±2,11
penggunaan morfin pada metode jam, dengan waktu tercepat 5 jam dan
ERACS sebanyak 6 mg sebagai terlama 12 jam pasca operasi. Hasil ini
analgesik.12 Temuan ini sangat berbeda lebih baik dibandingkan dengan
dengan penelitian Kleiman et al., yaitu penelitian Rosseau et al., dimana
penurunan skala nyeri VAS pada mobilisasi tercepat pasien pasca
metode ERACS masih dalam rentang ERACS adalah 10 jam dibandingkan
5–9 dengan nilai median 7 dengan SC biasa 19 jam.20 Berbeda
dibandingkan dengan metode SC dengan penelitian Hedderson et al.,
dengan nilai median 8 dengan rentang mobilisasi pertama dicapai dengan
7–9 (p =0,007).15 rata-rata waktu 13,7 jam dibandingkan
dengan SC sebesar 16,4 jam.21 Pada
Pada penelitian ini pemberian sebuah penelitian meta-analisis metode
analgesik multimodal dengan ERACS terdapat penurunan waktu
parasetamol dosis tinggi dan NSAID untuk mobilisasi pertama kali sebesar
sudah cukup untuk menekan rasa nyeri 11,05 jam dibandingkan SC secara
pasien. Penurunan skala nyeri juga signifikan (p =0,004).17
dapat dipengaruhi oleh faktor lain
seperti edukasi pasien pra operasi, Keluarnya ASI
toleransi nyeri pasien, pemberian obat mempengaruhi keberhasilan menyusui.
analgesik, serta kecemasan. Pemberian Pada penelitian ini, ASI rata-rata
edukasi mengenai rentang nyeri serta keluar dalam 33,97±35,18 menit pada
manajemen untuk mengurangi nyeri 1 jam pasca operasi. Terdapat 10
dapat mengurangi kecemasan dan pasien dengan pengeluaran ASI >1
memberikan harapan yang realistis jam pasca operasi. Sesuai dengan
yang dapat berpengaruh pada penelitian Holland et al., penerapan
peningkatan toleransi nyeri.15 metode ERACS meningkatkan
Pemberian karbohidrat sebelum persentase keluarnya ASI pada 1 jam
operasi juga menurunkan kecemasan postpartum dibandingkan dengan SC
pasien dan konsumsi minuman (47 menit vs. 104 menit).16 Berbeda
berkarbohidrat 2 jam sebelum operasi pada penelitian Bowden et al., dimana
juga menurunkan kebutuhan metode ERACS tidak memberikan
metabolisme dibandingkan puasa 8 dampak signifikan pada jumlah ibu
jam.14,19 yang menyusui dalam 1 hari pasca
operasi.22
Selain skala nyeri, tingkat
kepuasan pasien juga dapat dilihat dari Lama rawat inap merupakan
waktu mulai mobilisasi dan indikator penting metode ERACS yang
secara visual menunjukkan kecepatan Komplikasi lain seperti menggigil
pemulihan pasien. Berdasarkan dapat disebabkan karena respon nyeri,
protokol ERACS pasien kurangnya panas tubuh, cemas,
diperkenankan pulang dalam 24 jam ataupun stimulasi sistem saraf
pasca salin bila klinis sudah baik, rasa simpatis. Hipotermia dapat muncul
nyeri terkendali, dan dapat menyusui pada 60% kasus SC akibat efek
dengan baik. Rata-rata lama rawat inap samping penggunaan anestesi spinal.
pasien pada penelitian ini adalah Pada penelitian ini tidak didapatkan
1,24±0,43 hari dengan rawat inap komplikasi hipotermia ataupun
paling pendek 1 hari dan paling lama 2 menggigil, karena teknik active
hari. Hal ini dapat disebabkan karena warming pada protokol ERACS.12
semakin cepat ibu menyusui dan
pasien sudah dapat mentoleransi nyeri. Penelitian ini juga memiliki
Pasien dengan lama rawat inap 2 hari beberapa keterbatasan berupa jumlah
disebabkan karena nyeri yang belum di sampel yang sedikit dan tidak
toleransi dan kondisi ibu dengan risiko dilakukan perbandingan dengan
tinggi seperti preeklamsia ataupun metode SC. Pada penelitian ini juga
diabetes mellitus. Hasil ini lebih baik tidak dilakukan analisis hubungan
dibandingkan dengan penelitian lain. antar variabel terikat. Diharapkan di
Pan et al., menyatakan rata-rata lama masa mendatang dilakukan penelitian
rawat inap pasien dengan metode kontrol acak dengan jumlah sampel
ERACS adalah 3,4 hari. Beberapa yang lebih besar untuk mendapatkan
penelitian menyatakan penerapan hasil yang lebih baik serta penelitian
metode ERACS menurunkan lama yang berfokus pada analisis hubungan
rawat inap sebesar 0,5-1,5 hari. 12 luaran pasien dengan teknik ERACS.
Berdasarkan penelitian Kleiman et al.,
lama rawat inap semakin berkurang
pada pasien dengan mobilisasi lebih KESIMPULAN
cepat dan konsumsi opioid yang Metode ERACS memberikan luaran
rendah.15 maternal yang baik terhadap pasien
Pada 24 jam pertama pasca dalam hal penurunan skala nyeri,
operasi didapatkan komplikasi mobilisasi pasca operasi yang cepat
terbanyak berupa nyeri kepala diikuti dan keberhasilan menyusui. Masih
nyeri perut. Tidak didapatkan diperlukan penelitian lebih lanjut
komplikasi lain seperti demam, untuk menentukan asosiasi antara
infeksi, wound dehiscence. Hal ini variabel luaran.
mungkin disebabkan karena rentang
follow-up yang pendek. Selain itu,
tidak terdapat komplikasi seperti mual, DAFTAR PUSTAKA
muntah dan pruritus. Hal ini dapat
1. Hutchison J, Mahdy H,
terjadi karena tidak digunakannya
Hutchison J. Stages of Labor. In
analgesik opioid pada metode ERACS.
Treasure Island (FL); 2022. Epidemiol. 2020;8(2):100–8.
2. Suman V, Luther EE. Preterm 10. Ashar H, Kusrini I,
Labor. In Treasure Island (FL); Asturiningtyas IP, Fuada N. The
2022. Determinant for Choice of
3. Desai NM, Tsukerman A. Delivery Method in Indonesia
Vaginal Delivery. In Treasure 2018. Int J Innov Creat Chang.
Island (FL); 2022. 2021;15(9):606–16.
4. McEvoy A, Sabir S. 11. Tika TT, Sidharti L, Himayani
Physiology, Pregnancy R, Rahmayani F. Metode
Contractions. In Treasure Island ERACS sebagai program
(FL); 2022. perioperatif pasien operasi
5. Sung S, Mahdy H. Cesarean caesar. J Med Hutama.
Section. In Treasure Island 2022;03(02).
(FL); 2022. 12. Li L. The Advantage of
6. Habak PJ, Kole M. Vaginal Implementation of Enhanced
Birth After Cesarean Delivery. Recovery After Surgery
In Treasure Island (FL); 2022. (ERAS) in Acute Pain
7. Gale J, Corran B, Bacal V, Management During Elective
Haebe J, Nguyen V, Shmorgun Cesarean Delivery: A
D. Reduced live birth rates after Prospective Randomized
embryo transfer in patients with Controlled Trial. Ther Clin Risk
prior cesarean delivery: A Manag. 2020;16:369–78.
retrospective cohort study. Eur J 13. Peahl AF, Smith R, Johnson
Obstet Gynecol Reprod Biol. TRB, Morgan DM, Pearlman
2022;271:250–4. MD. Better late than never: why
8. Singh S, Farber MK, Bateman obstetricians must implement
BT, Lumbreras-Marquez MI, enhanced recovery after
Richey CJ, Easter SR, et al. cesarean. Am J Obstet Gynecol
Obstetric comorbidity index and [Internet]. 2019;221(2):117.e1-
the odds of general vs. neuraxial 117.e7. Available from:
anesthesia in women https://doi.org/10.1016/j.ajog.20
undergoing cesarean delivery: a 19.04.030
retrospective cohort study. Int J 14. Fay EE, Hitti JE, Delgado CM,
Obstet Anesth. 2022;103546. Savitsky LM, Mha EBM, Slater
9. Lazasniti S, Bungsu Machmud JL, et al. An enhanced recovery
P, Ronoatmodjo S, Author C. after surgery pathway for
FACTORS THAT cesarean delivery decreases
INFLUENCE CESAREAN hospital stay and cost. Am J
SECTION DELIVERIES IN Obstet Gynecol [Internet]. 2019;
INDONESIA Faktor-Faktor (Cd):1–9. Available from:
yang Berhubungan dengan https://doi.org/10.1016/j.ajog.20
Persalinan Bedah Sesar di 19.06.041
Indonesia Tahun 2017. J Berk 15. Kleiman AM, Chisholm CA,
Dixon AJ, Sariosek BM, Thiele 19. Wilson RD, Caughey AB,
RH, Hedrick TL, et al. Wood SL, Macones GA,
Evaluation of the impact of Wrench IJ, Chb MB, et al.
enhanced recovery after surgery Guidelines for Antenatal and
protocol implementation on Preoperative care in Cesarean
maternal outcomes following Delivery: Enhanced Recovery
elective cesarean delivery. Int J After Surgery (ERAS) Society
Obstet Anesth [Internet]. Recommendations (Part 1). Am
2019;1–8. Available from: J Obstet Gynecol [Internet].
https://doi.org/10.1016/j.ijoa.20 2018;(Part 1). Available from:
19.08.004 https://doi.org/10.1016/j.ajog.20
16. Holland M, Ramirez E. 18.09.015
Improvement of Early Initiation 20. Leguen M, Carbonnel M,
of Breastfeeding Through an Ayoubi JM, Rousseau A,
Enhanced Recovery After Sadoun M, Aime I.
Surgery (ERAS) Pathway in Comparative Study about
Patients Scheduled for enhanced recovery after
Cesareans. J Obstet Gynecol caesarean section: What
Neonatal Nurs [Internet]. benefits, what risks? Gynecol
2020;49(6):S43–4. Available Obstet Fertil Senol.
from: 2017;45:387–92.
https://doi.org/10.1016/j.jogn.20 21. Hedderson M, Lee D, Hunt E,
20.09.075 Lee K, Xu F, Mustille A, et al.
17. Sultan P, Sharawi N, Blake L, Enhanced Recovery After
Habib AS, Brookfield KF, Surgery to Change Process
Carvalho B. Impact of enhanced Measures and Reduce Opioid
recovery after cesarean delivery Use After Cesarean Delivery: A
on maternal outcomes: A Quality Improvement Initiative.
systematic review and meta- Obs Gynecol. 2020;134(3):511–
analysis. Anaesth Crit Care Pain 9.
Med [Internet]. 22. Bowden SJ, Dooley W,
2021;40(5):100935. Available Hanrahan J, Kanu C, Halder S,
from: Cormack C, et al. Fast-track
https://doi.org/10.1016/j.accpm. pathway for elective caesarean
2021.100935 section : a quality improvement
18. Rose JM. Enhanced Recovery initiative to promote day 1
After Surgery Ambulation discharge. BMJ Open Wuality.
Project University of San 2019;8:1–9.
Francisco. Master’s Proj
Capstones. 2021;

Anda mungkin juga menyukai