INFORMASI UMUM
A. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta Program Pendidikan Spesialis-1 (Residen) Anestesiologi dan
Terapi Intensif tahap magang mampu melakukan pengelolaan perioperatif yang benar dan
bertanggungjawab pada tindakan anestesi neuraksial tingkat menengah (blok epidural torakal, blok
kaudal pada pediatrik) dan tindakan blok saraf tepi tingkat dasar pada dewasa untuk berbagai prosedur
dengan status fisis ASA 1-3, sesuai standar prosedur operasional (SPO) yang berlaku. Selain itu
Residen juga mampu menjelaskan prinsip manajemen nyeri berbasiskan anestesi regional.
Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini peserta didik diharapkan mampu :
1. Menjelaskan anatomi tulang belakang dan susunan saraf pusat, jaras nyeri, fisiologi LCS pada
pediatrik;
2. Mempertimbangkan pemilihan obat anestetika lokal beserta ajuvan berdasarkan farmakologinya;
3. Memberi informasi dan edukasi yang baik kepada pasien dan keluarganya tentang prosedur
anestesi regional yang akan dijalani, risiko, komplikasi dan penanggulangannya, untuk kasus pada
pasien populasi khusus (pediatrik, lansia, gangguan ginjal, gangguan hormonal, gangguan jantung
dan paru);
4. Melakukan pengelolaan perioperatif untuk pasien ASA 1-3 yang menjalani anestesi neuraksial
tingkat menengah (blok epidural torakal pada dewasa dan blok kaudal pada pediatrik) termasuk
melakukan pemantauan dan membuat rekam medis yang baik;
5. Melakukan pengelolaan perioperatif untuk pasien ASA 1-3 yang menjalani blok saraf tepi tingkat
dasar untuk ekstremitas atas (blok interskalenus, blok supraklavikular, blok aksilar, blok
pergelangan tangan dan jari-jari), untuk ekstremitas bawah (blok femoralis, blok sciatik, blok
popliteal, blok pergelangan kaki dan jari-jari kaki), termasuk melakukan pemantauan dan membuat
rekam medis yang baik;
6. Mendeteksi komplikasi blok neuraksial dan blok saraf tepi yang terjadi dan melakukan
penanggulangan secara cepat dan tepat;
7. Mampu menyimpulkan dampak gangguan koagulasi atau efek obat antikoagulan/antiplatelet
terhadap pelaksanaan anestesi blok saraf tepi;
8. Melakukan pengelolaan pasca-anestesi regional yang baik termasuk mencegah dan menanggulangi
efek samping yang mungkin terjadi di ruang rawat;
9. Berkomunikasi dengan efektif dengan semua anggota tim kerja atas dasar saling menghargai;
10. Bersikap professional yang mengacu pada prinsip patient safety.
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
a. Keilmuan ( Kognitif )
1. Mampu menggambarkan anatomi tulang belakang, medula spinal dan struktur sekitarnya pada
pediatrik;
2. Mampu menggambarkan secara skematik pleksus brakhialis dan pleksus lumbosakralis pada
dewasa;
3. Mampu menjelaskan persarafan dinding toraks dan dinding abdomen, serta persarafan kepala
dan leher;
4. Mampu menjelaskan fisiologi konduksi saraf perifer, prinsip kerja nerve stimulator dan
ultrasonografi dalam identifikasi saraf perifer;
5. Mampu menjelaskan fisiologi blok epidural torakal dan blok perifer dalam menghilangkan
nyeri;
6. Mampu menjelaskan alasan pemilihan obat anestesi lokal dan ajuvannya pada blok epidural
torakal dan blok perifer dalam menghilangkan nyeri;
7. Mampu menganalisis pemilihan pasien, prosedur dan jenis operasi yang tepat untuk tiap jenis
blok saraf tepi;
8. Mampu menyebutkan langkah-langkah blok epidural torakal dan blok perifer dasar dengan
bantuan stimulator saraf;
9. Mampu menjelaskan cara mengantisipasi, mengenal, dan mengatasi komplikasi blok epidural
torakal dan blok saraf perifer dasar;
10. Mampu menganalisis dampak gangguan koagulasi atau efek obat antikoagulan/antiplatelet
terhadap pelaksanaan anestesi blok saraf tepi;
11. Memahami prinsip dasar manajemen nyeri berbasiskan anestesi regional;
12. Mampu menyebutkan pilihan anestesi regional yang tepat untuk mengatasi nyeri kronik dan
nyeri kanker.
2. Anatomi ruang epidural torakal dan struktur sekitarnya, pleksus brakhialis dan pleksus
lumbosakralis, persarafan dinding toraks dan dinding abdomen, serta persarafan kepala dan
leher pada dewasa
Anatomi ruang epidural torakal;
Fisiologi blok saraf perifer (blok interskalenus, blok supraklavikular, blok aksilaris, blok
femoralis, blok sciatik, blok popliteal, blok pergelangan tangan dan kaki, blok jari-jari
tangan dan kaki).
5. Farmakologi dan pemilihan obat anestesi lokal dan ajuvannya pada blok epidural torakal dan
blok perifer dalam menghilangkan nyeri
Farmakologi obat anestesi lokal pada blok epidural torakal dan blok saraf perifer;
Farmakologi obat ajuvan pada blok epidural torakal dan blok saraf perifer.
6. Pemilihan pasien, prosedur dan jenis operasi yang tepat untuk tiap jenis blok saraf
Indikasi dan kontraindikasi blok epidural torakal;
Pemeriksaan pra anestesi dan pemilihan jenis blok saraf sesuai faktor pasien, jenis operasi,
dan teknik operasi.
7. Teknik blok epidural torakal dan blok perifer dasar (blok interskalenus, blok supraklavikular,
blok aksilaris, blok femoralis, blok sciatik, blok popliteal, blok pergelangan tangan dan kaki,
blok jari-jari tangan dan kaki)
Teknik blok epidural torakal: Loss of resistance, hanging drop;
Obat antiplatelet;
D. METODE PEMBELAJARAN
1. Kuliah dan Curah Pendapat
Diberikan kuliah pengantar dan curah pendapat mengenai hal-hal yang tercantum dalam pokok
bahasan dan subpokok bahasan.
2. Simulasi
Sebelum menerapkan pada pasien atau melakukan demonstrasi pada pasien, peserta didik
diharapkan telah mahir melakukan prosedur anestesi regional tersebut pada manikin.
3. Demonstrasi
Pada awal rotasi dilakukan demonstrasi anestesi regional pada pasien oleh konsulen. Peserta
didik kemudian melakukan praktek/demonstrasi pada pasien dalam supervisi konsulen. Mahir
melakukan simulasi pada manikin menjadi prasyarat sebelum peserta didik melakukan
praktek/demonstrasi pada pasien.
4. Studi kasus (presentasi kasus, bedside teaching, case based discussion)
Studi kasus dapat dilakukan dengan teknik presentasi kasus, case based discussion maupun
bedside teaching, baik dalam kelas maupun kelompok kecil. Kasus dipilih dari kasus yang telah
dilakukan. Titik berat diskusi sesuai dengan pokok bahasan dan sub pokok bahasan yang
tercantum dalam modul.
5. Role play
Metode role play digunakan untuk melatih kompetensi di ranah komunikasi/hubungan
interpersonal dan profesionalisme.
6. Tugas mandiri kelompok dan perorangan
Tugas mandiri diberikan untuk membahas materi sesuai pokok bahasan dan sub pokok bahasan.
Bentuk keluaran yang dihasilkan dapat berupa makalah singkat, tinjauan pustaka, presentasi,
dan rekam kasus kecil (mini case report) baik dalam kelompok maupun perorangan.
E. EVALUASI PEMBELAJARAN
Model evaluasi berikut disarankan, namun tidak membatasi hanya pada model evaluasi tersebut.
Pemilihan model evaluasi diserahkan menurut kemampuan masing-masing pusat pendidikan.
1. Pre tes dan post test
Pada awal pertemuan dilaksanakan pretest dalam bentuk tes tertulis (MCQ) untuk menilai
pengetahuan awal peserta didik dan mengidentifikasi kekurangan yang ada. Di akhir rotasi
dilakukan post test dengan soal yang sama dengan pretest, untuk mengetahui tingkat penyerapan
oleh peserta didik dan keberhasilan modul.
2. DOPS (Direct Observation of Procedural Skills)
DOPS berisi daftar tilik yang merupakan panduan bagi peserta didik untuk melakukan prosedur
ketrampilan., baik pada manikin maupun pada pasien. Daftar tilik harus sesuai dengan ketentuan
dan SPO yang berlaku di masing-masing pusat pendidikan. Evaluator/konsulen bertugas menilai
kelayakan keterampilan peserta didik berdasarkan lengkap tidaknya tindakan yang dilakukan
berdasarkan daftar tilik yang ada. Di akhir sesi, evaluator menetapkan kinerja peserta didik
sebagai: layak atau tidak layak.
3. Evaluasi Tindakan Klinik dengan Mini CEX (Mini - Clinical Evaluation Exercise)
Mini CEX dilakukan untuk mengevaluasi kinerja klinis peserta didik yang meliputi keterampilan
klinis, sikap dan perilaku, dalam menghadapi kasus klinis yang sesuai untuk level
pembelajarannya. Mini CEX harus dilakukan beberapa kali untuk satu jenis kasus atau satu jenis
keterampilan klinis yang dimaksud dalam pembelajaran, untuk melihat perkembangan peserta
didik. Di setiap akhir sesi Mini CEX harus dilakukan tilikan oleh evaluator dan peserta didik
sebagai bahan perbaikan di sesi berikutnya. Target Mini CEX adalah peserta didik dapat
melakukan kinerja klinis dengan level memuaskan atau diatas rata-rata.
4. Ujian Sumatif / Ujian Modul
Di akhir modul, peserta didik menjalani ujian sumatif. Ujian dapat berupa ujian lisan, tertulis
maupun keduanya.
Tempat : ………………………….
Prosedur Anestesi
Sudah Belum Tidak
No catatan
Blok Subarachnoid Dikerjakan Dikerjakan terobservasi
Pasca Bedah
catatan penguji:
………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
tilikan peserta didik :
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
(..........................................................................) (..........................................................................)
PENANGGUNGJAWAB MODUL :
(..........................................................................)
Tempat : ………………………….
Prosedur Anestesi
Sudah Belum Tidak
No catatan
Blok Subarachnoid Dikerjakan Dikerjakan terobservasi
Pasca Bedah
catatan penguji:
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
tilikan peserta didik :
………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………
(..........................................................................) (..........................................................................)
PENANGGUNGJAWAB MODUL :
(..........................................................................)
H. DAFTAR EVALUASI PENUNTUN TINDAKAN KLINIK
Lulus-pada
No Kegiatan / langkah klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5
1. PERSIAPAN PRAANESTESI
1. Mampu melakukan perkenalan dan membuka hubungan
dokter-pasien.
2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
3. Mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang.
4. Mampu meminta pemeriksaan tambahan jika diperlukan.
5. Mampu menyimpulkan kondisi pasien dan faktor risiko serta
status fisik ASA.
6. Mampu menjelaskan dan edukasi tindakan yang akan
dilakukan, dan meminta persetujuan pasien (informed
consent).
7. Mampu melakukan pemberian obat premedikasi bila
diperlukan, dapat diberikan sebelum pasien masuk kamar
operasi atau saat berada dalam kamar operasi. setelah obat
premedikasi diberikan diperlukan monitoring untuk
mengidentifikasi kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi.
4 PASCA BEDAH
1. Mampu memonitor tanda vital pasien berkala di ruang
pemulihan.
2. Mampu menilai kesiapan pasien untuk dipindahkan ke ruang
rawat.
3. Mampu melakukan serah terima pasien alih rawat ke ruangan.
4. Mampu edukasi kepada tim ruang rawat kemungkinan
komplikasi yang dapat terjadi, pencegahan dan
penatalaksanaannya.
Lulus-pada
No Kegiatan / langkah klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5
1. PERSIAPAN PRAANESTESI
1. Mampu melakukan perkenalan dan membuka hubungan
dokter-pasien.
2. Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
3. Mampu melakukan interpretasi hasil pemeriksaan penunjang.
4. Mampu meminta pemeriksaan tambahan jika diperlukan.
5. Mampu menyimpulkan kondisi pasien dan faktor risiko serta
status fisik ASA.
6. Mampu menjelaskan dan edukasi tindakan yang akan
dilakukan, dan meminta persetujuan pasien (informed
consent).
7. Mampu melakukan pemberian obat premedikasi bila
diperlukan, dapat diberikan sebelum pasien masuk kamar
operasi atau saat berada dalam kamar operasi. setelah obat
premedikasi diberikan diperlukan monitoring untuk
mengidentifikasi kemungkinan efek samping yang dapat
terjadi.
2. PROSEDUR BLOK SARAF TEPI
1. Mampu memeriksa kesiapan alat dan obat yang diperlukan,
menentukan jenis dan ukuran jarum yang akan digunakan.
termasuk alat pemandu (ultrasound dan/atau stimulator saraf).
2. Mampu memeriksa kesiapan alat emergensi.
3. Mampu memasang monitor standar dan akses intravena.
4. Mampu melakukan interpretasi kondisi pasien berdasar hasil
monitor.
5. Mampu memposisikan pasien sesuai untuk tindakan blok
(duduk / miring).
6. Mampu melakukan identifikasi landmark sesuai blok, dan
membuat penanda pada kulit pasien.
7. Mampu melakukan tindakan asepsis dan antisepsis pada
landmark yang ditentukan.
8. Mampu melakukan injeksi anestetika lokal pada titik punksi.
9. Mampu melakukan penusukan jarum blok pada titik punksi,
dengan arah jarum sesuai pendekatan dan metode yang dipilih
menuju target saraf.
10. Mampu memastikan letak ujung jarum tepat dan sedekat
mungkin pada target saraf.
11. Mampu menghubungkan jarum dengan spuit, lakukan aspirasi
12. Mampu memonitor tanda vital pasien berkala dan identifikasi
komplikasi terutama tanda-tanda intoksikasi obat anestetika
lokal.
13. Mampu membalut area punksi.
14. Mampu mengembalikan posisi pasien sesuai dengan yang
diinginkan.
Pembobotan Nilai
No Penilaian Bobot
1. Sikap 40%
2. Pengetahuan 30%
3. Keterampilan 30%
Total 100%
Nilai Peserta
Pretest :
Posttest :
DOPS :
CbD :
OSCE :
Layak
Tidak layak
melakukan prosedur
DAFTAR PUSTAKA
1. Barash PG, Cullen BF, Stoelting RK, Cahalan MK, Stock MC, Ortega R, Sharar SR, Holt NF.
Clinical Anesthesia. 8th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2017.
2. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. 5th ed. New
York: McGraw Hill; 2013.
3. Flood P, Rathmell JP, Shafer S. Stoelting’s Pharmacology and Physiology in Anesthetic Practice. 5th
ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2015.
4. Hadzic A. NYSORA Textbook of Regional Anesthesia and Acute Pain Management. United States:
Mc Graw-Hill; 2007.
5. Hadzic A. Hadzic’s Peripheral Nerve Block and Anatomy for Ultrasound-Guided Regional
Anaesthesia. 2nd ed. United States: Mc Graw-Hill; 2012.
6. Marhofer P. Ultrasound Guidance in Regional Anesthesia: Principles and Pratical Implementation. 2 nd
ed. U.K: Oxford University Press; 2010.
7. Miller RD, Cohen NH, erikson LI, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Young WL. Miller’s Anaethesia.
8th ed. Philadelphia: Elsevier Sauders; 2015.