Anda di halaman 1dari 26

WHITE PAPER CLINICAL PRIVILAGES SPESIALIS SARAF

RUMAH SAKIT PERKEBUNAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Neurologi adalah cabang dari ilmu kedokteran yang menangani kelainan pada

system saraf. Dokter yang mengkhususkan dirinya pada bidang neurologi

disebut neurology dan memiliki kemampuan untuk mendiagnosis, merawat, dan

memenagement pasien dan kelainan saraf. Kebanyakan para nerurolog dilatih

untuk menangani pasien dewasa. Untuk anak-anak dilakukan oleh neurology

pediatric, yang merupakan cabang dari pediatric atau ilmu kesehatan anak.

Diindonesia, dokter dengan spesialis neurologi diberi gelar sp.S atau Spesialis

Saraf.

1.2 Faktor penyebab


1. Penyebab penyakit saraf
1) Faktor keturunan (herediter)
2) Obat-obatan atau zat yang dapat mempengaruhi fungsi otak
2. Penyebab penyakit saraf lainnya
1) Cidera
2) Infeksi
3) Gangguan pada aliran pembuluh darah yang memperdarahi otak ( stroke)

BAB II
STANDART PELAYANAN

2.1 Lingkup kerja


Para neurolog menangani kelainan pada system saraf, termasuk pada system

saraf pusat (otak, batang otak, dan otak kecil), sistem saraf tepi (misalnya saraf
otak), dan system saraf otonom. Neurolog juga dapat mendiagnosa dan

memeriksa beberapa kasus pada system otot dan tulang (musculoskeletal).


Kondisi mayor termasuk :
1. Sakit kepala seperti migrain
2. Epilepsy
3. Kelainan saraf yang degenerative seperti penyakit Alzeimer, penyakit

Parkinson dan ataksia


4. Penyakit system peredaran darah di otak atau serebrovaskular seperti stroke
5. Kesulitan tidur
6. Palsi obat kecil
7. Infeksi otak seperti ensefalitis, meningitis, meilitis, pada sumsum tulang

belakang
8. Kanker atau tumor di otak dan selaputnya, system saraf
9. Kelaianan pergerakan seperti tremor, pada penyakit Parkinson, khorea
10. Penyakit demielisinasi pada sistim saraf pusat seperti sclerosis ganda, dan

pada sistim saraf tepi sepereti sindrom Guillein- Barre


11. Kelainan pada sumsum tulang belakang
12. Kelainan system saraf tepi
13. Cedera traumatic
14. Status mental seperti koma
15. Kesulitan bicara dan berbahasa

2.2 Pemeriksaaan
Selama pemeriksaan, neurology meninjau riwayat kesehatan pasien dengan

perhatian khusus pada kondisi saat ini. Pasien akan menjalani berbagai

pemeriksaan klinis seperti pemeriksaan penglihatan, kekuatan, koordinasi,

reflex, dan rangsangan. Informs tersebut akan membantu neurolog untuk

memastikan penyakit tersebut berhubungan pada system saraf. Pemeriksaan

selanjutnya dilakukan untuk mendiagnosis penyakit yang diderita pasien.

2.3 Tugas klinis


Para neurolog bertanggung jawab pada diagnosis, perawatan, management

kondisi pasiennya. Bila diperlukan tindakan pembedahan, neurology harus

merujuk pasiennya pada dokter spesialisasi bedah saraf dan neuroradiology.


Dibeberpa negara neurolog diperlukan untuk menegakkan diagnose mati

batang otak.
Neurolog juga bertanggung jawab untuk beberapa tindakan medis seperti

fungsi lumbal. Namun bila neurology tidak hadir, dokter umum yang

berkemampuan dapat melakukan fungsi lumbal tersebut.

BAB III

KEWENANGAN KLINIS

Kategori kewenangan klinis :

No Kewenangan Klinis Dimintakan Disetujui


1 Stroke
Mengidentifikasi struktur, fungsi dan proses
vaskular di otak dan medula spinalis

Mengidentifikasi struktur anatomi pembuluh


darah dan jaras motorik /sensorik dan fisiologi
sistem saraf pusat (SSP)
Mengidentifikasi patofisiologi & patogenesis
stroke
Menegakkan diagnosis dan mampu mengobati
pasien stroke
Mengidentifikasi dan menangani berbagai
faktor risiko stroke: non-modifiable,
modifiable (well-documented), potentially
modifiable (less documented), termasuk
berkonsultasi kepada sejawat dari bagian
terkait.
Melakukan interpretasi dari hasil pemeriksaan
penunjang, antara lain Transcranial Doppler
(TCD) / Duplex Sonography, CT Scan, MRI,
dan angiografi serebral
Mempertimbangkan pemeriksaan angiografi
pada penderita yang dicurigai memiliki
kelainan pembuluh darah otak.
Mengelola penderita stroke akut pada keadaan
emergensi dan memasang intubasi sesuai
indikasi
Memberikan terapi trombolisis intravena
Memberikan terapi antikoagulan pada stroke
sesuai indikasi
Mengobati komplikasi yang timbul seperti
kejang, tekanan intrakranial tinggi (TIK),
infeksi paru, deep vein thrombosis (DVT).
Mengobati komplikasi yang timbul seperti
kejang, tekanan intrakranial tinggi (TIK),
infeksi paru, deep vein thrombosis (DVT).
Melakukan neurorestorasi dan menganjurkan
neurorehabilitasi
Melakukan tindakan pencegahan primer dan
sekunder
2 Neuro-infeksi
Identifikasi kelainan melalui anamnesis dan
pemeriksaan klinik pasien
Menentukan etiologi penderita infeksi SSP
secara klinik
Melakukan tindakan pungsf lumbal, memeriksa
cairan serebrospinal dan interpretasinya
Mengajukan pemeriksaan penunjang, antara
lain pemeriksaan mikrobiologi dan radiologi,
serta interpretasinya
Melakukan terapi pada seluruh jenis penyakit
infeksi SSP (penyebab dan komplikasinya)
Mempertimbangkan /menganjurkan tindakan
operatif sesuai indikasi (misal: drainase
ventrikel, biopsi, pengangkatan massa Infeksl)
3 Rabies
Menegakkan diagnosis disertai diagnosis
banding'kasus rabies.

Melakukan terapi preventif post exposure,


suportif dan simtomatik pada rabies

Menentukan dosis dan cara pemberian vaksin


dan serum antirabies (VAR dan SAR)
Memberi Informasi yang jelas kepada
keluarga penderita tentang rabies dan
prognosisnya
Membuat laporan kepada Direktur Rumah
Sakit dan Kepala Dinas Kesehatan setempat
4 HIV/Neuro-AIDS
Mengidentifikasi kelainan infeksi langsung
atau oportunistik.
Menganjurkan pemeriksaan HIV dan CD4
(Diagnosis fase I, II, III, IV)
Melakukan pemeriksaan penunjang, misalnya
ELISA, western blot analysis,.IFA,RIPA, X-
ray toraks
Identifikasi demensia dengan pemeriksaan
MMSE, dan tes-tes lain.
Identifikasi neuropati/miopati/GBS dengan
pemeriksaan klinik dan EMG.
Mengelola demensia dan neuropati
berdasarkan gambaran kllnik
Menetapkan kemungkinan etiologi
berdasarkan pemerlksaan klinik yang
terdapat pada infeksi oportunistik.
Menganjurkan pemeriksaan CT scan/MRI
pada keluhansakit kepala, muntah,kejang,
diplopia, dan penurunan kesadaran pada
penderita AIDS serta lesi fokal.
Memberikan terapi, termasuk obat
antiretroviral, dengan segera berdasarkan
keluhan dan atau gambaran CT scan.
Mengobati atau berkonsultasi ke bagian yang
terkait / berkompeten bila terjadl efek
samping obat.
Memberikan obat anti-edema bila terdapat
tekanan intrakranial tinggi
Melakukan pungsi lumbal atas indikasi dan
menganjurkan pemeriksaan laboratorium
sesuai dengan diagnosis kerja.
Memberi penjelasan secara arif kepada
keluarga pas{en
Melakukan penatalaksanaan HIV-AIDS
dengan memperhatykm algoritma keluhan
intraserebral/lesi massa intrakranial
5 Tetanus
Menegakkan diagnosis dan menentukan
diagnosis diferensial kasus tetanus.
Melakukan rujukan pada bidang terkait
dalam tatalaksana tetanus.
Melakukan terapi kausatif dan suportif /
simtomatik pada tetanus
Menentukan dosis dan cara pemberian vaksin
dan serum anti tetanus.
6 Nuerotraumatologi
Mengidentifikasi kelainan berdasarkan
pemeriksaan klinik
Menentukan kemungkinan perdarahan intra
krenial; melalui pemeriksaan neurologi
Menganjurkan pemeriksaan radiologi dan
menginterpretasi hasilnya
Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasl
Menganjurkan /mempertimbangkan tindakan
operdtif sesuai indikasi
Melakukan tindakan pungsi hematom
subgaleal
Melakukan tindakan resusitasi jantung-paru-
otak pada pasien dengan kegagalan nafas dan
sirkulasi.
Melakukan tindakan emergensi untuk
mengatasf peninggian tekanan intrakranial,
kejang, dan gangguan pernafasan
Melakukan tindakan terapi sesuai indikasi
Melakukan diagnosis dan tindakan pada
penderita renjatan (shock)
Melakukan tindakan terapi seluruh
komplikasi medik yang terjadi
Melakukan restorasi dan rehabilitasi
penderita selama perawatan dan
pascaperawatan
7 Trauma medula spinalis
Mengidentifikasi kelainan berdasarkan
mekanisme cedera dan pemeriksaan klinik
Memprioritaskan tindakan pencegahan
kerusakan lebih lanjut sesegera mungkin pada
fase akut.
Melakukan terapi emergensi sesegera
mungkin berupa pemberian
metilprednisolon dosis tinggi sebelum 8 jam
pasca-awitan dan 23 jam kemudian
Melakukan observasi ketat tanda-tanda vital
untuk mehtegah terjadinya renjatan (shock)
neurogenik dan gangguan otonom.
Menganjurkan /mempertimbangkan tindakan
operatif yang bertujuan untuk ' dekompresi,
koreksi deformitas, dan stabilisasi.
Mencegah komplikasi dan melakukan tindakan
terapi seluruh komplikasi medik yang terjadi
Melakukan restorasi dan rehabilitasi penderita
8 Neuro-onkologi
Mengidentifikasi kelainan berdasarkan
pemeriksaan klinik
Menetapkan diagnosis, rencana terapi dan
pertimbang tindakan operatif
Melakukan tindakan emergensi untuk
mengatasi nyeri kepala, kejang, peninggian
tekanan intrakranial
Membedakan tumor serebri dengan infeksi
berdasarkan perjalanan penyakit dan gambaran
radiologik
Menentukan kemungkinan sumber metastasis
(mamae, prostat, rektum, testis,paru)
Menganjurkan pemeriksaan penunjang
(radiologik clan histopatologik) serta
melakukan interpretasi hasilnya
Melakukan kemoterapi clan menganjurkan
tindakan radioterapi dan operasl
9 Epilepsi dan kejang
Epilepsi
Mengidentifikasi jenis atau sindrom epilepsi
yang dialami pasien
Melakukan pemeriksaan EEG, clan bila perlu
EEG monitoring bila sindrom belum diketahui
secara jelas.
Melakukan pemeriksaan CT scan atau MRI bila
ada kecurigaan epilepsi sekunder karena
kerusakan struktural otak
Melakukan pengobatan sesuai dengan sindrom
epilepsi yang terjadi dan mengevaluasi hasilnya
secara teratur
Melakukan pemeriksaan laboratorium untuk
memantau efek samping obat dan kadar obat
dalam darah ,
Memantau & mengevaluasi epilepsi yang yang
dicurigal bersifat refrakter
Menganjurkan tindakan operasi bila epilepsi
tidak dapat diatasi dengan medikamentosa
Kejang
Identifikasi kejang berdasarkan gambaran klinik
Segera melakukan terapi diazepam intravena
Melakukan terapi pemeliharaan dengan obat
anti kejang yang sesuai
Mencarl etiologi kejang dan penatalaksanaan
selanjutnya Menganjurkan pemeriksaan
tambahan, laboratorik dan radiologik
10 Gangguan gerak
Identifikasi kelainan gangguan gerakan
Identifikasi jenis gangguan gerak: hiperkinesia
atau hipokinesia.
Identifikasi gambaran gejala gangguan gerak
dan penyakit yang mendasarinya(atetosis,
mioklonus, tics, khorea, asteriksis, tremor)
Interpretasi hasil pemeriksaan neurofisiologi
(EEG) dan radiologi (CT/MRI).
Identifikasi hubungan antara khorea dengan
kelainan katup jantung
Melakukan terapi terhadap berbagai jenis
gangguan gerak
Mengobati gangguan gerak dengan etiologi
yang tidak jelas (spasmus hemifasial, distonia)
Menganjurkan dan melaksanakan terapi botox
pada gerakan tidak terkendall
Menganjurkan tindakan o eratif apabila
resisten terhadap terapi botox.
Penyakit Parkinson
Membedakan antara penyakit Parkinson dan
parkinsonisme
Identifikasi gambaran klinik umum clan khusus
serta kriteria diagnostik penyakit Parkinson
Identifikasi perjalanan penyakit sesuai
dengan pentahapan menurut Hoehn dan Yahr
Identifikasi komplikasi penyakit yang dapat
terjadi
Menganjurkan pemeriksaan penunjang
(laboratorium, CT scan, MRI, PET) bila
terdapat indikasi
Melakukan pengobatan sesuai dengan
algoritma penatalaksanaan dalam
‘Konsensus Tatalaksana Penyakit
Parkinson'
Melakukan penilaian kemajuan pengobatan
dengan menggunakan Skala Terpadu Penilaian
Penyakit Parkinson (STP3)

Menganjurkan fisioterapi
Menganjurkan tindakan operasi pada penyakit
yang sudah tidak dapat diatasi lagi dengan
terapi medikamentosa

Ataksia dan gangguan gait


Identifikasi gangguan ataksia dan hubungan
dengan penurunan kesadaran untuk
mengetahui lesi fosa posterior dengan
herniasi
Identifikasi riwayat trauma kepala dan leher
untuk antisipasi cedera arteri vertebralis
(vertebral arteri dissection)
Identifikasi penyakit di fosa posterior dengan
melihat vertigo, dan keluhan mual serta
muntah
Identifikasi riwayat penggunaan barbiturat,
alkohol karena berpengaruh terhadap
kegagalan pernafasan.
Identifikasi efek samping obat tertentu
Menentukan lesi fokal berhubungan dengan
gangguan gait.
Identifikasi awal awitan, akut, subakut,
episodlk, dan kronik.
Identifikasi apakah gangguan mendadak dan
bertambah berat.
Melakukan tes koordinasi untuk menentukan
letak lesi
Menganjurkan pemeriksaan radiologik sesuai
dengan kernungkinan etiologi yang ada
Melakukan terapi dan penatalaksanaan
selanjutnya
11 Gangguan saraf tepi,otonom, dan otot
Gangguan saraf tepi
Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik
neuropati perifer.
Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan
kelainan molekular neuropati perifer
Menentukan penyebab yang mendasari
terjadinya neuropati (defisiensi, metabolik,
kompresi, keganasan, genetik)

Menetapkan lokasi anatomik berdasarkan


gambaran klinik dan pemeriksaan
neurofisiologi EMG, KHS
Identifikasi perjalanan penyakit, sindrom
prototip, gejala yang dominan
(misal:dominan motorik) dan identifikasi
gejala-gejala atipikal, serta gejala lain yang
menyertai.
Menganjurkan pemeriksaan laboratorium dan
histopatologik
Melakukan penatalaksanaan yang meliputi
menghilangkan kausa, mencegah komplikasi,
fisioterapi, mengobati penyakit yang
menyertai, mengentikan obat-obatan yang
bersifat neurotoksik, memperbaiki
metabolisme, kompensasi malnutrisi,
memberikan obat yang membantu regenerasi
saraf, dan imunoterapi sesuai indikasi
12 Sindrom Guillain Barre
Identifikasi patogenesis, patofisiologi clan
kelainan molekular sindrom Guillain Barre
(SGB)
Mengidentifikasi gejala clan tanda klinik SGB
dan variannya
Melakukan pungsi lumbal dan analisis cairan
serebrospinal untuk menunjang diagnosis
Melakukan pemeriksaan EMG, KHS (termasuk F
wave)
Melakukan penatalaksanaan umum termasuk
perawatan intensif di ICU bila terdapat
ancaman gagal napas
Melakukan terapi spesifik berupa pemberian
imunoglobul'sn intravena atau plasmaferesis
Mencegah dan menangani komplikasi
Menganjurkan fisioterapi
13 Inkontmensia dan retensio urin
Melakukan anamnesis tentang keluhan utama
secara sistematik, mengarah ke gangguan
neurologik atau mekanik/non-neurologik
serta etiologinya
Melakukan pemeriksaan fisik dan neurologik
secara sistematik
Menetapkan dan melakukan pemeriksaan
penunjang untuk menegakkan diagnosis dan
etiologinya
Melakukan konsultasi ke sejawat lain yang
terkait dengan hasil pemeriksaan
Memberi terapi medikamentosa yang sesuai
dengan diagnosis akhir
Distrofi muskular progresif (Duchenne
Disease)
Melakukan pemeriksaan EMG dan biopsi
otot
Melakukan pemeriksaan klinik secara
cermat, berkaitan dengan kelemahan otot-
otot rangka proksimal
Melakukan anamnesis yang berkaitan dengan
aspek genetik (membuat pedigree)
Melakukan pemeriksaan enzim darah spesifik
untuk kelainan otot rangka (CK,LDH)
Memberi terapi suportif
Merancang program rehabilitasi
Memberi penyuluhan genetika kepada orang
tua pasien
14 Neurogeriatri
Mengidentifikasi patogenesis, patofisiologi
clan kelainan molekular demensia
Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik
demensia, membedakan antara demensia
Alzheimer dengan demensia vaskular atau
demensia karena penyebab lain
Menganjurkan pemeriksaan penunjang
radiologi berupa CT scan, MRI, PET dan
melakukan pemeriksaan EEG.
Melakukan diagnosis dini dengan
menggunakan MMSE
Menegakkan diagnosis berdasarkan DSM-IV
Melakukan, penatalaksanaan yang
diprioritaskan untuk mencegah progresivitas
penyakit, serta melakukan terapi
farmakologik clan non farmakologik.
Memberikan informasi dan edukasi kepada
keluarga/pasien tentang penyakit serta
prognosisnya.
15 Neurobehavior
Identifikasi jenis neurobehavior (focal
neurobehavioral syndromes, major
neuropsychiatric syndromes, gangguan
neurologik dengan cognitive & emotional
behavioral features, comorbid
neuropsychiatric & neurologic conditions)
Identifikasi bentuk gangguan memori (short
term clan long term memory)
Menganjurkan pemeriksaan fungsi luhur dan
membuat diagnosis topik
Menganjurkan pemeriksaan radiologik sesuai
dengan kemungkinan penyebab
Menganalisis kelainan yang secara struktural
tidak jelas
Melakukan terapi & rehabilitasi kognitif
untuk melatih memori dan kognisi.
Menganjurkan tindakan bedah (VP shunt)
pada normal pressure hydrocephalus (NPH)
16 Neuro-imunologi
Miastenia Gravis
Identifikasi patogenesis, patofisiologi clan
kelainan molekular miastenia gravis
Mengidentifikasi gejala clan tanda klinik
miastenia.gravis
Identifikasi miastenia gravis berdasarkan
klasifikasinya
Melakukan manuver pemeriksaan untuk
membantu diagnosis seperti uji Wattenberg,
Cogan sign, Hering sign, clan tes bethitung
Melakukan uji tensilon atau uji
neostigmin/prostigmin
Melakukan pemeriksaan EMG berupa uji
Harvey-Masland.
Menganjurkan pemeriksaan single fibre bila
uji Harvey-masland negatif
Menentukan diagnosis banding
Memberikan pengobatan yang sesuai dengan
respon terhadap terapi
Melakukan pencegahan terhadap timbulnya
krisis miastenia dan menangani krisis
miastenia dan membedakan dengan krisis
kholinergik.
Menganjurkan tindakan timektomi pada
pasien dengan timoma, miastenia umum,dan
yang tidak berespon dengan terapi
medikamentosa
17 Multiple sclerosis
Identifikasi patogenesis, patofisiologi dan
kelainan molekular multiple sclerosis
Mengidentifikasi gejala dan tanda klinis serta
kriteria diagnosis multiple sclerosis
Melakukan pemeriksaan penunjang
radiologi.berupa MRI dan MRS
Melakukan pungsi lumbal dan analisis cairan
serebrospinal umum clan khusus (indeks IgG,
oligoclonal band)
Melakukan pemeriksaan evoked potensial
(VEP, SSEP, BAEP)
Melakukan penatalaksanaan yang
diprioritaskan untuk mencegah kekambuhan
dan progresivitas (ABC, immunomodulatory
drug, PLEX, IVIg) dan terapi simtomatis
Menganjurkan rehabilitasi baik terapi fisik
maupun okupasi
Memberikan informasi dan edukasi kepada
keluarga dan pasien tentang penyakitnya
serta prognosisnya.
18 Neuro-otologi
Identifikasi kelainan sentral dan perifer pada
vertigo
Membuat diagnosis topik dan menganjurkan
perneriksaan penunjang
Menganalisis,dizzines dan sinkope
berdasarkan kemungkinan penyebabnya
Melakukan tes Halpike pada vertigo
Memeriksa gerakan bola mata clan
menentukan kemungkinan penyebab vertigo
Mengidentifikasi gejala tambahan yang
menyokong pada kelainan sentral atau
perifer
Mengobati etiologi yang mendasarinya
Melakukan latihan posisi khusus vertigo
Melakukan restorasi penderita
19 Gangguan tidur
Identifikasi kategori gangguan tidur (sulit
tidur, tidur pada waktu yang tidak tepat, tidur
terlalu lama, perilaku abnormal berkaitan
dengan tidur)
Identifikasi gangguan tidur berdasarkan
International Classification of Sleep Disordes
(dyssomnias, parosomnias, medical/
psichiptric disorders, proposed sleep
disorders)
Identifikasi gangguan tidur primer, sekunder,
atau restriksi tidur
Identifikasi jenis gangguan tidur (termasuk
sleep apnea, restless leg syndrome,narco/epsy)
Identifikasi faktor risiko gangguan tidur
Menegakkan diagnosis gangguan tidur
Melakukan konseling pencegahan gangguan
tidur
Melakukan pemeriksaan gangguan tidur
(Epworth sleepiness scale, Nocturnal
polysomnogram, Multiple sleep latency test
/MAT, Repeated test of sustained
wakefulness/RTSW, pemeriksaan darah)
Menentukan terapi farmakologi dengan obat-
obat hipnotik dan sedativa
20 Neuropediatri
Mengidentifikasi perkembangan anak yang
normal dengan penyimpangan
perkembangannya serta penatalaksanaannya
dengan fokus,perhatian pada
keterlambatan motorik (CP), gangguan
kognisi yaitu MR dap gangguan belajar
spesifik, keterlambatan perkembangan
berbahasa, ADHD, serta autisme
Mengidentifikasi kelainan kongenital dan
degeneratif
Melakukan penatalaksanaan infeksi SSP pada
anak (meningitis, ensefalitis dan abses otak)
Melakukan penatalaksanaan epilepsi anak
berdasarkan jenfs bangkitan (ILAE 1981)
Melakukan penatalaksanaan tumor anak
(supra dan infratentorial berdasarkan lokasi
dan gejala kliniknya)
Menyimpulkan gangguan saraf tepi dan otot
serta melakukan penatalaksanaannya dengan
fokus pada polineuropati akut, polio, DMP,
miastenia gravis
Melakukan penatalaksanaan kelainan
vaskular pada anak (stroke, trombosis sinus
dan hemiplegic infantile encepholopathy)
Melakukan penatalaksanaan nyeri dan nyeri
kepafa pada anak
Melakukan penatalaksanaan gangguan gerak
(tic, distonia,chorea)
Melakukan penatalaksanaan penurunan
kesadaran yang disebabkan proses
intrakranial clan menyimpulkan adanya
penyebab ekstrakranial.
21 Neuro-oftamologi
Diplopia
Mengidentifikasi kelumpuhan saraf okular
Membedakan kelumpuhan pada N III, IV, VI
Melakukan pemeriksaan fisik, antara lain
pemeriksaan cover-uncover
Menentukan kemungkinan peningkatan
tekanan mtrakranial dengan
Melihat gejala ikutan
Mendeteksi kelainan metabolik yang dapat
mengakibatkan diplopia seperti diabetes
Menganjurkan pemeriksaan radiologik dan
pemeriksaan penunjang lainnya, serta
melakukan interpretasi hasil pemeriksaan
Menentukan penyebab diplopia berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan neurologik dan
penunjang
Melakukan terapi diplopia sesuai etiologinya
Penurunan visus ( mendadak don
22 bertahap)
Mengidentifikasi struktur anatomi pembuluh
darah (sirkulasi anterior serta seluruh
percabangannya
Mengidentifikasi kelainan berdasarkan
penyebabnya
Membedakan kebutaan yang ada dengan buta
kortikal berdasarkan pemeriksaan klinis
Melakukan pemeriksaan TCD dan sonografi
dupleks
Menganjurkan pemeriksaan radiologik (CT
scan, MRI, angiografi) untuk diagnostik
Melakukan pemeriksaan fundoskopi dan
kampus visi
Memberi jawaban konsultasi dari spesialis
mata, dan sebaliknya
Melakukan terapi sesuai penyebabnya
Neurotoksikologi
Mengidentifikasi pajanan zat toksis di tempat
kerja, rumah tangga, kontaminasi sumur
dangkal, obat herbal dan polusi udara.
Mengidentifikasi penyakit neurotoksik
Menentukan proses perjalanan penyakit
(pajanan lingkungan, absorpsi, dosis efektif
biologi, efek biologis awal, perubahan struktur
dan fungsi, penyakit, disabilitas)
Melakukan monitoring biologis pada darah,
urine, feses dan respirasi
Menentukan hubungan antara zat neurotoksik
dengan kelainan neurobehavior,demensia,
nyeri kepala, gangguan gerak, mielopati,
neuropati, bangkitan (seizure),tremor

Melakukan Pemeriksaan neurofisiologi dan


neuropsikiatrf pada penderita neurotoksis
Melakukan upaya prevensi dan terapi
Neurorestorasi
23
Melakukan tes menelan pada penderita disfagi
dan merencanakan program latihan menelan
Mengidentifikasi gangguan menelan pada
penderita kelumpuhan saraf kranial IX clan X

Mengidentifikasi gangguan fungsi motorik


(berjalan / gait, ketrampilan lengan /tangan /
jari-jari, dan gangguan psikomotorik lainnya)
dan merencanakan program restorasinya
Mengidentifikasi gangguan kognitif dan
merencanakan program restorasinya
Mengevaluasi hasil program restorasi
24 Neuro-intensif/emergency
Mengidentifikasi ciri-ciri / kondisi pasien yang
mengalami keadaan gawat darurat dan kritis
Mengidentifikasi bentuk keadaan gawat-
darurat dan kritis (masalah neurologi atau
bukan
Melakukan penanganan pasien neurologi
dengan keadaan renjatan (shock)

Menganjurkan pemeriksaan penunjang untuk


mendukung dalam penentuan tingkat keadaan
emergency / kritis
Melakukan tindakan untuk mengatasi kegawat-
daruratan pernapasan pada penyakit saraf
tertentu (miastenia gravis, sindrom Gulllain
Barre, dsb)

Melakukan tindakan resusitasi jantung-paru-


otak pada pasien neurologi
Melakukan analisis dan tindakan terhadap
pasien neurologi dengan gangguan metabolik
dan elektrolit
Menganalisis dan melakukan tindakan untuk
mengatasi peninggian tekanan intrakranial
Mengelola pasien dengan hipertensi gawat-
darurat dan hipertensi kritis
Mengelola pasien dengan status epeleptikus
Menetapkan pasien yang memerlukan tindakan
operatif segera (cito) atau perlu perawatan
intensif
Memeriksa dan menetapkan keadaan mati
batang otak, mati otak, persistent
vegetative state, aphalica syndrome, dan locked
in syndrome
25 Penyakit dekompresi / Caisson disease
Memahami gejala klinik tipe I(poin only
bends, joint bends, decompression arthralgia)
dan tipe II (serious decompression sickness)
Menegakkari diagnosis banding
Melakukan pemeriksaan penunjang
iaboratorium, radlologik, EKG, EEG bila
diperlukan
Memberi terapi kausal disertai informed
consent (terapi oksigen hiperbarik) dan
medikamentosa (koreksi cairan dan eiektrolit,
antipJatelet, kortikosteroid, dan lainnya atas
indikasi yang ada)
Mengidentifikasi komplikasi (osteonekrosis
disbarik, keracunan oksigen
Menjelaskan prognosis kepada keluarga pasien
Kompetensi berdasarkan tanda dan gejala
26 klinik
Penurunan kesadaran
Mengidentifikasi penderita penurunan
kesadaran karena kelainan struktur dan
metabolik
Mendiagnosis penyebab berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan neurologik dan
penunjang
Melakukan pemeriksaan penunjang sesuai
dengan etiologi penurunan kesadaran
Membedakan kelainan neurologik primer pada
penderita ini
Mengatasi /melakukan tindakan darurat dan
pemasangan intubasi atas indikasi
Mempertimbangkan perawatan intensif dan
kemungkinan tindakan operasi
27 Nyeri
Nyeri nosiseptif dan nyeri neuropatik
Mengidentifikasi nyerl nosiseptif, neuropatik
dan psikogenik
Membedakan ketiga bentuk nyeri berdasarkan
gambaran nyeri dan penyebabnya
Menganjurkan pemeriksaan spesifik untuk
diagnosis
Mengobati keluhan dan mengevaluasinya
Mengidentifikasi penyebab dan melakukan
terapi
Nyeri leher
Identifikasi nyeri leher lokal atau menjalar
Identifikasi gangguan motorik dan sensorik
pada nyeri leher
ldentifikasi gangguan lokal dan pulmonal
Mendeteksi kelainan fungsional dengan EMG,
nyeri radikulopati atau kompresi
Menganjurkan pemeriksaan foto rontgen untuk
melihat keganasan di apeks paru dan kelainan
di servikal
Melakukan pemeriksaan radiologik lanjutan
berupa CT scan atau MRI jika dianggap perlu
Mengobati nyeri dan simtom lainnya dengan
analgetik, relaksan otot, NSAID,steroid.
Menganjurkan tindakan operatif bila terdapat
tanda kompresi secara klinik dan ditunjang
oleh pemeriksaan EMG atau kelainan pada
tularig
Menganjurkan tindakan fisioterapi dan
membatasi mobilisasi
Nyeri punggung atas
Menentukan kelainan di otot, tulang (vertebra
dan skapula), saraf spinalis, dan medula spinalis
di daerah punggung atas.
Menentukan lokasi kelainan lokal, menjalar,
atau terikat
Mengidentifikasi kelainan motorik, sensorik,
dan otonom akibat kelainan yang terjadi
Mengidentifikasi kelainan karena destruksi
tulang karena infeksi (gibbus) atau karena
keganasan
Menganjurkan pemeriksaan radiologik daerah
vertebra torakal dan interpretasinya
Memberikan terapi
Menganjurkan tindakan fisioterapi
Menganjurkan tindakan operasi bila ada
indikasi
Nyeri punggung bawah
Mengidentifikasi kelainan di otot, tulang
(vertebra), saraf spinalis, dan medula spinalis di
daerah punggung bawah
Mengidentifikasi adanya gangguan ginekologik
pada pasien perempuan
Membedakan kelainan nyeri lokal dengan nyeri
menjalar kerena iritasi radik
Memeriksa kekuatan motorik dan
membedakan gangguan Iritatif dari kompresi
Menentukan kelainan sensorik dan otonomik
yang terjadi
Melakukan pemeriksaan EMG dan
interpretasinya
Menganjurkan pemeriksaan radiologik dan
interpretasinya
Melakukan terapi medikamentosa dan
menganjurkan fisioterapi dan tindakan bedah
Nyeri kepala
Menentukan patogenesis, patofisiologi dan
kelainan molekular nyeri kepala

Mengidentifikasi gejala dan tanda klinik nyeri


kepala termasuk faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri kepala.
Mengidentifikasi klasifikasi nyeri kepala
Mengetahui indikasi untuk melakukan
eksplorasi lebih jauh tentang penyebab nyeri
kepala (untuk nyeri kepala sekunder), misalnya
funduskopi
Menentukan keadaan emergensi nyeri kepala
akut (dlsebabkan oleh vaskuler) dan nyeri
kepala sub akut atau kronik (meningitis, tumor
intrakranial)
Melakukan pemeriksaan penunjang sesual
indikasi
Melakukan penatalaksanaan berupa terapi
umum, medikamentosa (abortif,simtomatis,
profilaksis) dan terapi nonmedikamentosa
(terapi prilaku, relaksasi,dll)
Hemiparesis
28
Identifikasi kelainan klinik berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang .
Melakukan pemeriksaan fundoskopi untuk
melihat adanya edema papil
Melakukan pemeriksaan radiologik dan
interpretasi penyebab
Melakukan pungsi lumbal atas indikasi adanya
kecurigaan suatu proses infeksi
Melakukan pemeriksaan TCD/ sonografi
dupleks pada kelainan vaskular
Melakukan pengobatan sesuai penyebabnya
29 Tetraparesis / paraparesis / monoparesis
Identifikasi keluhan tambahan yang
menyertainya
Identifikasi lokasi segmen medula spinalis
yang terkena
Menentukan penyebab berdasarkan anamnesis
dan riwayat penyakit
Membedakan antara lesi sentral (UMN) atau
lesi perifer (LMN)
Melakukan tes perspirasi
Melakukan tindakan pungsi lumbal bila
dicurigal suatu proses infeksi
Menganjurkan pemeriksaan Radiologik
konvensional (foto servikal) atau canggih
(CT/MRI)
Menganjurkan pemeriksaan EMG pada
kelainan saraf tepi
Menganjurkan pemeriksaan EP (Evoked
potensial pada kelainan sentral)
Menganjurkan tindakan operatif atas indikasi
Melakukan terapi segera bila diagnosis telah
ditegakkan
Menganjurkan perawatan ICU pada
kelumpuhan flaksid dengan gangguan
neurologik
Menentukan tinggi lesi berdasarkan gangguan
sensorik
Mengatasi gangguan otonom: pernafasan,
kardiovaskular, dan inkontinensia pada lesi
servikal tinggi
Memberikan terapi steroid sebelum 8 jam
kejadian selama 1 hari tama (1jam disusul 23
jam kemudian pada penderita trauma spinal)
Melaksanakan tindakan restoratif penderita
dengan gejala
Memeriksa laboratorium spesifik pada
kelainan tertentu
Melakukan pengobatan sesuai penyebabnya
30 Parestesi
Identifikasi parestesi clan menentukan lokasi
lesi
Menentukan penyebab parestesi berdasarkan
riwayat penyakrt
Menentukan faktor risiko parestesi
Mengidentifikasi faktor metabolik sebagai
faktor risiko
Melakukan pemeriksaan EMG untuk kelainan
perifer
Melakukan pemeriksaan MRI untuk diagnosis
kelainan di batang otak
Melakukan terapi medik pada kelainan saraf
perifer
Mengobati faktor yang menjadi penyebab lesi
31 Mulut mencong
Mengidentifikasi kelainan berdasarkan lokasi
lesi (supranuklear, nuklear, dan infranuklear)
Melakukan pemeriksaan EMG pada kelainan
perifer
Melakukan pemeriksaan radiologik (CT scan
/MRI) pada lesi sentral
Mencegah penyulit pada mata karena lesi
perifer
Mengobati kelainan sesuai dengan penyebabnya
Menganjurkan fisioterapi atau tindakan bedah
bila diperlukan
32 Disartri
Mengidentifikasi kelainan clan kemungkinan
penyebabnya (neurologik dan non neurologik)
Mengidentifikasi gejala tambahan lain untuk
mengembangkan kemungkinan diagnosis
Menganjurkan pemeriksaan radiologik untuk
penunjang diagnosis.
Melakukan terapi secara komprehensif
Menganjurkan tindakan restorasi
Mempertimbangkan tindakan lanjut sesuai
dengan indikasi.
33 Afasia dan disfasia
Mengidentifikasi afasia berdasarkan lokasi
kelainan di otak
Melakukan tes fungsi kortikal luhur
Menganjurkan pemeriksaan radiologik untuk
menentukan kelainan struktural
Mengelompokkan pasien berdasarkan kelainan
dan penyebabnya
Manajemen etiologi dan memperkirakan
keluaran fungsiorial
Kematian batang otak
Mengidentifikasi kematian batang otak
berdasarkan pemeriksaan klinik (refleks pupil,
kornea, doll's eye monuver, gag reflex)
Melakukan tes kalon
Memperkirakan kemungkinan kerusakan
batang otak secara klinik.
Menganjurkan pemeriksaan EEG dan TCD.
Menginterpretasikan EEG dengan gelombang
yang mendatar dan tidak adanya
Menentukan kelainan primer otak (struktural)
atau kelainan sekunder (metabolik)
Mendiskusikan dengan disiplin lain pada kasus
"do not resuscitation."
Membicarakan secara terus terang tetapi arif
kepada keluarga tentang prognosis yang buruk
Kompetensi tindakan / pemeriksaan dengan
menggunakon alat medik dan
34 intepretasin ya
Elektro-ensefalografi
Menentukan indikasi & tujuan pemeriksaan
EEG

Melakukan pemeriksaan EEG sesuai dengan


prosedur
Identifikasi lokasi penempelan elektrode
berdasarkan sistem 10-20 di kepala.
Melakukan kalibrasi alat EEG
Menentukan montase yang dipergunakan untuk
menentukan lokasi lesi
Menentukan jenis EEG untuk praktik klinik
(rutin,ambulatory,EEG-Video monitoring)
Mengidentifikasi parameter gelombang EEG
(amplitudo, durasi, frekuensi,morfologi,
latensi, lokasi, reaktivitas)
Mengidentifikasi artefak fisiologik (bersumber
dari: otot, glosokinetik, EKG, pulsasi, gerakan
mata, respirasi, kulit) dan esktrafisiologik
(elektrode, arus 60Hz, gerakan di lingkungan)
Melakukan stimulasi fotik
Mengidentifikasi pola gelombang tidur
Membaca gambaran EEG yang normal dan
abnormal
Mengidentifikasi pola ensefalopatik
Brain mapping
Menguasai prosedur pemeriksaan EEG, human
functional neuroanatomy,glucose uptake,
konsumsi oksigen dan aliran darah di regio-
regio yang berbeda
Membaca hasil pemeriksaan MEG (magneto-
encephalogrophy)
Membaca hasil pemeriksaan PET (positron
emission tomography)
Menentukan indikasi utama pemeriksaan brain
mopping
Analisis dampak ilmiah dan sosial brain
mapping
Elektroneuromiografi (ENMG)
Menguasai fisiologi dan penjalaran stimulus dan
gelombang cetusan sepanjang saraf perifer
Identifikasi lokasi penempelan elektrode dan
lokasi perangsangan sepanjang serabut saraf
yang dinilai
Menentukan kalibrasi alat ENMG
Melaksanakan prosedur pemeriksaan ENMG
Mengidentifikasi letak lesi berdasarkan segmen
dermatom
Mengidentifikasi latensi, durasi, amplitudo dan
bentuk gelombang serta nilai normal
Interpretasi kelainan dan lokasi berdasarkan
gambaran klinik dan hasil pemeriksaan
Pungsi lumbal
Menentukan indikasi pemeriksaan pungsi
lumbal pada pasien dengan masalah neurologik
Menentukan kontra-indikasi relatif dan absolut
pungsi lumbal pada berbagai keadaan dalam
bidang neurologik maupun non neurologik
Melakukan edukasi dan motivasi kepada pasien
dan keluarga tentang alasan tindakan pungsi
lumbal dan hasil yang diharapkan berikut
kornplikasi, yang mungkin terjadi
Melakukan pungsi lumbal sesuai dengan
prosedur
Membuat rencana pengiriman spesimen ke
laboratorium tertentu sesuai dengan indikasi
(jumlah sel dan diferensialnya, protein,
glukosa, serologi, mikrobiolog'i)
Mengukur tekanan cairan serebrospinal
Mielografi
Mengidentifikasi tinggi lesi sebelum
melakukan mielografi
Menentukan indikasi dan kontra-indikasi
pemeriksaan mielografi
Bekerja sama dengan bagian radiologi
melakukan pemeriksaan mielografi
,berdasarkan prosedur
Interpretasi kelainan lesi ekstradural, intradural
(intramedular, ekstramedular)
Mengidentifikasi AVM dan tumor pada medula
spinalis.
35 Transcranial Doppler/TCD
Carotid Doopler
Mengidentifikasi stenosis arteri karotis ektra
kranial
Mengidentifikasi gambaran dinding arteri dan
dapat menentukan plaque (B mod)
Analisis velositas dan turbulensi pada stenosis
Menentukan dan membedakan pencitraan
normal,resistensi tinggi dan tidak ada aliran di
arteri vertebralis
Pemeriksaan Transcranial Doppler (TCD)
Mengidentifikasi indikasi TCD pada pasien
stroke iskemik dan perdarahan subaraknoid
Menentukan tujuan pemeriksaan TCD
Diagnosis brain death (spike sistolik dengan
aliran diastolik negatif)
Meletakkan probe di transtemporal,
transorbital, submandibular clan suboksipital.
Mengidentifikasi aliran darah arteri serebral,
oftalmika, MCA, ACA, PCA, vertebralis dan
basilaris
Menafsirkan pemeriksaan dan diagnosis
stenosis intrakranial atau oklusi
Evaluasi hemodinamik
Penilaian vasospasmus pada SAH (high
velocityflow
Skrining AVM, migren
Mengidentifikasi peningkatan tekanan
intrakranial berat (low velocity flow, high
pulsatility)
Mengidentifikasi gelombang ultrasound
Tes perspirasi
Menjelaskan tujuan tes perspirasi kepada pasien
dan keluarganya
Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk
tes perspirasi
Melakukan tes perspirasi sesuai dengan
prosedur, termasuk pemberian aspirin / asetosal
Memeriksa hasil tes berdasarkan ada / tidak
adanya perubahan warna dan melakukan
interpretasi hasil pemeriksaan
Evoked potential
Mengidentifikasi jenis pemeriksaan
berdasarkan gejala klinik
Mengidentifikasi (fisiologi) gelombang
cetusan.
Mengidentifikasi lokasi penempelan elektrode,
tempat perangsangan dan modalitas rangsang
berdasarkan jalur serabut saraf dan daerah
proyeksinya
Menentukan kalibrasi alat evoked potential
Mengidentifikasi latensi, durasi, amplitudo dan
bentuk gelombang sesuai jenis pemeriksaan
Melakukan interpretasi kelainan dan lokasi
berdasarkan gambaran klinik dan hasil
pemeriksaan
Trombolisis
Mengidentifikasi jenis stroke dan waktu awitan
Melakukan interpretasi gambaran CT Scan /
MRI
Mengidentifikasi kriteria eksklusi dan faktor
penyulit
Memberikan rt-PA intravena 0,9 mg/kgBB
(10% bolus dalam 1 menit, sisanya dalam 60
menit)
Pemantauan tekanan darah dan komplikasi
dalam 24 jam
Tidak melakukan pungsi arteri, prosedur
invasif, suntikan intramuskularis serta
menghindari pemakaian selang nasogastric
tube clan indwelling catheter dalam 24 jam
pertama
Injeksi intra-artikular
Mampu mengidentifikasi jenis gangguan sendi

Menentukan indikasi dan kontra- indikasi


tindakan
Mampu mengidentifikasi lokasi penyuntikan
Melakukan prinsip asepsis clan antisepsis pada
daerah tindakan
Melakukan aspirasi cairan sendi ataupun
penyuntikan steroid sesuai indikasi
Melakukan pemantauan lanjutan
Neuro-intervensional
Melakukan facet block
Melakukan injeksi epidural
Melakukan nerve block
Melakukan discography
Melakukan intracranial thrombolysis
Melakukan embolisasi aneurisma serebral
Melakukan angiografi
Melakukan injeksi clot-lysing agents
Melakukan carotid angioplsty,carotid stenting
Injeksi “Botox”
Mengidentifikasi lokasi injeksi
Mengidentifikasi kelainan tonus otot
Menentukan diagnosis kelainan gerak
Menentukan diagnosis spastisitas
Mengidentifikasi otot-otot sekitar mata &
mulut pada spasmus hemifasial dan
blefarospasmus
Mengidentifikasi otot-otot leher pada distonia
Mentidentifikasi otot-otot spastik pada pasien
pasca-stroke
Tes tensilon
Mengidentifikasi miastenia gravis secara klinik
berupa kelemahan otot yang fluktuati
Menyuntikkan edrofonium 2 mg serta
observasi pengaruh muskarinik seperti
nausea,bradikardi serta hipotensi
Memberikan atropin 0,4 mg iv bila terdapat
pengaruh buruk tes tensilon
Biopsi otot dan saraf
Mengidentifikasi klinik miopati
Melakukan biopsi pada otot gastroknemius
Melakukan biopsi pada saraf suralis
Phlebotomy
Menetapkan pasien / identifikasi kelainan yang
memerlukan tindakan phlebotomy (polisitemia
pada pasien stroke iskemik)
Menilai disposisi pasien (diet, kegiatan fisik,
stress, basal state)
Menetapkan lokasi pungsi vena
Memilih dan menggunakan alat secara benar
Melakukan phlebotomy dengan prosedur yang
benar (asepsis dan antisepsis)
Memperhatikan quality assurance, termasuk
perhatian terhadap kemungkinan terjadinya
komplikasi / efek samping misalnya aritmia,
renjatan, infeksi

Nama dan Jabatan Tanggal Tanda tangan


Dibuat oleh Ketua KSM Saraf

Disetujui oleh Ketua Komite

Medis

Anda mungkin juga menyukai