RS PERKEBUNAN
1
WHITE PAPER CLINICAL PRIVILEGES
DOKTER SPESIALIS ANAK
RS PERKEBUNAN
BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan ilmu dan teknologi mengakibatkan pola penanggulangan dan penanganan penyakit atau
masalah kesehatan akan mengalami kemajuan sehingga menjadi lebih efektif, lebih beragam dan lebih
canggih namun menjadi lebih mahal. Oleh karena itu diperlukan kemampuan untuk menyaring dan
menapis penerapannya sesuai dengan budaya bangsa dan tahapan pembangunan. Untuk memenuhi
tuntutan meningkatnya kebutuhan akan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan berkualitas, diperlukan
tenaga kesehatan yang sesuai dan berkualitas yaitu tenaga kesehatan profesional yang didukung oleh
penguasaan ilmu dan teknologi yang kuat dan rasional.
Selain itu dokter spesialis anak tidak hanya berfungsi sebagai tenaga profesional dalam pelayanan
kesehatan anak melainkan juga diharapkan mempunyai kemampuan akademik sebagai tenaga peneliti
dan tenaga pendidik. Untuk menjaga dan menjamin kompetensi yang ditetapkan tersebut dapat tercapai
maka diperlukan Standar pendidikan dokter spesialis anak yang bersifat nasional.
Kompetensi dibidang profesi kedokteran harus dibangun secara komprehensif, terpadu, terstruktur dan
bersifat akademik dan 2professional. Tuntutan seperti ini dapat terpenuhi dengan mengacu kepada
Kurikulum Berbasis Kompetensi, yang pada penerapannya memerlukan konsistensi, kedisplinan dan
komitmen yang tinggi.
Berdasarkan SK Mendiknas No 45/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas dan penuh
tanggung jawab yang dimilki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas di bidang perkejaan tertentu.
Di bidang kedokteran, kompetensi dokter adalah penerapan pengetahuan melalui ketrampilan, kecakapan
serta kemampuan professional dalam hal menjalin hubungan antar manusia, pengambilan keputusan,
kemampuan psikomotor, serta moral dan etika dengan tujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan
paripurna bagi masyarakat.
Dokter Spesialis Anak adalah seorang dokter yang telah mencapai kompetensi tertentu secara profesional
mengkhususkan diri melayani anak sehat dan anak sakit dalam keluarga maupun dalam masyarakat sejak
2
konsepsi sampai akhir usia remaja serta mempunyai kemampuan untuk menyerap, mengembangkan dan
menyebarluaskan Ilmu Kesehatan Anak.
Dokter Spesialis Anak adalah dokter yang memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1. Kompetensi akademik peringkat magister yang mampu menyerap, meneliti, mengembangkan dan
menyebarkan ilmu kesehatan anak sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Kompetensi profesional peringkat dokter spesialis yang mampu memberikan pelayanan kesehatan
anak secara paripurna dalam tingkat spesialistik bertaraf internasional sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan masyarakat.
Dokter Spesialis Paru & Pernafasan harus mempunyai pengetahuan teori pemahaman tentang teori, keterampilan
dan profesional :
1. Mampu menerapkan prinsip- prinsip dan metode berpikir ilmiah dalam memecahkan masalah
kesehatan anak.
2. Mmpu mengenal, merumuskan pendekatan penyelesaian dan menyusun prioritas masalah kesehatan
anak dengan cara penalaran ilmiah, melalui perencanaan, implementasi dan evaluasi terhadap upaya
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
3. Menguasai pengetahuan serta mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak.
4. Mempunyai keterampilan dan sikap yang baik sehingga sanggup memahami dan memecahkan
masalah kesehatan anak secara ilmiah dan dapat mengamalkannya kepada masyarakat secara
optimal.
5. Mampu menangani setiap kasus pediatric spesialistik dengan kemampuan profesionalisme yang tinggi
melalui pendekatan kedokteran berbasis bukti (Evidence Based Medicine).
6. Mampu melakukan pelayanan kesehatan anak melalui komunikasi interpersonal, sehingga anank
dapat tumbuh dan berkembang optimal secara fisik, mental dan sosial dengan upaya pencegahan,
pengobatan, peningkatan kesehatan dan rehabilitasi.
7. Mampu meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan bidang Ilmu
Kesehatan Anak.
8. Mampu meningkatkan kuantitas dan kualitas penelitian dasar, klinis dan lapangan serta mempunyai
motivasi mengembangkan pengalaman belajarnya sehingga dapat mencapai tingkat akademik yang
lebih tinggi.
9. Mampu mengorganisasi pelayanan kesehatan anak sehingga menjadi pemuka dalam pengembangan
pelayanan kesehatan anak dengan profesionalisma tinggi.
10. Mampu berpartisipasi dalam kependidikan kesehatan umumnya, ilmu kesehatan anak khususnya.
11. Bersifat terbuka, tanggap terhadap perubahan dan kemajuan ilmu dan teknologi, ataupun masalah
yang dihadapi masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan anak.
3
12. Mempunyai rasa tanggung jawab dalam melakukan profesi kedokteran dalam suatu sistem pelayanan
sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional dan berpegang teguh pada Etik Kedokteran Indonesia.
1. Ikatan Dokter Spesialis Anak Indonesia (IDAI) merupakan wadah profesi spesialisasi Anak.
2. Kolegium Ilmu Kesehetan Anak (IKA) Indonesia
4
BAB II
STANDAR PELAYANAN
1. Alergi Imunologi
a. Anafilaksis
b. Urtikaria
c. Edema angioneurotik
d. Dermatitis
e. Rinitis alergika
f. Sinusitis paranasalis
g. Asma bronkial dan batuk kronik
h. Konjungtivitis vernalis
i. Alergi obat
j. Alergi makanan
k. Sindrom Steven-Johnson
l. Nekrolisis epidermal toksik
m. Penyakit defisiensi imun
n. Penyakit auto imun
o. Artritis rheumatoid juvenilis
p. Lupus eritematosis sistemik
q. Purpura Henoch- Schonlein
r. Acquired Immune Deficiency Syndrome
s. Sengatan serangga
a. Bedah efektif pada bayi dan anak dengan kelainan bawaa yang dapat
diperbaiki
b. Bedah akut pada bayi dan anak dengan trauma, aspirasi benda asing, tertelan
benda asing, akut abdomen, atau infeksi akut
c. Penyakit menahun yang perlu pembedahan
3. Dermatologi
5
4. Endokrinologi
5. Gastro Hepatologi
Gastroenterologi :
a. Disfagia
b. Anoreksia
c. Muntah
- Refluks gastroesofagus
- Muntah menetap
- Muntah bedah
6
d. Diare
- Diare akut
- Sindrom diare kronik
- Malabsorbsi dan intoleransi kronik
- Terapi nutrisi enteral
- Alergi makanan
- Perawatan pasca bedah intestinal
e. Perdarahan saluran cerna
- Perdarahan saluran cerna sederhana
- Perdarahan saluran cerna yang sulit
f. Kembung
- Kembung non-bedah
- Kembung bedah
- Enterokolitis nekrotikans
g. Konstipasi
- Konstipasi akibat pengaruh makanan
- Konstipasi akibat kelainan bawaan
- Konstipasi akibat infeksi
- Konstipasi akibat obat
h. Sakit perut
- Sakit perut akut
- Sakit perut berulang
- Sakit perut bedah
i. Gangguan tumbuh kembang akibat penyakit saluran cerna
- Masukan kalori yang tidak adekuat
- Malabsorbsi dan kehilangan kalori terlalu banyak
- Diare kronik
- Gangguan fugsi limfatiksaluran cerna
j. Keracunan makanan oleh :
- Bahan kimia
- Bakteri beracun dalam bahan makanan
- Bahan makan yang tercemar jamur beracun
- Bahan makanan yang beracun
- Bahan makanan yang mengandung atau tercemar logam berat
Hepatologi :
a. Kolestasis
- Kolestasis intrahepatik pada bayi dan anak
- Infeksi
- Sepsis
- Virus hepatotropik A-C
- Virus non-hepatotropik : TORCH
- Metabolik
- Sindrom Alagille
- Defisiensi alfa 1 antitripsin
- Galaktosemia
7
- Tirosinemia
- Kolestasis ekstrahepatik pada bayi dan anak
- Atresia bilier
- “Inspissated bile syndrome”
- Kista duktus koledokus
- Kolelitiasis
- Kolesistitis
b. Hepatitis akut
- Hepatitis virus hepatotropik A-C
- Hepatitis virus non A-C
- Hepatitis non virus ( karena obat, bakteri, parasit)
c. Hepatitis kronik
- Hepatitis virus hepatotropik (B-C)
- Hepatitis karena kelainan metabolic
- “Glycogen storage disease”
- Sindrom Alagille
- Defisiensi alfa 1 – antitripsin
- Galaktosemia
- Penyakit Wilson
- Hepatitis autoimun
d. Tumor hati
- Hepatoblastoma
- Karsinoma hepatoseluler
e. Kelainan hati akibt obat
- Parasetamol
- Sitostatika
- Tuberkulostatik
- Antikonvulsan
f. Penyakit hati metabolic
- Gangguan metabolisma karbohidrat
- Gangguan metabolisme protein
- Gangguan metabolisme lemak
- Gangguan metabolik lain
- Defisiensi alfa 1 antitripsin
- Penyakit Wilson
g. Sirosis hepatis dan hipertensi porta
- Sirosis ahti
- Hipertensi porta karena sirosis
- Hipertensi porta karena kelainan ekstrahepatik
- Asites refrakter karena sirosis hati
h. Gagal hati fulminant
i. Penyakit sistemik yang berpengaruh pada hati
- Gagal jantung kanan
- Septikemia
- Leukemia
8
- Tumor yang bermetastasis ke hati
- Tuberkulosis milier
- Malnutrisi berat
j. Transplantasi hati
a. Odontologi
- Pertumbuhan gigi normal
- Kelainan gigi karena gangguan pertumbuhan gigi
- Kelainan gigi pada penyakit sistemik
- Karies dentis
- Penyakit periodontal
b. Stomatologi
- Penyakit jaringan lunak mulut yang sering ditemukan
- Penyakit kelenjar saliva
- Penyakit pada rahang
- Kelainan pertumbuhan rahang
- Trauma mulut
8. Hematologi
a. Anemia
- Anemia defisiensi besi
- Anemia defisiensi asam folat dan vitamin B12
- Anemia hemolitik autoimun
- Anemia pasca perdarahan
- Anemia aplastic
b. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir
c. Defisiensi G6PD
d. Thalassemia
e. Hemoglobinopati lain
f. Idiopathic Thrombocytopenic Purpura
9
g. Amegakaryocytic Thrombocytopenic Purpura
h. Trombopatia
i. Hemofilia
j. Penyakit Von Willebrand
k. Defisiensi Vitamin K
l. Kelainan pembuluh darah
m. Leukemia
n. Tumor ganas padat
9. Kardiologi
10. Nefrologi
11. Neurologi
14
- Aspirasi pneumonia
- Pneumatokel
- Bulla
- Bronkopneumonia
- Bronkiolotis
- Bronkiektasis
- USG dan CT Scan Thoraks
- Pleural efusi
- Empiema
- Paralisis diafragma
- Tumor
- Rontgen abdomen
- Morbus hirschsprung
- Ileus
- Peritonitis
- Perforasi
- Appendisitis kronik
- Intususepsi
- Pilorik hypertrophy stenosis
- Batu ginjal-ureter
- Massa tumor intra/retroperitoneal
Hati dan sistem bilier
Cairan bebas intraperitoneal
- USG dan CT scan abdomen
- Pilorus stenosis hypertrophy (hanya USG)
- Massa tumor retro/intraperitoneal
- Intususepsi
- Appendisitis kronik
- Batu ginjal-saluran kemih; empedu
- Kelainan congenital
- Genitalia interna
- Testis-kriptokismus
- Rontgen kepala
- TORCH
- Trauma kapitis
- Tumor
- Displasia
- Kelainan congenital
- Infeksi
- USG dan CT Scan Kepala
- Hidrocephalus
- Mikrocephalus
- Tumor
- Fraktur
- Rontgen Tulang
15
- Displasia
- Fraktur
- Tumor/keganasan
- Bone survey (pada penyakit tertentu)
- Bone age (umur tulang)
- Metabolisme:
Osteoporosis
Osteopenia
Rickets, dan lain-lain
- Thalasemia
- Kelainan congenital
a. Infeksi parasit
- Helminthiasis
- Ankilostomiasis
- Askariasis
- Oksiuriasis
- Trikuriasis
- Taeniasis solium
- Taeniasis saginata
- Malaria
- Amubiasis
- Giardiasis
- Toksoplasmosis
b. Infeksi Jamur
- Candidiasis
- Histoplasmosis
c. Infeksi bakteri
- Difteri
- Disentri basil
- Pertusis
- Tetanus
- Demam tifoid
- Salmonelosis
- Infeksi Streptokokkus grup A
- Infeksi Stafilokokkus
- Sepsis
- Leptospirosis
d. Infeksi virus
- Campak
- Dengue
- Poliomielitis
- Rubella
16
- Mumps
- Varicella-zooster
- Epstein Barr virus
- Rabies
- Chikungunya
- Influenza
- HIV
- Japanese B ensefalitis
- Sitomegalovirus
e. Lain-lain
- Infeksi nosokomial
- Sengatan/gigitan ular
- Sengatan/gigitan serangga
17. Perinatologi
a. Depression
b. Anxiety and affective disorders
c. ADHD
d. Antisocial conduct
e. Substance abuse and severe trauma
f. Tourette’s disorders
19. Respirologi
19
a. Konsep umum pertumbuhan dan perkembangan
b. Demografi dan statistic kesehatan
c. Epidemiologi klinik
d. Keluarga berencana
e. Tahapan pertumbuhan dan perkembangan normal
f. Penilaian pertumbuhan dan perkembangan :
- Memantau pertumbuhan anak dengan growth chart
- Memanatau perkembangan anak dengan Denver II
- Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan
- Stimulasi
g. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
h. Upaya peningkatan kualitas anak
i. Behavioural dan psychological disorders
j. Masalah- masalah social :
- Adopsi
- Foster care
- Child care
- Separation & death
- Impact of violence
Program Pendidikan Berkelanjutan; Pendidikan dan Pelatihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) yang
disusun oleh IDAI :
1. Mengikuti acara ilmiah dan CPD yang diselenggarakan oleh IDAI atau Perhimpunan Profesi lain
2. Mampu menganalisis makalah ilmiah
3. Mampu melakukan penelitian ilmiah
4. Mampu membuat tulisan ilmiah
1. Memahami dan mampu menerapkan etika, disiplin dan hukum secara umum dalam kegiatan
sehari–hari.
2. Memahami kaitan Sumpah Dokter, Kode Etik Kedokteran Indonesia, UU Kesehatan, UU Praktik
Kedokteran dan Peraturan Kementerian Kesehatan, KUHP, Informed Consent, dll
3. Beretika saat melakukan kegiatan anamnesis, kerjasama interpersonal, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan dengan alat bantu diagnostik, konseling, terapi, memelihara rahasia jabatan, catatan
medik dan memelihara kesehatan sendiri.
4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin lain dan
sesama spesialis Anak.
20
BAB III
KEWENANGAN KLINIS
Catatan :
- Memerlukan tanda bukti sertifikat untuk yang ditandai *)
- Memerlukan pendidikan sub-spesialisasi **)
33
34